Tugas Evaluasi Penguasaan Materi - Bab 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1. Jelaskan inspirasi apa yang dapat Anda ambil dari kasus 5.1 tentang usaha Tela-Tela. Bentuk usaha kecil-kecilan seperti yang dilakukan Febri ketika memulai Tela-Tela tidak menutup kemungkinan untuk berkembang dan menjadi usaha yang besar. Hal ini tidak jarang diremehkan orang. Hanya karena tampilan usaha yang kecil-kecilan kadang menjadi hambatan tersendiri bagi orang yang ingin memulai bisnis karena stigma masyarakat untuk menilai dulu tanpa mengetahui sehingga menghasilkan attitude masyarakat yang menyepelekan bentuk usaha kecil-kecilan ini. Attitude lain yang sebenarnya bisa menjadi hambatan dalam membangun/memulai bisnis yakni sikap menerima apa adanya alias pasrah dengan keadaan. Bayangkan apabila Febri memiliki pandangan ini, pasrah dengan keadaan ekonominya (bukannya berambisi untuk mengembangkan usaha tapi malah merasa puas dengan berdagang di kos-kos an saja) dan menganggap usaha kecil-kecilan yang ia jalani tidak perlu dikembangkan karena memang sudah kodratnya untuk menjadi pengusaha kecil, maka Tela-Tela yang sekarang menjadi bisnis besar sampai menarik perhatian konsumen Vietnam dan Thailand tersebut tidak akan terwujud. Inspirasi yang saya ambil dari sini yakni untuk tidak menyepelekan hal kecil dan tidak membiarkan stigma masayarakat menjadi hambatan dalam mewujudkan cita-cita, dalam hal ini menjadi wirausahawan. Mengamalkan sikap pantang menyerah. Tentunya hal ini dapat terlihat dalam sikap Febri bahkan sebelum dimulainya perjalanan Tela-tela yakni ketika dia mencoba-coba bentuk usaha lain dan kerap gagal. Selain kebutuhan ekonomi keluarganya, disini juga terlihat bahwa Febri tidak ingin bergantung pada orang lain dan terus berusaha walaupun tidak semuanya mulus, seperti ketika dia berusaha berjualan di UGM dan diusir, dll. Mungkin usaha yang ia coba-coba itu nampaknya tidak berhasil dan lenyap begitu saja, namun kegagalan-kegagalan ini dijadikan bahan pembelajaran dan lambat laun membuat Febri menjadi familiar dengan dunia usaha. Dengan ilmu yang ia miliki dari kegagalan-kegagalan tersebut, sedikit banyak membantu Febri dalam memulai serta mengembangkan usaha Tela-tela sampai sekarang. Inspirasi yang saya tekankan disini yakni kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda bagi orang yang pantang menyerah, dalam hal ini mengambil amanat dari kegagalan dan terus mencoba lagi. Terus mencari peluang dan tidak cepat merasa puas. Bahkan ketika sekarang usaha Tela-Tela sudah diminati oleh banyak orang di seluruh penjuru Indonesia, Febri tetap memiliki mimpi dan cita-cita untuk mengembangkan usahanya seperti dengan ekspor ke luar negeri, menembus pasar ritel modern, dll. Insentif ini tentunya sudah muncul dari awal dia memulai dan mengembangkan bisnis. Rasa haus akan peluang ini lh yang membuat Febri mampu mengembangkan Tela-Tela menjadi usaha sebesar sekarang. Seperti ketika ia melihat adanya tawaran Atma Jaya Expo 2005 yang dipandang sebagai kesempatan besar untuk tampil diantara merk-merk usaha makanan lain. Febri tidak menyepelekan kesempatan ini dan benar saja, steelah tampil di Expo tersebut, terbuka kesempatan lain seperti tawaran kerjasama (franchising). Melihat hal ini, Febri lagi-lagi mengambil kesempatan itu dan memberlakukan sistem franchising yang mendongkrak pemasaran produk Tela-Tela di masyarakat dan menciptakan kesempatan-kesempatan lain untuk mengembangkan bisnis Tela-Tela ini. Berani beda. Sehubungan dengan poin pertama, perbedaan ini ditentukan dari penilaian masyarakat terhadap kebiasaan yang sudah ada. Febri mengetahui hal itu ketika memilih komoditas singkong sebagai bahan utama dalam usahanya. Namun penilaian tersebut tidak dijadikan alasan bagi Febri untuk mengangkat martabat singkong dengan ide-idenya seperti menggabungkan ide kentang goreng yang biasanya menggunakan banyak varian rasa dan



diaplikasikan ke singkong. Keberanian ini yang menjadi kunci bagi seorang wirausahawan untuk menciptakan inovasi dan membebaskan kreativitasnya dalam menciptakan variasi di bisnis yang ia tekuni. Tentu tidak ada yang menyangka bahwa beda yang dibawakan Febri ternyata akan semenarik itu bahkan mengubah persepsi masyarakat tentang singkong. Yang kita tahu, disini Febri telah menjadi seorang trendsetter bukan trendfollower berkat keberanian dan percaya dirinya untuk berani beda. 2. Jelaskan inspirasi apa yang dapat Anda ambil dari Kasus 5.2 tentang usaha Dewo dan tanaman sirih merahnya serta Kasus 5.3 tentang usaha rumahan. 



Inspirasi Dewo dan tanaman sirih Sebelum mengambil jalan sebagai seorang wirausahawan akan lebih baik jika seorang calon wirausaha membekali diri dengan pendidikan baik melalui pengalaman, pendidikan formal, ataupun informal (mencari literatur sendiri, bertanya kepada yang sudah berpengalaman, dll). Pendidikan diperlukan agar calon wirausaha dapat lebih familiar dengan bidang bisnis yang ingin kita tekuni, tidak memulai bisnis modal nekad dan bergantung pada ketidakpastian saja. Hal yang sama dilakukan oleh Dewo ketika ia menemukan sirih merah secara tidak sengaja di lereng Gunung Merapi. Walaupun mungkin dia sudah memiliki pengalaman/pengetahuan soal jamu-jamuan, cara meracik jamu, obat-obatan herbal, ia tetap memperkaya dirinya dengan mencari tahu tentang sirih merah lebih mendalam bahkan sebelum terpikirkan ide untuk membuka usaha komoditas sirih merah ini. Attitude yang selalu berusaha untuk memperkaya diri inilah yang menjadikan seorang wirausahawan sukses menonjol. Ide tidak datang dari langit. Ibarat uang, apabila seseorang memiliki uang banyak tentunya ia akan memiliki pilihan banyak juga dalam menentukan barang yang ia ingin beli; menurut saya, ini juga berlaku ada pengetahuan. Dewo yang selalu haus akan pengetahuan tentunya memiliki perbendaharaan ide serta inspirasi-inspirasi yang ia dapatkan dari banyak sudut pandang terhadap bisnis sirih merah (misal: tidak hanya dia belajar dari sejumlah pakar tanaman herbal, Dewo bahkan juga mempelajari sirih merah dari sudut pandang budayawan, kedokteran, bahkan tidak menutup kemungkinan wirausahawan-wirausahawan komoditas sirih yang terdahulu). Kekayaan pengetahuan inilah yang seolah-olah mendorong Dewo sehingga muncul banyak ide dan berhasil menggabungkan ide-ide dari banyak perspektif tersebut sehingga tercipta banyak varian produk sirih merah yang cukup unik, dan yang pasti menarik perhatian masyarakat bahkan masyarakat luar negeri. Poin yang saya ingin tekankan disini adalah, ide tidak hanya datang begitu saja. Beberapa bagian mungkin mengandalkan keberuntungan dan kesempatan yang ada disekitar calon wirausahawan; tapi menurut saya, apabila calon wirausahawan tidak memiliki bekal dan kemampuan yang cukup, kesempatan tersebut akan lewat begitu saja/tidak termanfaatkan secara maksimal. Misalnya, anggaplah setelah Dewo membuka usaha sirih merah dengan bekal pengetahuan sendiri, Dewo memutuskan untuk tidak melakukan eksplorasi-ekplorasi lain seputar sirih merah karena merasa cukup dengan ilmu yang ia sudah miliki; alhasil bisa saja varian-varian produk yang sekarang tersedia di bisnis sirih merah Dewo tidak sevariatif sekarang atau bahkan tidak ada variasi sama sekali. Oleh karena itu, penting bagi calon wirausahawan untuk giat memperkaya diri; sehingga ketika muncul suatu bentuk kesempatan, calon wirausahawan dapat mengetahui serta memanfaatkannya secara maksimal.



Teliti dalam menganalisa. Pengambilan keputusan dalam jalannya usaha harus sebijaksana mungkin, dengan mempertimbangkan dampak keputusan terhadap usaha secara jangka panjang. Pilihan yang bijaksana tentunya berasal dari ketelitian masing-masing wirausahawan dalam menghadapi pilihan (mengevaluasi kekuatan, kelemahan, kesempatan, ancaman dari tiap-tiap pilihan). Keputusan Dewo untuk menggaet petani-petani untuk menjamin ketersediaan bahan baku sirih merah menurut saya merupakan keputusan yang sangat baik dan menguntungkan bagi 2 belah pihak dimana Dewo tidak lagi perlu membuka lahan baru dan menggaet petani-petani sirih baru (menghemat biaya) serta petani pun dapat memberlakukan franchise yang diharapkan meningkatkan daya saing petani dalam industri komoditas sirih merah ini (win-win solution). 



Inspirasi Usaha Rumahan Memulai bisnis tidak memerlukan modal besar. Seperti pada kasus kasus sebelumnya, disini juga dikatakan bahwa bisnis bahkan bisa dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga di dalam waktu luangnya. Modal uang yang diperlukan pun umumnya tidak terlalu besar untuk memulai bisnis rumahan ini, terlebih dengan adanya online shop dan pemasaran secara online. Menciptakan keunikan dari produk yang ditawarkan ke masyarakat. Dalam artikel ini, penulis mengatakan bahwa komoditas yang sedang in adalah komoditas rumahan semacam handuk, gantungan kunci, dompet handphone, dsb. Banyak wirausahawan terjebak dalam arus yang dikatakan sedang in ini dengan menyediakan barang-barang yang sama persis dan tidak ada perbedaan dengan pesaing-pesaingnya karena percaya bahwa dengan menyediakan produk yang in ini saja akan cukup untuk membujuk calon pembeli untuk membeli produk yang ia tawarkan. Nyatanya ternyata banyak orang yang menyediakan produk in ini di pasaran sehingga agar produk kita dapat menonjol maka harus dibuat suatu perbedaan yang diharapkan dapat menaikan value barang yangg kita jual. Keunikan ini tidak perlu yang berlebihan, sedikit perbedaan saja sering kali sudah cukup untuk menarik perhatian pembeli, misalnya: menambahkan motif pada handuk yang dijual alih-alih menjual handuk yang biasanya tidak ada motif/satu warna saja. Menggunakan strategi pemasaran yang efisien. Pemasaran dilakukan agar masyarakat menjadi familiar dengan merek produk usaha seoang wirausahawan. Dengan adanya kemudahan teknologi, pemasaran dimudahkan dari banyak segi (misal: penggunaan internet untk membuka lapak online tidak memerlukan biaya mahal (resikonya kecil), dll). Dalam artikel, penulis juga menyarankan untuk tampil di bazaar/event-event. Pemasaran yang efisien juga dengan memperhatikan kualitas produk yag disajikan.



3. Jelaskan proses berwirausaha. Proses berwirausaha adalah tahap yang ditempuh seorang pengusaha dalam memilai serta mengembangkan usahanya sesuai visi/misi pengusaha tersebut. Dalam proses ini, pengusaha dilatar belakangi oleh banyak faktor diantaranya faktor eksternal (diluar diri, seperti: ajakan untuk berbisnis dari teman, inspirasi bisnis dari keluarga, kebijakan pemerintah yang menguntungkan pembisnis, dll) dan internal (didalam diri seperti, merasa tidak puas dengan kondisi yang ada, merasa memiliki potensi sebagai enterepeneur, dll). Proses tersebut dibagi menjadi dua bagian yakni:







Proses awal pelaksanaan: ‐















Sudah siap mental secara total: mental yang perlu disiapkan disini seperti sikap pantang menyerah, selalu mencari peluang, tidak meremehkan hal kecil, haus akan pengetahuan, sikap kreatif dan inovatif, dan sifat-sifat lain yang saya sudah jelaskan di nomor 1 dan 2 tadi sehingga menjadikan pondasi yang kuat bagi seorang wirausaha untuk terus maju walaupun jalan tidak mulus dalam menjalankan bisnisnya. Adanya komitmen yang tinggi: dengan adanya pondasi yang kuat, komitmen juga diperlukan khususnya ketika bisnis sedang jatuh atau mengalami masalah. Komitmen yang kuat dari seorang pembisnis bukan saja akan lebih menjamin keberlangsungan bisnisnya, namun juga membukakan pintu bagi kesempatan-kesempatan lain yang akan datang. Disini sikap yang perlu ditekankan adalah pantang menyerah. Adanya visi untuk mencapai tujuan: visi diperlukan bukan hanya bagi perusahaanperusahaan besar karena visi sendiri merupakan gambaran (vision) dari seorang wirausahawan tentang apa yang menjadi cita-cita bisnis yang ia jalani di kemudian hari. Visi yang jelas akan memperkuat ikatan dari semua pihak yang terlibat dalam perjalanan bisnis seorang wirausahawan, baik secara vertikal (dari pemilik bisnis ke karyawankaryawan dan bawahannya) maupun horizontal (dari bisnis ke bisnis/ bisnis ke customer).



Proses perkembangan: ‐











Pembentukan tim yang kompak: sejalan dengan bahasan visi diatas, tim yang kompak bukan hanya membantu jalannya bisnis secara fisik, bisa jga berbentuk bantuan ideide/gagasan. Penting bagi seorang wirausahawan untuk membentuk tim yang loyal agar menjamin kesejahteraan bisnis serta menjaga produktifitas tenaga kerja dalam usahanya. Loyalitas dari tim ini dapat dibangun dengan mengadopsi ilmu kepemimpinan yang baik. Seorang pemilik bisnis harus dapat menjadi role model bagi bawahanbawahannya baik dari segi etos kerja, hubungan sosial dengan karyawannya, hubungan dengan partner kerja yang baik sehingga membuat karyawan merasa aman dan berada di tempat bekerja yang tepat. Dengan pemikiran tersebut, diharapkan karyawan bukan hanya merasa bekerja sendiri-sendiri layaknya robot yang digaji, namun merasa bersatu menjadi satu bagian/organ yang besar dan secara bersama-sama, tanpa adanya paksaan, mau ikut bersumbangsih dalam mewujudkan visi perusahaan. Maka terciptalah suatu budaya yang saling melengkapi, saling menolong, tidak sikut-sikutan dalam bekerja, serta loyalitas antar pihak internal perusahaan. Strategi usaha yang mantap: dengan adanya visi yang kuat dan tim yang kompak, pengusaha harus membuat strategi dalam menjalankan usahanya. Strategi ini mencakup banyak bidang termasuk bidang pemasaran, peorduksi, budgeting, dll. Perencanaan strategi ini penting karena menurut saya, strategi merupakan perpanjangan tangan/perwujudan dari visi perusahaan. Oleh karena itu, dalam perumusannya, strategi/planning ini umumnya tidak hanya ditentukan oleh pemilik usaha saja namun dengan berunding dengan banyak pihak agar menghasilan strategi yang akurat dengan cakupan yang luas. Kebanggaan terhadap produk: disini nilai yang harus ditekankan yakni percaya diri didalam lingkungan usaha. Percaya diri dari pihak interenal perusahaan akan nilai-nilai baik dari produk yang dihasilkan akan menciptakan image bagi customer ataupun pihak



eksternal lainnya bahwa perusahaan tersebut memiliki tim yang kompak dan lingkungan kerja yang kondusif sehingga meningkatkan value perusahaan di mata masyarakat.



4. Jelaskan hal-hal yang mempengaruhi proses wirausaha. 



Keinginannya orang tersebut ingin merubah nasib, yang tadi nya hanya kerja dengan orang yang gaji nya pas-pasan ingin merubah menjadi orang yang lebih lagi dari pada saat itu.







Sudah Lelah menjadi bawahan yang hanya mengikuti perintah dari atasan dan membatasi kreativitas yan dimiliki orang tersebut.







Tekanan keluarga, jika punya keluarga yang semuanya menjadi wirausahawan, membuat orang tersebut menjadi tertantang dan tertekan sehingga juga ingin membuat wirausahwan.







Keinginan yang tinggi untuk mendapatkan sesuatu, hal tersebut membuat orang itu menjadi semangat untuk mendapatkan suatu hal tersebut.







Terpaksa dengan keadaan orang tersebut, orang tersebut tidak mempunyai pilihan lain untuk selain untuk menjadi wirausaha dikarenakan beberapa faktor membuat wirausahawan itu menjadi fokus terhadap usaha yang ia buat.



5. Jelaskan proses yang mendorong seorang berwirausaha. 



Keinginannya untuk berprestasi, hal ini sangat dapat menjadi acuan orang melakukan wirausaha karena keingginananya untuk berprestasi entah dengan tujuan untuk mebahagiakan orang tua, pasangan, keluarga membuktikan kepada teman dan sebagainya.







Sifat penasaran, orang yang memiliki rasa penasaran tinggi terhadap sesuatu akan membuat orang tersebut malah menjadi terjun langsung dan melakukan aksi termasuk dia memulai wirausaha ini, mungkin awalanya dari rasa penasaran membuat bisnis seperti apa menjadi wirausahawan yang sebenarnya.







Berani menanggung resiko, orang yang memiliki rasa penasaran dan ingin berprestasi saja tidak cukup untuk melakukan suatu usaha tanpa ia berani mengambil suatu resiko yang akan dihadapinya nanti, kuncinya adalah jika ia tidak mau atau takut kedepannya tidak bisa melakukan bisnisnya, bagaimana bangkrut dan semacamnya maka orang tersebut perlahanlahan akan mundur juga dari proses berwirausaha tersebut.







Pendidikan, biasanya jika ia mempunyai ketiga hal yang diatsa tanpa dimiliki pengetahuan yang memumpuni, orang tersebut juga akan gagal di akhir nya karena bingung untuk memcahkan msalah karena minimnya pendidikan akan usaha yang ia buat. Pendidikan yang kuatjuga akan menjadikan mental seorang wiausaha menjadi kuat atau menjadi percaya diri.







Pengalaman, pengalaman pun juga tidak kalah penting karena ia sudah berpengalaman bergelut pada usaha yang dibuat entah dari ia bekerja dari orang lain atau yang lainnya membuat ia akan lebih mudah mengatasi suatu masalah atau dapat dikatakan menjadi sudah biasa menghadapi masalah yang serupa jadi mudah untuk mengatasi hal tersebut sehingga tidak menghambat proses berwirausaha tersebut.



6. Jelaskan tahapan pelaksanaan berwirausaha. a. Pada proses awal: 1) Sudah siap mental secara total,



Dalam memulai wirausaha maka sebaiknya menyiapkan mental secara total terlebih dahulu karena apabila kita tidak memiliki mental yang siap secara total maka akan besar kemungkinan jika wirausaha kita berhenti ditengah jalan dan tidak dilanjutkan lagi, maka kesiapan mental sangatlah penting dan merupakan yang utama dalam berwirausaha. 2) Adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis



Selain menyiapkan mental secara total, kita juga perlu memiliki komitmen yang tinggi dalam berbisnis, apabila kita tidak berkomitmen dengan bisnis yang sedang kita jalankan maka kedepannya kita akan menjalankan bisnis kita dengan setengah hati dan akhirnya hal tersebut akan membuat bisnis kita tidak bisa maju. Oleh karena itu, kita perlu menyiapkan diri kita untuk memiliki komitmen yang kuat sebelum memulai wirausaha. 3) Adanya visi untuk pencapaian tujuan



Setelah kedua poin diatas sudah dimiliki, maka selanjutnya kita harus memikirkan mengenai visi kita sendiri, apabila kita memiliki visi yang jelas maka tujuan yang kita inginkan akan tercapai. Akan tetapi apabila visi yang kita miliki tidak jelas atau bahkan tidak memiliki visi, maka tujuan kita pun akan sulit untuk dicapai. b. Pada proses pertumbuhan: 1) Pembentukan tim kerja yang kompak



Proses pertumbuhan dari wirausaha kita pastinya membutuhkan tim kerja yang dapat Bersama-sama berjuang dalam menjalankan wirausaha kita. Dalam pembentukan tim kerja diperlukan tim yang kompak sehingga dalam melakukan proses pekerjaannya, semuanya dapat berjalan dengan lancer. Apabila tim kerja yang kita miliki tidak kompak maka nanti akan sering terjadi kesalahpahaman atau hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. 2) Strategi usaha yang mantap



Setelah memiliki tim kerja yang kompak maka mulailah membentuk strategi usaha yang bagus dan cocok untuk diterapkan dengan bisnis yang kita jalankan. Dengan demikian, produk yang kita jual akan laku terjual di pasar dengan baik. 3) Adanya produk yang dapat dibanggakan



Jika kita sudah memiliki strategi usaha yang oke, maka kita pastinya akan memiliki feedback dari penjualan kita. Dari feedback tersebut dapat kita lihat mana produk best seller kita yang dapat menjadi produk andalan dan kita banggakan dikarenakan hasil penjualannya yang tinggi, hal ini akan membawa seorang wirausaha kearah yang lebih maju. 4) Adanya struktur dan budaya yang mantap



Dengan adanya struktur dan budaya yang oke dalam wirausaha kita, maka wirausaha yang kita jalani akan berjalan dengan lancer apabila kita mengikuti struktur dan kebudayaan yang sudah ada dan merupakan struktur & budaya yang baik.



5) Kebijakan pemerintah yang mendukung



Dalam berwirausaha atau berbisnis tentunya kita harus melihat dan memperhatikan kebijakan-kebijakan pemerintah dan UU pemerintah, apakah usaha yang kita jalankan sudah sesuai dengan kebijakan dan UU tersebut atau belum, karena apabila usaha kita tidak memiliki dukungan dari kebijakan pemerintah, maka kedepannya kita akan menemukan banyak permasalahan dalam bisnis yang kita jalani.



7. Jelaskan perbedaan antara kreatif dan inovatif. a. Kreatif Memiliki daya cipta atau berdaya cipta. Jika seseorang memiliki kreativitas, maka Ia akan menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang lain serta menghubungkan ide-ide ataupun hal yang tadinya tidak berhubungan menjadi berhubungan dan unik karena beda dari yang lain. Untuk dapat memenangkan persaingan maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. b. Inovatif Berdaya perubahan/pembaruan. Jika seseorang memiliki pemikiran yang inovatif maka orang tersebut akan dapat menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi ada serta menciptakan sesuatu yang sama sekali beda dan memang belum ada, idenya merupakan sesuatu hal yang baru yang sebelumnya belum pernah dibuat. Biasanya apabila seseorang memiliki kreativitas maka, seringkali ide-ide jenius hasil kreativtasnya yang memberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya ialah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil menjadi hal yang nyata dan tercipta dengan adanya inovatif.



8. Jelaskan hambatan-hambatan dalam berpikir kreati. a. Hambatan yang dibuat sendiri Pengaruh pendidikan dan budaya, misalnya 1 + 1 = 2, apabila ada jawaban yang berbeda maka akan dianggap salah atau aneh. Pada praktik sehari-hari, hambatan dalam berpikir kreatif muncul dari dirinya sendiri. b. Hambatan tidak berusaha menentang kenyataan/menerima apa adanya, misalnya seperti berikut. 1) Terpaku pada apa yang sering dilihat/dialami selama ini. 2) Tidak mau keluar dari kemapanan atau batasan-batasan yang ada serta tidak mau keluar dari bingkai-bingkai atau batasan yang ada sebelumnya. 3) Terpaku pada aturan-aturan, budaya, dan batasan-batasan baku yang telah membelenggu. c. Hambatan jawaban tunggal dan tepat 1) Kita menyukai rasa aman dan sesuatu yang pasti-pasti aja.



2) Kita sering kali memutuskan sesuatu dengan sangat cepat tanpa pikir panjang. d. Mengevaluasi terlalu cepat 1) Ingin dianggap pintar/cerdas sehingga sering kali kita mengevaluasi sesuatu dengan cepat dan mengambil keputusan juga dengan cepat. 2) Terlalu cepat menyalahkan orang lain, sehingga sering kali menganggap bahwa diri kita sendiri adalah benar dan cenderung menyalahkan orang lain atau mencari kambing hitam. e. Takut dianggap bodoh 1) Tidak berani mengeluarkan ide/pendapat yang sebenarnya sudah dipikirkan dan ada dalam benak pikirannya, tetapi tidak berani untuk menyampaikannya di depan umum. 2) Tidak percaya diri bahwa ide yang ada dalam pikirannya adalah ide yang sesungguhnya memang benar.



9. Jelaskan persyaratan berpikir kreatif. a. Perlu persiapan. Pendidikan formal dan informal mengenai entrepreneurship (berkewirausahaan). b. Usaha. Kumpulkan sebanyak mungkin ide, jangan dievaluasi terlebih dahulu. c. Inkubasi. Menggabungkan ide-ide yang sudah ada sehingga muncul ide atau embrio baru. d. Pengertian. Memahami persoalan/permasalahan secara mendalam. e. Evaluasi. Pilih yang terbaik, dari segi biaya, hukum, dan sebagainya.