Tugas 1 Studi Kelayakan Bisnis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Loby Lita Nelaz Nim : 030970434 Tugas 1 Studi Kelayakan Bisnis 1. Para investor sangat membutuhkan manfaat Studi Kelayakan Bisnis untuk menanamkan modalnya secara langsung dalam suatu proyek investasi untuk mendapatkan konpensasi dari penanaman modalnya tersebut berupa dividen. Jelaskan manfaat SKB bagi calon investor sendiri, pemilik proyek dan pihak ketiga! a. Manfaat bagi Investor Investor dalam hal ini bisa suatu lembaga domestik atau asing, bisa pula individu pemilik modal domestik maupun asing. Investor adalah orang atau lembaga yang memiliki sejumlah dana dan menanamkan dananya secara langsung dalam suatu proyek investasi dengan mendapatkan kompensasi berupa dividen. Investor dalam Perseroan Terbatas (PT) disebut pemegang saham. Dengan menanamkan dananya secara langsung di dalam kegiatan investasi, investor bisa berperan aktif dalam pengendalian dan pengoperasian perusahaan. Investor (sebagai pemilik perusahaan nantinya atau sebagai pemegang saham) akan lebih memperhatikan prospek usaha tersebut. Pengertian prospek di sini adalah tingkat keuntungan yang diharapkan akan diperoleh dari investasi tersebut beserta risikonya. Ada hubungan yang positif antara tingkat keuntungan dan risiko investasi. Semakin tinggi risiko investasi semakin tinggi tingkat keuntungan yang diminta oleh para investor. Para investor dalam menanamkan dananya menggunakan prinsip bahwa proyek yang akan dibiayainya harus benar-benar dipersiapkan dan harus layak dari segi teknis, ekonomis, dan keuangan. Hal ini karena mereka tidak menginginkan proyeknya gagal. Oleh karena itu, diperlukan studi yang serius dalam merencanakan suatu proyek yang disebut studi kelayakan perusahaan/proyek. Studi kelayakan tersebut bisa dibuat oleh calon investor itu sendiri, pemilik proyek yang masih membutuhkan penanam modal lain atau pihak ketiga, misalnya konsultan. Apabila studi kelayakan dilakukan oleh calon investor itu sendiri, fungsinya adalah untuk meyakinkan dirinya bahwa keputusan investasi yang akan dilakukan adalah keputusan yang telah diperhitungkan dengan matang dan proyeknya akan menghasilkan keuntungan yang memadai. Jika studi kelayakan dilakukan oleh pemilik proyek yang masih membutuhkan penanam modal lainnya, fungsinya adalah untuk menarik minat penanam modal lain dan meyakinkan para calon penanam modal tersebut bahwa proyek memiliki prospek keuntungan yang baik. Jadi, calon penanam modal tidak perlu ragu untuk menanamkan dananya dalam proyek tersebut. Penyusunan studi kelayakan oleh pihak ketiga, misalnya konsultan, dilakukan karena berbagai pertimbangan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain adalah ketidakmampuan pemilik proyek melakukan studi kelayakan (misalnya karena proyek berskala besar sehingga membutuhkan orang-orang yang berpengalaman dalam melakukan



studi proyek) atau agar penilaian proyek bisa dilakukan seobjektif mungkin karena dilakukan oleh pihak ketiga yang independen. Dengan mempelajari studi kelayakan suatu proyek yang telah dilakukan dengan baik, investor akan memutuskan apakah akan menanamkan dananya atau tidak ke dalam proyek tersebut. Dari studi kelayakan tersebut, calon investor akan mengetahui kekuatan dan kelemahan proyek. Dari studi kelayakan tersebut juga dapat diketahui berapakah perkiraan keseluruhan biaya proyek dan berapa yang bisa dipenuhi dengan modal sendiri, kalau perlu sumber dana apa saja yang paling efektif bagi proyek, serta sejauh mana proyek bisa bertahan jika terjadi hal yang tidak dikehendaki. Misalnya jika terjadi kenaikan bahan baku, biaya tenaga kerja atau penurunan penjualan dari rencana semula. Selain itu, seorang investor akan memutuskan menanamkan dananya dalam proyek tersebut jika proyek yang bersangkutan memiliki risiko seminimal mungkin. Andaikata diperkirakan akan terjadi risiko, risiko apa saja yang diperkirakan akan timbul dan bagaimana cara penanggulangannya. b. Manfaat bagi Kreditor Kreditor dalam kaitan dengan pembangunan proyek-proyek menengah dan besar, biasanya bank, bank pembangunan atau lembaga keuangan bukan bank, baik domestik maupun asing yang pendiriannya sah menurut hukum dan peraturan yang berlaku di negara tempat bank atau lembaga keuangan bukan bank tersebut berada. Kreditor memerlukan studi kelayakan proyek karena ia harus menilai prospek proyek guna menentukan akan memberikan pinjaman pembiayaan atau tidak. Kreditor asing, misalnya Bank Dunia, perlu mengadakan penilaian terhadap proyek yang diajukan untuk mendapatkan bantuan keuangan, untuk memutuskan apakah pinjaman akan diberikan atau tidak. Studi kelayakan atau dalam lingkungan perbankan disebut dengan penilaian proyek atau penilaian kredit, bertujuan untuk menilai proyek yang diajukan untuk memperoleh permohonan pinjaman. Biasanya studi kelayakan terhadap proyek tersebut dilakukan sendiri oleh bank atau lembaga keuangan bukan bank, atau jika dilaksanakan oleh konsultan, konsultan yang ditunjuk adalah yang telah direkomendasi oleh bank atau lembaga keuangan yang bersangkutan. Jadi, keputusan dicairkan atau tidaknya pinjaman akan didasarkan pada standar penilaian dan kebijaksanaan masing-masing bank atau lembaga keuangan bukan bank. Contoh, tingkat bunga pinjaman investasi Bank “A” adalah 20% per tahun, sedangkan tingkat kredit investasi Bank “B” adalah 22% per tahun. Perbedaan tingkat bunga ini tentu saja akan mempengaruhi perhitungan proyeksi keuntungan dari proyek “X”, jika proyek “X” mengajukan permohonan kredit proyek “X” ke bank “B” dan bank “A”. Sekalipun perlu dicatat bahwa pertimbangan dalam pengambilan keputusan disetujui atau tidaknya suatu permohonan kredit semata-mata tidak hanya dilihat profitabilitas komersialnya, melainkan juga profitabilitas ekonomi nasional dan faktor-faktor lain. Hal ini dikaitkan dengan fungsi bank sebagai bank komersial sekaligus sebagai bank pembangunan. Sebagai investor, kreditor juga tidak mengharapkan proyek gagal. Perbedaannya, kepentingan kreditor dengan proyek terbatas selama periode utang belum lunas, sedangkan investor memiliki kepentingan selama modalnya tertanam di proyek, atau selama hidup proyek. Para kreditor akan lebih memperhatikan segi keamanan dana yang akan dipinjamkan. Dengan demikian, mereka mengharapkan agar pembayaran bunga dan angsuran pokok



pinjaman bisa dilakukan oleh pemilik proyek tepat pada waktunya. Karena itu, para kreditor sangat memperhatikan pola aliran kas selama jangka waktu pinjaman. Tentu saja hal ini tidak berarti para kreditor tidak memperhatikan prospek usaha tersebut, melainkan mereka lebih memperhatikan periode pengembalian pinjaman. Salah satu bentuk kreditor adalah Lembaga Keuangan Pembangunan. Lembaga Keuangan Pembangunan memiliki tujuan menyediakan dana pinjaman jangka panjang dan menengah bagi investasi produktif. Lembaga Keuangan Pembangunan merupakan kombinasi antara lembaga perantara keuangan dan lembaga pembangunan. Sebagai lembaga keuangan, tugas utamanya adalah memindahkan modal lokal dan asing, terutama yang bersifat jangka panjang. Sebagai lembaga pembangunan, kegiatan perantaraannya mengandung dimensi yang lebih luas, artinya lembaga pembangunan tersebut harus menyalurkan modal kepada proyek-proyek yang mempunyai nilai kelayakan dan manfaat yang tinggi, ditinjau dari segi kepentingan nasional. Bantuan pembiayaan kepada suatu usaha atau proyek harus langsung dihubungkan dengan tingkat optimasi dampak proyek terhadap usaha-usaha pembangunan negara secara keseluruhan. Kombinasi dari tujuan ganda, yaitu keuntungan dan manfaat sosioekonomis, merupakan falsafah dari suatu lembaga keuangan pembangunan. Lembaga keuangan pembangunan tersebut dan lembaga-lembaga keuangan lain berkepentingan dalam mengevaluasi proyek sehubungan dengan pengambilan keputusan pemberian bantuan keuangan. c. Manfaat bagi Pemerintah Pemerintah terutama lebih berkepentingan dengan manfaat proyek bagi perekonomian, yaitu apakah proyek membantu menghemat devisa, menambah devisa atau memperluas lapangan kerja. Manfaat tersebut terutama dikaitkan dengan penanggulangan masalahmasalah yang sedang dihadapi pemerintah. Misalnya, pemerintah sedang menggalakkan ekspor nonmigas maka proyekproyek yang akan mengekspor hasil produksinya dan tidak menggunakan komponen impor akan lebih diterima oleh pemerintah sehingga biasanya, perusahaan-perusahaan yang menggarap sektor yang sedang diprioritaskan akan lebih mudah mendapatkan berbagai fasilitas. Pemerintah mengadakan penilaian terhadap proyek-proyek untuk membantu dalam pengambilan keputusan pemberian kemudahan fasilitasfasilitas terhadap proyek. Misalnya, pemberian keringanan pembebasan pajak, subsidi, jaminan, dan insentif lain. Misalnya, suatu proyek diperkirakan memiliki profitabilitas ekonomi yang tinggi dibandingkan tingkat profitabilitas komersialnya, dengan kata lain proyek diperkirakan memberikan sumbangan besar terhadap perekonomian nasional, tetapi memberikan tingkat keuntungan relatif rendah kepada perusahaan. Pemerintah akan memberikan berbagai kemudahan fasilitas agar banyak pengusaha swasta yang tertarik menangani proyek sejenis. Artinya, proyekproyek yang diperkirakan akan memberikan sumbangan besar terhadap masyarakat akan diprioritaskan pelaksanaannya oleh pemerintah dengan memberikan berbagai kemudahan fasilitas. Sebaliknya, apabila tingkat profitabilitas komersial proyek jauh lebih tinggi daripada profitabilitas ekonomi nasionalnya, berarti terlalu banyak dana yang tertanam dalam proyek-proyek yang dimanfaatkan oleh beberapa orang saja, misalnya para pengusaha proyek yang bersangkutan dan bukan dimanfaatkan oleh masyarakat banyak. Contohnya,



proyek yang terlalu berorientasi pada padat modal atau terlalu banyak menggunakan bahan baku, bahan penolong atau barang modal lainnya atau bahkan barang dagangan yang diimpor. Hal ini tentu saja akan banyak mengeluarkan devisa untuk pembelian barangbarang yang diimpor tersebut. Tindakan pemerintah untuk meningkatkan profitabilitas ekonomi dari proyek semacam itu antara lain dengan mengeluarkan larangan impor bagi barang-barang tertentu, meningkatkan bea masuk barang-barang impor dan tindakan-tindakan lain untuk mencegah tingginya pengeluaran devisa. Selain itu, penilaian proyek membantu pemerintah memutuskan pengalokasian devisa, yaitu yang akan mengalokasikan untuk mengimpor barang-barang modal, bahan penolong atau bahan baku. Penilaian proyek oleh pemerintah juga dimaksudkan untuk membantu pengambilan keputusan di dalam menentukan pemberian pinjaman oleh pemerintah kepada proyek, ikut serta dalam patungan (joint-ventures) atau menanamkan dananya langsung sebagai pemegang saham dalam suatu proyek pemerintah. d. Manfaat bagi Pihak Manajemen Perusahaan Studi kelayakan dapat dibuat baik oleh pihak eksternal maupun internal (perusahaan itu sendiri). Hal ini merupakan upaya dalam rangka merealisasi ide dan berujung pada peningkatan laba perusahaan. Sebagai pihak yang menjadi project leader, tentunya pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan untuk mengetahui berapa dana yang perlu dialokasikan, rencana pendanaan dari investor, dan dari kreditur. e. Manfaat bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi Dalam penyusunan studi kelayakan, perlu juga dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian nasional. Studi kelayakan yang dibuat perlu dikaji demi tujuan pembangunan ekonomi nasional. 2. Untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan klasifikasi standar industri (standart indusrial clasification) sekarang sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka perlu produk-produk baru dilakukan inovasi dengan kreativitas penciptaan produk baru supaya laku dipasar nasional/internasional. Jelaskan apa tindakan yang harus dilakukan oleh produsen supaya produk baru dapat sesuai dengan standar standar yang ditetapkan! Terdapat beberapa tindakan untuk membantu proses kreativitas penciptaan produk baru, yaitu: a. modifikasi, produk yang sudah ada dalam beberapa segi, seperti warna, ketajaman, suara, gerak, dan manfaat; b. menyusun kembali, dalam hal komponen, skedul, pola rangkaian, dan langkah; c. memperbesar, jumlah unit, tindakan, harga, lebih besar, dan lebih tinggi; d. mengurangi, yang dapat dilakukan dengan cara menghilangkan, memperpendek, dan membagi atau memperkecil produk yang sudah ada; e. kombinasi, unit, ide-ide, ensembles, campuran, dan golongan/macam macam campuran; f. substitusi, power, pendekatan proses, bahan-bahan, atau unsur yang dipergunakan dalam pembuatan produk;



g. mengubah, secara keseluruhan, hubungan, antarproduk atau memunculkan kembali produk baru, dan manfaat baru. Dengan mempelajari klasifikasi standar industri, dimungkinkan untuk melakukan beberapa hal di atas sehingga seseorang akan memperoleh kesempatan mengembangkan produk jenis baru atau produk yang sifatnya hampir sama dengan produk lama. 3. Jelaskan teknik-teknik permintaan suatu barang yang digunakan untuk meningkatkan penjualan suatu produk oleh penjual untuk mengestimasi besarnya penjualan yang akan datang! Meramal Permintaan Peramalan produksi dan penjualan suatu produk yang permintaannya stabil dari waktu ke waktu dan tidak ada persaingan relatif lebih mudah dibandingkan dengan peramalan produksi atau penjualan produk yang memiliki kondisi sebaliknya. Pada kenyataannya, dalam sebagian besar pasar, permintaan pasar keseluruhan, dan permintaan produk perusahaan sangat tidak stabil. Oleh karena itu, peramalan menjadi suatu hal yang penting sekali. Teknik-teknik peramalan yang ada dibuat atas dasar segala sesuatu yang dikatakan, dikerjakan, atau yang telah dilakukan masyarakat. Teknik peramalan atas dasar segala suatu yang dikatakan masyarakat, misalnya peramalan berdasarkan pendapat wiraniaga (salesmen), pendapat konsumen/pembeli, dan pendapat para ahli. Salah satu contoh teknik peramalan atas dasar segala sesuatu yang dikerjakan masyarakat adalah Metode Tes Pasar. Metode Tes Pasar biasanya dilakukan untuk meramalkan dan mendapatkan reaksi pembeli atas produk baru atau produk yang sudah ada di pasar, tetapi menggunakan saluran distribusi baru atau memasuki daerah pemasaran baru. Terakhir, teknik peramalan atas dasar segala sesuatu yang telah dilakukan masyarakat, misalnya analisis catatan perilaku pembelian para pembeli di masa lalu dan teknik peramalan dengan metode statistik, misalnya analisis runtut waktu. Teknik peramalan bisa pula dikelompokkan ke dalam analisis kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif biasanya merupakan peramalan berdasarkan pendapat suatu pihak, dan datanya tidak bisa dibuat dalam angka. Teknik peramalan tersebut, misalnya peramalan pendapat (judgment forecast) dan peramalan dengan menggunakan survei, misalnya survei pembeli, pendapat para wiraniaga, pendapat pimpinan, pendapat para ahli, dan tes pasar. Sebaliknya, teknik peramalan kuantitatif merupakan teknik peramalan yang mendasarkan pada data masa lalu, dapat dikuantitaskan dalam angka, dan diasumsi bahwa keadaan masa lalu akan berulang kembali di masa yang akan datang. Teknik peramalan kuantitatif dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) peramalan sederhana dan (2) peramalan statistik. Perhitungan dalam peramalan sederhana adalah perhitungan matematis sederhana. Sebagai contoh, jumlah penjualan tahun A adalah Rp1 juta setahun dengan kenaikan 20% setahun. Jadi, penjualan tahun B adalah Rp1.200.000,00 (120% x Rp1.000.000,00), sedangkan peramalan statistik meliputi Analisis Runtut Waktu (time series analysis) dan Analisis Regresi-Korelasi. Beberapa teknik peramalan tersebut akan dibahas secara ringkas sebagai berikut.



a. Survei pembeli (survey of buyers intentions) Teknik peramalan ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan yang akan dilakukan oleh para pembeli dalam menghadapi keadaan tertentu. Survei ini bisa bermanfaat jika pembeli memiliki sikap yang jelas dan dapat diformulasikan dan diinformasikan kepada pihak yang mengadakan survei. Untuk mengukur kecenderungan membeli barang konsumsi, antara lain dengan menggunakan skala kemungkinan pembeli (purchase probability scale) termasuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan ekonomi calon pembeli, tingkat ketidaksenangan serta tingkat kesenangan terhadap produk yang ditawarkan. Untuk barang industri, survei lebih dititikberatkan pada masalah peralatan, bahan baku, dan kepabrikan lainnya. Survei sikap pembeli barang industri lebih mudah dilakukan karena jumlah pembeli industri tidak sebanyak pembeli eceran serta pembeli memiliki sikap yang jelas dan mau mengemukakan sikapnya. b. Peramalan berdasarkan pendapat tenaga pemasaran (composite of sales force opinions) Jika survei pembeli secara langsung tidak bisa dijalankan, perusahaan dapat menggunakan tenaga pemasaran sebagai sumber informasi untuk mengadakan peramalan. Kelemahan metode ini adalah terlalu optimis atau pesimisnya peramalan oleh tenaga pemasaran tersebut sehingga dapat menyebabkan peramalan yang terlalu tinggi atau sebaliknya. Untuk mengatasi hal tersebut perusahaan dapat memberikan insentif kepada tenaga pemasaran yang mengajukan ramalan terbaik. Dengan demikian, diharapkan prestasi tenaga pemasaran dapat lebih terpacu untuk menghasilkan yang lebih baik. c. Pendapat para ahli (expert opinion) Para ahli yang dilibatkan dalam peramalan di sini meliputi dealer, distributor, pemasok, konsultan pemasaran, dan asosiasi dagang. Misalnya, secara periodik, dealer diminta menentukan target penjualan yang ingin dicapai atau setiap periode tertentu perusahaan membeli paket peramalan industri dari sebuah jasa konsultan. d. Tes pasar (market test) Tujuan mengadakan tes pasar adalah untuk mempelajari reaksi konsumen dan dealers dalam menangani, menggunakan, dan membeli ulang produk produk secara nyata dan untuk mengetahui luas permintaan. Metode tes pasar antara produk konsumen berbeda dengan produk industri. Dalam mengadakan tes pasar produk konsumen, perusahaan memiliki empat periode yang akan diukur, yaitu percobaan, percobaan pertama, adopsi, dan frekuensi pembelian. Terdapat empat metode tes pasar, yakni penelitian gelombang penjualan (Sales-wave Research), teknik toko tiruan (Simulated Store Technique), Controlled Test Marketing, dan Market Test. Dalam Sales-wave Research, konsumen diberi produk percobaan secara cuma-cuma atau dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan produk pesaing (jika barang tersebut sudah ada di pasaran) selama tiga sampai lima kali. Metode Simulated Store Technique membutuhkan biaya yang lebih besar daripada metode sebelumnya. Perusahaan memilih beberapa toko atau pusat pembelanjaan untuk disaring (screening). Kemudian, konsumen diberikan sejumlah uang dan diundang di salah satu toko tersebut sehingga mereka bisa membelanjakan atau memilih produk baru di antara produkproduk lainnya. Beberapa minggu kemudian, konsumen tersebut dimintai keterangan (lewat telepon) untuk mendapatkan alasannya mengapa mereka membeli atau tidak. Metode ini meskipun membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi memberikan hasil yang tepat.



4. Salah satu metode untuk menentukan besarnya skala produksi adalah dengan pendekatan titik impas (Break Even Point). Misalnya untuk memproduksi suatu barang elektronik diperlukan biaya tetap Rp 100.000,00 dan biaya variabel sebesar Rp.20.000,00 per unit barang yang diproduksi. Jika harga jual perunit barang Rp. 25.000,00. Hitunglah: a. Jumlah barang yang harus terjual agar terjadi BEP. Q = FC/(p-VC) = Rp 100.000/(Rp 25.000 – Rp 20.000) = 20 unit produk b. Jumlah uang penjualan yang diterima agar terjadi BEP : 20 unit x Rp 25.000 = Rp 500.000 c. Jumlah produk yang harus dijual supaya dapat menutupi biaya tetapnya. Q = FC/p = Rp 100.000/Rp 25.000 = 4 unit produk



SUMBER : EKMA4311 / STUDI KELAYAKAN BISNIS