TUGAS 1 - Manajemen Accounting System [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Alfiah Indriani Tugas Akuntansi Manajemen Lanjutan Program Studi Magister Akuntansi



Manajemen Accounting System (ABM) Pengertian Manajemen Accounting System (ABM) Menurut Para Ahli : Activity–Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan Mowen, 2006; 11). Menurut Mulyadi (2007; 731), Activity-Based Management (ABM) adalah pendekatan manajemen yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas dengan tujuan untuk melakukan improvement berkelanjutan terhadap value yang dihasilkan bagi customer, dan laba yang dihasilkan dari penyedia value tersebut. Sedangkan menurut Blocher (2007; 239), Activity–Based Management (ABM) analisis aktivitas yang digunakan untuk memperbaiki nilai produk atau jasa bagi pelanggan dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Berdasarkan definisi-definisi diatas, ABM mempunyai dua frasa penting, yaitu: 1. Manajemen berbasis aktivitas berfokus pada pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh konsumen 2. Pemusatan pengelolaan pada aktivitas untuk menghasilkan laba dari penyedia nilai tersebut. Activity Based Management (ABM) merupakan pendekatan manajemen yang berfokus untuk dapat : 1. Meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan dari setiap aktivitas yang dilakukan. 2. Menentukan aktivitas perusahaan yang merupakan aktivitas value added dan aktivitas nonvalue added. 3. Meningkatkan value added activity dan mengurangi bahkan menghilangkan non-value added activity. 4. Memperbaiki laba dengan memberikan nilai pelanggan. Kegunaan Activity Based Management Sebuah perusahaan menggunakan Activity Based Management(ABM) bermaksud untuk: 1. Mengurangi harga produk dan mengoptimalkan desain produk. 2. Mengurangi biaya-biaya perusahaan. 3. Membantu perusahaan dalam mempertimbangkan peluang bisnis baru. Tujuan Manajemen Accounting System (ABM): ABM merupakan pusat dari sistem manajemen biaya, dan oleh karena itu untuk mengelola organisasi atau perusahaan dengan baik, harus menekankan pada ABM. ABM bertujuan untuk meningkatkan nilai produk atau jasa yang diterima oleh para konsumen, dan oleh karena itu dapat digunakan untuk mencapai laba dengan menyediakan nilai tambah bagi konsumennya.



Manfaat Manajemen Accounting System (ABM): Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan ABM adalah manajemen dapat menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan operasi, mengurangi biaya, atau meninggkatkan nilai bagi pelanggan. Dengan mengidentifikasi sumber daya yang dipakai konsumen, produk, dan aktivitas, ABM memperbaiki fokus manajemen atas faktor-faktor kunci perusahaan dan meningkatkan keunggulan kompetitif (Blocher, 2007; 239). Manfaat ABM menurut Supriyono (1999; 356) adalah: a. Mengukur kinerja keuangan dan pengoperasian (nonkeuangan) organisasi dan aktivitas-aktivitasnya. b. Menentukan biaya-biaya dan profitabilitas yang benar untuk setiap tipe produk dan jasa. c. Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas dan mengendalikannya. d. Mengelompokkan aktivitas-aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah. e. Mengefisienkan aktivitas bernilai tambah dan mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah. f. Menjamin bahwa pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian didasarkan pada isu-isu bisnis yang keluar dan tidak semata berdasar informasi keuangan. g. Menilai penciptaan rangkaian nilai tambah (value-added chain) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen. Perusahaan Yang Dapat Menerapkan Manajemen Accounting System (ABM): Activity Based Management dapat di terapkan untuk berbagai jenis perusahaan, termasuk perusahaan manufaktur, operator seluler, perusahaan non profit, sekolah dan instansi pemerintah. Dimensi Activity–Based Management Activity–Based Management menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas atau Activity-Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Jadi, Activity–Based Management memiliki dua dimensi, yaitu dimensi biaya dan dimensi proses (Hansen dan Mowen, 2006; 487). 1



Dimensi Biaya Dimensi biaya adalah dimensi ABM yang memberikan informasi biaya mengenai sumber, aktivitas, produk, dan pelanggan. Dimensi biaya ini bertujuan untuk memperbaiki keakuratan pembebanan biaya. Sumber biaya ditelusuri pada aktivitas dan kemudian biaya dibebankan pada produk dan pelanggan. Dimensi biaya atau dimensi Activity-Based Costing (ABC), didasarkan pada ABC generasi kedua yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari ABC generasi pertama. ABC generasi pertama adalah sistem penentuan biaya produk yang terdiri atas dua tahap yaitu: (1) melacak biaya pada berbagai aktivitas (2) membebankan biaya pada produk. ABC semula diakui sebagai metode untuk menyempurnakan ketelitian biaya produk, namun ABC generasi kedua merupakan sistem pengukuran kinerja yang bersifat komprehensif yang digunakan sebagai sumber informasi utama Activity Based Management (ABM). ABC generasi kedua adalah metodologi untuk mengukur dan menyediakan informasi mengenai biaya sumber-sumber, aktivitasaktivitas, dan pembebanan biaya pada objekobjek biaya. Asumsi yang mendasari adalah:



1. Objek-objek biaya menciptakan perlunya aktivitas-aktivitas 2. aktivitas-aktivitas menciptakan perlunya sumber-sumber. ABC juga merupakan sistem yang bermanfaat untuk mengkomunikasikan informasi. 2



mengorganisasi



dan



Dimensi Proses Dimensi proses atau analisis nilai proses adalah dimensi ABM yang memberikan informasi tentang aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa dikerjakan dan seberapa baik dikerjakannya. Tujuan dimensi proses adalah pengurangan biaya. Dimensi inilah yang memberikan kemampuan untuk mengukur perbaikan berkelanjutan. Dimensi proses adalah dimensi model ABM yang berisi informasi kinerja mengenai pekerjaan yang dilaksanakan dalam organisasi sehingga mencakup : (a) analisis penyebab biaya, (b) analisis aktivitas-aktivitas, dan (c) evaluasi kinerja dengan menggunakan informasi dari ABC. Dimensi proses menyediakan informasi mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam suatu aktivitas dan hubungan antara pekerjaan tersebut dengan aktivitas lainnya. Proses adalah serangkaian aktivitas yang terkait untuk melaksanakan tujuan tertentu. Menurut Supriyono (2002; 77), aktivitas adalah kombinasi manusia, teknologi, bahan mentah, metode dan lingkungan yang memproduksi produk atau jasa tertentu. Aktivitas itu menunjukkan apa yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau organisasi, yaitu cara perusahaan atau organisasi menggunakan waktu untuk melaksanakan proses untuk menghasilkan keluaran atau output dari proses dan mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Salah satu unsur organisasi adalah manusia, perubahan organisasi mengakibatkan perubahan mengenai apa yang dikerjakan manusia, sehingga mengubah aktivitas. Berkaitan dengan hal ini, dapat dikatakan pula bahwa aktivitas merupakan suatu proses yang mengkonsumsi sumber daya untuk menghasilkan output. Pada intinya fungsi dari aktivitas adalah untuk mengubah sumberdaya (material, tenaga kerja, teknologi) menjadi output (barang atau jasa). Klasifikasi Aktivitas Akivitas dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu aktivitas bernilai tambah dan aktivitas tidak bernilai tambah. Kedua aktivitas ini biasanya terjadi pada perusahaan manufaktur ataupun perusahaan jasa. 1). Aktivitas Bernilai Tambah Aktivitas bernilai tambah adalah aktivitas-aktivitas yang diharuskan untuk melaksanakan bisnis atau menciptakan nilai yang dapat memuaskan bagi para konsumennya (Supriyono, 1999; 377). Menurut Hansen dan Mowen (2006; 489), 17 aktivitas bernilai tambah adalah aktivitasaktivitas yang diperlukan untuk dipertahankan dalam bisnis. Aktivitas ini harus terus dipertahankan oleh perusahaan, karena aktivitas inilah yang menjadikan suatu produk atau jasa lebih kompetitif dipasar. Jika aktivitas bernilai tambah dieliminasi, akan mengurangi nilai yang akan didapat oleh konsumen, sehingga konsumen tidak lagi membeli atau mengkonsumsi produk atau jasa perusahaan tersebut. Dengan kata lain, perusahaan



tersebut akan mengalami kekalahan persaingan di dalam pasar. Aktivitas bernilai tambah menimbulkan biaya aktivitas bernilai tambah, yaitu biaya yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas bernilai tambah. Aktivitas dapat dikelompokkan kedalam aktivitas bernilai tambah apabila secara bersamaan memenuhi ketiga kondisi berikut ini (Hansen dan Mowen, 2006; 489): 1. Aktivitas yang menghasilkan perubahan, 2. Perubahan tersebut tidak dapat dicapai oleh aktivitas yang sebelumnya, dan 3. Aktivitas tersebut memungkinkan aktivitas lain untuk dilakukan. 2). Aktivitas Tidak Bernilai Tambah Menurut Supriyono (2003; 377), aktivitas tidak bernilai tambah adalah aktivitas-aktivitas yang tidak perlu atau aktivitasaktivitas yang perlu namun tidak efisien dan dapat disempurnakan. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2006; 490), aktivitas tidak bernilai tambah adalah semua aktivitas selain aktivitas yang sangat penting untuk dipertahankan dalam bisnis, sehingga dianggap sebagai aktivitas yang tidak diperlukan. Berdasarkan beberapa definisi aktivitas tidak bernilai tambah tersebut, tentunya perusahaan akan berusaha untuk mengeliminasi aktivitas tidak bernilai tambah, karena hanya menambah biaya yang tidak berguna dan menghalangi kinerja perusahaan. Pengukuran kinerja aktivitas berpusat pada tiga dimensi: efisiensi, kualitas dan waktu (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2001; 629). Efisiensi memfokuskan hubungan antara masukan dengan keluaran aktivitas. Kualitas berkaitan dengan apakah sejak pertama kali aktivitas telah dilaksanakan dengan benar. Waktu digunakan dalam menjalankan aktivitas. Keunggulan Activity Based Management ABM ) Keunggulan utama pendekatan Activity Based Management (ABM) yaitu 1. ABM mengukur efektivitas proses dan aktivitas bisnis kunci dan mengindentifikasi bagaimana proses dan aktivitas tersebut dapat diperbaiki untuk menurunkan biaya dan meningkatkan nilai (value) bagi pelanggan. 2. ABM memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan sumber daya untuk menambah nilai aktivitas kunci, pelanggan kunci, produk kunci, dan metode untuk mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan. Activity Based Management (ABM ) Model Components Activity Based Management(ABM) merupakan payung bagi perubahan budaya yang diperlukan untuk persaingan global. Komponen-komponen yang mendukung keberhasilan ABM meliputi : 1. Just In Time (JIT) Merupakan sistem produksi yang komprehensif dan sistem manajemen persediaan dimana bahan baku dan suku cadang dibeli dan diproduksi sebanyak yang dibutuhkan dan pada saat yang tepat pada setiap tahap proses produksi.



2.



3. 4.



5.



6.



7. 8.



9. 10.



Strategic Planning Suatu perencanaan yang menyeluruh dan terpadu yang mengkaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk pencapaian tujuan perusahaan melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Activity Accounting Akuntansl yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas di dalam operasi perusahaan. Life Cycle Management Melibatkan manajemen aktivitas mulai dari tahap pengembangan untuk menjamin agar biaya daur hidup secara total jumlahnya lebih rendah dibandingkan kompetitor. Performance Management Suatu kegiatan mengelola kinerja yang berorientasi kepada pandangan strategic ke masa depan sehingga kinerja tersebut dapat digunakan sebagai alat komunikasi untuk pihak-pihak yang membutuhkannya. Investment Management Bagaimana seorang manajer investasi mengelola uang, dimana dalam proses ini dibutuhkan pemahaman terhadap berbagai piranti investasi, dan berbagai strategi yang dapat digunakan untuk menyeleksi piranti tersebut. Continuous Improvement Teknik manajemen dimana para manajer dan pekerja setuju terhadap program continuous improvement dalam hal kualitas dan factorkeberhasilan kritis. Benchmarking Proses mengidentifikasikan faktor keberhasilan kritis(critical success factor) yang dicapai perusahaan lain atau unit lain di perusahaan dengan tujuan mengimple mentasikannya sebagai perbaikan dalam proses perusahaan untuk mencapai kinerja yang baik. Target Costing Menentukan biaya yang diharapkan untuk suatu produk berdasarkan harga yang kompetitif sehingga produk tersebut akan dapat memperoleh laba yang diharapkan. Customer Value Analysis Suatu analisa yang dilakukan untuk menentukan apakah suatu aktivitas memiliki nilai (value) bagi pelanggan atau tidak dengan cara melihat apa yang diperoleh pelanggan dibandingkan dengan pengorbanan untuk memperoleh suatu produk atau jasa. Komponen-komponen tersebut digunakan untuk mengelola aktivitas-aktivitas agar dapat mengeliminasi pemborosan. Misalnya mengeliminasi pemborosan dengan menekan persediaan (persediaan nol), mengeliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah, mengefisiensikan aktivitas bernilai tambah yang tidak efisien, mengeliminasi kerusakan (kerusakan nol), mengeliminasi pengerjaan kembali (pengerjaan kembali nol), mengurangi setup mesin (menjadi satu), meningkatkan ketrampilan karyawan.



Functional Based Manajgement  (FBM) Sistem akuntansi manajemen berdasarkan fungsi atau FBM telah dikenal dari tahun 1900-an dan masih secara luas digunakan baik dalam sektor manufaktur maupun jasa. Model umum untuk sistem akuntansi manajemen berdasarkan fungsional ditunjukkan dalam gambar berikut ini. (Hansen Mowen, 2006:57)             Tinjauan biaya FBM dalam sistem akuntansi FBM, biaya-biaya sumber daya dibebankan ke unit-unit fungsional dan kemudian ke produk. Dalam pembebanan biaya, digunakan penelusuran langsung dan penelusuran penggerak, akan tetapi dalam sistem FBM penelusuran penggerak hanya menggunakan penggerak produksi (tingkat unit), pengukuran konsumsi sangat berkorelasi dengan keluaran produksi. Jadi, produk unit atau penggerak yang saling berkorelasi dengan unit yang di produksi, seperti jam kerja dari tenaga kerja langsung, material langsung dan jam kerja mesin adalah hanya penggerak yang di asumsikan penting.             Karena sistem FBM hanya menggunakan penggerak yang berhubungan dengan sistem produksi untuk membebani biaya, pendekatan pembebanan biaya ini dianggap sebagai pembiayaan



berdasarkan produksi atau fungsional (Functional Based Costing -FBC). Produksi atau penggerak tingkat unit dimana FBC sering tergantung padanya adalah bukan satu satunya penggerak yang menjelaskan hubungan sebab akibat. Penggerak selain dari penggerak produksi yang menggambarkan hubungan sebab akibat dianggap sebagai penggerak tingkat non unit.             Tujuan pembiayaan produk dari pembiayaan berdasarkan funsional dapat dipenuhi dengan pembebanan biaya produksi untuk persediaan dan harga pokok penjualan untuk tujuan pelaporan keuangan eksternal. (Hansen, Mowen, 2006: 55-57)             Jadi, penulis berkesimpulan bahwa sistem FBM merupakan sistem yang dianggap dan dinilai lebih baik daripada sistem tradisional yang dahulu digunakan. Perkembangan teknlogi dan pengetahuan menyebabkan semakin akuratnya sistem yang dimodifikasi oleh praktisi dan akademisi. Tinjauan biaya FBM Dalam sistem akuntansi FBM, biaya-biaya sumber daya dibebankan pada unit-unit yang berfungsi, kemudian produk. Dalam pembebanan biaya, penelusuran langsung dan penelusuran penggerak digunakan. Namun, penelusuran penggerak dalam siistem FBM hanya menggunakan penggerak produksi (tingkat unit) yang merupakan pengukuran konsumsi yang sangat berkorelasi dengan keluaran produksi, seperti jam kerja dari tenaga kerja langsung, baghan langsung, dan jam kerja mesin adalah hanya pengerak yang diasumsikan penting. Karena sistem FBM hanya menggunakan penggerak yang berhubungan dengan fungsi produksi untuk membebani biaya, pendekatan pembebanan biaya ini dianggap sebagai perhitungan biaya berdasarkan produksi atau fungsi (functional based costing-FBC).



Perbandingan Sistem Manajemen Biaya Berdasarkan Fungsional dengan Manajemen Berdasarkan Aktivitas



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Berdasarkan fungsional 1. Penggerak berdasarkan unit 2. Intensif alokasi 3. Pembiayaan produk sempit dan kaku 4. Fokus pada pengelolaan biaya 5. Informasi aktivitas sedikit 6. Maksimalisasi kinerja unit individual 7. Penggunaan ukuran kinerja finansial



Berdasarkan aktivitas 1. Penggerak berdasarkan unit dan non unit 2. Intensif dalam penelusuran 3. Pembiayaan produk luas dan fleksibel 4. Fokus pada pengelolaan aktivitas 5. Informasi aktivitas terinci 6. Maksimalisasi kinerja sistem meluas 7. Penggunaan baik ukuran kinerja finansial maupun non finansial Perbandingan antara Sistim Manajemen Biaya Berdasarkan Fungsional dan Aktivitas (Hansen Mowen, 59)