Tugas CBR - PSPM E'17 - Teori Belajar - Susanty BR Sembiring [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CRITICAL BOOK REVIEW Permasalahan Pembelajaran Matermatika Masa Kini “Teori Belajar Behavioralistik, Konstruktivistik, Kognitiovistik, Humanistik, Cybernetik”



Dosen Pengampu : Michael Christian Simanullang.,M.Pd



OLEH : Susanty Br Sembirirng (4173311102) Matematika Dik F 2017



PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2020 1



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya berupa kesehatan, kecerdasan, kesempatan dan sebagainya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Book Report” Mata Kuliah Permasalahan Pembelajaran Matermatika Masa Kini. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tuntutan tugas Mata Kuliah Permasalahan Pembelajaran Matermatika Masa Kini. Sejak awal persiapan hingga makalah ini selesai ditulis, penulis mendapat banyak dorongan, semangat, serta bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya kami sampaikan kepada : 1. Bapak Dr.Pardomuan Sitompul, M.Si. selaku Ketua Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan, 2. Bapak Lasker Pangarapan Sinaga, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan, 3. Ibu Nurhasanah Siregar,S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan, 4. Bapak Michael Christian Simanullang., M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Permasalahan Pembelajaran Matermatika Masa Kini. 5. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan berupa doa, materi, dan motivasi, Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca sehingga dapat memperkaya pengetahuan pembaca.



Medan,



Oktober 2020



Hormat Saya



Susanty Br Sembiring



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................2 DAFTAR ISI...........................................................................................................3 BAB 1 PENGANTAR............................................................................................4 BAB II RINGKASAN ISI BUKU.........................................................................5 BAB III KEUNGGULAN BUKU.......................................................................30 a. b. c. d. e.



Kelengkapan Sub Topik.............................................................................30 Keterkaitan Topik......................................................................................32 Aspek Kelayakan Isi..................................................................................33 Aspek Kelayakan Bahasa...........................................................................34 Aspek Kelayakan Penyajian......................................................................34



BAB IV KELEMAHAN BUKU..........................................................................34 a. b. c. d. e.



Kelengkapan Sub Topik.............................................................................34 Keterkaitan Topik......................................................................................35 Aspek Kelayakan Isi..................................................................................35 Aspek Kelayakan Bahasa...........................................................................36 Aspek Kelayakan Penyajian......................................................................36



BAB V IMPLIKASI.............................................................................................37 a. Implikasi Terhadap Teori/Konsep..................................................................37 b. Analisis Mahasiswa........................................................................................37 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................39 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40



3



BAB I PENGANTAR Critical Book Report (CBR) merupakan salah satu tugas yang penting bagi mahasiswa karena mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah ada. Terdapat beberapa hal penting sebelum kita mereview buku, seperti menemukan buku yang sesuai dengan topik yang diangkat, membaca keseluruhan dari isi buku dan mencoba untuk menuliskan kembali dengan bahasa sendiri pengertian dari buku tersebut. Adapun tujuan dalam penyelesaian Critical Book Review ini adalah penyelesaian tugas dan sebagai kurikulum yang telah di tetapkan oleh Unimed untuk 6 tugas KKNI. pada kesempatan ini membahas jurnal yang diberikan dosen pengampu mata kuliah Permasalahan Pembelajaran Matematika Masa Kini dan untuk menambah kemampuan mahasiswa dalam menganalisis dan memahami isi buku.



4



BAB II RINGKASAN ISI BUKU 1.



TEORI BELAJAR BEHAVIORALISTIK



Buku I Judul Pengarang Penerbit Kota Terbit Tahun Terbit ISBN



: : : : : :



Psikologi Belajar Syarifan Nurjan, M.A. Wade Group Ponorogo 2015 978-602-6802-30-9



Menurut pandangan behavioristik bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang dapat diamati, yang terjadi melalui stimulus respons yang disertai dengan penguatan menurut prinsip-prinsip mekanik. Behaviorisme merupakan suatu pandangan teoritis yang beranggapan bahwa pokok persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsikonsepsi mengenai kesadaran atau mentalitas. 



Klasifikasi Teori Belajar Behavioristik Behavioristik dengan tokoh pendukungnya seperti J.B. Watson (1878-1958), E.L. Thorndike (1874-1949), B.F. Skinner (1904), Ivan Pavlov (1849-1936) memandang belajar adalah perubahan tingkah laku, dalam cara seseorang berbuat pada situasi tertentu. Tingkah laku yang dapat diamati. Berfikir dan emosi tidak termasuk dalam hal ini karena berfikir dan emosi tidak dapat diamati secara langsung. Kegiatan belajar adalah kegiatan refleks yaitu reaksi manusia , akan rangsangan-rangsangan yang ada sehingga peristiwa belajar tidak lain adalah peristiwa melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai oleh anak laki-laki dan perempuan yang memiliki potensi yang sama untuk dikembangkan melalui konstruksi sosial. oleh si pengajar itulah yang harus dipahami oleh si pembelajar.  Koneksionisme (E.L. Thorndike) Menurut teori koneksionisme belajar pada hewan dan manusia pada prinsipnya memiliki kesamaan. Pada dasarnya terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi (bond, conection) antara kesan pancaindera (sense impression) dengan kecenderungan untuk bertindak (impuls to action). Proses belajar itu disifatkan sebagai learning by selecting and connecting, dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. -



Hukum Koneksionisme Thorndike telah mengemukakan sejumlah hukum pokok dan hukum tambahan. Berikut diuraikan mengenai hukum-hukum pokoknya saja, yaitu:



5



i.



Law of Readiness Ada tiga kondisi yang menunjukkan berlakunya hukum kesiapan, yaitu: 1) Bilamana seseorang muncul kecenderungan untuk berbuat/bertindak, kemudian ia melakukan perbuatan tersebut akan menimbulkan kepuasan dan mengakibatkan tidak dilakukannya perbuatan-perbuatan lain. 2) Bilamana seseorang muncul kecenderungan untuk berbuat/bertindak, kemudia tidak melakukannya akan menimbulkan ketidakpuasan, dan mengakibatkan dilakukannya tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasan itu. 3) Bilamana seseorang muncul kecenderungan berbuat/bertindak, kemudian melakukannya akan menimbulkan ketidakpuasan dan berakibat dilakukannya tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasan tadi.



Dapat disimpulkan bahwa hukum ini menerangkan kesiapan individu untuk melakukan tindakan itu dengan sepenuh hati (kondisi a). Bilamana kesiapan itu tidak ada, maka dia akan melakukan dengan mendua hati (kondisi b). Bila sekiranya telah ada kesiapan dan tidak diberi kesempatan atau mendapatkan rintangan (kondisi c), maka hal tersebut akan menimbulkan gangguan. Impliaksi praktis hukum ini bahwa belajar itu lebih berhasil apabila didasari oleh kesiapan untuk belajar. ii. Law of exercise Hukum belajar ini menunjukkan pada menjadi lebih kuatnya koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dan tindakan karena latihan (law of use) dan menjadi lemahnya koneksi-koneksi karena latihan tidak dilanjutkan atau dihentikan (law of disuse). Prinsip ini menunjukkan bahwa prinsip utama belajar adalah "pengulangan/ ulangan". Bahwa semakin sering sesuatu pelajaran diulangi, maka makin dikuasai pelajaran tersebut. iii. Law of effect Hukum ini menunjukkan pada semakin kuat atau semakin lemahnya koneksi sebagai akibat dari ahli perbuatan yang dilakukan. Dengan kata lain, hukum ini menunjukkan bagaimana pengaruh hasil perbuatan yang serupa. -



Transfer of Training Satu hal lagi konsep Thorndike yang perlu diketahui adalah transfer of training. Konsep ini menunjuk pada dapat digunakannya hal yang telah dipelajari untuk menghadapi atau memecahkan hal- hal lain yang serupa atau berhubungan. Kesimpulannya, untuk mendapatkan transfer of training yang optimal terletak pada bagaimana memilih bahan yang dipelajari itu agar mengandung kesamaan sebanyak mungkin dengan hal yang nantinya akan dihadapi oleh siswa/siswi yang memiliki kompetensi, daya tawar, dan daya saing yang sama, baik pada kehidupan sehari- hari di masyarakat maupun pada tingkat pendidikan selanjutnya.



6



-



Classical Conditioning (J.B. Watson dan Ivan pavlov) John B. Watson Watson melakukan penelitian terhadap bayi. Dalam ekperimen tersebut Watson secara berhasil mampu menerapkan reaksi ketakutan anak kecil usia 11 bulan, bernama Albert, dengan tikus putih. Beliau menyimpulkan bahwa behaviorisme merupakan mekanisme yang dapat memberikan satu fondasi kehidupan. -



Ivan Pavlop Pada dasarnya menurut teori ini adalah perilaku dapat dibentuk dengan cara berulangulang, perilaku itu dipancing dengan sesuatu yang memang menimbulkan perilaku itu dan siswa/siswi dapat dikondisikan untuk memiliki kesadaran dan sensitifitas gender sejak dini melalui pengalaman dalam belajar. -



Operant Conditioning (B.F. Skinner) Skinner membedakan adanya dua respon yaitu:  Respondent respont (reflexive respone), yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsangperangsang tertentu.  Operant Respont (Instrumental Response), yaitu respon yang ditimbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Inti dari teori Skinner adalah pada respon atau perilkau jenis ada jenis yang kedua iai. Selanjutnya yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menimbulkan, mengembangkan, dan memodifikasikan perilaku tersebut. Buku II Judul Pengarang Penerbit Kota Terbit Tahun Terbit ISBN



: : : : : :



Modul Teori Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Profesi Guru 2019 -







Pengertian Belajar Menurut Teori Behavioristik Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, siswa belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat dan gurunya sudah mengajarkan dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar. - Teori Belajar Menurut Edward Lee Thorndike (1874-1949) 7



Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan siswa ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari definisi belajar tersebut maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, namun ia tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku-tingkah laku yang tidak dapat diamati. Namun demikian, teorinya telah banyak memberikan pemikiran dan inspirasi kepada tokohtokoh lain yang datang kemudian. Teori Thorndike ini disebut juga sebagai aliran Koneksionisme (Connectionism). -



Teori Belajar Menurut John Broades Watson (1878-1958) J.B. Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati. -



Teori Belajar Menurut Clark Leaonard Hull (1884-1952) Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun ia sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya. Dalam kenyataannya, teori-teori demikian tidak banyak digunakan dalam kehidupan praktis, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya. Namun teori ini masih sering dipergunakan dalam berbagai eksperimen di laboratorium. -



Teori Belajar Menurut Edwin Ray Guthrie (1886-1959) Sebagaimana Hull, Edwin Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Namun ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana yang dijelaskan oleh Clark dan Hull. Dijelaskannya bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar siswa perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap. -



Teori Belajar Menurut Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990) 8



Skinner merupakan tokoh behavioristik yang paling banyak diperbincangkan, konsepkonsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara lebih komprehensif. Pada dasarnya stimulus-stimulus yang diberikan kepada seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang akan diberikan. Buku III Judul Pengarang Penerbit Kota Terbit Tahun Terbit ISBN



: : : : : :



Belajar dan Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning Sri Hayati, M.Pd. Graha Cendekia Magelang 2017 978-602-73027-5-4







Teori Belajar Behavorisme Menurut teori behavorisme, manusia dipengaruhi oleh kejadian-kejadian didalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman-pengalaman belajar. Dalam perspektif behvorisme, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.



   



 a.



b. c.



Prinsip Teori Behavorisme Prinsip-prinsip teori behavorisme yang banyak diterapkan di dunia pendidikan meliputi : Proses belajar yang baik bila peserta didik ikut terlibat aktif di dalamnya Materi pelajaran disusun dalam urutan yang logis supaya peserta didik mudah mempelajarinya. Tiap-tiap respn harus diberi umpan balik secara langsung suaya peserta didik dapat mengetahuinya apakah respon yang diberikan telah benar. Setiap kali peserta didik memberikan respon yang benar perlu diberi penguatan. Aliran-aliran Dalam Teori Belajar Behavorisme Teori Connectionisme dari Thorndike Thorndike menemukan hokum-hukum belajar sebagai berikut: Hukum kesiapan, semakin siap suatu organism memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksnaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasaan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Hukum latihan, semakin sering tingkh laku dilatih, maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Hukum akibat, hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.



9



 Teori Pavlop Menurut teori pembelajaran ini, belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Pavlop melakukan eksperimen dengan seekor anjing dalam keadaan lapar, sebelum diberi makanan dibunyikan lonceng, diperlihatkan makanan, dan air liur anjing keluar. Setelah beberapa kali dilakukan ternyata pada akhirnya seiap lonceng berbunyi dan air liur anking keluar, walaupun tanpa diberi makanan. Dari eksperimen ini dpat disimpulkan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu.  Teori Operant Conditioning dari B.F Skinner Menurut skinner, untuk memperkuat perilaku atau menegaskan perilaku diperlukan suatu penguatan. Ada juga jenis penguatan yaitu penguatan positif dan penguatan negative. Beuk pengutatan positif berupa hadiah, perilaku, atau pengharagaan. Sedangkan bentuk penguatan negative adalah menunda atau tidak member penghargaan, memberikan tugas tambahan. Pada penguatan negative menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan untuk meningkatkan perilaku yang diharapkan 2.



TEORI BEAJAR KONSTRUKTIVISTIK



Buku I Judul Pengarang Penerbit Kota Terbit Tahun Terbit ISBN



: : : : : :



Psikologi Belajar Syarifan Nurjan, M.A. Wade Group Ponorogo 2015 978-602-6802-30-9







Teori Constuktivistik Teori belajar Kontstruksi merupakan teori-teori yang menyatakan bahwa siswa itu sendiri yang harus secara pribadi menemukan dan menerapkan informasi kompleks, mengecek informasi baru dibandingkan dengan aturan lama dan memperbaiki aturan itu apabila tidak sesuai lagi. Konstruktivisme lahir dari gagasan Jean Piaget dan Vigotsky dimana keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memakai informasiinformasi baru. Hakikat dari teori konstruktivism adalah ide bahwa siswa harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Teori ini memandang siswa secara terus menerus memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan memperbaiki aturanaturan tersebut. Salah satu prinsip paling penting adalah guru tidak dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri., guru hanya membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi 10



sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa dengan memberikan kesimpulan kepada siswa untuk menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar siswa menyadari dan secara sadar menggali strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Pendekatan konstruktivism dalama pengajaran lebih menekankan pada pengajaran Top-Down daripada Bottom-Up. Top-Down berarti siswa mulai dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan atau menemukan (dengan bantuan guru) keterampilan-ketrampilan dasar yang diperlukan. 1) Zone of Proximal Development atau zona perkembangan terdekat adalah ide bahwa siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona perkembangan terdekat mereka. 2) Cognitive Apprenticeship, konsep lain yang diturunkan dari teori Vygotsky menekankan pada dua-duanya hakikat sosial dari belajar dan zona perkembangan terdekat adalah pemagangan kognitif . 3) Scaffolding atau mediated learning, akhirnya teori Vygotsky menekankan bahwa scaffolding atau mediated learning atau dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah sebagai suatu hal penting dalam pemikiran konstruktivism modern. Prinsip-prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam pendidikan sains dan matematika. Prinsip-prinsip yang sering diambil dari konstruktivisme antara lain: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) tekanan proses belajar mengajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar; (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses dan bukan pada hasil belajar; (5) kurikulum menekankan pada partisipasi siswa; (6) guru adalah fasilitator. Buku II Judul Pengarang Penerbit Kota Terbit Tahun Terbit ISBN



: : : : : :



Modul Teori Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Profesi Guru 2019 -







Teori Konstruktivistik Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki 11



kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kamampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan. Teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa siswa akan dapat menginterpretasikan informasi ke dalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya. Guru dapat membantu siswa mengkonstruksi pemahaman representasi fungsi konseptual dunia eksternal.  Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky (1896-1934) Teori yang juga disebut sebagai teori konstruksi sosial ini menekankan bahwa intelegensi manusia berasal dari masyarakat, lingkungan dan budayanya. Teori ini juga menegaskan bahwa perolehan kognitif individu terjadi pertama kali melalui interpersonal (interaksi dengan lingkungan sosial) intrapersonal (internalisasi yang terjadi dalam diri sendiri). - Hukum Genetik tentang Perkembangan Perkembangan menurut Vygotsky tidak bisa hanya dilihat dari fakta-fakta atau keterampilan-keterampilan, namun lebih dari itu, perkembangan seseorang melewati dua tataran. Tataran sosial (interpsikologis dan intermental) dan tataran psikologis (intrapsikologis). Di mana tataran sosial dilihat dari tempat terbentuknya lingkungan sosial seseorang dan tataran psikologis yaitu dari dalam diri orang yang bersangkutan dikelompokkan sesuai dengan fungsinya, dan pengelompokkan yang disarankan oleh Weinstein dan Mayer (dalam Dahar, 2011, hlm. 122) adalah sebagai berikut:  Strategi menghafal. Siswa melakukan latihan mereka sendiri tentang materi yang dipelajari. Dalam bentuk yang paling sederhana, seperti mengulangi nama-nama dalam suatu urutan (nama pahlawan, tahun pecahnya perang dunia, dan lain-lain).  Strategi elaborasi. Siswa mengasosiasikan hal-hal yang akan dipelajari dengan bahanbahan lain yang tersedia.  Strategi pengaturan. Menyusun materi yang akan dipelajari ke dalam suatu kerangka teratur merupakan teknik dasar strategi ini.  Strategi metakognitif. Meliputi kemampuan siswa untuk menentukan tujuan belajar, memperkirakan keberhasilan pencapaian tujuan itu, dan memilih alternatif- alternatif untuk mencapai tujuan itu.  Strategi afektif. Teknik ini digunakan para siswa untuk memusatkan dan mempertahankan perhatian untuk mengendalikan kemarahan dan menggunakan waktu secara efektif. Buku III Judul : Belajar dan Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning Pengarang : Sri Hayati, M.Pd. Penerbit : Graha Cendekia Kota Terbit : Magelang Tahun Terbit : 2017 ISBN : 978-602-73027-5-4  Teori Belajar Konstruktivisme 12



Teori pembelajaran konstruktivisme adalah teori pembelajaran kognitif yang menyatakan tentang siswa harus menemukan sendiri informasi yang ada. Teori pembelajaran konsrruktivisme menjelaskan bagaimana seorang siswa membangun sendiri pengetahuan dibenaknya dan menerapkan ide-ide mereka sendiri. Teori peembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kogniitif yang baru dalam pskilogi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama akan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. 



Paradikma konstruktivistik Menurut paham konstruktivisme pengetahuan merupakan konstuksi atau bentukan dari orang yang mengenal sesuatu. Pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai schemata tersendiri tentang apa yang diketahuinya. 3.



TEORI KOGNITIVISTIK



Buku I Judul Pengarang Penerbit Kota Terbit Tahun Terbit ISBN



: : : : : :



Psikologi Belajar Syarifan Nurjan, M.A. Wade Group Ponorogo 2015 978-602-6802-30-9



 



Teori-teori Belajar Kognitif Teori Gestalt (dari Koffka, Kohler, dan Wertheimer) Perspektif Gestalt dipandang oleh para psikolog Amerika sebagai satu perkembangan yang menarik, namun masih dianggap minor. Pergerakan penting yang terjadi didalam psikologi Amerika untuk beberapa dekade kedepan adalah behaviorisme. Teori Gestalt merupakan langkah awal bagi psikologi kognitif, dan masih tetap menyoroti masalah peristiwa mental. -



Konsep Dasar Teori Gestalt Dasar bagi teori Gestalt adalah bahwa subjek bereaksi dengan “keseluruhan makna dalam kesatuan” (Koffka, 1935: 141). Posisi Gestalt bermula dari konsep Gestalt qualitad atau kualitas bentuk yang dideskripsikan olehg Christian von Ehrenfels pada tahun 1890. Istilah ini merujuk kepada kualitas yang dimiliki oleh soneta atau lukisan yang tidak berada dalam catatan, warna, dan kata tersendiri (Murphy, 1949). Dengan kata lain, melodi yang dimainkan dalam kunci lain (catatan individu yang berbeda) dianggap sebagai melodi yang sama. Pokok persoalan dalam psikologi Gestalt adalah tingkah laku dan pengalaman sebagai kesatuan totalitas. Beberapa derajat analisis memang diperbolehkan, namun hal ini harus dilihat sebagai keanekaragaman fenomenologis, sebab analisis molekuler atau elementer bisa merusak kualitas kesatuannya dari benda atau hal yang tengah dianalisis itu. 13



Pandangan Gestalt menganggap bahwa pengalaman yang disadari itu tidak dapat dipecahkan secara berarti ke dalam elemen-elemen strukturalistis, juga tingkah laku tidak dapat direduksikan menjadi kombinasi refleks atau reaksi bersyarat saja dan masih memiliki keunikan tersendiri. Temuan-temuan psikologi Gestalt pada awalnya adalah dalam bidang persepsi, terutama penglihatan. Dari temuan ini disusun berbagai hukum Gestalt dalam pengamatan. Hukum-hukum pengamatan adalah sebagai berikut: Insightfull learning merupakan bentuk utama belajar menurut teori Gestalt itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: - Insightfull learning itu bergantung kepada kemampuan dasar peserta didik. - Insightfull learning bergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi. - Insight didahului periode mencari dan mencoba-coba. - Pemecahan soal dengan pengertian dapat diulang dengan mudah. - Sekali insight telah diperoleh, maka dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi lain. 



Teori Belajar Menurut Jean Piaget Piaget mempelajari perkembangan intelegensi atau kecerdasan individu mulai lahir sampai dewasa. Perkembangan kognitif berpikir sejalan dengan pertumbuhan biologisnya. Artinya, struktur kognitif individu bukan suatu ketentuan yang sudah ada sebelumnya dan bersifat statis, melainkan tumbuh dan berkembang bersamaan dengan bertambahnya usia melalui proses adaptasi dan interaksi dengan lingkungannya. Semakin dewasa seseorang, makin banyak pengetahuannya, karena telah banyak memperoleh pengalaman, baik secara langsung maupun tidak langsung, Dengan kata lain, belajar merupakan pengetahuan sebagai akibat atau hasil adaptasi dan interaksi dengan lingkungan.







Teori Belajar Penemuan Menurut Jerome Bruner. Menurut Jerome Bruner (dalam Rianto, 1999/2000; Wilis, 1989), teori perkembangan kognitif harus memperhatikan aspek-aspek pertumbuhan intelektual secara alamiah, yaitu: - Pertumbuhan intelektual ditandai dengan berkembangnya respon setiap stimulus terhadap lingkungan secara tiba-tiba. - Pertumbuhan tergantung pada perkembangan internal dan sistem penyimpanan informasi yang menggambarkan fakta. - Pertumbuhan intelektual melibatkan kapasitas untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui kata-kata atau simbol tentang apa yang sudah dilakukan oleh seseorang dan apa yang akan dilakukannya. Teori Bruner ini perlu dikembangkan dengan melihat perbedaan siswa-siswi dari aspek perbedaan jenis kelamin maupun keragaman sosial. Misalnya bagaimana cara berinteraksi, berkomunikasi dengan bahasa dan media yang inklusif gender dan sosial.



14







Teori Belajar Bermakna dari Ausubel David Ausubel (Wilis, 1989) menyatakan bahwa konsep belajar berhubungan dengan bagaimana peserta didik memperoleh pengetahuan baru (penerimaan atau penemuan) dan mengaitkan pengetahuan yang diperoleh pada struktur kognitif yang telah dimiliki (hafalan atau bermakna). Agar terjadi proses belajar bermakna/dipersyaratkan dua hal berikut: - Bahan pengetahuan yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial. - Peserta didik yang akan belajar harus bertujuan untuk melaksanakan belajar secara bermakna sehingga mereka mempunyai kesiapan dan niat kuat belajar secara bermakna (meaningful learning set). 



Teori Belajar Robert M. Gagne Menurut Gagne (1979) belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Dengan belajar seseorang akan memperoleh keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Semua ini merupakan tingkah laku sebagai hasil belajar yang disebut dengan kapabilitas. Kapabilitas ini timbul melalui stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh orang yang belajar. Dengan demikian, belajar dapat diartikan sebagai proses kognitif yang mengubah sikap stimulasi lingkungan.







Strategi Kognitif Strategi kogntif adalah proses internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan per- hatian, belajar, mengingat, dan berfikir. Berikut macam-macam strategi kognitif. - Strategi menghafal (rehearsaI strategies) Dengan menggunakan strategi ini para siswa/siswi melakukan latihan sendiri materi yang dipelajari. - Strategi elaborasi Dalam menggunakan teknik elaborasi, siswa mengasosiasikan hal-hal yang akan dipelajari dengan bahan-bahan lain yang telah tersedia. Bila diterapkan pada belajar dari teks prosa misalnya, kegiatan-kegiatan elaborasi merupakan pembuatan parafrase (paraphrasing), pembuatan ringkasan, pembuatan catatan, dan perumusan pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban-jawaban. - Strategi pengaturan (organizing strategies) Menyusun materi yang akan dipelajari ke dalam suatu kerangka yang diatur merupakan dasar dari teknik Strategi- strategi ini. - Srategi metakognitif. Menurut Brown (dalam Wills, 1989), strategi-strategi meta- kognitif meliputi kemampuan-kemampuan siswa untuk menentukan tujuan-tujuan belajar, memperkirakan keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan itu, dan memilih alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan-tujuan itu. - Strategi afektif. Teknik-teknik ini digunakan para siswa untuk memusatkan dan mempertahankan 15



perhatian, untuk mengendalikan kemarahan dan menggunakan waktu secara efektif. - Informasi Verbal Informasi verbal juga disebut pengetahuan verbal. Menurut teori, pengetahuan verbal ini disimpan sebagai jaringan proposisi-proposisi (Gagne, 1979). Buku II Judul Pengarang Penerbit Kota Terbit Tahun Terbit ISBN



: : : : : :



Modul Teori Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Profesi Guru 2019 -







Pengertian Belajar Menurut Teori Kognitif Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya sebagai hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi- bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspekaspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks  Teori Perkembangan Jean Piaget (1896-1980) Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahanperubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu; - Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun) Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang 16



sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. - Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. - Tahap intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun) Anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas. - Tahap operasional konkrit (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturanaturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda- benda yang bersifat konkrit. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi obyek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. - Tahap Operasional formal (umur 11/12-18 tahun). Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.  Teori Belajar Menurut Jerome Bruner (1915-2016) Jerome Bruner adalah seorang pengikut setia teori kognitif, khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai perkembangan kognitif manusia sebagai berikut: - Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan. - Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realis. - Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri. - Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya. - Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain. 17



- Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi. Menurut Bruner, pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah lebih banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembang-kan kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting bagi mereka yang menggeluti bidang matematika, biologi, fisika, dan sebagainya, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar. - Teori Belajar Bermakna David Ausubel (1918-2008) Advance organizers yang juga dikembangkan oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, karena merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsepkonsep dasar tentang apa yang dipelajari, dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Jika ditata dengan baik, advance organizers akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarinya. - Hierarki Belajar menurut Gagne (1916-2002) Menurut Gagne (dalam Dahar, 2011, hlm. 67), belajar konsep merupakan suatu bagian dari suatu hierarki delapan bentuk belajar. Dalam hierarki ini, setiap tingkat belajar bergantung pada tingkat-tingkat sebelumnya. Hierarki belajar Gagne disajikan pada tabel berikut: No Bentuk belajar Prosedur Contoh 1



2



3



4



Belajar tanda sinyal (signal Conditioning Klasik learning)



Mata dikejapkan terhadap suatu suara setelah suara dipasangkan dengan hembusan udara pada mata Belajar yang terjadi pada bayi untuk memegang botol susu



Belajar stimulus respon Conditioning (stimulus response Operant learning) Belajar merangkai tingkah Seri koneksi- koneksi Membuka pintu, terdiri atas: 1) laku (behaviour chaining S-R menempatkan kunci, 2) learning) memasukkan kunci, 3) memutar kunci, 4) membuka kunci Belajar asosiasi verbal Rantai verbal, tentang Belajar sumpah pemuda (verbal chaining learning) memberi nama obyek dan koneksi kata menjadi urutan Verbal



18



5



6



Belajar diskriminasi Menghasilkan respons Membedakan lingkaran dan elips (discrimination learning) yang berbeda pada Belajar konsep (concept Membuat respons yang Respons sama tentang rumah learning) sama pada stimulus- terhadap berbagai ukuran dan stimulus dengan atribut bentuk gedung yang mirip Konsep terdefinisi Menggunakan konsep Saudara sepupu ialah anak lakiyang telah dipelajari laki atau perempuan dari paman sebelumnya untuk atau bibi memperoleh suatu konsep baru



7 Aturan



8



Memberikan respon Jarak sama dengan kecepatan kali pada satu kelas stimulus waktu dengan satu kelas Penampilan Belajar memecahkan Menggabungkan aturan Menemukan langkah-langkah masalah (problem solving) untuk mencapai suatu dalam membuktikan suatu teori pemecahan yang dalam geometri menghasilkan suatu aturan dengan tingkat yang lebih tinggi







Strategi kognitif Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir disebut sebagai strategi kognitif. Strategi kognitif dikelompokkan sesuai dengan fungsinya, dan pengelompokkan yang disarankan oleh Weinstein dan Mayer (dalam Dahar, 2011, hlm. 122) adalah sebagai berikut: dikelompokkan sesuai dengan fungsinya, dan pengelompokkan yang disarankan oleh Weinstein dan Mayer (dalam Dahar, 2011, hlm. 122) adalah sebagai berikut:  Strategi menghafal. Siswa melakukan latihan mereka sendiri tentang materi yang dipelajari. Dalam bentuk yang paling sederhana, seperti mengulangi nama-nama dalam suatu urutan (nama pahlawan, tahun pecahnya perang dunia, dan lain-lain).  Strategi elaborasi. Siswa mengasosiasikan hal-hal yang akan dipelajari dengan bahanbahan lain yang tersedia.  Strategi pengaturan. Menyusun materi yang akan dipelajari ke dalam suatu kerangka teratur merupakan teknik dasar strategi ini.  Strategi metakognitif. Meliputi kemampuan siswa untuk menentukan tujuan belajar, memperkirakan keberhasilan pencapaian tujuan itu, dan memilih alternatif- alternatif untuk mencapai tujuan itu.  Strategi afektif. Teknik ini digunakan para siswa untuk memusatkan dan mempertahankan 19



perhatian untuk mengendalikan kemarahan dan menggunakan waktu secara efektif. Buku III Judul Pengarang Penerbit Kota Terbit Tahun Terbit ISBN



: : : : : :



Belajar dan Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning Sri Hayati, M.Pd. Graha Cendekia Magelang 2017 978-602-73027-5-4







Teori Belajar Kognitif Prinsip umum teori belajar kognitif, antara lain : lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil: a. Disebut model perseptul yaitu proses pengenlan individu terhadap lingkungannya b. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujun belajarnya c. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang Nampak d. Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi. e. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks - Teori-teori Belajar Kognitif a. Teori Gestalt Pengetahuan yang merupakan inti dari teori gestalt memiliki cirri-ciri berikut  Kemampuan insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang tersebut  Insight dipengaruhi atau tergantung pada pengalaman masa lalunya yang relevan  Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan lingkungan  Apabila insigh telah diperoleh maka dapat digunakan untuk menghadapi persoalan dan situasi apapun. b. Teori Medan Teori ini dikembangkan oleh Lewin, bagi lewin teori medan merupakan sekumpuln konsep dengan dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis. c. Teori Perkembangan Mental Brunner mengembangkan teori perkembangan mental yang mendeskripsikan bahwa terjadinya psoroses belajar ditentukan oleh cara mengatur dengan bertahap - Manipulasi objek langsung - Representasi gambar 20



- Manipulasi symbol d. Teori Belajar Bermakna Ausebel mengembangkan teori belajar bermakna dengan menjelaskan bahwa bahan pelajaran akan lebih mudah dipahami jika bahan ajar dirasakan bermakna bagi peserta didik. Proses belajar terjadi jika peserta didik mampu menyesuaikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang baru yang dipelajarinya. Bahan ajara yang bermakna harus sesuai dengan struktur kognitif dan struktur keilmuan, serta memuat keterkaitan keseluruhan bahan. e. Teori pemrosesan Informasi Gagne memperkenalkan teori pemrosesan informasi yang merupakan teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan bagaimana informasi diterima, disimpan dan dimbil kembali oleh otak. Pemrosesan informasi mengacu pada cara orang menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, melihat masalah, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah dengan menggunakan lambing baik verbal maupun nonverbal. 4.



TEORI HUMANISTIK



Buku I Judul Pengarang Penerbit Kota Terbit Tahun Terbit ISBN



: : : : : :



Psikologi Belajar Syarifan Nurjan, M.A. Wade Group Ponorogo 2015 978-602-6802-30-9







Teori Belajar Humanistik Menurut teori humanistik, belajar menekankan isi dan proses yang berorientasi pada peserta didik sebagai subjek belajar. Teori ini bertujuan memanusiakan manusia sehingga ia mampu mengaktualisasikan diri dalam hidup dan penghidupannya. Dengan sifatnya yang deskriptif, seolah-olah teori ini memberi arah proses belajar.  Teori Belajar Benjamin S. Bloom dan Krathwohl Menurut Bloom, proses belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah, menghasilkan tiga pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai taxonomy Bloom, yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap individu memiliki persepsi tentang hasil pengamatan terhadap suatu objek. Berarti ia menguasai sesuatu yang diketahui, artinya dalam dirinya terbentuk suatu persepsi dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya.



21



 Teori Belajar Menurut Kolb Menurut Kolb, (Irawan, 1996: dalam Rianto, 1999/2000) belajar dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu pengalaman konkret, pengalaman kreatif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif. Tahapan ini terjadi secara berkesinambungan dan berlangsung di luar kesadaran peserta didik. - Tahap pengalaman konkret Pada tahap ini peserta didik hanya sekadar ikut mengalami suatu peristiwa, belum mengetahui hakikat peristiwa itu, bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi. - Tahap pengamatan kreatif dan reflektif Pada tahap ini peserta didik lambat laun mampu mengadakan pengamatan secara aktif terhadap suatu peristiwa dan mulai memikirkan untuk memahaminya. - Tahap konseptualisasi Peserta didik mampu membuat abstraksi dan generalisasi berdasarkan contoh-contoh peristiwa yang diamati. - Tahap eksperimen aktif Dalam belajar peserta didik mampu menerapkan suatu aturan umum pada situasi baru.  Teori Belajar Menurut Honey dan Humford - Tipe aktivis Peserta didik suka melibatkan diri pada pengalaman- pengalaman baru. Cenderung berpikir secara terbuka dan mudah diajak dialog. - Tipe reflektor Cenderung hati-hati dalam mengambil langkah. Cenderung konservatif dalam mengambil keputusan dengan menimbang secara cermat akibat keputusannya. - Tipe teoritis Bersikap kritis, senang menganalisis dan tidak menyukai pendapat dan penilaian subjektif serta spekulatif. - Tipe Pragmatis Menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis. Teori ini dianggap baik kalau berguna dan dapat diterapkan.  Teori Belajar Sibermatik Teori belajar Sibermetik, (Rianto, 1999/2000) memandang belajar sebagai pengolahan informasi. Manusia dianalogikan dengan mesin. Peserta didik dikonseptualisasikan sebagai sistem umpan balik yang mengatur dan mengontrol dirinya sendiri. Manusia diasumsikan sebagai sistem kendali yang mampu membangkitkan gerakan mengendalikan sendiri melalui mekanisme umpan balik karena manusia memiliki pola gerakan serta berpikir, bertingkah laku 22



simbolik dan nyata. Manusia, dalam situasi yang khusus tingkah-lakunya akan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari lingkungannya. Buku II Judul Pengarang Penerbit Kota Terbit Tahun Terbit ISBN



: : : : : :



Modul Teori Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Profesi Guru 2019 -







Teori Humanistik Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.  Pandangan David A. Kolb terhadap Belajar. Kolb (1939-sekarang) seorang ahli penganut aliran humanistik membagi tahap-tahap belajar menjadi 4, yaitu: - Tahap pengalaman konkrit Pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat menceriterakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya. Namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakekat dari peristiwa tersebut. Ia hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa adanya, dan belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi. - Tahap pengamatan aktif dan reflektif Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya untuk mencari jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi. - Tahap konseptualisasi Tahap ke tiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang 23



sesuatu yang menjadi obyek perhatiannya. Berfikir induktif banyak dilakukan untuk merumuskan suatu aturan umum atau generalisasi dari berbagai contoh peristiwa yang dialaminya - Tahap eksperimentasi aktif. Tahap terakhir dari peristiwa belajar menurut Kolb adalah melakukan eksperimentasi secara aktif. Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata. Berfikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep di lapangan.  Pandangan Peter Honey dan Alan Mumford terhadap Belajar. Tokoh teori humanistik lainnya adalah Peter Honey (1937- sekarang) dan Alan Mumford (1933- sekarang). Pandangannya tentang belajar diilhami oleh pandangan Kolb mengenai tahaptahap belajar di atas. Honey dan Mumford menggolong- golongkan orang yang belajar ke dalam empat macam atau golongan, yaitu kelompok aktivis, golongan reflektor, kelompok teoritis dan golongan pragmatis. Masing-masing kelompok memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok lainnya.  Pandangan Jurgen Habermas terhadap belajar. Tokoh humanis lain adalah Hubermas (1929-sekarang). Menurutnya, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud di sini adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan pandangannya yang demikian, ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu; 1) belajar teknis ( technical learning), 2) belajar praktis ( practical learning), dan 3) belajar emansipatoris (emancipatory learning).  Pandangan Benjamin Samuel Bloom (1913-1999) dan David Krathwohl (1921-2016) terhadap Belajar. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum ke dalam tiga kawasan yang dikenal dengan sebutan Taksonomi Bloom. Melalui taksonomi Bloom inilah telah berhasil memberikan inspirasi kepada banyak pakar pendidikan dalam mengembangkan teori-teori maupun praktek pembelajaran. Pada tataran praktis, taksonomi Bloom ini telah membantu para pendidik dan guru untuk merumuskan tujuan-tujuan belajar yang akan dicapai, dengan rumusan yang mudah dipahami. Berpijak pada taksonomi Bloom ini pulalah para praktisi pendidikan dapat merancang programprogram pembelajarannya. Setidaknya di Indonesia, taksonomi Bloom ini telah banyak dikenal dan paling populer di lingkungan pendidikan.



Buku III Judul



:



Belajar dan Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning 24



Pengarang Penerbit Kota Terbit Tahun Terbit ISBN



: : : : :



Sri Hayati, M.Pd. Graha Cendekia Magelang 2017 978-602-73027-5-4







Teori Humanistik Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita- citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. 



Pandangan Rogers tentang Belajar Rogers menjelaskan bahwa siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas. Siswa diharapkan dapat membebaskan dirinya sehingga ia dapat mengambil keputusannya sendiri dan berani tanggung jawab atas keputusan-keputusan yang ia ambil atau pilih sendiri. Dalam belajar demikian, anak tidak dicetak menjadi orang lain melainkan dibiarkan dan dipupuk untuk menjadi dirinya sendiri. Ia tidak direkayasa agar terikat kepada orang lain, bergantung kepada pihak lain dan memenuhi harapan orang lain. Ia dibiarkan agar tetap menjadi arsitek buat dirinya sendiri. 



Pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap Belajar Benjamin Bloom dan David Krathwohl lebih menekankan perhatiannya pada apa yang harus dikuasai oleh individu (sebagai tujuan belajar), setelah melalui peristiwa belajar. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum ke dalam tiga kawasan yang dikenal dengan sebutan “Taksonomi Bloom”. Melalui taksonomi Bloom inilah telah berhasil memberikan inspirasi kepada banyak pakar pendidikan dalam mengembangkan teori-teori maupun praktek pembelajaran. Secara praktis, taksonomi Bloom telah membantu pendidik untuk merumuskan tujuan belajar yang akan dicapai, dengan rumusan yang mudah dipahami. Secara ringkas, taksonomi Bloom terdiri dari tiga kawasan/ranah/domain dan sub-sub kawasan/ranah yang disusun dari yang sederhana ke yang kompleks yang meliputi: Kawasan kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan yaitu: 1. Pengetahuan (mengingat, menghafal); 2. Pemahaman (menginterpretasikan); 3. Aplikasi (menggunakan konsep-konsep untuk memecahkan suatu masalah);Analisis (menjabarkan suatu konsep) dan sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep yang utuh); 4. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup) dan Kreatifitas 25



 -



-



Pandangan Kolb terhadap Belajar Zolb, membagi tahapan belajar menjadi empat tahap belajar yaitu: Pengalaman konkrit, merupakan tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa mengalami suatu kejadian tetapi ia belum mampu memahami pengalaman/kejadian itu. Pengamatan aktif dan reflektif, siswa mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan dan memahami secara aktif pengalaman dan secara reflektif mulai berusaha memaknai pengalaman itu. Konseptualisasi, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau teori tentang sesuatu yang pernah diamatinya. Eksperimentasi aktif, siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum, konsepkonsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi yang nyata/baru.







Pandangan Honey dan Mumford terhadap Belajar Tokoh teori belajar lainnya adalah Honey dan Mumford. Pandangannya tentang belajar diilhami oleh pandangan Kolb tentang tahap-tahap belajar. Mereka membuat penggolongan siswa, ia membagi siswa menjadi 4 macam atau tipe/golongan yaitu: - Aktivis, yaitu mereka yang suka melibatkan diri dalam pengalaman-pengalaman baru. - Reflektor: mereka cenderung sangat berhati-hati mengambil langkah. Dalam proses pengambilan keputusan, siswa tipe ini cenderung ”konservatif” artinya ia lebih suka menimbang-nimbang secara cermat baik-buruk suatu keputusan. - Teoritis: biasanya tipe siswa sangat kritis, senang mengalisis, dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subyektif. - Pragmatis: mereka yang menaruh perhatian pada aspek praktis dari segala sesuatu. 



Pandangan Habermas terhadap Belajar Habermas percaya bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan (alam dan sosial) maupun dengan sesama manusia sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan, dan ia membagi tipe belajar menjadi 3 tipe yaitu: - Belajar teknis: menekankan interaksi manusia dengan lingkungan. - Belajar praktis: menekankan tidak hanya interaksi manusia dengan lingkungannya, tetapi juga antara manusia dengan manusia lain. - Belajar emansipatoris: menekankan pemahaman terhadap tranformasi (perubahan kultural) dalam suatu lingkungan. 5.



TEORI BELAJAR CYBERNETIK



Buku I Judul Pengarang Penerbit Kota Terbit



: : : :



Psikologi Belajar Syarifan Nurjan, M.A. Wade Group Ponorogo 26



Tahun Terbit ISBN



: :



2015 978-602-6802-30-9



Ringkasan Pengertian Belajar Menurut Teori Sibernetik Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani (Cyb- ernetics berarti pilot). Istilah Cybernetics yang diterjemah- kan kedalam bahasa Indonesia menjadi sibernetika, pertama kali digunakan th.1945 oleh Nobert Wiener da- lam bukunya yang berjudul Cybernetics. Nobert men- definisikan Cybernetics sebagai berikut, " The study of control and communication in the animal and the machine." Sibernetika adalah teori sistem ngontrol yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan lingkungan. Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai ada- nya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki per- bedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran di- gambarkan sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUT. Teori sibernetik diimplementasikan dalam beberapa pendekatan pengajaran (teaching approach) dan metode pembelajaran, yang sudah banyak diterapkan di Indone- sia. Misalnya virtual learning, e-learning, dll. teori sibernetik telah dikembangkan oleh Landa (dalam pendekatan disebut algoritmik dan heuristik), Pask dan Scott (dengan yang pembagian peserta didik tipe menyeluruh atau wholist dan tipe serial serialist), atau pendekatan-pendekatan lain yang berorientasi pada pengelolaan informasi. Buku II Judul Pengarang Penerbit Kota Terbit Tahun Terbit ISBN



: : : : : :



Modul Teori Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Profesi Guru 2019 -



Ringkasan Teori ini memiliki kesamaan dengan teori kognitif, yaitu mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar.cara belajar secara sibernetik terjadi jika peserta didik mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Salah satu penganut sibernetik adalah Landa, yang menggunakan model pendekatan berpikir algoritma dan heuristic. Tokok sibernetik yang lain adalah Pask dan Scott yang meperkenalkan tipe peserdak didik yang holistik dan tipe serial. Fungsi guru dalam pembelajaran sibernetik adalah merencanakan mempersiapkan, dan melengkapi stimulus yang penting untuk masukan simbolik. Ada sembilan langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan teori sibernetik, yakni: 27



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Melakukan tindakan untuk menarik perhatian peserta didik; memberikan informasi kepada peserta didik mengenai topik yang akan dibahas; Mendorong peserta didik untuk memulai aktivitas pembelajaran; menyampaikan topik pelajaran yang dibahas sesuai dengan topik yang telah ditetapkan; memberikan bimbingan bagi peserta didik dalam melakukan aktivitas dalam pembelajaran; memberikan penguatan pada perilaku peserta didik; memberikan umpan balik terhadap perilaku yang ditunjukkan peserta didik; proses pengiriman dan hasil belajar; memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meng- ingat dan menggunakan hasil pembelajaran.



Buku III Judul Pengarang Penerbit Kota Terbit Tahun Terbit ISBN



: : : : : :



Belajar dan Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning Sri Hayati, M.Pd. Graha Cendekia Magelang 2017 978-602-73027-5-4



Ringkasan Teori belajar yang paling baru dari semua teori belajar yang kita kenal adalah teori sibernetik.Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi.Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Sekilas, teori inimempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Jika teori sibernetik lebih tertarik kepada kerja otak, tetapi teori kognitif lebih tertarik kepada hasil kerja otak itu. Proses memang penting dalam teori sibernetik. Namun, yang lebih penting lagi adalah “sistem informasi” yang diproses yang akandipelajari siswa itu. Informasi inilah yang akan menentukan proses. Bagaimana proses belajar akan berlangsung, sangat ditentukan oleh sistem infomasi yang dipelajari. Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran) diterima, disandi, disimpan, dan dimunculkan kembali dari ngatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah dikembangkan sejumlah teori dan model pemrosesan informasi oleh para pakar seperti Biaehler dan Snowman (1986), Baine (1986), dan Tennyson (1989). Teori tersebut berpijak pada tiga asumsi yaitu : 1. Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi di mana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu. 2. Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahan tadi akan mengalami perubahan bentuk atau isi. 3. Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas (Lusiana, 1992). Dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen pemrosesan informasi dipilah menjadi 28



tiga berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta terjadinya “lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah: (1) sensory receptor, (2) workingmemory, dan (3) long term memory. Menururt Landa dalam Irawan (2001:17-18), ada dua proses berfikir yaitu: (1) proses berfikir algoritmik, yaitu proses berfikir sistematis, tahap demi tahap, linier, teratur, sekuensial, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu. Misalnya, agar siswa mampu memahami sebuah rumus matematika, mungkin akan lebih efektif jika informasi tentang rumus ini disajikan secara algoritmik. Alasannya adalah, sebuah rumus matematika biasanya mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah ke satu target tertentu; (2) proses berfikir heuristik, yaitu cara berfikir divergen, menyebar menuju ke beberapa target sekaligus. Misalnya, untuk memahami makna suatu konsep yang luas dan banyak interpretasi (misalnya konsep “kemerdekaan” maka akan lebih baik jika proses berfikir siswa dibimbing kearah yang “menyebar” (heuristik), dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatik, linier. Menurut Pask dan Scott, membedakan cara berfikir menyeluruh atau “wholist” dan serial atau “serialist”. Cara berfikir menyeluruh adalah berfikir yang cenderungmelompat ke depan, langsung ke “gambaran lengkap” sebuah sistem informasi ataucenderung mempelajari sesuatu dari tahap yang paling umum, kemudian bergerakkearah yang lebih khusus (rinci). Ibarat melihat lukisan, bukan detil-detil yang kitaamati lebih dahulu, tapi seluruh lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu ke bagianbagianyang lebih kecil. Sedangkan cara berfikir serialist sama dengan pendekatanalgoritmik, namun cara berfikir menyeluruh tidak sama dengan pendekatan heuristic.Teori sibernetik lebih menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari,tetapi kurang memperhatikan bagaimana proses belajar berlangsung, sehingga teori inidianggap sulit dipraktekkan. Aplikasi dalam kegiatan instruksional teori ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional. 2. Menentukan materi pelajaran. 3. Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi tersebut. 4. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi itu (apakah algoritmik ataukah heuristik). 5. Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan system informasinya. 6. Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.



29



BAB III KEUNGGULAN a. 



Kelengkapan subtopik yang diperlukan untuk menjelaskan isi topic utama Teori Behavioristik Buku I Pada buku pertama teori behavioristik terletak pada pada subbab teori belajar behavoristik, kelengkapan subtopic yang diperlukan untuk menjelaskan isi topic pertama sudah luas penjabaran dari subtopic utama yang diawali dengan pendahuluan, kemudian konsep dasar teori behavoristik, klasifikasi teori behavoristik, dan memuat beberapa teori para ahli seperti menurut Thorndike yaitu teori koneksionisme kemudian hokum koneksionisme yaitu law of readiness, law of exsercise, law of effect, kemudian menurut Watson, Ivan Pavlop, Skinner, dan bahasan subtopic yang terakhir yaitu adanya rangkuman dari sub bab yang membahas teori behavioristik. Buku II Pada buku kedua teori behavioristik terdapat pada sub bab teori belajar behavioristik dan penerapannya dalam pembelajaran, kelengkapan sub topic yang diperlukan untuk menjelaskan isi topic utama sudah jelas penjabarannya dan cukup luas cakupan materinya yang diawali dengan subtopic pengertian belajar menurut teori behavoristik, tokoh-tokoh aliran behavoristik diantaranya sub topic teori belajar menurut Thorndike teori belajar menurut Watson, teori menurut clark, teori belajar menurut Edwin, teori belajar menurut skinner, kemudian aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran. Buku III Pada buku ke tiga teori belajar behavioristik terdapat pada bab III yaitu pada sub bab teori belajar behavioristik dan penerapannya dalam pembelajaran, kelengkapan sub topic yang diperlukan untuk menjelaskan isi topic utama sudah luas cakupan materi yang dibahas dalam buku ini, yang diawali dengan sub topic konsep belajar menurut pandangan psikologi behavioristik, teori belajar menurut pavlop, teori belajar menurut Edwin, teori belajar menurut Watson, teori belajar menuru skinner dan teori belajar menurut thorndike. 



Teori Kognitif Buku I Pada buku pertama teori kognitif terdapat pada sub bab teori belajar kognitif, kelengkapan sub topic teori belajar kognitif yang diperlukan untuk menjelaskan isi topic utama cukup jelas penjabarannya, pada teori kognitif membahas sub topic teori-teori belajar kognitif yaitu teori gestalt, teori belajar menuru jean piaget, teori bermakna dari ausubel, teori belajar menurut Robert, strategi kognitif, dan adanya rangkuman dari sub topic teori kognitif.



30



Buku II Pada buku kedua teori kognitif terdapat pada sub bab teori belajar kognitif dan penerapannya dalam pembelajaran, kelengkapan sub topic yang diperlukan untuk menjelaskan isi topic utama sudah jelas penjabarannya, pada teori kognitif membahas sub topic pengertian teori belajar menurut para ahli dan juga dijabarkan tahapan-tahapannya. Buku III Pada buku ketiga teori kognitif terdapat pada sub bab teori belajar kognitif dan penerapannya dalam pembelajaran, kelengkapan sub topic yang diperlukan untuk menjelaskan sub topic utama sudah jelas dipaparkan materinya dan sudah saling berkesinambungan, pada sub bab teori kognitif dipaparkan sub topic teori belajar menurut para ahli. 



Teori Humanistik Buku I Pada buku pertama teori humanistic terdapat pada sub bab teori belajar humanistic, kelengkapan sub topic teori belajar humanistic yang diperlukan untuk menjelaskan isi topic utama sudah jelas cakupan materinya, pada teori kognitif membahas sub topic konsep dasar teori belajar humanistic, teori belajar Benjamin, teori belajar menurut kolb, teori belajar menurut honey, teori belajar menurut hebermas, teori belajar menurut sibermatik. Buku II Pada buku kedua teori humanistic terdapat pada sub bab teori belajar humanistic dan penerapannya dalam kegiatan belajar, kelengkapan sub topic yang diperlukan untuk menjelaskan topic utama sudah jelas dipaparkan materinya begitu juga dengan sub topic yang dibahas dalam sub bab teori belajar kognitif ini. Buku III Pada buku ketiga teori humanistic terdapat pada sub bab teori humanistic dan penerapannya dalam pembelajaran, kelengkapan sub topic yang diperlukan untuk menjelaskan topic utama sudah jelas dipaparkan materinya. 



Teori Konstruktivisme Buku I Pada buku pertama yang membahas tentang teori konstruktivisme kelengkpan sub topic yang diperlukan untuk menjelaskan sub topic utama sudah jelas hanya saja masih kurang cakupan materi yang dipaparkan dalam buku tersebut. Buku II Pada buku kedua yang membahas tentang teori konstruktivistik kelengkapan sub topic yang diperlukan untuk menjelaskan sub topic utama sudah jelas materi yang dipaparkan dalam buku ini, pada sub bab ini membahas subtopic yang sudh dipaparkan dengan jelas dan sudah luas cakupan materinya. 31



Buku III Pada buku ketiga yang membahas teori konstruktivisme kelengkapan sub topic yang diperlukan untuk menjelaskan topic utama sudah jelas materi yang dipaparkan dalam buku ini dan sudah saling berkesinambungan dengan sub bab yang dibahas dengan sub topic yang dipaparkan b.



Keterkaitan topic utama dengan sub topic yang terkait Buku I Pada buku pertama yang membahas tentang teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar humanistic, teori belajar konstruktivitik, dan teori belajar cybernetic keterkaitan antara topic utama dengan sub topic yang terkait yang dipaparkan dalam buku pertama sudah saling berkesinambungan antara sub topic yang dipaparkan dalam buku, contohnya dalam teori belajar yang dipaparkan menjelaskan pengertian topic utama, pandangan teori beajar menurut para ahli, dan tahapan-tahapan, juga proses belajar teori yang dipaparkan sudah saling terkait. Buku II Pada buku pertama yang membahas tentang teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar humanistic, teori belajar konstruktivitik, dan teori belajar cybernetic keterkaitan antara topic utama dengan sub topic yang terkait yang dipaparkan dalam buku pertama sudah saling berkesinambungan antara sub topic yang dipaparkan dalam buku, contohnya dalam teori belajar yang dipaparkan menjelaskan pengertian topic utama, pandangan teori beajar menurut para ahli, dan tahapan-tahapan, juga proses belajar teori yang dipaparkan sudah saling terkait hanya saja dalam teori konstruktivistik kurangnya pembahasan dalam buku yang dipaparkan. Buku III Pada buku pertama yang membahas tentang teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar humanistic, teori belajar konstruktivitik, dan teori belajar cybernetic keterkaitan antara topic utama dengan sub topic yang terkait yang dipaparkan dalam buku pertama sudah saling berkesinambungan antara sub topic yang dipaparkan dalam buku, contohnya dalam teori belajar yang dipaparkan menjelaskan pengertian topic utama, pandangan teori beajar menurut para ahli, dan tahapan-tahapan, juga proses belajar teori yang dipaparkan sudah saling terkait. c.



Aspek kelayakan isi Buku I Pada buku pertama aspek kelayan isi dan cakupan materinya sudah cukup jelas dipaparkan materi tentang teori belajar mulai dari pengertian, penerapan teori belajar, tahapan-tahapan teori belajar, dimana juga dilengkapi dengan tabel yang disajikan, gambar-gambar serta adanya peta konsep sehingga materi yang dipaparkan mudah dipahami. 32



Buku II Pada buku kedua aspek kelayakan isi dan cakupan materinya sudah cukup jelas dipaparkan, sehinga materi yang dipaparkan mudah dipahami oleh pembaca dan juga dalam materi teori belajar yang dipaparkan dengan adanya peta konsep seperti teori perkembangan piaget, teori belajar menurut bruner, dan dalam peta konsep yang dipaparkan agar lebih materi lebih sederhana dan lebih mudah dipahami dan juga pada cakupan materi buku ke -2 ini yang dilengkapi dengan tabel yang disajikan. Buku III Pada buku ketiga aspek kelayakan isi dan cakupan materinya sudah cukup jelas dipaparkan, materi yang dipaparkan tentang teori belajar misalnya tentang teori belajar menurt Pavlov yang disertakan gambar pada eksperimen yang dilakukannya dan menjelaskan tahapantahapan eksperimen dari gambar tersebut, sehingga mempermuda pembaca dalam memahami materi yang dipaparkan. d.



Aspek Kelayakan Bahasa Buku I Aspek kelayakan bahasa dalam buku pertama yang memaparkan materi tentang teori belajar bahasa sangat komutatif sehingga materi yang dijelaskan dapat dipahami dengan baik dan penggunaan istilah juga dijelaskan dari pengertian istilah tersebut. Buku II Aspek kelayakan bahasa dalam buku kedua yang memaparkan materi tentang teori belajar bahasa sangat komutatif sehingga materi yang dijelaskan dapat dipahami dengan baik dan penggunaan istilah juga dijelaskan dari pengertian istilah tersebut. Buku III Aspek kelayakan bahasa dalam buku ketiga yang memaparkan materi tentang teori belajar bahasa sangat komutatif sehingga materi yang dijelaskan dapat dipahami dengan baik dan penggunaan istilah juga dijelaskan dari pengertian istilah tersebut. e.



Aspek Kelayakan Penyajian Buku I Teknik penyajian yang membahas tentang teori belajar dimulai dengan konsep dasar kemudian klasifikasi, teori belajar menurut para ahli, dan adanya rangkuman dalam pemaparan materi. Pendukung penyajian dari materi teori belajar pada buku pertama dengan adanya dipaparkan gambar, tabel dan peta konsep sehingga lebih mempermudah pembaca dalam memahami materi. Buku II Teknik penyajian yang membahas tentang teori belajar dimulai dengan konsep dasar kemudian klasifikasi, teori belajar menurut para ahli, dan adanya rangkuman dalam pemaparan 33



materi. Pendukung penyajian dari materi teori belajar pada buku pertama dengan adanya dipaparkan gambar, diagram dan tabel lebih memprmudah pembaca dalam memahami materi. Buku III Teknik penyajian yang membahas tentang teori belajar dimulai dengan konsep dasar kemudian klasifikasi, teori belajar menurut para ahli, dan adanya rangkuman dalam pemaparan materi. Pendukung penyajian dari materi teori belajar pada buku pertama dengan adanya dipaparkan tabel yang sehingga lebih memprmudah pembaca dalam memahami materi.



34



BAB IV KELEMAHAN BUKU a. 



Kelengkapan subtopik yang diperlukan untuk menjelaskan isi topic utama Teori Behavioristik Buku I Pada buku pertama yang membahas tentang teori belajar sub topic yang diperlukan untuk menjelaskan isi topic pertama materi yan dipaparkan sudah cukup jelas dan luas cakupan materinya sehingga tidak adanya kelemahan yang ditemukan dalam buku pertama. Buku II Pada buku kedua yang membahas tentang teori belajar sub topic yang diperlukan untuk menjelaskan isi topic pertama materi yan dipaparkan sudah cukup jelas dan luas cakupan materinya sehingga tidak adanya kelemahan yang ditemukan dalam buku kedua. Buku III Pada buku ketiga yang membahas tentang teori belajar sub topic yang diperlukan untuk menjelaskan isi topic pertama materi yan dipaparkan sudah cukup jelas dan luas cakupan materinya sehingga tidak adanya kelemahan yang ditemukan dalam buku ketiga. b.



Keterkaitan topic utama dengan sub topic yang terkait Buku I Pada buku pertama yang membahas tentang teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar humanistic, teori belajar konstruktivitik, dan teori belajar cybernetic keterkaitan antara topic utama dengan sub topic yang terkait yang dipaparkan dalam buku pertama sudah saling berkesinambungan antara sub topic yang dipaparkan dalam buku, contohnya dalam teori belajar yang dipaparkan menjelaskan pengertian topic utama, pandangan teori beajar menurut para ahli, dan tahapan-tahapan, juga proses belajar teori yang dipaparkan sudah saling terkait sehingga tidak adanya kelemahan dalam buku ini. Buku II Pada buku kedua yang membahas tentang teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar humanistic, teori belajar konstruktivitik, dan teori belajar cybernetic keterkaitan antara topic utama dengan sub topic yang terkait yang dipaparkan dalam buku pertama sudah saling berkesinambungan antara sub topic yang dipaparkan dalam buku, contohnya dalam teori belajar yang dipaparkan menjelaskan pengertian topic utama, pandangan teori beajar menurut para ahli, dan tahapan-tahapan, juga proses belajar teori yang dipaparkan sudah saling terkait hanya saja dalam teori konstruktivistik kurangnya pembahasan dalam buku yang dipaparkan. Buku III Pada buku ketiga yang membahas tentang teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar humanistic, teori belajar konstruktivitik, dan teori belajar cybernetic 35



keterkaitan antara topic utama dengan sub topic yang terkait yang dipaparkan dalam buku pertama sudah saling berkesinambungan antara sub topic yang dipaparkan dalam buku, contohnya dalam teori belajar yang dipaparkan menjelaskan pengertian topic utama, pandangan teori beajar menurut para ahli, dan tahapan-tahapan, juga proses belajar teori yang dipaparkan sudah saling terkait sehingga tidak adanya kelemahan dalam buku ini. c.



Aspek kelayakan isi Buku I Pada buku pertama aspek kelayan isi dan cakupan materinya sudah cukup jelas dipaparkan materi tentang teori belajar mulai dari pengertian, penerapan teori belajar, tahapantahapan teori belajar, dimana juga dilengkapi dengan tabel yang disajikan, gambar-gambar serta adanya peta konsep sehingga materi yang dipaparkan mudah dipahami sehingga buku ini tidak ada kelemahannya. BukuII Pada buku kedua aspek kelayakan isi dan cakupan materinya sudah cukup jelas dipaparkan, sehinga materi yang dipaparkan mudah dipahami oleh pembaca dan juga dalam materi teori belajar yang dipaparkan dengan adanya peta konsep seperti teori perkembangan piaget, teori belajar menurut bruner, dan dalam peta konsep yang dipaparkan agar lebih materi lebih sederhana dan lebih mudah dipahami dan juga pada cakupan materi buku ke -2 ini yang dilengkapi dengan tabel yang disajikan sehingga buku ini sudah cukup baik dan tidak adanya kelemahan dalam aspek kelayakan isi. BukuIII Pada buku ketiga aspek kelayakan isi dan cakupan materinya sudah cukup jelas dipaparkan, materi yang dipaparkan tentang teori belajar misalnya tentang teori belajar menurt Pavlov yang disertakan gambar pada eksperimen yang dilakukannya dan menjelaskan tahapan-tahapan eksperimen dari gambar tersebut, sehingga mempermuda pembaca dalam memahami materi yang dipaparkan sehingga buku ini sudah cukup baik dan tidak adanya kelemahan dalam aspek kelayakan isi. d.



Aspek Kelayakan Bahasa Buku I Aspek kelayakan bahasa dalam buku pertama yang memaparkan materi tentang teori belajar bahasa sudah komutatif sehingga materi yang dijelaskan dapat dipahami dengan baik dan penggunaan istilah juga dijelaskan dari pengertian istilah walaupun ada beberapa istilah yang masih belum dipahami oleh pembaca. Buku II Aspek kelayakan bahasa dalam buku kedua yang memaparkan materi tentang teori belajar bahasa sangat komutatif sehingga materi yang dijelaskan dapat dipahami dengan baik dan penggunaan istilah juga dijelaskan dari pengertian istilah tersebut tetapi masih ada beberapa istilah yang harus benar-benar dipahami oleh pembaca. 36



Buku III Aspek kelayakan bahasa dalam buku ketiga yang memaparkan materi tentang teori belajar bahasa sangat komutatif sehingga materi yang dijelaskan dapat dipahami dengan baik dan penggunaan istilah juga dijelaskan dari pengertian istilah tersebut walaupun ada beberapa istilah yang tidak dijelaskan pengertiannya dalam pemaparan materi. e.



Aspek Kelayakan Penyajian Buku I Teknik penyajian yang membahas tentang teori belajar dimulai dengan konsep dasar kemudian klasifikasi, teori belajar menurut para ahli, dan adanya rangkuman dalam pemaparan materi. Pendukung penyajian dari materi teori belajar pada buku pertama dengan adanya dipaparkan gambar, tabel dan peta konsep sehingga lebih mempermudah pembaca dalam memahami materi dan kelayakan penyajian materi yang dipaparkan sudah cukup baik dan tidak adanya kelemahan dalam kelayakan penyajian dalam buku ini. Buku II Teknik penyajian yang membahas tentang teori belajar dimulai dengan konsep dasar kemudian klasifikasi, teori belajar menurut para ahli, dan adanya rangkuman dalam pemaparan materi. Pendukung penyajian dari materi teori belajar pada buku pertama dengan adanya dipaparkan gambar, diagram dan tabel lebih mempermudah pembaca dalam memahami materi walaupun di beberapa teori pemaparannya kurang cukup jelas dipaparkan. Buku III Teknik penyajian yang membahas tentang teori belajar dimulai dengan konsep dasar kemudian klasifikasi, teori belajar menurut para ahli, dan adanya rangkuman dalam pemaparan materi. Pendukung penyajian dari materi teori belajar pada buku pertama dengan adanya dipaparkan tabel yang sehingga lebih memprmudah pembaca dalam memahami materi walaupun dalam buku ini tidak adanya gambar sebagaimana pada buku pertama.



37



BAB V IMPLIKASI a.



Implikasi Terhadap Teori Dari ketiga buku yang membahas tentang teori pembelajaran, keterlibatan terhadap teori bisa dilaksanakan karena teori pembelajaran yang dijabarkan melalui buku merpakan teori belajar yang dianggap mampu terlaksana sesuai dengan tujuan sehingga dengan teori pembelajaran yang dipaparkan buku ini seorang pembaca maupun review akan mendapakan ilmu pengetahuan yang lebih luas tentang teori pembelajaran yang cocok diterapkan dalam peserta didik. b.



Analisis Mahasiswa Buku pertama menjabarkan tentang teori pembelajaran, dalam buku pertama menerangkan bahwa teori behavioristik bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang dapat diamati, yang terjadi melalui stimulus respons yang disertai dengan penguatan menurut prinsipprinsip mekanik, dalam buku pertama juga adanya dijabarkan klasifikasi terhadap teori behavorisme, dan juga dalam buku pertama yang membahas teori behavorisme dijabarkan juga menurut teori para ahli misalnya throndike menerangkan belajar adalah pembentukan asosiasi (bond, conection) antara kesan pancaindera (sense impression) dengan kecenderungan untuk bertindak (impuls to action). Proses belajar itu disifatkan sebagai learning by selecting and connecting, dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu, dalam buku pertama pengertian dari teori konstruktivism adalah ide bahwa siswa harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Teori ini memandang siswa secara terus menerus memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan memperbaiki aturan- aturan tersebut, dalam buku pertama menjabarkan teori humanistik, belajar menekankan isi dan proses yang berorientasi pada peserta didik sebagai subjek belajar. Teori ini bertujuan memanusiakan manusia sehingga ia mampu mengaktualisasikan diri dalam hidup dan penghidupannya. Dengan sifatnya yang deskriptif, seolah-olah teori ini memberi arah proses belajar. Pada buku kedua juga menjabarkan tentang teori-teori belajar hanya saja dalam buku kedua tidak adanya klasifikasi teori behavorisme sebagaimana yang terdapat dalam buku pertama, dan buku kedua menjelaskan bahwa teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon, dalam buku kedua juga dijabarkan tahap-tahap pembelajarannya. Pada buku ketiga menjabarakan dari kelima teori belajar, tapi pada buku ketiga kurang lengkap pembahasnnya dan cakupannya kurang luas dari pada buku pertama dan kedua, pada buku kedua juga disajikan tabel.



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN a.



Kesimpulan Dengan adanya resensi dari ketiga buku ini penulis berharap kepada seluruh pembaca, agar dapat memaham dari keseluruhan isi buku yang dibaca, selain itu dengan adanya resensi buku ini penulis juga berharap kepada pembaca untuk menerapkannya dengan baik agar dapat dengan mudah mengetahui teori pembelajaran dan penerapannya dalam pembelajaran. Penulis memberikan informasi ini agar semua pembaca dapat mendalami dari semua bab yang di ulas dari ketiga buku ini, sehingga para kalangan mahasiswa atau pelajar dapat mampu mengetahui cara dari sistematika format penulisan (merieview buku), semoga uraian diatas dapat member sumbangsih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan. b.



Saran Dari uraian yang telah disusun, semoga pembaca mampu memahami maksud dari teori belajar dengan baik dan benar sehingga kedepannya dapat lebih mudah diterapkan dalam pembelajaran.



DAFTAR PUSTAKA Pendidikan Profesi Guru.2019.Modul Teori Belajar dan Pembelajaran Sri Hayati.2017.Belajar dan Pemelajaran Berbasis Cooperative Learning.Magelang :Graha Cendekia Syarifan Nurjan. 2015. Psikologi Belajar.Ponorog :Wade Group