Tugas Agama Budaya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANGGILAN KEBUDAYAAN MENURUT KRISTEN A. Pengertian Budaya Kebudayaan adalah prestasi atau hasil cipta, rasa, dan karsa manusia dalam alam ini. Kemampuan untuk berprestasi/berkarya ini merupakan sikap hakiki yang hanya ada pada manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Karena itu penciptaan, manusia telah diberi amanat kebudayaan (Kej 1:26-30). B. Mandat Berbudaya Beberapa mandat berbudaya adalah : mengatur kelahiran, memenuhi bumi, menaklukkan bumi, berkuasa atas burung-burung di udara, ikan-ikan dilaut dan binatang yang merayap di bumi., dan mengusahai atau memelihara yang ada dalam alam semesta. C. Dosa Dan Pemberontakan Kebudayaan Terhadap Kuasa Allah Contoh pemberontakan kepada Allah dapat dilihat dalam cerita kain dan habel. Selain itu dapat juga dilihat dari cerita menara babel. Akibat penyalahgunaan budaya manusia maka babel yang seharusnya menjadi kota Allah akhirnya menjadi kota iblis. Dalam hal ini budaya menguasai ibadah atau kultur mendominasi kultus. D. Sikap Kristen Terhadap Kebudayaan 1) Sikap Antagonistis (sikap menentang atau menolak) antara antara agama dengan kebudayaan. Hal ini dapat ditemukan dalam pengajaran Tertulianus, Aliran Pietis, mazhab-mazhab, sekte, dan bidat Kristen. 2) Sikap akomodasi dan kapitulasi, yang berarti menyesuaikan diri dengan kebudayaan. 3) Sikap dominasi 4) Sikap dualistis, yakni sikap orang Kristen yang “serba-dua” terhadap kebudayaan. 5) Pengudusan Oleh iman dan rahmat Allah kita menerima budaya dan segala unsur-unsurnya di bawah pengudusan Roh Allah. E. LIMA MACAM SIKAP GEREJA TERHADAP DUNIA DAN KEBUDAYAAN 1. Sikap Radikal : Kristus menentang kebudayaan Sikap yang menekankan antara Krsitus dengan kebudayaan. Kristus dianggap berlawanan dengan masyarakat. Manusia harus memilih Kristus atau kebudayaan. Ia tidak dapat memilih



1



keduanya, ia tidak dapat mengabdi kepada dua tuan (1 Yoh 2:15, 16). Orang yang setia kepada Kristus harus menolak dunia. Sikap radikal ini disertai dengan empat masalah teologia. a. Hubungan antara pengetahuan dan penyataan Memuliakan penyataan/pewahyuan. Pengertian tentang Allah dan pemahaman tentang kewajiban manusia hanya dinyatakan oleh Alkitab dan gereja. Pengetahuan di luar Alkitab dan gereja dicela dan tidak diterima. b. Pengertian tentang dosa Dosa telah merajalela dalam kebudayaan karena itu manusia harus menjauhkan diri dari kebudayaan supaya dapat hidup kudus. c. Hubungan antar kepatuhan kepada hukum dan karunia Allah. Menenkankan kewajiban orang Kristen untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Kehidupan kekristenan adalah kehidupan yang mewujudkan kepatuhan penuh pada hukum Tuhan. Hal itu merupakan tanggapan terhadap kasih karunia yang telah dinyatakan Allah. d. Kecenderungan membedakan dunia materi dan rohani Materi dinilai senantiasa bersifat melawan Allah karena itu manusia harus mengutamakan hanya perkara rohani. Kecenderungan untuk lebih menekankan Roh Kristus dan pengertian rohani daripada Yesus yang sungguh hidup sebagai manusia sejati. 2. Sikap Akomodasi : Kristus milik kebudayaan Melihat keselarasan antara Kristus dan kebudayaan. Kehidupan Yesus dan pengajaranNya dianggap sebagai prestasi manusia yang paling agung. Dalam Yesus cita-cita proses peradaban diwujudkan. Karenanya selain mencintai Kristus, manusia juga mencintai kebudayaan. Penekanan utama mereka pengajaran dan keteladanan hidup Yesus. Ia lebih dilihat sebagai Pengajar Agung daripada sebagai Juruselamat dan Tuhan. Karena itu untuk menarik orang kepada Kristus, mereka menekankan persamaan antara Injil dan kebudayaan. 3. Sikap Perpaduan : Kristus di atas kebudayaan Meyakini bahwa kebudayaan tidak sama sekali bersifat jahat dan tidak sama selalu bertentangan dengan Kristus. Menyetujui bahwa manusia dipanggil untuk mematuhi Allah dan menerima panggilan Allah untuk membangun masyarakatnya dan mengembangkan kebudayaannya. Karena itu manusia tidak harus memilih kebudayaan dan Kristus. Sekalipun Kristus berbeda dengan kebudayaan, Ia juga relevan dengan kebudayaan, terlebih Ia adalah Tuhan atas kebudayaan. Kebudayaan perlu dilihat dalam terang ilmu daniman, bersifat suci tetapi telah diwarnai dosa. Perpaduan antar unsur iman Kristen dan unsur kebudayaan adalah penting. Karena meyakini bahwa Injil melampaui kebudayaan, berarti tujuan hidup manusia 2



tidak dapat dicapai hanya berdasarkan usaha manusia, dalam hal ini membutuhkan kasih karunia Allah. 4. Sikap Dualistis : Kristus dan kebudayaan adalah paradoks Mengakui kewajiban untuk mentaati Kristus dan mengembangkan kebudayaan. Manusia telah berdosa kepada Allah, karena itu semua segi kebudayaan rusak dan buruk adanya. Karenanya manusia hanya dapat diampuni melalui karya Yesus. Dalam pandangan ini, manusia harus menempatkan dirinya sekaligus sebagai warga kerajaan dunia dan kerajaan Allah. Orang Kristen harus mentaati tuntutan Allah dan tuntutan masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat, manusia mentaati hukum masyarakat sebaliknya dalam hidup ibadah, manusia harus mentaati hukum Allah. 5. Sikap Pembaharuan : Kristus membaharui kebudayaan Kristus adalah Penebus yang memperbaharui kehidupan manusia dan masyarakat. Dosa manusia telah berakar dalam semua segi kehidupan manusia, setiap bagian kebudayaan telah menyimpang dari kehendak Allah dan patut dihakimi oleh Allah. Namun pengampunan Kristus bersifat sempurna dalam kehidupan manusia yang beriman kepadaNya. Allah adalah pencipta dan penebus, maka manusia yang telah dibaharui mempunya tanggung jawab untuk mengembangkan kebaikan dan kesejahteraan dalam hidup bermasyarakat. Allah senantiasa hadir dalam dunia ciptaanNya, Ia hadir dan bekerja bukan hanya pada masa yang akan datang. Ia bekerja untuk memperbaharui kehidupan masyarakat melalui kehidupan orang Kristen yang sudah dijadikan manusia baru. Karena itulah gereja harus hidup di dalam dunia dan membaharui dunia. (Yoh 17:15-19; 20:21; Mat 6:10).



F. PANGGILAN ORANG KRISTEN TERHADAP KEBUDAYAAN Fil 2:5 Firman Tuhan mempunyai otoritas mutlak dalam semua aspek kehidupan manusia yang meliputi kehidupan spiritual maupun kehidupan praktis sehari-hari Mat 16:24 Tuhan Yesus berkata kepada murid-muridNya bahwa setiap orang yang mau mengikut Dia haruslah menyangkal dirinya, memikul salibNya setiap hari dan mengikut Yesus 1. Orang Kristen Menyangkali Diri terhadap Kebudayaan yang Melawan Firman Allah * Menilai kembali kebudayaan dalam terang Firman Allah dan membaharuinya * Melayani mereka dalam kebudayaan yang berbeda tanpa memaksa mereka 3



untuk mengikuti kebudayaan si pelayan Injil sekalipun untuk itu kita harus meninggalkan kenyamanan, kemapanan, dan kesejahteraan hati kita ( I Kor 8:20-23). * Melihat secara hati-hati dan memisahkan pengajaran dalam doktrin Kristen antara kebenaran yang bersifat supra kultural dan pakaian kebudayaan dalam Injil maupun pelayan Injil. * Berusaha menemukan keharmonisan di antara prinsip kebenaran berita Injil dan kebudayaan kontekstual, tanpa mengabaikan sedikitpun kebenaran mutlak yang diwahyukan Allah.



2. Orang Kristen Memikul Salibnya terhadap Kebudayaan yang Melawan Kristus * Tetap setia terhadap kebenaran mutlak yang dinyatakan dalam Alkitab sekalipun harus dibayar dengan pertentangan dan kesulitan * Bersedia melayani dengan menghadapi tantangan dari dua kelompok manusia yang mengandalkan kebudayaan dalam hidup di dunia ini: - kelompok agama dalam menjalani hidup di dunia ini berusaha untuk mendapatkan keselamatan dan pengampunan Allah melalui kehidupan keagamaan, amal, intelektual, dan kesalehan mereka. - kelompok duniawi yang cenderung memuaskan keinginan diri tanpa mempedulikan kebenaran Allah. Mewujudkan hidup yang mengejar kepuasan dan kenikmatan jasmaniah. * Memberitakan Injil Kristus yang menyatakan kesia-siaan hidup keagamaan, amal, dan kesalehan manusia. Menyatakan hukuman Allah atas kehidupan manusia yang berdosa dan menolak pengampunan ALLAH dalam Yesus Kristus. Memperkenalkan identitas manusia baru dalam karya penebusan Yesus Kristus.



3. Orang Kristen Mengikut Tuhan Yesus di Tengah Arus Kebudayaan * Meneladani kehidupan Kristus semasa kehadiranNya secara jasmaniah di dalam dunia. Menyatakan kehidupan baru yang memuliakan Allah sehingga dunia akan mengenal kita sebagai pengikut Kristus * Membaharui kehidupan masyarakat dan kebudayaan melalui profesi kita dan karunia yang Allah percayakan kepada kita, dengan berprinsip pada Fil 2:5. * Membaharui kebudayaan yang memisahkan dan menjauhkan manusia dari sesamanya. * Membaharui kebudayaan yang memperlakukan manusia secara tidak manusiawi. * Membaharui kebudayaan yang bersifat materialistis dan merendahkan martabat manusia. 4



* Membaharui kebudayaan yang berpusat pada kenikmatan hawa nafsu diri dan bersifat egosentris. Kerja adalah panggilan Setiap orang terlahir ke dunia dengan panggilan yang spesifik. Salah satu perwujudan dari panggilan tersebut adalah pekerjaan. Kerja sebagai panggilan adalah sebuah konsep yang sangat tua. Bahkan dalam tradisi Hinduisme dan Buddhisme konsep panggilan ini disebut darma, yaitu panggilan suci, kewajiban suci, tugas sakral. Dalam konsep Kristen, Sitompul (2000: 218) manusia yang telah diciptakan Tuhan, diangkat dan ditetapkan untuk menjadi “tuan” memerintah dan mengelola dunia ini, atau dengan kata lain, manusia ditempatkan Tuhan di Taman Eden dengan tujuan “untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Karena penugasan ini terjadi sebelum jatuhnya manusia ke dalam dosa, maka ini menegaskan bahwa kerja adalah panggilan manusia sejak awal. Weber menyatakan panggilan (calling dalam bahasa Inggris; Beruf dalam bahasa Jerman) terkait dengan suatu profesi sehari-hari yang sejatinya merupakan suatu tugas yang dikehendaki Tuhan, atau setidaktidaknya disarankan (2003: 117). Pengertian itu menunjukkan bahwa kerja adalah aktivitas yang diperintahkan oleh Tuhan sehingga kerja pun akhirnya memiliki dimensi kesucian. Permasalahan yang timbul adalah banyak orang masih sering melakukan pemisahan antara yang sakral dan sekuler. Padahal jika segala sesuatu yang dilakukan bagi kemuliaan Allah, dalam hal ini bekerja, maka pekerjaan itu memiliki nilai yang mulia di hadapan Tuhan.[4] Arthur Holmes menegaskan hal ini dengan baik. Ia menyatakan: Pekerjaan seseorang ketika dilakukan dengan segenap hati sebagai ungkapan pengabdiannya kepada Tuhan, adalah suatu ibadah (Kol 3: 22-4:1). Jelaslah, pekerjaan—bahkan yang sekular—merupakan panggilan Tuhan, sehingga kesalehan dan pengabdian kita tidak terbatas hanya pada kehidupan batiniah atau terbatas hanya pada waktu kita berhubungan langsung dengan Tuhan. Segala sesuatu yang kita lakukan menjadi sakral ketika itu dilakukan bagi kemuliaan Tuhan (2000: 50). Budaya Yang Harus Dikembangkan Pada Zaman Modern Ini 1) Budaya berpikir dan bertindak kritis Budaya berpikir dan bertindak kritis adalah bahagian dari iman Kristen sebab Tuhan Yesus juga mengajarkan hal itu kepada kita. Kita juga dapat melihat sikap Yesus kepada orang-orang Farisi, Ahli taurat dan Sadusi yang kerap kali datang mencobai Yesus dalam diskusi teologis. Yesus menyatakan bagaimana sikapNya menghadapi para pendemo tersebut dengan menghadirkan sikap berpikir dan bertindak kritis.



5



2) Budaya kerja keras Manusia bekerja dengan menggunakan semua daya-daya kemampuannyauntuk kesejahteraannya dan sesamanya. a) Kerja sebagai hakekat manusia Budaya kerja sudah muncul sejak manusia telah diberi mandate untuk bekerja,meniru Allah yang juga tetap bekerja. Kerja dapat diartikan bukan saja hanya soaltugas, tanggung jawab atau budaya manusia semata-mata tetapi merupakan hakekat, keberadaan manusia. b) Kerja sebagai berkat Orang yang percaya kepada Yesus Kristus melakukan pekerjaannya sebagai anugerah dan berkat kepadanya. Dari dan oleh pekerjaan inilah kita memperoleh hidup, nafkah, rezeki dan kebutuhan sehari-hari bahkan kekayaan atau kesejahteraan. c) Meningkatkan budaya kerja keras Seseorang dikatakan telah bekerja keras apabila semua potensi dankemampuan digerakkan semaksimal mungkin untuk tujuan memperoleh hasil yangjuga semaksimal mungkin. 3) Budaya bijaksana Kata bijaksana sering dipadankan dengan kata „hikmat;, sehingga menjadi „hikmat kebijaksanaan‟. Ber-hikmat berarti ber-Tuhan Berhikmat berarti hidup dan berpikir sesuai dengan kebenaran, jalan, dan pola Allah. Berhikmat artinya mendekati seluruh kehidupan dari sudut pandangan Allah, percaya bahwa segala sesuatu yang dikatakan Allah itu benar, dan merupakan satu-satunya standart hidup yang layak. Sumber hikmat dan kebijaksanaan Hanya melalui kepercayaan akan Yesus Kristus dan Firman Allah yang tertulis dalam Alkitab kita memiliki Hikmat dan Kebijaksanaan yang sejati dan sempurna. Mengembangkan budaya hikmat /kebijaksanaan Cara untuk mengembangkan budaya hikmat/ kebijaksanaan adalah kita harus hidup di dalam Firman Allah, percaya sunguh-sungguh kepada Tuhan Yesus Kristus.



6