Tugas 3 Pendidikan Agama Islam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas.3 Saudara berikut ni terdapat Tugas wajib 3 yang harus dikerjakan 1) Jelaskan pengertian budaya akademik! Jawaban : Budaya akademik dalam pandangan Islam adalah suatu tradisi atau kebiasaan yang berkembang dalam dunia Islam menyangkut persoalan keilmuan. Budaya akademik adalah sebuah situasi atau keadaan dimana suatu ajaran atau suatu nilai dalam pendidikan telah menjadi kebiasaaan dan dilakukan secara berulang-ulang seperti ajaran rajin, tekun, suka mengkomparasikan berbagai ilmu, suka bereksperimen dll. Budaya akademik dalam Islam tentu menjadi sebuah keharusan dimana nilai-nilai Islam diterapkan dalam dunia pendidikan. Penting untuk dicatat bahwa muara dari budaya akademik yang ditumbuhkan dalam Islam adalah semakin bertambahnya keyakinan terhadap Allah SWT. Apapun keilmuan yang dipelajari baik itu fisika, kimia, biologi, ataupun ilmu keagmaan muaranya tetap satu yaitu bertambah keyakinannya terhadap tuhan. Budaya akademik dalam Islam menghendaki semua orang muslim untuk memiliki sikap tekun dan ulet dalam mencari ilmu. Islam sebagai agama yang mendorong umatnya untuk menjadi cerdas dan pandai maka mempunyai banyak dalil-dalil mengenai keutamaan mencari ilmu. Seperti yang dikatakan Nabi Muhammad dalam hadistnya yang di riwayatkan oleh Sahabat Abu Huroiroh :



ْ‫ّللا لَهْ بِ ِْه طَ ِريقًا إِلَى ال َجنَّ ِة‬ َّْ ‫ل‬ َْ َّ‫ك طَ ِريقًا يَلتَ ِمسْ فِي ِْه ِعل ًما َسه‬ َْ َ‫َمنْ َسل‬ Artinya : “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” [HR. Muslim]. Bahkan saking utamanya para pencari ilmu yang nantinya akan membentuk budaya akademik dalam Islam sampai-sampai Allah sendiri bersaksi atas nama pencari ilmu atau ahli ilmu. Hal ini seperti yang ditermaktub dalam al-Quran, Surat Al-Imran, Ayat 18 :



ْ‫ل ه َْو ال َع ِزيزْ ال َح ِكيم‬ ْ َّ ِ‫ل إِ َٰلَ ْهَ إ‬ ْ َ ْۚ ‫ط‬ ِْ ‫ل ه َْو َوال َم ََلئِ َكةْ َْوأولو ال ِعل ِْم قَائِ ًما بِالقِس‬ ْ َّ ِ‫ل إِ َٰلَ ْهَ إ‬ ْ َ ْ‫ّللا أَنَّه‬ َّْ ‫َش ِه َْد‬ Artinya : Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.



2) Jelaskan tentang bagaimana apresiasi atau penghargaan Al-quran terhadap orang-orang yang berilmu (berbudaya akademik)? Jawaban : Apresiasi atau penghargaan Al-quran terhadap orang-orang yang berilmu (berbudaya akademik), diantaranya adalah : a. Wahyu Al-Qur'an yang turun pada masa awal mendorong manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Islam sejak awal tidak membedakan antara ilmu umum dan ilmu agama atau ilmu dunia dan ilmu akhirat. Apa saja obyek yang dapat memberikan manfaat bagi kemaslahatan hidup



manusia sudah sewajarnya kalau dipelajari oleh manusia. Sehingga yang menentukan baik tidaknya apa yang dipelajari bukan terletak kepada obyeknya melainkan kepada motivasi atau niatnya. Yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa apa pun aktivitas yang kita kerjakan maka syarat yang ditekankan oleh Al-Quran adalah harus bismirabbik, (dengan nama Tuhan). Dengan kalimat iqra’ bismirabbik, Al-Quran tidak sekadar memerintahkan untuk membaca, tetapi membaca adalah lambing dari segala yang dilakukan oleh manusia, baik yang sifatnya aktif maupun pasif. Kalimat tersebut dalam pengertian dan jiwanya ingin menyatakan “Bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi Tuhanmu”. Sehingga pada akhirnya mempunyai arti “ Jadikanlah seluruh kehidupanmu, wujudmu, dalam cara dan tujuannya, kesemuanya demi Allah SWT. Hal ini secara tidak langsung merupakan anjuran untuk membaca karena dengan membaca seseorang dapat memperoleh manfaat yang banyak khususnya adalah wawasan hidup dan pengetahuannya. Hal tersebut akan sangat bermanfaat bagi kesuksesan hidupnya. Atau dengan kata lain ilmu pengetahuan akan dapat terus berkembang dengan baik apabila budaya baca tulis telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. b. Tugas manusia sebagai khalifah Allah di bumi akan sukses kalau memiliki ilmu pengetahuan. Bahwa untuk suksesnya tugas kekahilafahan manusia di muka bumi maka Allah SWT menganugerahkan kepada manusia potensi untuk dapat mengetahui dan memahami segala sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupannya. Dengan kemampuan untuk memahami dan mengetahui itulah sumber dan cara mendapatkan ilmu pengetahuan, menjadikan manusia memiliki kelebihan dibandingkan dengan malaikat. c. Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk menambah ilmu. Bahwa memohon kepada Allah SWT agar ditambahkan ilmu pengetahuan adalah bagian dari kebutuhan hidup. Bahwa Islam mengajarkan menuntut ilmu adalah salah satu bentuk ibadah yang bernilai tinggi dan harus dilakukan oleh setiap muslim sepanjang hidupnya. Maka kalau pada masa modern dikenal istilah pendidikan seumur hidup (long live education), maka Islam sejak awal menekankan kepada umatnya untuk terus menambah ilmu pengetahuan. Etos untuk terus menambah ilmu pengetahuan dapat diterjemahkan bahwa yang disebut belajar atau menuntut ilmu bukan hanya pada usia tertentu atau dalam formalitas satuan pendidikan tertentu, melainkan sepanjang hayat masih dikandung badan maka kewajiban untuk terus menuntut ilmu tetap melekat dalam diri setiap muslim. Maka bagi yang tidak memiliki pengetahuan jelas nilainya akan jauh berbeda dengan orang yang memiliki pengetahuan. Salah satu hikmahnya adalah bahwa kehidupan terus mengalami perubahan dan perkembangan menuju kemajuan, maka kalau seorang muslim tidak terus menambah pengetahuannya jelas akan tertinggal oleh perkembangan zaman yang pada gilirannya tidak dapat memberikan kontribusi bagi kehidupan. d. Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT. Bahwa kemuliaan dan kesuksesan hidup hanya milik orang yang berilmu dan beriman. Orang yang beriman tetapi tidak memiliki ilmu pengetahuan maka tidak akan memperoleh kemuliaan di sisi Allah SWT. Sebaliknya bagi orang yang hanya berilmu saja tanpa disertai



iman maka juga tidak akan membawa manfaat bagi kehidupannya khususnya di akhirat kelak.



3) Bagaimana petunjuk Al-quran untuk meningkatkan etos kerja? Jawaban : Untuk dapat meningkatkan etos kerja, seorang muslim harus terlebih dahulu memahami tugasnya sebagai manusia yaitu sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi dan juga sebagai hamba yang berkewajiban untuk beribadah kepada Allah SWT. Beberapa petunjuk Al-Quran agar dapat meningkatkan etos kerja antara lain sebagai berikut : a. Mengatur waktu dengan sebaik – baiknya. Manajemen waktu yang artinya seorang muslim dituntut untuk dapat mempergunakan waktu seefektif mungkin untuk dapat diisi dengan segala bentuk aktivitas yang baik, terlebih apabila sedang mengerjakan satu pekerjaan. Setiap orang yang ingin sukses harus dapat mempergunakan waktu sebaik mungkin, karena waktu adalah modal terbaik. b. Bekerja harus sesuai dengan bidangnya dan ini harus diberi catatan bahwa etos kerja yang tinggi tidak boleh menjadikan orang tersebut lupa kepada Allah SWT. Bekerja sesuai dengan bidang dan kompetensinya yang artinya etos kerja seseorang akan berlipat apabila pekerjaan yang dia lakukan memang pekerjaan yang sesuai dengan bidang dan kompetensinya. Apabila seseorang melakukan peredaan yang bukan bidangnya, apalagi kalau tidak memiliki kompetensi jangan harap akan dapat memperoleh hasil yang maksimal, yang ada justru kegagalan.



4) Jelaskan tentang arti penting sikap terbuka dan jujur sebagai bagian dari cara meningkatkan etos kerja dan meraih keberhasilan! Jawaban : Arti penting cara meningkatkan etos kerja dan meraih keberhasilan adalah dengan memiliki sikap terbuka dan jujur. Seseorang tidak mungkin akan dapat meraih keberhasilan dengan cara mempunyai etos kerja yang tinggi kalau tidak memiliki sikap terbuka dan jujur. Karena orang yang tidak terbuka maka akan cenderung menutup diri sehingga tidak dapat bekerja sama dengan yang lain. Apalagi kalau tidak jujur maka energinya akan tersita untuk menutupi ketidakjujuran yang dilakukan. Maka Al-quran dan Hadits memberi apresiasi yang tinggi terhadap orang yang terbuka dan jujur. Islam sangat menekankan supaya manusia bersikap terbuka dan jujur. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-Ahzab/33: 70.



‫ل َس ِديدًا‬ ْ ً ‫ٱّللَ َوقولواْ قَو‬ َّْ ْ‫ين َءا َمنواْ ٱتَّقوا‬ َْ ‫َٰيََٰٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذ‬ Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Sikap terbuka yang dimiliki seseorang akan menjadikan hidupnya merasa nyaman, karena tidak ada yang perlu ditutupi, sehingga etos kerja dan kinerjanya akan menjadi maksimal.



5) Jelaskan tentang makna sikap adil dalam Islam!



Jawaban : Buah dari keterbukaan seseorang maka akan melahirkan sikap adil. Makna adil yang diperkenalkan Al-quran bukan hanya dalam aspek hukum melainkan dalam spektrum yang luas. Dari segi kepada siapa sikap adil itu harus ditujukan Al-Quran memberi petunjuk bahwa sikap adil di samping kepada Allah SWT dan orang lain atau sesama makhluk juga kepada diri sendiri. Adil dalam aspek Aqidah; Untuk menelusuri makna adil dalam aqidah ini dapat digunakan antonim dari keadilan yaitu kezaliman. Al-quran menyebut bahwa syirik adalah kezaliman yang terbesar, hal ini antara lain disebutkan dalam Q.S. Luqman/31: 13.



ْ‫ك لَظلمْ َع ِظيم‬ َْ ‫ن ال ِّشر‬ َّْ ِ‫اّللِ ْۚ إ‬ َّْ ِ‫ل تش ِركْ ب‬ َْ ‫ي‬ َّْ َ‫ل لق َمانْ ِلبنِ ِْه َوه َْو يَ ِعظهْ يَا بن‬ َْ ‫َوإِذْ قَا‬ Artinya : Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Adil dalam aspek syari'ah khususnya yang berkaitan dengan muamalah Al-quran menekankan perlunya manusia berlaku adil. Sebagai contoh Q.S. Al-Baqarah/2: 282.



ْ‫ب َكاتِب‬ َْ ‫ل يَأ‬ ْ َ ‫ل ْۚ َو‬ ِْ ‫ين آ َمنوا إِ َذا تَ َدايَنتمْ بِ َدينْ إِلَىَْٰ أَ َجلْ م َسمًى فَاكتبوهْ ْۚ َوليَكتبْ بَينَكمْ َكاتِبْ بِال َعد‬ َْ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬ َْ ‫ل يَبخَسْ ِمنهْ َشيئًا ْۚ فَإِنْ َك‬ ‫ان‬ ْ َ ‫ّللاَ َربَّهْ َو‬ َّْ ‫ق‬ ِْ َّ‫ق َوليَت‬ ُّْ ‫ل الَّ ِذي َعلَي ِْه ال َح‬ ِْ ِ‫ّللا ْۚ فَليَكتبْ َوليمل‬ َّْ ْ‫ب َك َما َعلَّ َمه‬ َْ ‫أَنْ يَكت‬ ْ‫ن ِمن‬ ِْ ‫ل ْۚ َواستَش ِهدوا َش ِهي َدي‬ ِْ ‫ل ه َْو فَليملِلْ َولِيُّهْ بِال َعد‬ َّْ ‫ل يَستَ ِطيعْ أَنْ ي ِم‬ ْ َ ْ‫ض ِعيفًا أَو‬ ُّْ ‫الَّ ِذي َعلَي ِْه ال َح‬ َ ْ‫ق َسفِيهًا أَو‬ ‫ل إِح َداه َما فَت َذ ِّك َْر‬ َّْ ‫ض‬ َْ ‫ن ِم‬ َْ ‫ضو‬ ِْ ‫ن فَ َرجلْ َوام َرأَتَا‬ ِْ ‫ِر َجالِكمْ ْۚ فَإِنْ لَمْ يَكونَا َرجلَي‬ َ ‫ن ِم َّمنْ تَر‬ ِ َ‫ن ال ُّشهَ َدا ِْء أَنْ ت‬ ْۚ ‫ص ِغيرًا أَوْ َكبِيرًا إِلَىَْٰ أَ َجلِ ِْه‬ ْ َ ‫ب ال ُّشهَ َداءْ إِ َذا َما دعوا ْۚ َو‬ َْ ‫ل يَأ‬ ْ َ ‫ى ْۚ َو‬ َْٰ ‫إِح َداه َما اْلخ َر‬ َ ْ‫ل تَسأَموا أَنْ تَكتبوه‬ َْ ‫ض َرْةً تْ ِديرونَهَا بَينَكمْ فَلَي‬ ‫س‬ َْ ‫ل أَنْ تَك‬ ْ َّ ِ‫ل تَرتَابوا ْۚ إ‬ ْ َّ َ‫ّللاِ َوأَق َومْ لِل َّشهَا َدِْة َوأَدنَىَْٰ أ‬ َّْ ‫َٰ َذلِكمْ أَق َسطْ ِعن َْد‬ ِ ‫ون تِ َجا َرْةً َحا‬ ْ‫ل َش ِهيدْ ْۚ َوإِنْ تَف َعلوا فَإِنَّهْ فسوق‬ ْ َ ‫ضا َّْر َكاتِبْ َو‬ ْ َ ‫ل تَكتبوهَا ْۚ َوأَش ِهدوا إِ َذا تَبَايَعتمْ ْۚ َو‬ ْ َّ َ‫َعلَيكمْ جنَاحْ أ‬ َ ‫لي‬ ْ‫ل َشيءْ َعلِيم‬ ِّْ ‫ّللا بِك‬ َّْ ‫ّللا ْۚ َو‬ َّْ ْ‫ّللاَ ْۚ َوي َعلِّمكم‬ َّْ ‫بِكمْ ْۚ َواتَّقوا‬ Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksisaksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan



persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Dalam aspek akhlak keadilan dituntut bukan hanya kepada orang lain namun juga kepada diri sendiri. Ayat-ayat di bawah ini memberikan gambaran hal tersebut di Q.S. Al-An'aam/6: 152.



ْ‫ل ن َكلِّف‬ ْ َ ْۚ ‫ط‬ ِْ ‫َان بِالقِس‬ َْ ‫ل َوال ِميز‬ َْ ‫ي أَح َسنْ َحتَّىَْٰ يَبل َْغ أَش َّدهْ ْۚ َوأَوفوا ال َكي‬ َْ ‫ل بِالَّتِي ِه‬ ْ َّ ِ‫يم إ‬ ِْ ِ‫ل اليَت‬ َْ ‫ل تَق َربوا َما‬ ْ َ ‫َو‬ ْ‫ّللاِ أَوفوا ْۚ َٰ َذلِكمْ َوصَّاكمْ بِ ِْه لَ َعلَّكم‬ َّْ ‫ان َذا قربَىَْٰ ْۚ َوبِ َعه ِْد‬ َْ ‫ل وس َعهَا ْۚ َوإِ َذا قلتمْ فَاع ِدلوا َولَوْ َك‬ ْ َّ ِ‫نَفسًا إ‬ َْ ‫تَ َذ َّكر‬ ‫ون‬ Artinya : Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.