Trauma Temporal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Trauma Temporal Oleh Juwita Kusuma Wardani 08101016



Pembimbing : dr. Azwan Manday, Sp.THT-KL dr. Poppy Sartika, Sp.THT-KL dr. Deddy Eko Susilo, Sp.THT-KL dr. Sri Utami Wulandari, Sp.THT-KL



Anatomi Tulang Temporal 



Tulang temporal terdiri dari lima komponen yaitu tulang skuamosa, timpani, styloid, mastoid, dan petrosus. Tulang temporal bersama dengan tulang oksipital, parietal, sfenoid, dan zigomatikum membentuk dinding lateral dasar tengkorak atau bagian tengah dan posterior dari fossa kranialis.



Gambar dua sisi tulang temporal pada tulang tengkorak manusia. (B) Dilihat dari sisi anterior, (C) dilihat dari inferior, (D) Dilihat dari bagian dasar tulang tengkorak.



Trauma temporal Trauma tulang temporal adalah kelainan yang sering dikonsultasikan ke spesailis THT (Telinga, Hidung, Tengorok) pada keadaan darurat. Pengetahuan tentang anatomi struktur vital dalam tulang temporal sangat penting untuk mendiagnosa dan penanganan cedera dengan cepat dan tepat. Evaluasi yang tepat dapat memperhitungkan derajat keparahan dan gejala-gejala trauma pada telinga.



Pada trauma tulang temporal sangat rawan terjadi kerusakan organ-organ intratemporal. Tulang temporal menutupi organ-organ penting seperti saraf fasialis, saraf vestibulokoklearis, koklea dan labirin, tulang-tulang pendengaran, membran timpani, kanalis akustikus eksternus, sendi temporomandibular , vena jugularis serta arteri karotis.



Klasifikasi Fraktur tulang temporal dibagi menjadi 4 berdasarkan orientasi relatif terhadap sumbu panjang tulang petrosa, yaitu7:  Fraktur longitudinal  Fraktur tranversal  Fraktur oblik







Fraktur longitudinal Fraktur longitudinal tulang temporal paralel terhadap sumbu panjang dari piramida petrosa dan biasanya terkait dengan trauma tumpul temporoparietal 8,7. Sekitar 10% berhubungan dengan ekimosis yang terlihat di prosesus mastoid (Battle’s sign). Fraktur ini melintasi telinga tengah dan sangat sering dikaitkan dengan dislokasi tulang-tulang pendengaran.







Fraktur transversal (20-30%) Fraktur transversal tulang temporal tegak lurus terhadap sumbu panjang dari piramida petrosa dan biasanya akibat trauma tumpul oksipital atau temporoparietal. Fraktur ini melibatkan dari foramen magnum melalui fosa posterior, melalui pyramid petrosa, termasuk kapsul otik dan ke dalam fosa kranial tengah. Kapsul otik dan kanalis auditorius internal sering terlibat juga.







Fraktur oblik Fraktur oblik ini meluas dari bagian skuamosa tulang temporal terhadap piramida petrosa dengan sering keterlibatan sendi temporomandibular. Fraktur oblik ini sering mengakibatkan gangguan pendengaran konduktif akibat dislokasi incudostapedial. Hematotimpanum dan otorea juga sering terjadi pada fraktur oblik. Keterlibatan saraf fasialis kurang umum daripada pada fraktur transversal.



Diagnosa Anamnesa  Gangguan pendengaran



◦ Lebih dari 40% kasus mengalami gangguan pendengaran ◦ Fraktur transversal  SNHL yang parah ◦ Fraktur longitudinal  CHL dan gangguan pendengaran campuran ◦ Keterlibatan labirin atau koklea  SNHL disertai vertigo







Pusing



◦ Sering merupakan gejala lambat







Kelemahan fasialis ◦ Sering terjadi ◦ Penting dalam memutuskan onset gejala  Cepat  saraf terputus  memerlukan pembedahan  Lambat  saraf mengalami oedema atau inflamasi



◦ Parese atau paralisis onset lambat sering terjadi dan dapat tertunda selama beberapa hari atau minggu ◦ Area cedera saraf fasialis:  Fraktur longitudinal  area perigenikulatum  Fraktur transversal  segmen labirin  Cedera tusuk  ekstratemporal, bagian stilomastoid, segmen vertikal saraf







Otorea dan rinorea ◦ Kebocoran cairan serebrospinal dari kerusakan tulang temporal







Hipestesi fasialis dan diplopia ◦ Fraktur meliputi Meckel’s cave dan permukaan superior tulang temporal atau Dorello’s canal di bawah ligament petrosfenoidalis ◦ Prognosis biasanya baik



Pemeriksaan Fisik  Tiga temuan yang sering: ◦ Hemotimpanum ◦ Ekimosis postaurikular (Battle’s sign) ◦ Ekimosis periorbital (Racoon eyes)



Kelemahan saraf fasialis memerlukan evaluasi yang hati-hati  Kebocoran plasma: otorea dan rinorea 



Pemeriksaan Penunjang  Radiologi: CT Scan tulang temporal, MRI  Tes pendengaran: audiogram  Tes saraf fasialis  Tes vestibular



Penatalaksanaan Prinsip Penatalaksanaan: Menstabilkan keadaan neurologis dan keadaan yang mengancam jiwa, observasi, pemberian antibiotika. Operasi diindikasikan pada keadaan perforasi membran timpani yang menetap, gangguan pendengaran konduktif, parese fasialis dan kebocoran LCS yang menetap.



Pada Gangguan pendengaran Timpanoplasti dengan atau tanpa rekonstruksi telinga tengah.  Pusing Farmakologi supresi vestibular untuk stadium akut. Ablasi labirin atau seksi saraf vestibular pada kasus lama. 







Paralisis fasialis Terapi fisik jika diduga paralisis longterm. Rehabilitasi struktural dengan teknik biofeedback yang membantu meningkatkan fungsi dan menghindari sinkinesis. Dekompresi atau memperbaiki saraf fasialis.







Otorea Penggunaan antibiotik profilaksis masih kontroversial, meskipun dengan masih terjadi kebocoran lebih dari 7 hari telah berkorelasi dengan insiden meningitis yang lebih tinggi. Perbaikan dengan bedah direkomendasikan untuk kasus-kasus yang bertahan 710 hari setelah cedera.



TERIMA KASIH