Tugas Akhir Program 2016 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP) PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (KODE MATA KULIAH - PDGK 4500) Penting! Kerjakanlah soal ujian ini dengan jujur, jika terbukti melakukan kecurangan/contek-mencontek selama ujian, Anda akan dikenai sanksi akademis berupa pengurangan nilai atau tidak diluluskan (diberi nilai E). Apabila terbukti menggunakan JOKI pada saat ujian, semua mata kuliah yang ditempuh akan diberi nilai E. Baca dengan cermat kasus-kasus berikut ini, kemudian jawab pertanyaan yang mengikutinya. Kasus A Pak Purwadi adalah seorang guru kelas 4 di sebuah SD yang terletak di daerah pegunungan. Dalam mata pelajaran matematika tentang pecahan, Pak Purwadi menjelaskan cara menjumlahkan pecahan dengan memberi contoh di papan tulis. Salah satu penjelasannya adalah sebagai berikut: Pak Purwadi: "Perhatikan anak-anak, kalau kita menjumlahkan pecahan, penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu, kemudian pembilangnya dijumlahkan. Perhatikan contoh berikut: 1/2 + 1/4 = 2/4 + 1/4 = 3/4. Perhatikan lagi contoh ini: 1/2 + 1/3 = 3/6 + 2/6 = 5/6. Jadi yang dijumlahnya adalah pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap. Mengerti anak-anak?"



Anak-anak diam, mungkin mereka bingung. Pak Purwadi: Pasti sudah jelas, kan. Nah sekarang coba kerjakan soal-soal ini." Pak Purwadi menulis 5 soal di papan tulis dan anak-anak mengeluarkan buku latihan. Secara berangsur-angsur mereka mulai mengerjakan soal, namun sebagian besar anak ribut karena tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya. Hanya beberapa anak yang tampak mengerjakan soal, yang lain hanya menulis soal, dan ada pula yang bertengkar dengan temannya. Selama anak-anak bekerja Pak Purwadi duduk di depan kelas sambil membaca.



Setelah selesai, anak-anak diminta saling bertukar hasil pekerjaannya. Pak Purwadi meminta seorang anak menuliskan jawabannya di papan tulis. Tetapi karena jawaban itu salah, Pak Purwadi lalu menuliskan semua jawaban di papan tulis. Kemudian anak-anak diminta memeriksa pekerjaan temannya, dan mencocokkan dengan jawaban di papan tulis. Alangkah kecewanya Pak Purwadi ketika mengetahui bahwa dari 30 anak, hanya seorang yang benar semua, sedangkan seorang lagi benar 3 soal, dan yang lainnya salah semua.



Pertanyaan Kasus A 1. Identifikasi 3 kelemahan pembelajaran yang dilakukan Pak Purwadi dalam kasus di atas. Berikan alasan mengapa itu anda anggap sebagai kelemahan. (skor 6). 2. Jika anda yang menjadi Pak Purwadi, jelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan anda tempuh untuk mengajarkan pecahan dengan penyebut yang berbeda. Beri alasan mengapa langkah-langkah itu yang anda tempuh. (skor 15)



TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP) PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (KODE MATA KULIAH - PDGK 4500) Penting! Kerjakanlah soal ujian ini dengan jujur, jika terbukti melakukan kecurangan/contek-mencontek selama ujian, Anda akan dikenai sanksi akademis berupa pengurangan nilai atau tidak diluluskan (diberi nilai E). Apabila terbukti menggunakan JOKI pada saat ujian, semua mata kuliah yang ditempuh akan diberi nilai E. Baca dengan cermat kasus-kasus berikut ini, kemudian jawab pertanyaan yang mengikutinya



Kasus B (Contoh Soal TAP S1 PGSD UT - Universitas Terbuka Program Pendas) Bu Lince mengajar di kelas 1 SD Sekarharum yang terletak di ibukota sebuah kecamatan. Suatu hari Bu Lince mengajak anak-anak berbincang-bincang mengenai sayur-sayuran yang banyak dijual di pasar. Anak-anak diminta menyebutkan sayur yang paling disukainya dan menuliskannya di buku masing-masing. Anak-anak kelihatan gembira dan berlomba menyebutkan dan menuliskan sayur yang disukainya. Pada akhir perbincangan Bu Lince meminta seorang anak menuliskan nama sayur yang sudah disebutkan, sedangkan anak-anak lain mencocokkan pekerjaannya dengan tulisan di papan. Setelah selesai anak-anak diminta membuat kalimat dengan menggunakan kata-kata yang ditulis di papan tulis. Bu Lince: "Anak-anak, lihat kata-kata ini. Ini nama sayur-sayuran. Baca baik-baik, buat kalimat dengan kata-kata itu ya." Anak-ank menjawab serentak: "Ya, Bu." Kemudian Bu Lince pergi ke mejanya dan memperhatikan apa yang dilakukan anak-anak. Karena tak seorangpun yang mulai bekerja, Bu Lince kelihatan tidak sabar. "Cepat bekerja, dan angkat tangan jika sudah punya kalimat." kata Bu Lince dengan suara keras. Anakanak kelihatan bingung, namun Bu Lince diam saja dan tetap duduk di kursinya. Perhatian anak-anak menjadi berkurang, bahkan ada yang mulai mengantuk, dan sebagian mulai bermain-main. Mendengar suara gaduh, Bu Lince dengan keras menyuruh anak-anak diam dan menunjuk seorang anak untuk membacakan kalimatnya. Anak yang ditunjuk diam karena tidak punya kalimat yang akan dibacakan. Bu Lince memanggil kembali dengan suara keras agar semua anak membuat kalimat. Pertanyaan Kasus B 1. Bandingkan suasana kelas yang diuraikan pada paragraf 1 dan paragraf selanjutnya, ditinjau dari segi guru, murid, dan kegiatan (skor 6). 2. Pendekatan pembelajaran mana yang sebaiknya diterapkan oleh Bu Lince ketika mengajar tentang sayur-sayuran untuk anak-anak kelas 1? Berikan alasan, mengapa pendekatan tersebut yang anda anggap sesuai. (skor 3). 3. Kembangkan topik sayur-sayuran yang akan anda sajikan dengan pendekatan yang anda sebut pada nomor 2 (skor 5)



JAWABAN SOAL TAP S1 PGSD -UT KASUS A (Pak Purwadi) 1. Tiga (3) kelemahan pembelajaran Pak Purwadi adalah: 















Pak Purwadi tidak menjelaskan bagaimana menyelesaikan soal secara bertahap, misalnya pada kasus tersebut tampak Pak Purwadi sama sekali tidak menjelaskan bagaimana caranya untuk menyamakan penyebut bilangan pecahan. Penjelasannya terlalu singkat sehingga tidak jelas. Padahal penjelasan yang runtut, jelas dan logis selangkah demi selangkah diperlukan untuk membuat siswa mudah memahami penjumlahan pecahan tersebut. Pak Purwadi tidak mengecek pemahaman siswanya dengan baik. Ia hanya menanyakan "Mengerti anak-anak?". Pertanyaan model ini tidak dapat mengecek pemahaman siswa. Seharusnya ia menanyakan langkah-langkah menjumlahkan pecahan secara langsung, misalnya dengan menanyakan, "Mengapa penyebut pada langkah penjumlahan pecahan itu diubah menjadi 4 dan 6?" dan sebagainya. Pertanyaan langsung mengarah ke materi pelajaran, bukan menanyakan apakah anak mengerti atau tidak saja. Pak Purwadi tidak membimbing siswa, setelah memberikan 5 soal latihan, alih-alih berkeliling memberikan bantuan pada siswa yang membutuhkan, ia malah duduk di depan kelas (di kursinya) sambil membaca. Ketika salah seorang anak diminta menuliskan jawabannya di papan tulis, Pak Purwadi tidak meminta tanggapan dari siswa lain. Hal ini merupakan sebuah kelemahan pembelajaran, padahal apabila Pak Purwadi memanfaatkannya menjadi bahan diskusi dan kesempatan untuk menjelaskan kembali materi terkait soal tersebut maka pembelajaran akan dapat menjadi lebih baik.



2. Pada materi penjumlahan pecahan tersebut, jika saya menjadi Pak Purwadi maka langkah-langkah yang akan saya lakukan adalah sebagai berikut: KEGIATAN PENDAHULUAN   



Melakukan apersepsi Memberikan motivasi Menyampaikan tujuan pembelajaran



KEGIATAN INTI            



Memberikan sebuah contoh soal tentang penjumlahan pecahan yang memiliki penyebut yang berbeda, misal 1/4 + 1/2 Menyajikan langkah-langkah demi langkah cara menyelesaikan contoh soal tersebut secara runtut, rinci, jelas, dan logis kepada siswa. Memberikan sebuah contoh soal lagi, misal 1/3 + 1/4 Meminta siswa untuk berpartisipasi secara bergantian untuk menyelesaikan soal tersebut selangkah demi selangkah, sembari mengecek pemahaman setiap siswa. Membantu siswa yang mengalami kesulitan pada langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan soal tersebut. Memberi sebuah contoh soal lagi, misalnya 1/2 + 1/5. Kembali meminta siswa mengerjakan soal tersebut, kali ini secara berpasangan dengan teman sebangku mereka (teman yang duduk berdekatan) masing-masing. Meminta siswa mengecek hasil pekerjaan mereka dengan membandingkannya dengan hasil pekerjaan pasangan lainnya. Meminta mereka mendiskusikan apabila terdapat perbedaan jawaban, sembari guru memberikan bimbingan bila diperlukan. Memberikan soal latihan sebanyak 5 buah contoh soal untuk dikerjakan. Mengecek jawaban siswa dengan meminta beberapa orang menuliskan jawaban mereka masing-masing di papan tulis. memfasilitasi diskusi kelas apabila terdapat perbedaan-perbedaan jawaban siswa.



PENUTUP  



Mengajak siswa merefleksi dan menyimpulkan pembelajaran yang telah diikuti. Memberikan tugas rumah (PR) dan meminta siswa belajar untuk materi pada pertemuan berikutnya.



JAWABAN SOAL KASUS TAP S1 PGSD UT KASUS B (BU LINCE) 1. Pada Paragraf 1, tampak Bu Lince dan semua siswa sangat menikmati pembelajaran yang dilaksanakan. Hal ini terlihat dari bagaimana Bu Lince dengan bagusnya mengajak siswa-siswa tersebut untuk berbincang-bincang mengenai sayur-sayuran yang dijual dipasar dan sayuran mana yang paling mereka sukai. Dengan baik sekali Bu Lince melakukan pembelajaran di bagian awal. Anakanakpun dengan mudah mengikutinya dengan senang dan gembira. Berbeda dengan paragraf berikutnya, ketika Bu Lince mulai meminta anak-anak kelas 1 itu untuk membuat kalimat dari katakata yang telah ditulis mereka di buku catatan masing-masing. Tentu saja pelajaran berikutnya ini lebih rumit dibanding sesi pertama yang hanya meminta mereka menuliskan sayuran yang disukai. Lebihlebih anak-anak tidak diberikan contoh atau cara bagaimana membuat dan menulis kalimat yang berhubungan dengan sayur-sayuran tersebut, dan tanpa pembimbingan sama sekali. Anak-anak menjadi bingung, ribut, dan frustasi.



2. Pendekatan yang sebaiknya digunakan oleh Bu Lince untuk anak-anak kelas 1 ini adalah pembelajaran terpadu (tematik), karena pemikiran anak-anak kelas 1 masih bersifat holistik. Selain itu pembelajaran tematik membuat siswa lebih aktif (terlibat aktif dalam pembelajaran), fleksibel dan sesuai dengan minat dan perkembangan siswa.



3. Apabila kita mengajarkan pembelajaran tematik di kelas 1 dengan tema sayur-sayuran, maka tema ini dapat dikembangkan untuk membelajarkan siswa pada berbagai mata pelajaran yang terkait dengan tema itu, misalnya: untuk mata pelajaran bahasa, siswa dapat diminta menuliskan jenis-jenis sayuran yang biasa mereka jumpai di pasar, untuk mata pelajaran IPA siswa dapat diajak untuk mengenal bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai sayuran seperti daun, batang, bunga, buah, atau umbi. Pada mata pelajaran PKn misalnya, guru dapat mengajarkan perilaku jujur dalam kegiatan jual beli di pasar, serta untuk pelajaran Penjaskes, bahwa untuk tumbuh sehat, kita membutuhkan zat-zat bergizi berupa vitamin yang terdapat dalam sayur-sayuran yang kita konsumsi.



TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP) PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (KODE MATA KULIAH - PDGK 4500) Penting! Kerjakanlah soal ujian ini dengan jujur, jika terbukti melakukan kecurangan/contek-mencontek selama ujian, Anda akan dikenai sanksi akademis berupa pengurangan nilai atau tidak diluluskan (diberi nilai E). Apabila terbukti menggunakan JOKI pada saat ujian, semua mata kuliah yang ditempuh akan diberi nilai E. Baca dengan cermat kasus-kasus berikut ini, kemudian jawab pertanyaan yang mengikutinya



KASUS PEMBELAJARAN RINTO Ketika duduk di kelas 5 SD, pelajaran matematika merupakan pelajaran yang paling dibenci oleh Rinto. Namun, setelah duduk di kelas 6 dan diajar oleh Pak Bondan, ia mulai menyukai matematika. Pak Bondan selalu mengajak anak-anak untuk mengaitkan bentuk-bentuk bangun ruang yang sedang dipelajari dengan bendabenda yang ada di sekitar anak-anak. Misalnya, ketika membahas kubus, kerucut dan silinder, anak-anak diminta membawa benda-benda dari rumah seperti kotak sepatu, kaleng susu, stoples dan caping (topi petani). Di samping benda-benda tersebut, Pak Bondan juga telah menyediakan tiruan benda-benda tersebut dari kertas. Anak-anak dibimbing menemukan rumus untuk menghitung volume atau isi benda-benda tersebut. Prestasi belajar Rinto pun meningkat. Ia sering dipuji oleh Pak Bondan karena menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu dan benar. Namun dalam pelajaran lain, yaitu Bahasa Indonesia yang diajar oleh Ibu Umi (kebetulan di SD tersebut diterapkan sistem guru bidang studi, khusus untuk kelas 6), Rinto merasa bosan. Ia sering mengantuk, lebihlebih ketika anak-anak diminta membaca secara bergilir. Supaya tidak dimarahi Bu Umi, Rinto mencoba menghitung baris mana yang akan menjadi bagiannya. Baris itu diberi tanda. Selanjutnya agar tidak mengantuk, Rinto yang memang gemar membaca, mengeluarkan komik yang dibawanya dan menaruh di atas buku pelajaran Bahasa Indonesia. Ia membaca dalam hati komik tersebut. Ketika gilirannya tiba, dengan tangkas Rinto membaca baris yang telah diberinya tanda. Bu Umi yang duduk di depan tidak pernah tahu kalau selama teman-temannya membaca Rinto tidak mendengarkan, tetapi membaca komik.



Soal : TAP S1 PGSD UT 1. Identifikasi 2 (dua) hal yang membuat Rinto menyukai matematika, dan berikan alasan masing-masing, mengapa kedua hal tersebut anda anggap merupakan faktor yang membuat Rinto menyukai matematika. 2. Identifikasi 3 (tiga) hal yang membuat Rinto bosan dan mengantuk dalam pelajaran bahasa Indonesia. Berikan masing-masing alasan mengapa Ketiga hal tersebut membuat Rinto bosan dan mengantuk. 3. Jika anda yang menjadi Bu Umi, cobalah rancang kegiatan belajar Bahasa Indonesia yang mampu membuat anak-anak yang gemar membaca seperti Rinto mengembangkan potensinya secara optimal. Uliskan 2 (dua) keunggulan rancangan tersebut, Dilihat dari hakikat pelajaran Bahasa Indonesia di SD dan pendekatan belajar aktif.



Contoh Jawaban : Soal TAP S1 PGSD UT



1. Dua (2) hal yang membuat Rinto menyukai pelajaran matematika yang diajarkan oleh Pak Bondan adalah: 











Pak Bondan menggunakan media pembelajaran yaitu alat peraga baik berupa model (yang dibuat dari kertas) maupun benda nyata (yang diminta siswa untuk membawa dari rumah), sehingga pembelajaran menjadi lebih bersifat konkret (tidak abstrak). Pembelajaran yang tidak abstrak (bersifat konkret) membuat pelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa (Rinto). Pak Bondan menggunakan benda-benda yang akrab dengan keseharian siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih kontekstual, seperti kotak sepatu, kaleng susu, stoples, dan caping (topi petani). Pembelajaran yang kontekstual akan membuat siswa (Rinto) menjadi lebih merasa terlibat, dan akan cenderung memunculkan rasa ingin berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Anak-anak dibimbing untuk menemukan rumus untuk menghitung volume atau isi benda-benda tersebut, bukan langsung diberi tahu. Hal ini, menurut falsafah konstruktivisme, akan membuat pembelajaran lebih menarik, menggugah motivasi belajar, dan efektif.



2. Tiga (3) hal yang membuat Rinto bosan dan mengantuk dalam pelajaran Bahasa Indonesia adalah: 



Bu Umi selalu menggunakan strategi mengajar yang sama, tidak bervariasi. Anak-anak sering diminta membaca secara bergilir.



Alasan: Karena seringnya guru melakukan pembelajaran dengan strategi ini, Rinto bahkan dapat menebak bagian bacaan yang akan menjadi tugasnya. Ini membuatnya menjadi bosan. Sepertinya Bu Umi jarang atau bahkan tidak pernah menggunakan strategi pembelajaran lain yang lebih menarik dan lebih efektif. Rasa bosan tersebut dialihkan Rinto dengan membaca komik. 



Rinto sudah dapat menebak bagian bacaan yang akan menjadi gilirannya.



Alasan:Karena seringnya Bu Umi menggunakan strategi membaca bergilir, Rinto sudah dapat menebak bagian bacaan (kalimat) yang akan menjadi tugasnya untuk membaca. Rinto, setelah menebak dan memberi tanda di bagian tertentu dari bacaan tersebut merasa aman jika sampai tiba waktu gilirannya membaca. Pada kenyataannya Rinto memang telah berhasil menebak bagian bacaan yang menjadi tugasnya. 



Rinto adalah siswa yang cerdas sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan Bu Umi tidak memberikan tantangan belajar yang berarti untuk Rinto.



Alasan: Siswa-siswa cerdas seperti Rinto selalu memerlukan kegiatan belajar atau tugas-tugas yang menantang. Kecerdasan Rinto terbukti dengan kemampuannya menebak bagian bacaan yang akan menjadi tugasnya membaca. Ia juga cerdik, karena dapat mengelabui Bu Umi dan kawan-kawannya seakan-akan sedang memperhatikan bacaan kawannya, bukan sedang membaca komik. Cara yang dilakukan Rinto adalah dengan meletakkan komik di atas buku Bahasa Indonesia, sehingga siapapun pasti akan menyangka ia sedang membaca buku Bahasa Indonesia tersebut. 



Bu Umi hanya duduk di depan dan tidak pernah berkeliling kelas untuk memperhatikan kegiatan setiap siswanya, termasuk Rinto.



Alasan: Kurangnya perhatian guru terhadap setiap siswa yang berada di kelasnya sangat penting untuk menjaga agar semua siswa di kelas tersebut tetap aktif belajar, bukan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Ini terbukti



2. Rancangan kegiatan belajar Bahasa Indonesia untuk anak yang gemar membaca seperti Rinto: Rancangan pembelajaran di bawah ini dimaksudkan sebagai rancangan pembelajaran Bahasa Indonesia tentang membaca sekilas untuk menulis ringkasan berita. No A.



B.



Kegiatan Belajar Kegiatan Awal



10’



Guru mengkondisikan kelas: apersepsi dan motivasi



K



Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai



K



Guru memberikan penjelasan tentang tugas yang akan mereka lakukan



K



Guru membagikan teks berita (guntingan koran)



I



Kegiatan Inti Siswa membaca dalam hati dan menulis pokok-pokok teks



I/G (10’)



Siswa memadukan pokok teks yang telah ditulisnya



G (5’)



Siswa menulis ringkasan berita



G (5’)



Siswa memadukan ringkasan berita untuk direvisi secara tertulis



G (5’)



Siswa membacakan hasil ringkasan berita yang telah direvisi dengan diwakili oleh salah seorang anggota kelompok



C.



Jenis Kegiatan/Waktu



G (10’)



Siswa memajang hasil revisi



G (5’)



Siswa saling mengomentari hasil pekerjaan kawannya yang dipajang di dinding-dinding kelas



G (10’)



Kegiatan Akhir Guru mengajukan pertanyaan tentang isi berita dan siswa menjawab secara lisan



10’ K/I



Guru bersama-sama siswa merangkum pembelajaran



K



Guru bersama-sama siswa merefleksi pembelajaran



K



Guru menutup pelajaran K Keterangan: K = Klasikal; I = Individual; G = Grup/Kelompok



3. Dua (2) keunggulan rancangan di atas adalah: 







Pada rancangan di atas, siswa tidak hanya mengembangkan keterampilan membaca, tapi juga keterampilan menyimak, menulis (keterampilan berbahasa tulis), dan berbicara (keterampilan berbahasa lisan). Pada rancangan pembelajaran di atas, kelas menjadi lebih aktif, dan seluruh siswa termasuk siswa yang gemar membaca seperti Rinto akan dapat mengembangkan potensinya.



TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP) PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (KODE MATA KULIAH - PDGK 4500) Penting! Kerjakanlah soal ujian ini dengan jujur, jika terbukti melakukan kecurangan/contek-mencontek selama ujian, Anda akan dikenai sanksi akademis berupa pengurangan nilai atau tidak diluluskan (diberi nilai E). Apabila terbukti menggunakan JOKI pada saat ujian, semua mata kuliah yang ditempuh akan diberi nilai E. Baca dengan cermat kasus-kasus berikut ini, kemudian jawab pertanyaan yang mengikutinya Kasus I Bu Sinta guru kela II SD Metropolis yang sudah mengajar selama 2 tahun. Suatu hari dalam pelajaran bahasa Indonesia, Ibu Sinta akan mengajarkan anak-anak untuk mendeskripsikan berbagai macam benda. Pelajaran dimulai dengan menanyakan kepada anak-anak apakah mereka tahu boneka? secara serentak anak-anak menjawab "Tahu Bu.." Kemudian Ibu Sinta menyuruh anak-anak menceritakan apa yang diketahuinya tentang boneka "Rambutnya pirang" Jawab Nia. "Kulitnya Putih" Jawab Tari. "Bonekaku kulitnya hitam" sanggah Dian. Setelah beberapa anak menjawab, Ibu Sinta menuliskan 10 jenis benda di papan tulis, yaitu: obat, nasi, baju, sepeda, sepatu, uang, bunga, meja, gelas dan rumah. Ibu Sinta :"Coba tuliskan di bukumu apa yang kamu ketahui tentang setiap benda ini." Ibu Sinta memandang anak-anak sejenak, kemudian berkata "Mengerti anak-anak? Mengertii... (jawab anak-anak serempak) Anak-anak berusaha menuliskan apa yang diketahuinya tentang benda-benda tersebut. Setelah selesai, Ibu Sinta menyuruh satu orang anak untuk membacakan apa yang ditulisnya. Mendengar hasil pembacaan tadi, Ibu Sinta sangat kecewa tetapi mencoba menahan diri. Dengan suara tidak bersahabat anak yang membaca tadi disuruh duduk, dan semua anak disuruh mengumpulkan pekerjaannya. Kekecewaan Ibu sinta menjadi-jadi setelah melihat tulisan anak-anak secara keseluruhan. Deskripsi yang dituliskan anak-anak sangat singkat, sebagain besar hanya terdiri dari satu kata, bahkan banyak yang kosong. Ibu Sinta tidak bisa membayangkan mengapa ketika mendeskripsikan boneka, anakanak dapat memberikan jawaban yang beraneka ragam, tetapi setelah diminta menuliskan deskripsi secara sendiri-sendiri, hasilnya sangat mengecewakan. PERTANYAAN 1. Identifikasikan satu hal positif dan satu hal negatif yang dilakukan oleh ibu Sinta dalam pembelajaran di atas. Beri alasan mengapa hal tersebut anda anggap positif dan yang satu lagi anda anggap negatif. 2. Mengapa anak tidak dapat mendeskripsikan benda-benda tersebut dengan baik? Jelaskan jawaban anda dengan contoh yang diambil dari kasus diatas.



3. Jika anda akan mengajarkan anak-anak kelas II SD untuk mendeskripsikan berda tertentu, media/alat bantu apa yang seyogiyanya anda gunakan? Berikan alasan mengapa anda memilih media/alat tersebut. 4. Susunlah rancangan langkah-langkah kegiatan yang akan anda tempuh dalam pembelajaran mendeskripsikan tersebut dengan menggunakan media/alat bantu yang anda piih pada butir 3. Langkah kegiatan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Beri alasan mengapa anda merancang langkah-langkah tersebut.



Alternatif Jawaban Kasus 1 1. Kegiatan positif beserta alasannya a. Melakukan apersepsi pada kegiatan awal pembelajaran Menurut Gagne dan Briggs, guru harus melakukan apersepsi pada kegiatn awal pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran.



b. Objek yang dijadikan contoh pada apersepsi, diakrabi anak-anak atau berada pada dunia anak Menurut David Ausubel, pelajaran akan bermakna jika siswa mampu menghubungkan informasi atau materi pelajaran baru dengan konsep atau hal-hal lainnya yang ada dalam struktur kognitif siswa. Kegiatan negatif beserta alasannya a. Tidak menghadirkan objek konkret untuk bahan deskripsi Menurut Jean Piaget, anak usia 7-11 tahun berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Pada masa ini yang dapat dipikirkan oleh anak hanya terbatas pada benda-benda konkret yang dapat dilihat atau diraba. b. Tidak memberi contoh bagaimana cara mendeskripsikan yang benar Dengan diberikan suatu contoh yang benar jawaban siswa akan terpola, terfokus dan sistematis. c. Tidak memberikan penguatan pada respon positif siswa yang diberikan sebagai tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan guru. Pemberian penguatan yang hangat, antusias dan tepat waktu akan bermakna pada siswa, siswa menjadi termotivasi dan akan cenderung mengulangi perlakuan yang diharapkan tersebut. 2. Alasan anak tidak bisa mendeskripsikan beserta alasannya. a. Kemampuan anak menuangkan gagasannya kedalam bentuk tulisan masih kurang, atau dengan kata lain kemampuan anak dalam menulis masih lemah. - Hal ini terbukti ketika mereka mendeskripsikan secara lisan mampu, tetapi ketika ditugasi kedalam bentuk tulisan, mereka tidak bisa menuangkannya. b. Objek yang harus dideskripsikan kurang diakrabi anak dan berbentuk bervariasi. - Objek seperti uang, rumah, batu, gelas, meja dan lain-lain kurang diakrabi anak selain itu bentuknya juga bervariasi yang memungkinkan anak sulit mendeskripsikan. Misalnya obat, obat banyak macamnya ada tablet dan cair, tabletpun bisa kapsul, ada tablet biasa dengan bentuk yang beragam. c. Objek yang harus dideskripsikan tidak dihadirkan dalam bentuk nyatanya. - Bu Sinta hanya menuliskan objek-objek yang harus dideskripsikan, tanpa menghadirkan objek nyatannya, jelas ini sangat menyulitkan anak dalam mendeskripsikannya. Seperti kata Kohlberg dan Gillingan "yang paling utama penyebab terjadinya kesulitan belajar anak di SD adalah karena adanya upaya mengajarkan materi yang abstrak kepada anak yang masih berada pada masa operasional konkret.



3. Benda-benda yang diakrabi dan menarik bagi anak Dengan menggunakan alat peraga seperti itu anak akan menjadi mudah dalam belajar dan motivasi mereka akan meningkat. Hal itu sejalan dengan pendapat David Ausubel dan Jeremi Burner. Menurut David Ausubel "Pelajaran akan bermakna jika siswa mampu menghubungkan informasi atau materi pelajaran baru dengan konsep atau halhal lainnya yang sebelumnya sudah ada dalam struktur kognitif anak." Menurut Bruner "Motivasi intrinsik itu telah dimiliki siswa, yaitu sifat mengingat secara alamiah. Mereka akan memiliki daya kompetensi dalam belajar bila mereka menjadi tertarik pada apa yang mereka pelajari. sulit memotivasi siswa terhadap apa yang tidak mereka senangi." 4. Langkah-langkah perbaikan a. Kegiatan awal   







Menyiapkan alat peraga yang digunakan yaitu boneka, balon, jeruk, apel. Menyiapkan lembar kerja siswa. Melakukan apersepsi untuk membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya dengan bertanya pada siswa apakah mereka tahu boneka. kemudian mereka disuruh menceritakan apa yang diketahuinya tentang boneka. Selanjutnya guru memberikan penguatan terhadap respon positif yang diberikan siswa. Guru membagi siswa kedalam kelompok dengan anggota 3 atau 5 orang.



b. Kegiatan inti   



     



Guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus kepada siswa Guru mengingatkan dan sedikit mengulas kompetensi prasyarat dalam hal ini pengertian mendeskripsikan yang sudah di pelajari sebelumnya. Menyampaikan alternatif pembelajaran yang akan ditempuh siswa, bahwa mereka akan ditugasi untuk mendeskripsikan benda-benda yang dibawa guru dalam kelompok kerja. Guru menampilkan satu contoh benda yang dibawa misalnya boneka, dengan cara melibatkan siswa, guru memberikan contoh mendeskripsikan yang benar. Selanjutnya secara berkelompok mendeskripsikan benda-benda yang dipasang di depan kelas kedalam lembar kerja siswa. Setelah selesai, masing-masing kelompok, diminta mendeskripsikan hasil kerjanya, kelompok lainnya dirugasi untuk menyanggah atau memberi komentar. Guru juga melaksanakan penilaian proses di sela-sela penyampaian materi. Selanjutnya hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dievaluasi Guru melakukan tes formatif



c. Kegiatan akhir (penutup)      



Melakukan umpan balik Menyimpulkan materi pelajaran yang telah disampaikan Melaksanaka penilaian hasil Melaksanakan tindak lanjut kegiatan pembelajaran Mengemukakan tentang topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang. Menutup kegiatan pembelajaran.



Alasan mengapa merancang pembelajaran seperti itu. 1. Pembelajaran sesuai dengan perkembangan kognitif anak SD. Menurut Piaget, anak SD umumnya berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Mereka akan lebih cepat belajar dan menyerap informasi, jika informasi dikemas secara konkret. 2. Pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak SD. Menurut Robert J. Havighurt, anak SD memiliki 4karakteristik senang bermain, bergerak, belajar dn bekerja dalam kelompok, dan senang melaksanakan atau melakukan atau meragakan sesuatu secara langsung. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya, anak bergerak dan berpindah tempat, serta anak terlibat langsung dalam pembelajaran dan penemuan informasi.



3. Sesuai dengan teori belajar konstruktivisme, bahwa pengetahuan bukan seperangkat fakta atau konsep yang harus diterima, tetapi sesuatu yang harus dirancang bangun atau dikonstruksi sendiri oleh siswa. Menurut Zahorik, pembelajaran akan bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. 4. Jumlah anggota kelompok 3 atau 5 sesuai dengan pendapat Howar, "untuk kegiatan-kegiatan semacam riset yang akhirnya siswa harus membuat laporan dan menyajikan laporan di kelas, Howar menyarankan sebaiknya terdiri dari 3 atau 5 orang agar dapat bekerja secara efektif. Lebih lanjut dia juga menyarankan jumlah anggota sebaiknya ganjil, jangan genap sehingga kalau suatu saat terjadi konflik dapat diatasi dengan voting dalam penyelesainnya, selain itu jumlah gasal memungkinkan siswa tidak ngobrol secara berpasangan karena ada satu orang yang akan tidak kebagian pasangan.



Contoh Kasus pembelajaran IPA kelas V SD



Kasus pembelajaran IPA kelas V SD Bu Is akan mengajarkan IPA dengan topik pernapasan pada manusia, di kelas V SD. Ia mempersiapkan media berupa gambar organ pernapasan dan model organ pernapasan dan model organ pernapasan manusia. Ia juga mempersiapkan LKS tentang nama – nama organ pernapasan manusia. Sebelum mengajar, Bu Is memberikan apersepsi bahwa salah satu ciri makhluk hidup adalah bernapas. Bu Is juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu tentang macam/nama organ pernapasan manusia dan fungsi masing–masing organ tersebut. Setelah itu, Bu Is memulai mengajar materi tentang organ pernapasan. Ia menyuruh semua murid menarik napas untuk membuktikan bahwa manusia bernapas dan untuk mengetahui dimana letak organ – organ pernapasan tersebut. Bu Is memasang organ pernapasan manusia di papan tulis, dan tanya jawab tentang nama – nama organ pernapasan manusia. Setelah itu Bu Is memberikan LKS sebagai latihan secara berkelompok. Siswa melaporkan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya. Untuk menambah pemahaman siswa, Bu Is menunjukkan model organ pernapasan manusia. Hal ini juga bertujuan membuat siswa lebih tertarik untuk mengetahui siswa lebih tertarik untuk mengetahui letak dan fungsi organ pernapasan manusia. Sambil menunjukkan pada model, Bu Is mengadakan tanya jawab tentang fungsi masing-masing organ pernafasan pada manusia. Setelah itu Bu Is mengadakan evaluasi, dan setelah dikoreksi, Bu Is tidak menyangka bahwa hasilnya tidak memuaskan. Hasil nilai murid yang mencapai 75 ke atas hanya 10 orang dari 30 siswa. Bu Is merenung, mengapa target tidak tercapai, padahal dia menargetkan 75 % siswa mendapat nilai 75 ke atas ? 1. Mengidentifikasi masalah yang penting 1.



Bu Is mengajarkan materi IPA dengan topik organ pernapasan manusia kelas V SD.



2.



Media yang digunakan adalah gambar dan model organ pernapasan manusia.



3.



LKS yang berisi gambar organ pernapasan manusia dan siswa disuruh untuk menjelaskan nama.



4.



Mengadakan apersepsi dengan menyatakan bahwa salah satu ciri makhluk hidup adalah bernapas.



5.



Menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu supaya siswa – siswa mengetahui tentang nama – nama organ pernapasan manusia dan fungsinya.



6.



Metode yang dipakai demonstrasi, tanya jawab, penugasan, diskusi, ceramah.



7. Setelah hasil ulangan diperiksa ternyata hanya ada 10 orang siswa yang nilainya 75 ke atas dari 30 orang siswa. 2. Bu Is sudah merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, ternyata hasilnya kurang memuaskan. 3. Analisis penyebab masalah a. Bu Is terlalu banyak menggunakan metode, sehingga dalam pelaksanaan masing – masing metode kurang tuntas. b. Bu Is tidak memberikan pemantapan materi dan kesimpulan di akhir kegiatan belajar mengajar. c. Bu Is kurang menguasai materi



4. Alternatif pemecahan masalah 1.



Seharusnya dalam proses belajar mengajar, Bu Is tidak terlalu banyak menggunakan metode, karena hal itu justru membuat proses pemahaman konsep menjadi tidak mantap. Pilih beberapa metode saja yang dianggap paling tepat untuk mengajarkan materi tersebut.



2.



Pada akhir proses belajar mengajar, seharusnya Bu Is memberikan pemantapan dan kesimpulan, supaya siswa lebih paham terhadap materi yang diajarkan.



3.



Sebelum mengajar seharusnya Bu Is sudah menguasai materi sehingga dalam pelaksanaannya berjalan dengan lancar, jelas, dan agar yang disampaikan mudah di serap oleh siswa.



5. Pemecahan masalah Jika diamati lebih dalam, kasus yang muncul dalam pembelajaran Bu Is adalah karena kurang menguasai materi. Padahal salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi professional. Artinya ia harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam dari bidang studi yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memiliki metode yang tepat serta mampu menggunakan berbagai metode dalam PBM. Guru juga harus memiliki pengetahuan luas tentang landasan kependidikan dan pemahaman terhadap murid. Hal ini juga seperti yang dikemukakan oleh Robert W. Richey ( 1974 ) bahwa ciri – ciri profesionalisasi jabatan guru salah satunya adalah para guru di tuntut memiliki pemahaman serta ketrampilan yang tinggi dalam hal bahan pengajar, metode, anak didik dan landasan kependidikan. Johnson ( 1980 ) menjabarkan cakupan kemampuan professional guru diantaranya adalah penguasaan materi pelajaran yang etrdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penguasaan materi bagi seorang guru adalah mutlak adanya. Jadi untuk mengatasi kasus tersebut di atas, hal yang paling penting yang harus dikerjakan adalah peningkatan kompetensi guru dengan cara rajin membaca, menerapkan dan mengembangkan ilmunya. Dengan langkah seperti ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru yang berimbas pada peningkatan prestasi siswa. Jadi kasus di atas tidak akan terulang kembali.



untuk melihat contoh Soal TAP PGSD yang lain silahkan lihat bagian ini



Demikianlah Contoh Kasus pembelajaran IPA kelas V SD TAP PGSD , semoga menjadi referensi bagi anda dalam menghadapi ujian TAP PGSD atau sebagai referensi juga dalam mengatasi permasalahan pembelajaran yang ada di kelas.



Sumber : http://lenterakecil.com/contoh-kasus-pembelajaran-ipa-di-kelas-v-sd/



Jika Anda menyukai Artikel di web ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di www.qizz234.blogspot.com / Pusat segala Informasi Ketikkan em



Menarik untuk dibaca : di 17:25 Label: UT 3 komentar:



1. Hafiz Primanadin19 April 2014 at 17:59 nice poss Reply



2.



Jaka Taruna20 April 2014 at 01:42 wkwk lumayan buat ngajarin adek gue bang, makasih bang :) Reply



3. SMP NEGERI 2 KRADENAN28 March 2015 at 16:07 makasih...semoga bermanfaat Reply Load more... TERIMA KASIH ATAS KOMENTARNYA. Perhatian !!! 1. No link (baik live link maupun link tidak aktif); 2. Dilarang berkomentar yang tidak sesuai dengan norma, karena ini adalah blog pendidikan; 3. Dilarang berkomentar dengan huruf kapital semua; 4. Yang tidak mematuhi, mohon maaf komentar akan dihapus. Link ke posting ini Create a Link Newer Post Older Post Home



Artikel Terkait               



Adminisrasi Laporan PKP PGSD UT terbaru informasi Beasiswa UT 2015 (IPK minimal 2,75) PKP PAUD UT TERBARU Download PKP UT 2015 Download Kumpulan Soal-soal Ujian Universitas Terbuka Terbaru Tips Menghadapi Ujian di Universitas Terbuka (UT) Format Formulir Penyerahan Pas Photo Untuk Ijazah UT Contoh Pemberitahuan Hasil Karil UT yang lulus Contoh Jawaban Kasus TAP PGSD terbaru pada pembelajaran Pak Toni Contoh Soal TAP PGSD Terbaru Download Format Label CD untuk Laporan PKP Contoh Karil UT PGSD Terbaru contoh format persetujuan unggah karil ut terbaru Download format jurnal bimbingan supervisor 2 PKP contoh PKP UT PGSD kelas 4 tahun 2012



Mesin Pencari silahkan masukan kata kunci untuk memulai pencarian



CEK NISN Powered by Blogger. Read more: http://qizz234.blogspot.com/2014/04/contoh-soal-tap-ut-danpenyelesaiannya.html#ixzz4KvaSqu3q