Trauma Mata [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



TRAUMA MATA Dosen Pembimbing : Dr. Grido Handoko



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4



1; 2; 3; 4;



Iftitah Hasan Syaiful Islam Syamsiah Chandrawati Unilatin Nikma



(14201.06.140) (14201.06.14039) (14201.06.14040) (14201.06.14043)



PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PAJARAKAN-PROBOLINGGO 2015-2016



1



HALAMAN PERSETUJUAN MAKALAH TRAUMA MATA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Sistem Persepsi Sensori



Mengetahui, Dosen Mata Ajar



Dr. Grido Handoko



2



KATA PENGANTAR Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat allah SWT. Atas segala limpahan rahmad dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada bapak proklamator sedunia, pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan dem`i umat manusia yaituNabi Muhammad SAW. Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul “TRAUMA MATA” dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1; KH.Moh.Hasan Mutawakkil Alallah, SH. MM sebagai Pengasuh Pondok Pesantren 2; 3; 4; 5; 6;



Zainul Hasan Genggong Ns.Iin Aini Isnawati, S.Kep, M.Kes. sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Ns.Achmad Kusyairi, S.Kep.,M.Kes.sebagai ketua prodi S1 Keperawatan Ns. Nafolion Nur Rahmat, S.Kep. sebagai dosen wali S1 Keperawatan Ns. Nafolion Nur Rahmat, S.Kep. sebagai dosen mata ajar Sistem Persepsi Sensori Teman-teman kelompok sebagai anggota penyusun makalah ini



Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum sempurna.Oleh karena itu kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini. Probolinggo, Maret 2016 Penulis



3



DAFTAR ISI Halaman Sampul..............................................................................................



i



Halaman Pengesahan.......................................................................................



ii



Kata Penganta................................................................................................... iii Daftar Isi............................................................................................................



iv



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.........................................................................................



1



1.2 Rumusan Masalah....................................................................................



2



1.3 Tujuan ......................................................................................................



2



1.4 Manfaat....................................................................................................



3



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Fisiologi................................................................................ 2.2 Definisi................................................................................................ 2.3 Etiologi................................................................................................ 2.4 Patofisiologi......................................................................................... 2.5 Manifestasi Klinis................................................................................ 2.6 Klasifikasi............................................................................................ 2.7 Komplikasi........................................................................................... 2.8 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................... 2.9 Penatalaksanaan...................................................................................



4 8 8 9 12 15 19 20 22



BAB 3 ASUHAN KEPEPERAWATAN TEORI 3.1 Pengkajian............................................................................................. 24 3.2; Diagnosa Keperawatan.......................................................................... 25 3.3; Intervensi Keperawatan......................................................................... 25



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan............................................................................................ 29 4.2 Saran...................................................................................................... 29 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 30



4



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1; Latar belakang



Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya tehnologi, indra pengelihatan yang baik merupakan kebutuhan hidup yang tidak bisa diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka, walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobular selain terdapatnya reflek memejam atau mengedip. Mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyakit sehingga mengganggu fungsi pengelihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Seiring bertambahnya tehnologi canggih yang ada di indonesia, dengan bertambah banyaknya kawasan industri, kecelakaan akibat pekerjaan bertambah banyak pula, juag dengan lalu lintas, kecelakaan di jalan raya bertambah pula, belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang juga dapat mengenai mata. Pada anak-anak kecelakaan mata biasanya terjadi akibat kecelakaan terhadap alat dari permainan yang biasa dimainkan seperti senapan angin, panahan, ketapel, dan tusukan dari gagang main dan sebagainya. Insiden kejadian kebutaan akibat trauma Di Amerika Serikat, dilaporkan kira-kira 2000 orang pekerja per hari mengalami trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan dan membutuhkan pengobatan. Sepertiga dari kasus trauma memerlukan pengobatan ke bagian gawat darurat rumah sakit, dan lebih dari 100 orang di antara yang mengalami trauma kehilangan 1 atau lebih dari satu hari kerja.6 Benda asing di dalam mata merupakan jenis yang paling sering terjadi 32 (80%) di antara trauma mata secara keseluruhan yang di antaranya disebabkan oleh benda asing logam.(Tana,Artikel.2010), di indonesia prevalensi kebutaan yang terjadi akibat trauma hampir mencapai 25% dari 2 juta penduduk indonesia setiap tahunnya. Pada tahun 2012-2013 tercatat sebanyak 100.215 penderita di semua rumah sakit yang ada di jawa timur, belum termasuk kalangan muda yang hampir 698 orang setiap harinya hampir 30%, penderita trauma mata banyak terjadi pada kalangan lansia karena 5



faktor usia dan juga kerja dari organ tubuh yang menurun, juga banyak faktor lain yang mendukung baik faktor endogen maupun eksogen. Dalam hal ini pemerintah sangat antusias atas angka kejadian trauma mata yang kini semakin meningkat, penyelenggaraan program kesehatan gratis serta peningkatan kualitas hidup pada usia lanjut sangat di utamakan dan berjalan merata, mulai dari sabang sampai merauke (seluruh indonesia) harus mendapat pelayanan yang maksimal. Kami sebagai seorang calon perawat yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sangatlah memperihatikan penuh terhadap para penderita trauma mata karena dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Langkah awal dari penanganan mulai dari pencegahan hingga proses keperawatan terdapat dalam makalah ini yang kami susun agar sebaik mungkin dan semoga memberi manfaat yang maksimal bagi pembaca, tenaga kesehatan maupun kalangan umum.



1.2; Rumusan masalah



Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalahnya adalah “Apakah yang dimaksud dengan Trauma Mata?” . 1.3; Tujuan 1.3.1; Tujuan Umum



Agar mahasiswa dapat mengerti apa yang dimaksud dengan trauma mata dan tahu bagaimana asuhan keperawatannya. 1.3.2; Tujuan Khusus a; Untuk mengetahui Definisi Trauma Mata b; Untuk mengetahui Etiologi dari Trauma Mata c; Untuk mengetahui Klasifikasi Trauma Mata d; Untuk mengetahui Manifestasi dari Trauma Mata e; Untuk mengetahui Patofisiologi dari Trauma Mata



Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang dari Trauma Mata g; Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Trauma Mata h; Untuk mengetahui Komplikasi dari Trauma Mata i; Untuk mengetahui Askep dari Trauma Mata f;



1.4; Manfaat



6



1.4.1; Manfaat bagi Mahasiswa a; Dapat di jadikan salah satu refrensi untuk belajar,selain itu makalah ini dapat di



jadikan sebagai salah satu refrensi dalam melakukan asuhan keperawatan dalam ruang lingkup Trauma mata. b; Dapat di jadikan salah satu sarana untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam membuat sebuah makalah tentang asuhan keperawatan pada ruang lingkup Trauma mata.



1.4.2; Manfaat bagi Dosen



Dapat di jadikan bahan mata ajar dan menunjang proses mengajar yang memenuhi kompetensi dasar yang harus di capai.



1.4.3; Manfaat bagi kalangan Umum



Dapat dijadikan buku panduan untuk perawatan diri serta dijadikan pedoman dalam menambah wawasan tentang keilmuan dalam konsep trauma mata.



7



BAB 2 TINJAUAN TEORI



2.1; Anatomi Fisiologi



Definisi mata Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak. Di sini akan di bahas struktur dan fungsi mata. mata kita terdiri dari bermacam-macam struktur sekaligus dengan fungsinya. struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi mata meliputi Sklera, Konjungtiva, Kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, Humor aqueus, serta Humor vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya sendiri. aku bahas satu-satu aja kali yah mengenai struktur dan fungsi mata, dimana masingmasing dari struktur mata mempunyai Fisiologi mata itu sendiri. Berikut Struktur mata beserta fisiologisnya: a; Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat. b; Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera.



8



c; Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. d; Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris. e; Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil. f; Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina. g; Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak. h; Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak. i; Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris. j; Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata). Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris. Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia.



9



Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian retina yang paling sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf. Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan gambaran visuil yang tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak. Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat di bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf tersebut akan bergabung kembali.



Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan: a; Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris. b; Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata. Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu : a; Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak b; Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata c; Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada tulang orbita. Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.



10



Struktur Pelindung Mata Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya masih bisa masuk. adapun struktur pelindung mata,meliputi: a; Orbita Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata. b; Kelopak Mata Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus permukaan mata. c; Bulu mata Bulu Mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang). Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah penguapan air mata. d; Kelenjar lakrimalis Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu mencegah terjadinya infeksi. 2.2; Definisi



11



Trauma mata adalah kondisi mata yang mengalami trauma (rudapaksa) baik oleh zat kimia ataupun oleh benda tumpul, benda keras, dan tajam (Anas Tamsuri,2011). Trauma okuli adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra penglihat. Trauma mata adalah tindakan sengaja atau tidak disengaja yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. 2.3 Etiologi Trauma pada mata dapat disebabkan oleh benda asing. Bulu mata, debu, kuku dan partikel lewat udara dapat kontak dengan konjungtiva atau kornea dan menyebabkan iritasi atau abrasi. Pada benda asing mata, umumnya klien mengeluh adanya sensasi benda asing (merasa ada sesuatu di mata) atau penglihatan kabur. Nyeri terjadi jika epitel kornea cedera karena kornea mengandung saraf sensori yang berada di bawah epitel. Klien juga bisa mengalami epifora dan fotofobia. Jenis benda asing pada mata: a; Benda Logam Terbagi menjadi benda logam magnit dan bukan magnit. Contoh: Emas, perak, platina, timah hitam, seng, nikel, alumunium, tembaga, besi. b; Benda bukan logam Contoh: batu, kaca, poeselin, karbon, bahan, pakaian, dan bulu mata. c; Benda Inert 1; Adalah benda yang terdiri atas bahan-bahan yang tidak menimbulkan reaksi jaringan mata, ataupun jika ada, reaksinya sangat ringan dan tidak mengganggu fungsi mata. 2; Contoh: emas, perak, platina, batu, kaca, perselin, plastik tertentu.



12



3; Kadang-kadang benda inert memberikan reaksi mekanik yang mungkin dapat



mengganggu fungsi pengelihatan. d; Benda Reaktif 1; Adalah benda yang menimbulkan reaksi jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. 2; Contoh: timah hitam, zink, nikel, alumunium, tembaga, kuningan, besi (Iatiani N. Istiqomah, 2004). 2.4; PATOFISIOLOGI



Kerusakan akibat trauma tumpul dapat mengenai kelopak mata sehingga mengakibatkan hematoma kelopak. Gangguan ini dapat terjadi akibat hantaman benda keras, pukulan, dan kadang-kadang menakutkan bagi klien. Perlu dilakukan evaluasi apakah terjadi kerusakan pada jaringan i bawahnya. Pada hematoma kelopak ringan, dapat dilakukan kompres panas utnuk mempercepat proses absorbsi perdarahan. Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak serta berbentuk kacamata hitam yang sedang dipakai, maka keadaan ini disebut sebagai hematoma kacamata dan mungkin menunjukkan adanya fraktur basis kranii. Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pertanian dan peperangan dengan bahan kimia merupakan tindakan yang harus segera dilakukan. Umumnya penyulit yang timbul akibat trauma kimia lebih berat dari yang diperkirakan. Berdasarkan bahan kimia penyebab trauma, dapat dibedakan dalam trauma asam dan trauma basa (alkali). Pengaruh bahan kimia dan besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh bahan kimia dibutuhkan oleh pH, kecepatan, dan jumlah bahan kimia tersebut mengenai mata. Kerusakan yang disebabkan oleh trauma asam biasanya akan terjadi pada bagian superfisial saja, karena terjadi pengendapan dan penggumpalan bahan protein permukaan. Pngobatan dilakukan dengan melakukan irigasi jaringan secepatnya dan selama mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma. Bisanya trauma akibat asam akan normal kembali sehingga tajam penglihatan juga akan normal kembali. Trauma alkali akan memberikan dampak yang sangat gawat pada mata. Alkali akan menembus kornea dengan cepat, lalu ke bilik mata depan, sampai pada jaringan retina. 13



Trauma alkali akan mengakibatkan terjadinya pembentukan kolagenase yang akan memperparah kerusakan kolagen kornea. Alkali yang menembus bola mata akan merusak retina sehingga berakhir dengan kebutuhan pada penderitanya (Anas Tamsuri, 2010).



14



PATHWAY Mekanik Trauma Tumpul Trauma Tajam Trauma Benda Asing



Non Mekanik Taruma Kimia Trauma Termik Trauma Radiasi



Trauma Organ Mata



Inflamasi



Pengeluaran Media Kimia Rangsang nosi septor



Perdarahan merembes Sepanjang orbita



Gangguan Kelopak mata



Kerusakan jaringan



Speiral Cora Informasi Cortex Cerebra



Erosi Kornea Hematoma Kelopak Mata Penglihatan Kabur



Kelumpuhan Nervus VII Kelopak mata tidak membuka/ Atau menutup dg sempurna



Laseransi Kornea Bagian Sentral



Nyeri Akut Kerusakan sudut titik mata depan



Kerusakan Kornea Penaikan tekanan bola mata Perubahan Persepsi Sensori



Resiko Cedera



Glaukoma traumatika



Resiko Infeksi Harga Diri Rendah



Ansietas



Mual muntah Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan



15



2.5; Manifestasi Klinis a; Manifestasi Trauma Alkali: 1; Ringan a; Terdapat erosi epitel dan kekeruhan ringan kornea. b; Tidak terdapat isfcemic dan nekrosis kornea atau konjungtiva. c; Prognosis baik. 2; Sedang a; Terdapat kekeruhan kornea sehingga sukar melihat iris dan pupil secara



detail. b; Terdapat nekrosis dan iskemia ringan konjungtiva dan kornea. c; Prognosis sedang. 3; Berat a; Terdapat kekeruhan kornea, sehingga pupil tidak dapat dilihat. b; Terdapat iskemia konjungtiva dan sklera, sehingga tampak pucat. c; Prognosis buruk. b; Manifestasi trauma tembus: Penurunan tajam pengelihatan, tekanan bola mata rendah, bilik mata dangkal, bentuk dan letak pupil yang berubah, ruptur pada kornea atau sklera, prolaps jaringan, dan konjungtiva kemosis. c; Manifestasi Benda Asing Intraokular: Riwayat terjadinya trauma pada bola mata. Benda asing intraokular, baik magnetik maupun tidak, tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan (Arif Mansjoer, 2008). Manifestasi Klinis Trauma Mata Secara Umum: a; Nyeri b; Enoftalmia (perpindahan mata yang abnormal kebelakang atau ke bawah akibat



hilangnya isi atau patah tulang orbita).



c; Hematoma palpebra



Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila terjadi pada kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kranii. Penanganan: Kompres dingin 3 kali sehari.



d; Ruptura kornea



16



Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris, merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera. e; Ruptura membran descement Di tandai dengan adanya garis kekeruhan yang



berkelok-kelok



pada



kornea,



yang



sebenarnya adalah lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea sulit menjadi jernih kembali. Penanganan: Pemberian obat-obatan yang membantu menghentikan perdarahan dan tetes mata kortisol f; Hifema Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris atau korpus siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah kornea, hal ini merupakan suatu keadaan yang serius. Pembagian hifema: 1; Hifema primer, timbul segera oleh karena adanya trauma. 2; Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma. 3; Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila sangat hebat akan mempengaruhi visus karena adanya peningkatan tekanan intra okuler. Penanganan: Istirahat, dan apabila karena peningkatan tekanan intra okuli yang di sertai dengan glaukoma maka perlu adanya operasi segera dengan di lakukannya parasintesis yaitu membuat insisi pada kornea dekat limbus, kemudian di beri salep mata antibiotik dan di tutup dengan verband.



17



g; Iridoparese-iridoplegia Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis. Penanganan: Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulanbulan tetap midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel. h;



Iridodialisis Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan di sebut dengan pseudopupil.



Penanganan: Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika ada maka perlu adanya operasi untuk memfixasi iris yang lepas. i;



Irideremia Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan.



Penanganan



secara



konservatif



adalah dengan memberikan kacamata untuk mengurangi silau. j; Subluksasio lentis- luksasio lentis Luksasio lentis yang terjadi bisa ke depan atau ke belakang. Jika ke depan akan menimbulkan glaukoma dan jika ke belakang akan menimbulkan afakia. Bila terjadi glaukoma maka perlu operasi untuk ekstraksi lensa dan jika terjadi afakia pengobatan di lakukan secara konservatif. k; Hemoragia pada korpus vitreum Perdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliare, karena bnayak terdapat eritrosit pada korpus siliare, visus akan sangat menurun. l; Glaukoma Di sebabkan oleh karena robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior, yang di sebut “traumatic angle” yang menyebabkan gangguan aliran akquos humour. Penanganan di lakukan secara operatif. 18



m; Ruptura sclera Menimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif segera.



n;



Ruptura retina Menyebabkan sehingga



timbulnya



menyebabkan



ablasio



kebutaan,



retina



harus



di



lakukan operasi. 2.6; Klasifikasi 2.6.1; Trauma Tumpul (Kontusio)



Trauma tumpul adalah trauma pada mata akibat benturan mata dengan benda yang relatif besar, tumpul, keras maupun tidak keras. Trauma tumpul dapat mengakibatkan cedera perforasi dan non perforasi. Cedera perforasi dapat menimbulkan bahaya seperti infeksi intra okuler, retensi serpihan benda asing di dalam bola mata dan kerusakan struktur mata yang lebih dalam dan lebih halus. Trauma tumpul pada mata dapat mengenai organ eksterna atau interna mata (Indriana N.I, 2004). Trauma Kontusio pada mata lebih sering disebabkan oleh trauma yang berasal dari benda tumpul seperti, pukulan, bola tennis atau bola kriket. Secara epidemiologi, prevalensi terjadinya trauma tumpul ini lebih banyak ditemukan pada laki – laki di bandingkan pada wanita dan berusia muda. Trauma tumpul dengan kekuatan yang besar akan menghasilkan tekanan anteroposterior, sehingga keadaan ini dapat juga menghasilkan peningkatan tekanan intraokuli, ruptur, dan robekan pada struktur intraokuli lainnya. Keadaan ini juga dapat meluas sehingga dapat menyebabkan kerusakan segmen posterior. 2.6.2; Trauma Alkali 19



Trauma alkali adalah trauma oleh bahan kimia basa menyebabkan proses penyabunan membran sel disertai dehidrasi sel. Terjadi kerusakan jaringan yang menembus sampai ke lapisan yang lebih dalam dengan cepat dan berlangsung terns hingga kerusakan terus terjadi lama setelah trauma. Terbentuk koagulase yang akan merusak retina dan berakhir dengan kebutaan. Bahan kaustik soda dapat menembus bilik mata depan dalam waktu 7 detik (Arif Mansjoer, 2008). 2.6.3; Trauma Tembus (Penetrasi/Perforasi)



Trauma tembus adalahtrauma yang terjadi akibat masuknya benda asing kedalam bola mata (Arif Mansjoer, 2008). Prevalensi trauma tembus dapat ditemukan tiga kali lebih besar pada laki –laki di bandingkan pada wanita pada usia muda. Prevalensi terjadinya trauma tembus ini lebih sering di jumpai pada korban perkelahian, kecelakaan di dalam rumah tangga, dan pada olahragawan. Trauma tembus ini, prognosanya sangat ditentukan oleh : luasnya lesi, waktu, kekuatan dan kecepatan benda.Trauma tembus dapat disebabkan oleh : benda tajam atau runcing seperti : pisau, kuku jari, panah, pensil, pecahan kaca dan lain – lainnya. Dapat juga disebabkan oleh benda asing yang masuk dengan kecepatan tinggi seperti peluru dan serpihan besi. Trauma tembus dibagi atas beberapa macam, antara lain: a; Trauma Tembus Kelopak Mata Trauma ini dapat menembus bagian atau seluruh tebal kelopak mata. Jika mengenai levator apoeurosis dapat menyebabkan ptosis yang permanen. b; Trauma Tembus pada Saluran Lakrimal 20



c;



d;



e;



f;



g;



Trauma dapat menyebabkan gangguan pada salah satu bagian dari sistem pengaliran air mata pada pungtum lakrimal sampai rongga hidung. Jika penyembuhan tidak sempurna akan terjadi gangguan sistem ekskresi airmata dan mengakibatkan epifora. Trauma Tembus pada Konjungtiva Trauma ini dapat menyebabkan rupturpembuluh darah kecil yang dapat menimbulkan robekan konjungtiva mirip trauma tumpul. Jika panjang robekan tidak lebih dari 5mm, konjungtiva tidakperlu di jahit. Trauma Tembus pada Sklera Luka kecil pada sklera sukar dilihat. Pada luka yang agak besar, akan terlihat jaringan uvea yaitu iris, bada silier dan koroid yang berwarna gelap disertai COA yang dangkal. Jika luka perforasi pada sklera terletak di belakang badan silier, biasanya COA bertambah dalam dan iris terdorong ke belakang, koroid dan korpus vitreus prolaps melalui luka tembus. Trauma Tembus pada Kornea, Iris, Badan Silier, Lensa dan Korpus Vitreus Dan terjadi leserasi kornea yang disertai penetrasi kornea. Jika terjadi perforasi kornea yang disertai prolaps jaringan iris melalui luka akan timbul gejala penurunan TIO, COA dangkal atau menghilang, inkarserasi iris melalui luka perforasi, adanya luka pada kornea, edema disertai edema kelopak mata, kemosis konjungtiva, hiperemia, lakrimasi, fotofobia, nyeri yang hebat, penglihatan menurun dan klien tidak dapat membuka matasebagai mekanisme protektif. Pada leserasi kornea yang terjadi karena penetrasi benda tidak boleh di cabut kecuali oleh ahli oftalmologi untuk mempertahankan struktur mata pada tempatnya. Trauma tembus pada kornea dat disertai oleh trauma pada lensa. Penetrasi lensa yang kecil hanya menyebabkan katarak yang terisolasi tanpa menggangu penglihatan. Trauma Tembus pada Koroid dan Retina Trauma tembus yang di sertai keluarnya korpus vitreus menimbulkan luka perforasi cukup luas pada sklera. Sering terjadi perdarahan korpus vitreus dan ablasi retina. Trauma Tembus pada Orbita Trauma yang mengenai orbita dapat merusak saraf optik sehingga dapat menyebabkan kebutaan. Tanda berupa proptosis karena perdarahan intraorbital, perubahan posisi bolamata, pembatasan pergerakan bolamata, protrusi lemak orbital ke dalam luka perforasi, defek lapang pandang sampai kebutaan jika mengenai saraf optik, serta hilangnya sebagian pergerakan bola mata dan diplopia jika mengenai otot-otot luar mata.



2.6.4 Trauma Termis Biasanya disebabkan oleh api atau air panas. Meskipun trauma thermis pada 21



wajah dan periorbital sering terjadi, trauma thermis langsung pada mata sendiri relative jarang.Karena cepatnya reflek kelopak mata menutup. Sebagian



besar



trauma thermal merusak kelopak mata, bulu mata. Alis dan kulit sekitarnya. Pada kasus –kasus yang berat dapat mempengaruhi konjungtiva ataupun kornea. 2.6.5 Trauma Elektrik Trauma elektrik langsung pada mata jarang terjadi. Arus listrik yang kuat dapat menyebabkan kongesti pada konjungtiva, kekeruhan pada kornea, inflamasi pada iris dan korpus siliaris, perdarahan pada retina, neuritis dan katarak dapat terjadi 2 – 4 bulan setelah trauma. 2.6.6; Trauma Radiasi



Jenis radiasi yang sering menyebabkan trauma pada pada mata adalah radiasi ultraviolet ( UV ), infra red, dan ion. Epithel kornea mudah terkena radiasi UV. Gejala timbul beberapa jam setelah terpapar, sel – sel epithel kornea akan terlepas.Meskipun sangat sakit, sel – sel epithel kornea ini biasanya akan sembuh sendiri dalam 24 jam. Penyebab tersering trauma UV pada mata adalah tidak adanya perlindungan terhadap penyinaran lampu yang berkekuatan tinggi, pekerjaan mengelas dan terpapar sinar matahari yang lama diluar rumah. Kelainan macula yang dapat timbul karena langsung menatap sinar matahari disebut solar retinopati. Selain itu, sinar UV ini juga dapat pencetus untuk



menyebabkan photo-opthalmia, dan merupakan factor



terjadinya katarak senilis Keluhan berupa skotoma sentral,



kromatopsia, matamorpopsia dan nyeri kepala. Sinar las yang terlalu lama dapat juga menyebabkan kelainan pada makula sehingga dapat menimbulkan penurunan penglihatan dengan skotoma sentral, defek lapangan pandang perifer yang kosentrik. Terpapar sinar radiasi/ion sangat berhubungan dengan ledakan nuklir, X–ray dan radioisotope.Sinar X dan sinar laser dapat pula menyebabkan makulopati seperti sinar las dan sinar matahari. Radiasi ion pada mata dapat menyebabkan oedem, kemosis pada konjungtiva maupun kornea (keratokonjungtivitis radiasi), dermatitis radiasi pada kelopak mata, berkurangnya produksi air mata dan pada tahap lanjut juga dapat menyebabkan katarak radiasi.



2.7; Komplikasi a; Komplikasi Trauma Mata 1; Rudapaksa 22



Erosi kunjungtiva atau kornea yang terjadi jika benda asing yang masuk tidak sampai menembus bola mata, tetapi hanya tertinggal pada konjungtiva atau kornea. 2; Rudapaksa Tembus Rudapaksa ini terjadi apabila benda asing melukai sebagian lapisan kornea atau sklera dan benda tertinggal di dalamnya. Dalam hal ini tidak terjadi luka terbuka. Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisansklera atau konea dan jaringan lain di dalam bota mata serta bersarang di dalamnya sehingga menimbulkan perforasi ganda dan akhirnya bersarang di rongga orbita atau bahkan tulang orbita. Dalam hal ini bisa menimbulkan prolapse iris, lensa atau badan kaca. 3; Perdarahan Perdarahan terjadi jika trauma mengenai jaringan uvea berupa perdarahan di COA (hifema) atau dalam badan kaca. 4; Reaksi Jaringan Mata Benda inert tidakmemberikan reaksi atau kalau ada hanya reaksi ringan. Benda reaktif memberikan reaksi tertentu bergantung pada jenis dan letak benda asing tersebut di dalam mata. Benda logam dengan bentuk reaksi yang merusak adalah besi (berupa siderosis) dan tembaga (berupa kalkosis).



5; Siderosis



Siderosis adalah reaksi jaringan mata akibat penyebaran ion besi ke seluruh mata terutama pada jaringan yang mengandung epitel yaitu epitel kornea, epitel pigmen iris, pitel kapsul lensa, epitel pigmen retina. Gejala tampak 2 bulan setelah trauma, yang berupa gangguan penglihatan dimulai dengan buta malam kemudian penurunan visus yang semakin hebat dan penyempitan lapang pandang. Pada mata terdapat endapan karat besi pada kornea berwarna kuning kecoklatan, pupil lebar reaksi lambat, bintiik-bintik bulat pada lensa dan iris berubah warna. 6; Kalkosis Kalkosis adalah reaksi jaringan mata akibat pengendapan ion tembaga terutama pada jaringan yang mengandung membran seperti membrane descemet, kapsul anterior lensa, iris, badan kaca dan permukaan retina. Gejala timbul beberapa hari setelah trauma. Tembaga dapat memberikan reaksi purulent dan di dalam badan kaca dapat menyebabkanablasi retina akibat tarikan jaringan ikat di dalam badan kaca pada retina. b; Komplikasi pada trauma alkali: 23



Keratitis sika, perut, neovaskularisasi kornea, entropion, simbtefaron, glaukoma sudut tertutup, katarak, dan ftisis bulbi (Arif Mansjoer, 2008). c; Komplikasi pada trauma tembus: Endofalmitis, panoftalmitis, ablas retina, perdarahan intraokular, dan ftisis bulbi. 2.8; Pemeriksaan Penunjang a; Pemeriksaan penunjang trauma tembus:



Foto rongent orbita untuk memastikan adanya benda asing dalam mata. b; Pemeriksaan penunjang benda asing intaokular: Untuk melihat kedudukan benda asing di dalam bola mata maka pupil dilebarkan dengan midriatik. Dilakukan funduskopi segera karena bila lertsa terkena maka akan menjadi keruh secara perlahan-lahan, sehingga sukar untuk melihat bagian posterior. Pemeriksaan foto rontgen untuk memperlihatkan bentuk dan besar benda asing intraokular. Metal locotar, untuk menentukan letak benda asing dan unltrasonografi untuk menentukan letak dan gangguan terhadap jaringan sekitar lainnya. c; Pemeriksaan Penunjang Secara Umum 1; Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat membantu dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing .Pemeriksaan ultra sonographi untuk menentukan letaknya, dengan pemeriksaan ini dapat diketahui benda tersebut pada bilik mata depan, lensa, retina. 2; Pemeriksaan “Computed Tomography” (CT) Suatu tomogram dengan menggunakan komputer dan dapat dibuat “scanning” dari organ tersebut. OCT dapat memberikan gambar penampang struktur jaringan pada skala mikron di tempat dan real time, guna menvisualisasikan perubahan yang terjadi akibat suatu penyakit pada retina mata. Alat ini tidak kontak langsung dengan bola mata sehingga dapat mengurangi efek samping yang merugikan mata. 3; Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata (normal 12-25 mmHg). Pada tahun 1900, Schiotz (Jerman) memperkenalkan alat untuk mengukur tekanan intraocular yang dikenal dengan nama Tonometer dari Schiotz. Teknik dasar : Penderita ditelentangkan dengan mata menatap ke atas, kemudian kornea mata dibius. Tengah-tengah alat ( Plug) diletakkan di atas kornea 24



menyebabkan suatu tekanan ringan terhadap kornea. Plug dari tonometer berhubungan dengan skala sehingga dapat terbaca nilai skala tersebut. Tonometer dilengkapi dengan alat pemberat 5 5, 7 5 1 0, 0 dan 15,0 gram. Apabila pada pengukur tekanan intraocular dimana menggunakan alat pemberat 5, 5 g, maka berat total tonometer : = Berat plug + alat pemberat = 11 gram + 5,5 gram = 16,5 gram 16,5 gram ini menunjukkan tekanan intraokuler sebesar 17 mm Hg. Pemeriksaan tekanan di dalam bola mata (intraokuli) untuk mengetahui apakah penderita menderita glaucoma atau tidak. Pada penderita glaukoma tekanan intraokuli mencapai 80 mmHg. Dalam keadaan normal tekanan intraokuli berkisar antara 20 – 25 mmHg dengan rata-rata produksi dan pengeluaran cairan humor aqueous 5 ml/hari. Tahun 1950 Tonometer Schiotz dimadifikasi dengan kemudahan dalam pembacaan secara elektronik dan dapat direkam di sebut tonograf. Goldmann (1955) mengembangkan tonometer yang disebut tono meter Goldmann Aplanation; pengukuran dengan memakai alat ini penderita dalam posisi duduk. 4; Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler, papiledema, retina hemoragi. Alat ini mula-mula dipakai oleh Helmholtz (1851). Prinsip pemeriksaan dengan opthalmoskop untuk mengetahui keadaan fundus okuli ( = retina mata dan pembuluh darah khoroidea keseluruhannya). Ada dua prinsip kerja opthalmoskop yaitu : a; Pencerminan mata secara langsung Fundus okuli penderita disinari dengan lampu, apabila mata penderita emetropia dan tidak melakukan akomodasi maka sebagian cahaya akan dipantulkan dan keluar dari lensa mata penderita dalam keadaan sejajar dan terkumpul menjadi gambar tajam pada selaput jaringan mata pemeriksa (dokter) yang juga tidak terakomodasi. Pada jaringan mata dokter terbentuk gambar terbalik dan sama besar dengan fundus penderita. b; Pencerminan mata secara tak langsung Cahaya melalui lensa condenser diproyeksi ke dalam mata penderita dengan bantuan cermin datar kemudian melalui retina mata penderita 25



dipantulkan keluar dan difokuskan pada mata sipemeriksa (dokter). Dengan mempergunakan opthalmoskop dapat mengamati permasalahan mata yang berkaitan dengan tumor otak 5; Pemeriksaan Laboratorium, seperti :. SDP, leukosit , kemungkinan adanya infeksi sekunder. 6; Pemeriksaan kultur. Untuk mengetahui jenis kumannya. Seperti infeksi pada mata yang disebabkan bakteri Chlamydia trachomatis, yang ditandai mata merah 2.9; Penatalaksanaan a; Trauma Alkali 1; Irigasi, secepatnya aliri air keran, sebaiknya dengan NaCl 0,9% (cairan



fisiologis tubuh) selama 15 menit, lebih lama lebih baik. 2; EDTA diberikan segera setelah terkena, 1 tetes tiap 5 menit selama 2 jam selanjutnya beberapa kali sehari. 3; Antibiotik lokal untuk mencegah infeksi. 4; Siklopiegik (sulfas tropin 1%) 3x1 tetes per bar. 5; Steroid secara lokal atau sistemik diberikan bila peradangan sangat hebat dengan pemantauan ketai. Pemberian setelah 5 minggu dapat menghambat epitelisasi. 6; Anxilgesik dan anastesik topikal dapat diberikan. 7; Rawat b; Trauma Asam 1; Irigasi secepatnya dengan air keran atau dengan NaCl 0,9% (cairan fisiologis tubuh). Minimal 15 menit. Lebih lama lebih baik. Irigasi sebersih mungkin termasuk daerah forniks dengan menggunakan swab kapas. 2; Antibiotik topikal untuk mencegah infeksi. 3; Siklopegik (sulfasatropin 1%) bila terjadi ulkus kornea atau kerusakan lebih dalam. 4; EDTA diberikan 1 minggu setelah trauma. c; Trauma Tembus Diberikan antibiotik topikal, mata ditutup, dan segera dikiran pada dokter mata untuk dilakukan pembedahan. Diberikan antibiotik sistemik secara oral atau intravena, anti tetanus profilaktik, analgesik, dan sedatif bila perlu. Tidak boleh diberikan steroid lokal dan bebat tidak boleh menekan bola mata. d; Benda Asing Intraokular Pada dasarnya benda asing pada bola mata perlu dikeluarkan sehingga direncanakan pembedahan agar tidak memberikan kerusakan yang lebih berat pada bola mata, misalnya melewati sklera agar tidak merusak jaringan lain. 26



Benda asing yang bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan alat magnet raksasa, sedangkan yang tidak magnetik dikeluarkan dengan vitrektomi.



27



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN TEORI 3.1 Pengkajian a. Riwayat 1; Riwayat penyakit: jenis, bahan, jumlah, dan lama terkena rudapaksa, tindakan yang



telah dilakukan oleh klien sebelum dibawa ke rumah sakit. 2; Psikososial: pekerjaan yang dijalani, aktivitas yang di lakukakan saat terkena trauma c; Pengkajian Umum 1; Tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh). 2; Kulit, reaksi alergi atau terbakar pada anggota tubuh yang lain. 3; Gangguan pernafasan yang mungkin timbul. 4; Kerusakan mukosa hidung, mulut, dan wajah. 5; Reaksi syok anafilaktif, akibat efek sistemik zat kimia atau syok septik akibat



perdarahan hebat akibat trauma lain selain struktur mata. d; Pengkajian Khusus Mata 1; Adanya perdarahan, perubahan struktur konjungtiva, warna, dan memar. 2; Kerusakan tulang orbita, krepitasi tulang orbita. 3; Pelebaran pembuluh darah perikornea. 4; Hifema 5; Robek kornea. 6; Perdarahan dari orbita. 7; Blefarospasme 8; Pupil tidak bereaksi terhadap cahaya, struktur pupil robek. 9; Tes fluoresens positif. 10; Edema kornea. 11; Nekrosis konjungtiva atau sklera. 12; Katarak.



3.2 Diagnosa Keperawatan a; Nyeri akut 28



b; Harga diri rendah c; Ansietas d; Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh e; Resiko cedera f;



Resiko infeksi



3.3 Intervensi Keperawatan a. Nyeri akut Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama...x24 jam di harapkan nyeri pasien dapat berkurang Kriteria hasil: 1; Mampu mengontrol nyeri 2; Melaporkan bahwa nyeri berkurang 3; Mampu mengenali nyeri (skala, intensita, frekuensi dan tanda nyeri) 4; Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang



Intervensi: 1; Lakukan penkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, 2; 3; 4; 5;



b;



frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Manggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri



Harga diri rendah Tujuan:



29



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pasien tidak malu lagi. Kriteria hasil: 1; Adaptasi terhadap ketunandayaan fisik: respon adaptif klien terhadap tantangan 2; 3; 4; 5;



fungsional penting akibat ketunandayaan fisik Menunjukkan penilaian pribadi tentang harga diri Mengungkapkan penerimaan diri Komunukasi terbuka Mengtakan optimisme tentang masa depan



Intervensi: 1; Tunjukkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien untuk mengatasi situasi 2; Dorong pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dirinya 3; Monitor frekuensi komunikasi verbal pasien yang negatif 4; Dukung pasien untuk menerima tantangan bar 5; Kolaborasi dengan sumber-sumber lain (petugas dinas sosial, perawat spesilis klinis,



dan layanan keagamaan). c; Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan nutrisi pasien dapat terpenuhi Kriteria hasil: 1; Adanya peningkatan BB 2; Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 3; Mampu menidentifikasi kebutuhan nutrisi



Intervensi: 1; Kaji adanya alergi makanan 2; Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) 3; Monitor jumlah nutrisi dan kandungan nutrisi 4; Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi 5; Berikan informasi tenntang kebutuhan nutrisi 30



6; Koaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi d; Ansietas



Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam pasien di harapkan cemas berkurang. Kriteria hasil: 1; Klien mampu mengidentifikasi dan mengungapkan gejala cemas 2; Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan untuk mengontrol cemas 3; Vital sign dalam batas normal 4; Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktifitas menunjukkan berkurangnya kecemasan Intervensi: 1; Gunakan pendekatan yang menyenangkan 2; Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien 3; Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress 4; Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut 5; Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat untuk mengurangi kecemasan e; Resiko cidera Tujuan: Stelah dilakukan tindakan keperawatan selam ...x24 jam diharapkan pasien tidak mengalami cidera Kriteria hasil: 1; Klien terbebas dari cidera 2; Klien mampu menjelaskan cara atau metode untuk mencegah injuri atau cidera 3; Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan atau perilaku personal



Intervensi: 1; Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien 2; Identifikaasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi



kognitif pasien 3; Memasang side rail tempat tidur 4; Mengontrol lingkungan dari kebisingan 5; Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan 31



6; Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga adanya perubahan status kesehatan



dan penyebab penyakit f; Resiko infeksi Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam di harapkan pasien terbebas dari infeksi Kriteria hasil: 1; Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2; Jumlah leukosit dalam batas normal 3; Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi



Intervensi: 1; Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain 2; Membatasi pengunjung 3; Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat 4; Monitor tanda dan gelaja infeksi sistemik dan lokal 5; Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi 6; Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan



BAB IV PENUTUP 4.1; Kesimpulan



Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya tehnologi, indra pengelihatan yang baik merupakan kebutuhan hidup yang tidak bisa diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka, walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobular selain terdapatnya reflek memejam atau mengedip. Mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. 32



Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyakit sehingga mengganggu fungsi pengelihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. 4.2



Saran 4.2.1 Bagi institusi pendidikan Seharusnya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang lebih mengenai materi trauma mata. 4.2.2 Bagi Mahasiswa Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun ketidaklengkapan materi trauma mata, kami memohon maaaf. Kami sadar bahwa makalah yang kami buat tidaklah sempurna. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun.



33



DAFTAR PUSTAKA



Istiqomah, Indriana N. 2004. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata.Jakarta: EGC. Hardhi, Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (NIC- NOC) Edisi jilid 1. Yogyakarta: Mediaction Publishing. Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran.Edisi Ketiga. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC. Tamsuri, Anas. 2010. Klien Gangguan Mata dan Penglihatan: Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.



34