Tugas 2 Resume Modul 2 Abk [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS 2 PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS RESUME MODUL 2



Dikerjakan Oleh : Nama



: Diah Pratiwi



NIM



: 856030105



Kelas



:2A



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA 2021



Modul 2 HAKIKAT PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) KEGIATAN BELAJAR 1 Pengertian Pelayanan Pendidikan Dan Sejarah Perkembangan Pendidikan Khusus Indonesia A. Makna Dan Jenis Pelayanan Pendidikan Bagi ABK 1. Makna Pelayanan Pendidikan Pelayanan merupakan suatu jasa yang diberikan oleh seseorang atau satu lembaga untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Seperti halnya dengan pelayanan, pendidikan juga dapat dimaknai dengan cara yang terdapat dalam UU No. 20/2003 tentang Sidiknas. Dalam Bab 1 Pasal 1, Ayat 1, ditetapkan bahwa : “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan , pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak/mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara” Dengan demikian, pelayanan pendidikan mengacu pada pelayanan pendidikan atau layanan pendidikian mengacu kepada penyediaan jenis layanan yang sesuia dengan



kebiutuhan



yang



dilayani



sehingga



memungkinkan



seseorang



mengembangkan potensi dirinya. Istilah pelayanan pendidikan atau layanan pendidikan sengaja ditekannkan untuk anak berkelainan karena anak ini memang mempunyai kebutuhan khusu yang perlu pelayanan khusus pula. 2. Jenis Pelayanan bagi Anak Berkebutuhan Khusus Sesuai dengan kebutuhan para penyandang kelainan, sebagaimana yang sudah anda kaji dalam modul 1, jenis pelayan pendidikan dpat dibedakan menjadi 3 kategori sebagai berikut. a. Layanan pendidikan yang berkaitan dengan bidang kesehatan dan fisik seperti kebutuhan yang berkaitan dengan koordinasi gerakan anggota tubuh dan berbagai



jenis gangguan kesehatan, melibatkan berbagai tenaga professional, seperti ahli terapi fisik (Physica Therapist Occupational Therapist dan berbagai dokter ahli) b. Layanan pendidikan yang berkaitan dengan kebutuhan emosional social, seperti kebutuhan yang berkaitan dengan konsep diri, penyesuaian diri dengan lingkungan/masyarakat sekitar, menghadapi peristiwa penting dalam hidup, dan kebutuhan bersosialisasi. Layanan pendidikan ini melibatkan para psikolog dan pekerja social. c. Layanan pendidikan yang memang berkaitang langsung dengan kebutuhan pendidikan, merupakan kebutuhan terbesar para penyandang kelainan, melibatkan ahli pendidikan dari berbagai bidang dan psikolog. B. Sejarah Perkembangan Layanan Pendidikan Khusus Keberadaan para penyandang kelainan dapat ditandai dengan sejak zaman purba yang masih primitive, sampai zaman yang paling mutakhir, yang ditandai dengan kecanggihan teknologi. Pada awalnya, perlakuan terhadap para penyandang kelainan sangat menyedihkan. Oleh karenapengaruh mistik dan berbagai kepercayaan, para penyandang kelainan dikucilkan, bahkan ada yang dimusnahkan ketika masih bayi. Layanan pendidikan terhadapp penyandang dapat ditelusuri mulai abad 16, ketika dispanyol seorang anak tunarungu sejak lahir berhasil dididik . di amerika layanan pendidikan ini baru dimulai pada tahun 1917, dan di Indonsia dapat ditelusuri mulai tahun 1901. Kegiatan Belajar 2. Berbasis Bentuk dan Jenis layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) A. Pelayanan Pendidikan Segregasi, Integrasi dan Inkluisi 1. Layananan Pendidikan Segregasi Bentuk layanan pendidikan segregasi memisahkan ABK dari anak normal. Dengan demikian, ABK mempunyai sekolah sendiri, demikian pula anak normal mempunyai sekolah yang tidak ad kaitannya dengan sekolah untuk ABK. Alasan para pendukung pelayanan pendidikan terpisah ini antar lain sebgai berikut : a.



Dalam layanan segregasi (terpisah) ABK akan mendapat perlakuan/ perhatian



yang lebih intensif karena para guru memang disiapkan khusus untuk melayani mereka.



b.



Dalam layanan segregasi, para ABK merasa senasib sehingga dapat berggaul lebih



akrab. c.



Keinginan untuk bersaing dalam pendidikan segregasi mungkin lebih tinggi



karena para ABK merasa mempunyai kemampuan setara sehingga kesempatan untuk unggul akan semakin terbuka. 2. Layanan Pendidikan Integrasi Layanan ini menyediakan pendidikan bagi ABK disekolah yang sama dengan anka normal. Melalui pendidikan integrasi, para ABK dapat menghayati dunia yang sama dengan anak normal, demikian pula anak normal akan mendapat kesempatan untuk menghayati keanekaragaman dalam hidup. Anak normal dan masyarakat luas akan menyadari bahwa setiap individu mempunyai karakteristik yang khas, yang harus diterima sebagai sesuatu yang wajar. 3. Layanan Pendidikan Inkluisi Terlepas dari berbagai pertentangan antara penganut layanan, segregasi dan integrasi, konsep layanan terpadu tampaknya semakin popular, bahkan sampai pada bentuk yang paling ekstrem, yang disebut inclusion, yang dalam bahas Indonesia disebut inkluisi, yang pada dasarnya berarti termasuk atau golongan didalamnya. Artinya, setiap anak diakui sebagai bagian dari anak-anka lain yang ada dalam sekolah. B. Jenis Pelayanan Pendidikan Khusus 1. Layanan di Sekolah Dasar Model ini yang dapat kita katakana sebagai integrasi penuh memang merupakan model yang diingini oleh para penganut inkluisi yang menghendaki agar ABK secara penuh dilayani di sekolah biasa yang terdapat dengan tempat tinggalnya. Kekuatan dari model ABK



adalah (a0 merreka mendapt kesempatan yang luas untuk



berinterkasi dengan anak normal, (b) tidak digunakan lagi label kelainan, serta (c) mereka tidak perlu mengadakan perjalanan terlampau jauh untuk pergi ke sekolah. Sebaliknya model ini juga memiliki kelemahan bagi ABK, yaitu (A) pembelajaran dikelas biasa mungkin menimbulkan ksulitan dalam belajar, (b) jumlah siswa yang banyak di satu kelas membuat perhatian guru untuk ABK terbatas, (c) Kegatan kelompok kecil dan kegiatan individual sering tidak tersef=dia di sekolah biasa, serta (d) guru tidak mendapatkan pelatihan khusu untuk menangani ABK.



2. Sekolah Biasa dengan Guru Konsultan Secara keseluruhan model ini mempunyai beberapa kekuatan , seperti (a) konsultan dapat membantu para guru sehingga memungkinkan tersedianya metode pembelajaran, program, dan materi yang khas untuk ABK (b) dapat melayani lebih banyak siswa, (c) member pengaruh pada lngkungan belajara, serta (d) konsultan dapat mengoordinasikan layanan pendidikan yang kompresif bagi ABK, sebalaiknya model ini mempunyai kelemahan yaitu: (a) Guru pendidikan khusu yang bertindak sebagia konsultan mungkin dianggap sebagai orang luar , bukan sebagai staff pengajar di sekolah tsb. (b) Pengetahuan konsultan tentangABK yang didapat dari pengalaman belajar langsung mungkin sangat kurang, (c) kemungkinan terjadinya pemisahan antara pembelajaran dan assessment. 3. Sekolah biasa dengan Guru Kunjung Kekuatan



dari model



ini



adalah



(a) guru kunjung dapat



membantu



mengidentifikasi dan melakukan diagnosis terhadap ABK yang ada disekolah biasa (b) dapat member konsultan pad guru sekolah biasa (c) layanan yang diberikan bersifat paruh waktu (d) dapat mengakomodasi kebutuhan beberapa sekolah, dan (e) merupakan cara yang ekonomis untuk melayani ABK ringan, Model ini juga mempunyai kelemahan yaitu (a) bantuaj untuk ABK tidak dapat diberikan secara konsisten karena kedatangan yang mungkin jarang (b) guru kunjung mungkin kurag akrab dengan staff sekolah lainnya (c) masalah transportasi yang sering sulit (d) kesinambungan program kurang terpelihara, dan (e) tindak lanjut yang teratur juga kurang. 4. Model Ruang Sumber Kekuatan dari model ini adalah (a) model yang menekankan pada pengajaran remedial (b) GPK dapat berperan sebagai konsultan bagi guru-guru lain, (c) bimbingan khusu merupakan suplemen dari pelajaran di kelas biasa, (d) GPK dapat menyediakan pelajaran individual bagi ABK, terutama dalam bidang yang bermasalah bagi ABK, serta (e) mengurangi trauma. Kelemahan dari model ini yaitu : (a) pengatura jadwal mungkin menimbulkan masalah (b) tidak sesuai untuk melayani ABK yang mengalami kesulitan belajar yang parah, an (c) peran guru dan GPK yang mungkin menimbulkan konflik. 5. Model Kelas Khusus



Model ini mempunyai kekuatan yaitu: (a) setiap anak mempunyai program pendidikan individual



(b) merupakan lingkungan belajar yang kondusif bagi



penyandang kesulitan belajar yang parah, (c) menyediakan perhatian penuh dari seorang guru terhadap ABK, serta (d) menyediakan kondisi belajar khas secara penuh waktu. Kelemahannya yaitu : (a) Kontak atau interaksi dengan anak normal sangat terbatas, (b) harapan guru terhadapa kemampuan siswa cenderung rendah,(c) memodelkan perilaku yang tidak diharapkan karena mereka terkumpul dengan sesam ABK. Seerta, (d) Kurang sesuai untuk ABK ringan dan Sedang. 6. Model Sekolah Khusus Siang Hari Kekuatan model ini antara lain yaitu : (a) para personel dan fasilitas yang ada apat difungsikan secara penuh untuk melayani ABK, (b) dapat melayani ABK dalam jumlah banyak, (c) dapat merupakan tempat untuk mengembangkan model pembelajaran, (d) dapat merupakan pusat pelayanan (e) menyeediakan kurikulum dan lingkungan belajar secar khusu serta (f) ABK masih dapat tetap berada dngan keluarganya diluar jam sekolah. Kelemahan model ini yaitu : (a) selama waktu sekolah, ABK tidak mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dengan anka normal, (b) biaya dapat sangat tinggi, (c) bukan merupakan lingkungan yang paling tak terbatas bagi ABK , serta (d) mengurangi tekanan untuk pengembangan layanan local sehingga layanan local mungkin tidak berkembang karena sudah ada layanan di sekolah khusus ini. 7. Model Sekolah dalam Panti Asuhan atau Rumah Sakit Model ini mempunyai kekuaatan antara lain yaitu : (a) menyediakan latihan motorik secara teratur, (b) memberikan perhatian khusu pada gizi dan perawatan kesehatan , (c) menyediakan kesempatan untuk menghayati kehidupan sekolah yang sejalan dengan program pendidikan sekolah, serta (d) dapat menunjukkan prosedur diagnosi dan mengajar yang tepat. Kelemahannya yaitu : (a) terpisah dari kehidupan masyarakat biasa (b) memerlukan biaya yang cukup tinggi , (c) sering kekurangan staff yang melayani serta (d) kualitas pelayanan sukar di kendalikan.



C. Pendekatan Kolaboratif dalam Pelayanan Pendidikan ABK Pendekatan kolaboratif dalam pelayanan pendidikan ABK berasumsi bahwa layanan pendidikan terhadapa ABK akan menjadi lebi efektif jka dilakukan oleh satu tim yang berasal dari berbagai bidang keahlian, yang bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan ABK. Dalam menangani ABK yang ada disekoalh biasa guru dapat berkolaborasi dengan teman sejawat, kepala sekolah, dan orang tua siswa