Tugas 2 Auditing II [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Ni Wayan Widia Maryanti Nim : 041330517 Tugas 2 Auditing II 1. Kecurangan yang dilakukan perusahaan dalam pendapatan dan pelaporan keuangan diantaranya ada istilah Underwriter Financial Group, Donnkenny, California Micro Devices, Home Theater Product dan FNN. Jelaskan masing-masing istilah tersebut menurut anda! Jawab: Kecurangan yang dilakukan perusahaan dalam pendapatan dan pelaporan keuangan diantaranya:  Underwriter Financial Group merupakan kecurangan yang dilakukan dengan cara melaporkan pendapatan palsu atau pendapatan yang tidak terjadi untuk mengubah citra perusahaan yang aslinya rugi menjadi menghasilkan laba.  Donnkenny merupakan kecurangan yang dilakukan dengan cara mencatat pendapatan palsu dan faktur yang salah untuk meningkatkan target pendapatan atau memenuhi target laba.  California Micro Devices adalah kecurangan yang dilakukan dengan cara memerintahkan pegawai untuk mencatat penjualan terhadap produk yang aslinya tidak dikirim bahkan produk yang belum diproduksi.  Home Theater Product Int’l adalah kecurangan yang dilakukan dengan cara membuat pelanggan dan penjualan yang palsu sebagai usaha untuk membukukan keuntungan pada saat terjadi kerugian.  FNN adalah kecurangan yang dilakukan dengan cara memisahkan perusahaan yang dikuasai FNN untuk menghasilkan dan menggelembungkan penjualan FNN atau merekayasa perusahaan yang dikendalikan FNN agar membuat penjualan FNN meningkat. Sumber : BMP Modul 4 Halaman 4.10 2. Jelaskan uji substantif untuk asersi utang? Jawab: Pengujian substantif adalah prosedur – prosedur audit yang didesain untuk menguji salah saji material dalam nilai rupiah yang mempengaruhi langsung kebenaran dari saldo-saldo dalam laporan keuangan.



Tujuan pengujian substantif hutang usaha adalah : 1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan hutang usaha. Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran saldo hutang usaha yang dicantumkan dalam neraca, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan yang mendukung informasi utang usaha yang disajikan dalam



neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo hutang usaha yang dicantumkan dalam neraca dengan akun Hutang Usaha dalam buku besar dan selanjutnya ke register bukti kas keluar dan register cek. 2. Membuktikan keberadaan hutang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan hutang usaha yang dicantumkan di neraca Dalam pengujian substantif terhadap hutang pada umumnya, pengujian ditunjukkan untuk menemukan kemungkinan adanya unrecorded liabilities. 3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo hutang usaha yang disajikan di neraca Hutang usaha harus disajikan di neraca pada fakta pada tanggal neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah yang menjadi kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal neraca. Dengan demikian tujuan pembuktian asersi penilaian tidak berlaku terhadap saldo hutang usaha pada tanggal neraca. 4.



Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca



Hutang usaha yang ada pada tanggal neraca merupakan kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal tersebut.



Utang usaha biasanya merupakan saldo terbesar dalam utang lancar di neraca dan faktor yang penting dalam mengevaluasi solvabilitas jangka pendek. Dibandingkan dengan audit saldo aset, audit utang usaha relatif lebih menekankan pada asersi kelengkapan daripada asersi keberadaan dan keterjadian. Alasannya adalah jika manajemen termotivasi untuk melakukan salah saji utang, biasanya dengan kurang saji untuk melaporkan posisi keuangan yang lebih baik. Disamping itu, terdapat risiko bawaan bahwa faktur pemasok dapat tidak diperiksa dengan tepat waktu dan utang dicatat pada periode setelah penerimaan barang dan jasa. 1.



Menentukan Risiko Deteksi untuk Uji Detail



Utang usaha dipengaruhi baik oleh transaksi pembelian yang menambah saldo maupun oleh transaksi pengeluaran kas yang menurunkan saldo tersebut. Jadi, risiko pengujian rincianuntuk asersi hutang usaha dipengaruhi oleh risiko inheren, risiko prosedur analitis, dan faktor-faktor risiko pengendalian yang berkaitan dengan kedua kelompok transaksi tersebut. Auditor menggunakan metodologi untuk menghubungkan penilaian risko pengendalian yang tepat atas asersi kelompok transaksi guna mencapai penilaian risiko pengendalian untuk asersi-asersi saldo akun utang usaha.



Contoh matriks risiko untuk siklus pembelian dan asersi utang usaha disajikan pada tabel berikut.



a.



Keberadaan dan Keterjadian



Asersi keberadaan dan keterjadian untuk pembelian dan utang usaha mewakili risiko bawaan yang signifikan karena memungkinkan kecurangan oleh karyawan dan penggelapan aset. Akibatnya risiko bawaan ditaksir tinggi b.



Kelengkapan



Auditor dapat menaksir risiko bawaan untuk asersi kelengkapan sebagai maksimum karena risiko utang yang tidak tercatat. c.



Hak dan Kewajiban



Asersi hak dan kewajiban membahas isu apakah utang usaha merupakan kewajiban entitas pada tanggal neraca. d.



Penilaian dan alokasi



Penaksiran risiko bawaan untuk asersi penilaian dan alokasi sering ditetapkan tinggi hanya karena tingginya volume transaksi utang usaha.



e.



Penyajian dan pengungkapan



Risiko terbesar terkait penyajian dan pengungkapan adalah risiko salah klasifikasi biaya dengan modal aset. Kesalahan ini merupakan kesalahan kedua tersering setelah masalah pengakuan pendapatan. Akibatnya, risiko bawaan sering ditetapkan maksimum untuk asersi ini.



2.



Merancang Uji Substantif



Level risiko deteksi yang dapat diterima untuk tiap asersi laporan keuangan dicapai dengan mengumpulkan bukti dari uji substantif yang dirancang dengan baik. Daftar uji substantif untuk utang usaha dapat dilakukan disajikan pada tabel berikut.



a. Prosedur awal Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantif atas hutang usaha adalah menelusuri saldo awal kertas kerja tahun sebelumnya, dan menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi dalam memeriksa akun buku besar untuk melihat setiap ayat jurnal yang tidak biasa, serta untuk mengembangkan daftar jumlah yang terutang pada tanggal neraca. b. Prosedur analitis Pada tahap awal pengujian substantive terhadap utang usaha, pengujian analitis



dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan menemukan yang memerlukan audit lebih intensif. Selain itu, tujuan auditor menerapkan prosedur analitis adalah untuk mengembangkan ekspektasi atas saldo akun hutang dan hubungan antar hutang dengan akun-akun kunci seperti pembelian atau persediaan. c. Pengujian rincian transaksi Dalam melaksanakan pengujian rincian transaksi, auditor terutama akan menitikberatkan pada pendeteksian kurang saji hutang yang dicatat serta hutang yang belum tercatat. Seberapa luas setiap pengujian tersebut dilakukan akan bervariasi menurut tingkat risiko deteksi. d. Pengujian rincian saldo Dua pengujian yang termasuk dalam kategori ini adalah (1) konfirmasi hutang usaha, dan (2) rekonsiliasi hutang yang belum dikonfirmasi dengan laporan bulanan yang diterima oleh klien dari penjual atau pemasok. e. Penyajian dan Pengungkapan Auditor harus memahami penyajian dan pengungkapan laporan menurut standar akuntansi. Utang usaha harus diidentifikasi dan diklasifikasikan ke dalam utang lancar.



Sumber : BMP Modul 5 Halaman 5.44 - 5.55 https://www.academia.edu/24005739/PENGUJIAN_SUBSTANTIF_ATAS_SALDO _HUTANG_USAHA



3. Gambarkan diagram alir sistem transaksi produksi dan Jelaskan! Jawab:



Berikut merupakan beberapa dokumen, catatan, dan file komputer yang biasa digunakan dalam memproses transaksi produksi. Contoh sistem akuntansi yang menggabungkan dokumen-dokumen tersebut diperlibatkan pada diagram diatas.  Pemesanan produksi Formulir yang menunjukkan jumlah dan jenis barang yang diproduksi, sebuah pemesanan dapat terkait dengan sebuah pemesanan pekerjaan atau proses yang berkelanjut.  Laporan kebutuhan material



Daftar bahan baku dan suku cadang yang dibutuhkan pada sebuah pemesanan produksi.  Slip pengeluaran bahan Otorisasi tertulis dari departemen produksi kepada bagian gudang untuk mengeluarkan bahan baku yang akan digunakan untuk pemesanan produksi yang diterima.  Time ticket Catatan waktu yang dibutuhkan pekerja untuk pekerjaan tertentu.  Move ticket Pengumuman yang mengotorisasi pergerakan fisik pekerjaan pada proses antara departemen produksi serta di antara barang dalam proses dan barang jadi.  Laporan produksi harian Laporan yang menunjukkan bahan baku dan tenaga kerja yang digunakan pada hari itu.  Laporan produksi selesai Laporan pekerjaan yang telah selesai pada suatu pemesanan produksi.  File induk kos standar File komputer yang terdiri atas kos standar.  File induk sediaan bahan baku File komputer yang memuat jumlah bahan baku dictangan dan kos bahan baku sebenarnya.  File induk sediaan barang dalam proses File komputer yang memuat jumlah barang dalam proses di tangan dan kos barang dalam proses sebenarnya.  File induk sediaan barang jadi File komputer uang memuat jumlah barang jadi di tangan dan kos barang jadi sebenarnya. Sumber : BMP Modul 6 Halaman 6.13 - 6.14