Tugas HAKIKAT DAKWAH ISLAM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HAKIKAT DAKWAH ISLAM



Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Dan Filsafat Dakwah Pada Fakultas Ushuludding dan Dakwah IAIN BONE Disusun oleh Muhammad Asri : (03182095) Misbahuddin



: (03182102)



Prodi



: KPI 4



Fakultas Dakwah Dan komunikasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) BONE 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan Makalah yang berjudul “ Hakikat Dakwah Islam” Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dan serta informasi dari berbagai sumber. Kami juga banyak mendapat dukungan dan saransaran dari banyak pihak. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu. Kami menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah ini masih jauh dari sempurnah, seperti pepatah mengatakan “Taka da gading yang tak retak”. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan agar dapat ditemukan suatu hasil yang lebih sempurnah. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi kiita semua. Aamin



Watampone, 16 November 2019



Penyusun



DAFTAR ISI JUDUL ...............................................................................................................1 KATA PENGANTAR ..........................................................................................2 DAFTAR ISI .....................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................4 1.1 Latar Belakang ...........................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................4 1.3Tujuan Penulisan .........................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................5 2.1 Apa pengertian ontologi .............................................................................5 2.2 Tujuan Hakikat Dakwah Islam ..................................................................5 2.3 Apa saja yang termasuk objek kajian ilmu dakwah Islam .........................5 BAB III PENUTUP ............................................................................................8 3.1 Simpulan ....................................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA



BAB 1 PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Dakwah adalah mengajak orang atau kelompok kepada kebaikan (amal ma’ruf nahi munkar) atau jalan Tuhan (Sabili robika) ,dakwah dalam konteks seperti ini akan berjalan terus dan tidak akan putus sepanjang manusia masih hidup. Karena Amal Ma’ruf Nahi Munkar bersandingdalam kehidupan sehari-hari.



Dakwah secara umum adalah mengajak/menyampaikan/menerima/dan juga memahami (internalisasi) serta mengamalkan kebaikan (al-khoir) yang berupa ajaran islam (sabili Rabika) kepada manusia dengan berbagai cara dalam semua aspek kehidupan , mengevaluasi proses yang terjadi, serta upaya tindaklanjut yang dilakukan secara terus menerus.



Berbicara tentang pengembangan ilmu pengetahuan agama islam, tidak bisa mengesampingkan kondisi atau suasana yang meliputi dan menyertai pengembangan ilmu pengetahuan secara umum pada saat ilmu itu berkembang. Kepincangan dan ketertinggalan ilmu agama islam tidak akan bisa diatasi hanya dengan membolak balik ilmu - ilmu keislaman tradisional yang terdapat dalam kitab kuning. Sebenarnya tuntutan dunia baru tidaklah terlalu muluk dan sulit dipenuhi.



Pekembangan filsafat dewasa ini merupakan kelanjutan dari perjalanan panjang filsafat yunani. Pengaruh filsafat yunani juga ditemukan dalam dunia islam karena filsafat berkembang dalam dunia islam berasal dari penerimaan pemikiran yunani.



Dalam tradisi filsafat barat ada tiga tema sentral pembahasan yang mutlak dibicarakan ketika akan mengkaji suatu persoalan dalam perspektif filsafat, termasuk



pembahasan filsafat ilmu pengetahuan yaitu ontology, ( yang akan dibahas dalam makalah ini ), epistimologi dan aksiologi. ( Fathul Mufid, 2008: 65).



Filsafat dakwah menurut sistematika filsafat yang dibuat The Liang Gie termasuk dalam filsafat khusus , yaitu filsafat agama. Namun dalam kaitannya dengan filsafat keilmuan seperti yang diadaptasikan oleh Bustanuddin Agus, masalah ontology dari filsafat dakwah berkaitan dengan pandangan hakikat ilmu atau pengetahuan ilmiah disekitar persoalan dakwah. Dengan demikian aspek ontology dalam tulisan ini kita batasi maksudnya pada eksistensi dakwah,yang nyata secara fundamental dalam dakwah.



B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian hakikat dakwah islam? 2. Apa pengertian ontologi ? 3. Apa saja yang termasuk objek kajian ilmu dakwah ?



C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui Pengertian Hakikat Dakwah Islam 2. Untuk mengetahui Tujuan Hakikat Dakwah Islam 3. Untuk mamfaat Dakwah Islam



BAB II PEMBAHASAN



A. PENGERTIAN ONTOLOGI a) Ontology berasal dari dua kata on dan logi artinya ilmu tentang ada. Ontologi adalah teori tentang ada dan realitas ( Musa Asy’ari, 1992: 18 ). Meninjau persoalan secara ontologis adalah mengadakan penyelidikan terhadap sifat dan realitas. Jadi ontology adalah bagian dari metafisika yang mempelajari hakikat dan digunakan sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan atau dengan kata lain menjawab dengan pertanyaan apakah hakekat ilmu itu. b) Ontology meliputi permasalahan apa hakekat ilmu itu, apa hakekat kebenaran dan kenyataan yang inbern dengan pengetahuan yang tidak terlepas dari persepsi kita tentang apa dan bagaimana ilmu itu. . ( Fathul Mufid, 2008: 65). c) Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan caracara yang berbeda dalam mana entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan ( seperti objek-objek fisis, hal universal, abstraksi, bilangan dan lain-lain) dapat dikatakan ada. Dalam kerangka tradisional, ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum mengenai hal “ada”, sedangkan dala m pemakainya pada akhir-akhir ini ontology dipandang sebagai teori mengenai “apa yang ada”. Ontology berusaha mengungkapkan makna eksistensi, tidak termasuk mengenai persoalan asal mula perkembangan dan struktur kosmos (atau alam semesta) yang merupakan titik perhatian dari kosmologi. ( Wahidin Saputra, 2011: 60 ).



Dari pengertian diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa ontologi dalam filsafat Dakwah Islam adalah pemahaman atau pengkajian tentang wujud hakikat



4. dakwah Islam dari segi hakikat dakwah islam itu sendiri dalam mengkaji problem ontologis dakwah yang juga menjadi perhatian filsafat dakwah. Bidang kajian ilmu dakwah bersifat empirik, dalam hal ini harus dibedakan dari kajian ilmu agama yang juga membahas hal-hal yang tidak empirik dalam pengertian tidak dapat dijangkau dengan pengalaman. Jika ilmu agama mengkaji hal-hal seperti ketuhanan, hari kiamat, dan yang sejenisnya, maka ilmu dakwah mengakaji hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia, sosial, kehidupan keagamaan, pemikiran, budaya, estetika dan filsafat dimana kesemua hal diatas dapat diverifikasi/ diuji langsung (empiris).



Dalam memandang bidang atau objek kajiannya tersebut, ilmu dakwah memiliki tiga asumsi dasar. Pada asumsi dasar, pertama dikatakan bahwa objek tertentu memiliki keserupaan dengan objek yang lain. berdasarkan asumi ini, objek-objek yang memiliki keserupaan kemudian diklasifikasikan menjadi kelompok-kelompok. Asumsi yang kedua adalah suatu objek memiliki tingakah khusus di dalam kegiatan tertentu. Suatu obyek memiliki perilaku tertentu jika ia berada di dalam situasi tertentu. Misalnya kehidupan keagamaan masyarakat memiliki corak yang beragam tergantung pada letak geografis atau komposisi demografisnya. Perilaku-perilaku ini akan melahirkan gejalagejala tertentu sehigga asumsi ketiga menyatakan bahwa gejala (pada suatu objek) bukanlah kejadian kebetulan tetapi ada pola tertentu yang bersifat tetap berdsarkan urutan-urutan yang sama. Hal ini memungkinkan kita untuk mengamati suatu gejala di dalam riset untuk manrik kesimpulan. Jika gejala yang ada bersifat tidak teratur tanpa mengikuti pola tertentu maka akan susah menarik kesimpulan.



Ketika membahas landasan ontologis ilmu dakwah maka kita akan bertemu isitilahistilah filsafat ilmu seperti adanya aspek fenomental dan aspek structural. Aspek fenomental



menunjukan ilmu dakwah yang mengewejantahkan dalam bentuk



masyarakat proses dan produk, sebagai masyarakat atau kelompok“elit” yang dalam kehidupan kesehariannya begitu mematuhi kaidah -kaidah ilmiah ynag menurut paradigma Mertan disebut universalisme, komunisme, dan skepsisme yang teratur dan terarah sebagai proses ilmu dakwah



5. menampakan diri sebagai aktivitas atau kegiatan kelompok elit dalam upayanya menggali dan mengembangkan ilmu melalui penelitian, ekspedisi, seminar, kongres dan lain-lainnya, sedangkan sebagai produk ilmu dakwah dan menghasilkan berupa teori, ajaran, paradigma, temuan-temuan dan lain sebagainya disebar luaskan melalui karya-karya publikasi dan kemudian diwariskan kepada madsyarakat dunia.



Aspek



struktural menunjukan



bahwa



ilmu



dakwah



disebut



sebagai



ilmu pengetahuan apabila didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:



1. Sasaran yang dijadikan objek untuk diketahui(Gegenstand). 2. Objek sasaran ini terus menerus dipertanyakan dengan suatu cara (metode) tertentu tanpa mengenal titik henti, adalah suatu cara paradiks bahwa ilmu pengetahuan yang akan terus berkembang justru muncul permasalahan- permasalahan baru yang mendorong terus dipertanyakan. 3. Ada alasan mengapa Geganstand terus dipertanyakan. 4. jawaban yang diperoleh kemudian dikumpulkan dalam sebuah sistim. Ketika berbicara mengenai ontologi dakwah, maka ada tiga hal mendasar yang harus dilihat secara cermat dalam kajian tersebut yaitu: 1. Manusia (sebagai pelaku dan penerima dakwah) Pertanyaan tentang siapakah manusia itu telah muncul sejak manusia berada dimuka bumi, dan jawabanya disusun sesuai dengan perkembangan pola



pikir dan



pengetahuan manusia itu sendiri. Jawaban dari pertanyaan tersebut dapat dijabarkan dalam berbagai disiplin ilmu sosial, ekonomi dan lain-lain, yang setidaknya memuat jawaban bahwa manusia itu terdiri dari dua unsur yaitu, pertama jasad material yang tidak ada bedanya dengan binatang). Sedangkan unsur yang kedua adalah jiwa yang bersifat ruhaniyah, yang memungkinkan manusia untuk berfikir dan berkembang secara dinamis. Inilah yang membedakan antara manusia dan binatang. Manusia dalam pandangan Al-Qur’an dianggap sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk lain (At-Tin:4) dan diangkat derajatnya sebagai makhluk yang mengungguli alam surga bahkan malaikat sekalipun. Akan tetapi dalam beberapa tempat manusia juga direndahkan derajatnya, hal ini karena manusia dilengkapi dengan sifat yang baik dan buruk. Dua sifat ini dapat dipahami dari dua unsur beku penciptaan manusia, unsur materi yang terdiri dari tanah liat yang kering dimana hal ini mengambarkan sifat kerendahan. Unsur kedua adalah ruh Allah yang ditiupkan dalam diri manusia, hal inilah yang mengambarkan sifat sucinya manusia. Dua sifat yang berlawanan ini mawarnai kehidupan dam memaksa manusia untuk memilihnya. Dari pilihan manusia itulah yang akan menentukan nasibnya kelak dikemudian hari.



Sedangakan manusia dalam pandangan dakwah pada hakikatnya adalah bahwa manusia dicipta dalam kondisi yang cenderung pada agama Allah. Hal ini telah ada sejak manusia dalam kandungan, dimana manusia telah bersaksi bahwa Allah adalah tuhannya, sehingga Allah melengkapi manusia dengan dua fungsi utama (sebagai kahlifah dan kehambaan). Sepanjag perjalana hidup manusia selalu dihadapkan pada berbagai macam rintangan dan hambatan yang menggoda fitrahnya. Dalam posisi tersebut manusia harus memilih antara baik dan buruk. Oleh sebab itu Allah memberikan jembatan “dakwah” agar manusia tetap berjalan secara konsisten dalam fitrahnya (jalan tuhanya), Hal ini telah dijelaskan dalam QS. An-Nahl:125



2. Islam sebagai pesan dakwah Agama Islam



Untuk menjaga eksistensinya sebagai makhluk dua dimensi, maka manusia membutuhkan dua haldasar yang harus dipenuhi yaitu material ( sandang, pangan dan papan) dan spiritual (agama). Agama secara pasti memberikan jawaban atas pertanyaan manusia yang berkaitan dengan ketuhanan, yang dijelaskan dalam ajaran akidah, yang berisi tentang siapa tuhan yang sebenarnya harus disembah. Jawaban tentang rasa sosial manusia dijabarkan dalam ajaran syari’at yang mengatur tentan bagaimana kehidupan manusia bisa berjalan dengan harmonis. Sedangkan pertanyaan tentang etika dijelaskan oleh islam dalam ajaran akhlak, yang mengatur tentang bagaimana manusia berhubungan dengan sesamanya.



3. Dakwah dan Hidayah



Hidayah merupakan penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan, sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. Dalam hal ini hidayah tuhan yang berupa ajaran islam akan sampai kepada manusia itu melalui proses, maka dalam proses inilah dakwah berperan sentral. Sehingga bisa dikatakan bahwa posisi dakwah dalam hal ini adalah upaya atau proses untuk mengajak dan merayu manusia agar kembali atau tetap berada dan meningkatkan fitrahnya, yakni dalam ketuhanan, sosial dan etika yang sesuai dengan ajaran islam sehingga dapat terwujud kehidupan manusia yang khoiru ummah.



B. ASPEK-ASPEK ONTOLOGI ILMU DAKWAH



a. Objek Kajian Ilmu Dakwah Dalam salah satu karya Ismail al-Faruqi mengemukakan, dakwah berhubungan dengan islam. islam menempatkan yang benar dan yang salah dengan sangat jelas. Kebenaran menjadi nyata karena disisi lainnya kesahan menjadi tampak nyata. Dakwah berpihak kepada kebenaran yang dalam mecapai tujuannya tidak lebih dari sekedar menumbuhkan pembenaran atas kebenaran yang timbul secara sadar, sukarela, tanpa paksaan, tanpa pengaruh alat mistik atau kimiawi yang mengaburkan kesadaran dan akal sehat, terhadap pihak objek dakwah mad’u. Kegiatan dakwah, bagi Ismail al-Faruqi merupakan suatu bentuk usaha dalam berpikir, berdebat atau menyanggah. Isi dakwah adalah kebenaran yang diterima secara tulus dan pembenaranya yang disadarkan pada pertimbangan – pertimbangan atas beberapa alternatife. Lebih jauh Ismail Al-Furuqi menambahkan bahwa dakwah adalah suatu proses kritis dan rational intelection berdasarkan sifatnya yang tidak pernah dogmatis, dan tidak pernah didasarkan atas kewenangan sesorang atau suatu tradisi. Dakwah islam adalah suatu bentuk penyajian terhadap hasil penelitian kritis bagi nilaiilai kebenaran, sebuah preposisi, sebuah fakta tentang metafisik dan etik serta relevensinya bagi manusia ia tidak akan pernah membawa manusia pada sesuatu yang menyalahi fitrah manusia. Dakwah dalam praktiknya merujuk pada fitrah manusia karena dalam fitrah itulah ada kebenaran yang dengan begitu kebenaran akan hadir pada diri



mad’u dan



diterimanya dengan ketulusan. Hakekat dakwah adalah mengajak manusia kembali kepada hakikat yang fitri yang tidak lain adalah jalan Allah Swt, serta mengajak manusia untuk kembali kepada fungsi dan tujuan hakiki keberadaannya dalam bentuk mengimani ajaran kebenaran dan mentransformasikan iman menjadi amal shaleh. Ilmu dakwah pada hakikatnya adalah ilmu yang menyadarkan dan mengembalikan manusia pada fitrahnya, pada fungsi dan tujuan hidup manusia menurut islam. maka,



ilmu dakwah adalah ilmu transformasi untuk mewujudkan ajaran yang bersifat fitri (islam) menjadi tatanan khairul al-Ummah atau mewujudkan iman menjadi amal saleh kolektif yang tumbuh dari kesadaran intelektual yang sepenuhnya berpihak kepada kemanusiaan. Objek material ilmu dakwah, menurut penjelasan cik Hasan Bisri adalah unsure substansial ilmu dakwah yang terdiri dari enam komponen,yaitu da’I, mad’u, metode, materi, media dan tujuan dakwah. Sedangkan objek formal ilmu dakwah adalah sudut pandang tertentu yang dikaji dalam disiplin utama ilmu dakwah, yaitu disiplin tabligh, pengembangan masyarakat islam dan manajemen dakwah. Amrullah Achmad berpendapat, objek material ilmu dakwah adalah semua aspek ajaran islam (Al-Quran dan As-sunnah), hasil ijtihad dan realisasinya dalam system pengelolaan, teknologi, social, hukum, ekonomi, pendidikan dan lainya, khususnya kelembagaan islam objek material ilmu dakwah inilah yang menunjukkan bahwa ilmu dakwah adalah satu rumpun dengan ilmu-ilmu keislaman lainya seperti fiqih, ilmu kalam dan lainya. Objek formal kajian ilmu dakwah adalah kegiatan manusia yang memihak dan menerapkan kedalam segi-segi kehidupan umat manusia dengan menjalankan ajaran islam sebagaimana dipahami dari sumber-sumber pokoknya, termasuk nilai-nilai kebenaran dan kemanusiaan, supaya yang menjadi objek formal ilmu dakwah itu berfungsi untuk mengembalikan manusia ke dalam garis fitrah mereka yaitu kesucian (islam). secara kategoris objek formal ilmu dakwah itu terlihat dalam bagan berikut ini: Perilaku keagamaan adalah ruang terjadinya persentuhan antara objek material ilmu dakwah dengan ilmu-ilmu sosial. Perilaku keislaman adalah ruang persentuhan objek material ilmu dakwah dengan ilmu-ilmu keislaman. Sedangkan perilaku teknologis adalah ruang persentuhan objek material ilmu dakwah dengan penerapan teknologi untuk kesejahteraan manusia (seperti teknologi komunikasi). Bentuk-bentuk empiris dari apa yang menjadi objek formal kajian ilmu dakwah itu meliputi antara lain ajakan untuk membela dan menerapkan kebenaran melalui media lisan, tulisan, perbuatan nyata, pengorganisasian terhadap berbagai kegiatan pembelaan dan



pengaplikasikan kebenaran serta pengelolaan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan berbagai kegiatan tersebut. Secara kategoris objek/formal ilmu dakwah adalah ruang persentuhan antara perilaku keagamaan, perilaku keislaman dan perilaku teknologis dalam dimensi ruang dan waktu. Secara terperinci objek formal ilmu dakwah itu terdiri dari realitas dakwah berupa proses interaksi unsur-unsur dakwah. . ( Wahidin Saputra, 2011: 67 ). b.Karakteristik Manusia Manusia adalah sesuatu yang nyata ada, oleh karena itu tentu dapat dipahami adanya eksistensi manusiawi disamping sisi organic dan materialnya. Manusia dalam kenyataanya bukan sekedar suatu materi yang kompleks, tetapi juga realitas nonmaterial (sisi eksistensi manusiawi/materiall) dan persoalanya yang menggabungkan dualitas material dan spiritual. Sisi material manusia memiliki kualitas - kualitas seperti berat, masa, bentuk, dan volume. Sisi material manusia ini tunduk kepada hukum-hukum fisika. Kompleksitas dari sisi material manusia itu melipiti eksistensi fisis, biologis, personal dan social, yang dalam batas-batas tertentu dapat ditemukan pada tingkatan hewani dari kenyataan yang ada. Eksistensi yang dimiliki manusia, dengan demikian tidak akan ditemukan jika yang diperhatikan hanya sisi material



manusia semata. Eksitensi khas itu eksistensi manusiawi, dalam arti cara berada yang khas dari manusia, terdiri dari interaksi-interaksi dari suatu kumpulan unsur- unsur sebagai hasil dari proses budi. Unsure-unsur eksistensi manusiawi ada empat yaitu: 1. Seni adalah suatu kegiatan manusiawi yang menjelajahi kemudian menciptakan realitas baru dalam suatu cara yang diluar akal serta berdasarkan penglihatan juga menyajikan realita itu secara perlambang atau kiasan sebagai sebuah kebulatan dunia kecil yang mencerminkan sebuah kebulatan dunia besar. 2. Kepercayaan adalah proses menerima dan merasa yakin terhadap adanya sesuatu yang tertinggi yang mempunyai kekuasaan atas alam semesta ini. 3. Filsafat adalah suatu kegiatan manusiawi yang bersifat reflektif bersandar kepada akal manusia dan sebagian besar tetuju pada pencarian pengetahuan serta akan



menghasilkan kearifan, asas - asas yang menghabiskan pemikiran yang sistematis dan pandangan yang menyeluruh. 4. Ilmu adalah kegiatan menyelidiki oleh budi manusia dengan memakai metode metode yang diatur dan dikontrol untuk memeroleh sekumpulan fakta yang spesifik yang menghasilkan asas - asas, system, teori, dan kaidah yang dinamakan pengetahuan ilmiah. Keempat unsur eksistensi manusiawi itu tidak hanya membuat manusia menjadi jenis makhluk biologis yang berkembang paling tinggi diantar semua jenis makhluk, melainkan kenyataanya telah mengubah manusia menjadi suatu jenis makhluk hidup yang baru. Dalam ruang lingkup agama islam pada referensi yang lain dikatakan bahwa islam memiliki keistimewaan dan karakteristik tersendiri yang berbeda dengan agama yang lain didunia. Diantara keistimewaan yang dimiliki oleh islam seperti yang diungkapkan agamawan barat adalah sebagai berikut:



1. Islam merupakan agama universal. 2. Islam merupakan agama yang memiliki keseimbangan orientasi hidup. 3. Penamaan islam sebagai agama langsung diberikan oleh Allah melalui wahyu-Nya ( alquran ). Dari keistimewaan yang dimiliki oleh ajaran islam , lahirlah karakteristik umat islamyang meliputi sebagai berikut: 1.Umat islam sebagai umat yang satu ( ummatun wahidah ). 2.Umat islam merupakan umat multiras, suku, dan bangsa. 3.Umat islam menekankan kesamaan dan kesetaraan. 4.Umat yang mendorong tegaknya msyarakat dalam urusan tegaknya agama islam. 5.Umat yang mencintai keadilan. ( Ali Anwar Yusuf, 2002: 35) Menurut



Muhammad



Baqir



ash-Shadr,



penjelasan



tentang



manusia berdasarkan dua unsure spiritual dan material, mendapatkan formulasinya yang baik ditangan filosof Muslim, Shadr al-Muta’allihin, Asy - Syirazi. Filosof ini telah menemukan gerak substansial dalam jantung alam. Gerak ini adalah sumber paling primer dari setiap gerak yang kasat indrawi yang terjadi di alam.



Materi dalam gelak substansialnya itu menyempurnakan wujudnya dan terus menyempurnakanya sampai terlepas dari materialnya dibawah syarat-syarat tertentu dan menjadi maujud yang bukan material. Jadi antara material dan spiritual (nonmaterial) tidak ada garis pemisah. Keduanya adalah dua tingkat keberadaan. Bagi Asy-Syirazi, ninmaterian, roh atau jiwa bukanlah produk materi dan bukan pula salah satu efek dari materi. Roh, jiwa, nonmateri itu adalah produk gerak substansial yang bukan berasal dari materi itu sendiri. Roh yang merupakan sisi nonmaterial manusia adalah produk penggerak tersebut. Adapun gerak ini sendiri, ia adalah jembatan antara materialism dan spiritualisme. Namun hal itu bukan berarti kompeksitas keberadaan manusia telah terselesaikan sepenuhnya dalam pengetahuan manusia secara tuntas. Masih dapat dijumpai sejumlah pertanyaan yang sampai saat ini masih belum tersedia jawaban yang memuaskan berbagai pihak. Kompleksitas eksistensi manusia dan keterbatasan akal manusia merupakan factor-faktor yang memustahilkan bagi manusia itu sendiri memperoleh pengetahuan secara tuntas tentang dirinya dari dalam dirinya. ( Wahidin Saputra, 2011: 71 ). C. Interaksi Tuhan,Manusia dan Alam Menurut al-Quran keberadaan alam semesta diciptakan oleh Allah Swt. Dapat dipahami dari ayat berikut “Dan dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar, dan benarlah perkataan-Nya diwaktu itu ia mengatakan : “jadilah lalu jadilah” dan ditangan-Nya lah segala kekuasaan sewaktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang tampak. Dan dialah yang maha bijaksana lagi maha mengetahui.” (QS Al-An’am:37). Berinteraksi dengan alam semesta atau khususnya manusia. Pemikiran mu’tazilah yang menekankan transendensi Allah Swt. Ciptaan - ciptaan Allah Swt itu dapat dikelompokkan ke dalam dua macam. Yaitu ciptaan Allah Swt yang dapat ditangkap oleh indra dan instrument yang dimiliki manusia. Ciptaan jenis ini dikenal dengan dunia empiris. Dan lainya adalah ciptaan Allah Swt yang tidak akan dapat



ditangkap oleh kemampuan manusia. Ciptaan jenis ini dikenal dengan dunia nonempiris. Di antara semua ciptaan Allah Swt. Itu, manusia menduduki tempat amat khusus. Manusia adalah satu-satunya ciptaan Allah Swt. Yang memiliki dua potensi sekaligus potensi untuk mengelola dan merusak alam semesta. Sesuai dengan pemaknaan ukhuwah menurut Al-quran dan al-sunnah, maka ukhuwah dapat dibedakan menjadi empat bentuk yaitu:



1. Ukhuwah fi al ubudiyah yaitu seluruh makhluk Allah adalah bersaudara. 2. Ukhuwah fil al insaniyah yaitu seluruh umat manusia adalah bersaudara. 3. Ukhuwah fil al wathaniyah yaitu saudara dalam seketurunan dan sekebangsaan. 4. Ukhuwah fil al din al islam yaitu persaudaraan antar intern umat islam.(Muhaimain dkk, 2005: 346) Manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS Al-Tin :4). Di samping itu, digambarkan pula dalam Al-Quran hal-hal negative mengenai manusia, seperti dapat dipahami dari ayat - ayat berikut “Dan dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitungkan nikmat Allah, tidaklah kamu menghinggakanya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (QS Ibrahim:34) Oleh Allah, manusia diberi kewenangan untuk memanfaatkan kekayaan alam yang memang disediakan untuk umat manusia. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang menyebutkan “dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapkan di darat dan dilaut. Sesungguhnya kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (kami) kepada orang-orang yang mengetahui. Manusia diberi kemampuan untuk berkomunikasi baik dengan sesamanya dalam satu generasi melalui symbol-simbol bahasa manusia. Hal itu dapat dipahami dari ayat yang diantara isinya menegaskan bahwa Allah SWT telah menceritakan sebagian dari kisah para nabi yang tidak dalam satu generasi, seperti dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, diantara mereka ada yang kami



ceritakan kepadamu dan dia antara mereka ada (pula) yang tidak kami ceritakan kepada… (QS Al -Mu’min:78)”. Sebagai pusat interaksi, manusia dituntut untuk menempatkan diri sebagai hamba sahaja ketika berhadapan dengan Allah Swt., seperti firmanya “ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka meyembahKu (QS Al-Dzariyat:56)”.dan di hadapan alam semesta, manusia dituntut untuk secara aktif mengelolanya secara arif sebagai wakil Allah di muka bumi. Dari kajian itu, dapat dikemukakan sebagian kesimpulanya sebagai berikut: 1. Hubungan timbal balik antar manusia dan Allah Swt.bersifat sangat komersial.



pertanyaan



yang



sampai



saat



ini



masih



belum



tersedia



jawaban



yang



memuaskan berbagai pihak. Kompleksitas eksistensi manusia dan keterbatasan akal manusia merupakan factor-faktor yang memustahilkan bagi manusia itu sendiri memperoleh pengetahuan secara tuntas tentang dirinya dari dalam dirinya. ( Wahidin Saputra, 2011: 71 ). c.



Interaksi Tuhan,Manusia dan Alam Menurut al-Quran keberadaan alam semesta diciptakan oleh Allah Swt. Dapat dipahami dari ayat berikut “ Dan dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar, dan benarlah perkataanNya diwaktu itu ia mengatakan : “jadilah lalu jadilah” dan ditangan -Nya lah segala kekuasaan sewaktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang tampak. Dan dialah yang maha bijaksana lagi maha mengetahui.” (QS Al An’am:37). Berinteraksi dengan alam semesta atau khususnya manusia. Pemikiran mu’tazilah yang menekankan transendensi Allah Swt. Ciptaan



-ciptaan Allah Swt itu dapat dikelompokkan ke dalam dua macam. Yaitu ciptaan Allah Swt yang dapat ditangkap oleh indra dan instrument yang dimiliki manusia. Ciptaan jenis ini dikenal dengan dunia empiris. Dan lainya adalah ciptaan Allah Swt yang tidak akan dapat ditangkap oleh kemampuan manusia. Ciptaan jenis ini dikenal dengan dunia nonempiris. Di antara semua ciptaan Allah Swt. Itu, manusia menduduki tempat amat khusus. Manusia adalah satu-satunya ciptaan Allah Swt. Yang memiliki dua potensi sekaligus potensi untuk mengelola dan merusak alam semesta. Sesuai dengan pemaknaan ukhuwah menurut Al-quran dan al-sunnah, maka ukhuwah dapat dibedakan menjadi empat bentuk yaitu: 1.Ukhuwah fi al ubudiyah yaitu seluruh makhluk Allah adalah bersaudara. 2.Ukhuwah fil al insaniyah yaitu seluruh umat manusia adalah bersaudara. 3.Ukhuwah fil al wathaniyah yaitu saudara dalam seketurunan dan sekebangsaan. 4.Ukhuwah fil al din al islam yaitu persaudaraan antar intern umat islam. ( Muhaimain dkk, 2005: 346)



Manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS Al-Tin :4). Di samping itu, digambarkan pula dalam Al-Quran hal-hal negative mengenai manusia, seperti dapat dipahami dari ayatayat berikut “ Dan dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitungkan nikmat Allah, tidaklah kamu menghinggakanya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (QS Ibrahim:34) Oleh Allah, manusia diberi kewenangan untuk memanfaatkan kekayaan alam yang memang disediakan untuk umat manusia. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang menyebutkan “dan Dialah y ang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapkan di darat dan dilaut. Sesungguhnya kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (kami) kepada orang-orang yang mengetahui. Manusia diberi kemampuan untuk berkomunikasi baik dengan sesamanya dalam satu generasi melalui symbol-



simbol bahasa manusia. Hal itu dapat dipahami dari ayat yang diantara isinya menegaskan bahwa Allah SWT telah menceritakan sebagian dari kisah para nabi yang tidak dalam satu generasi, seperti “ dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, diantara mereka ada yang kami ceritakan kepadamu dan dia antara mereka ada (pula) yang tidak kami ceritakan kepada… (QS Al-Mu’min:78)”. Sebagai pusat interaksi, manusia dituntut untuk menempatkan diri sebagai hamba sahaja ketika berhadapan dengan Allah Swt., seperti firmanya “ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka meyembahKu (QS AlDzariyat:56)”. dan di hadapan alam semesta, manusia dituntut untuk secara aktif mengelolanya secara arif sebagai wakil Allah di muka bumi. Dari kajian itu, dapat dikemukakan sebagian kesimpulanya sebagai berikut:



1. Hubungan timbal balik antar manusia dan Allah Swt.bersifat sangat komersial. 2. Dalam kajian itu ditemukan sejumlah tema dalam dunia perdagangan yang dapat dijumpai dalam Al-Quran ketika memberi petunjuk kepada umat manusia. 3.Bahwasanya Nabi Muhammad Saw. Telah menggunakan terma - terma itu dalam semua periode pewahyuan, walaupun beberapa tema tertentu lebih dipergunakan dalam periode yang sama. ( Wahidin Saputra, 2011: 81 )



banyak



BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN



Ontology adalah bagian dari metafisika yang mempelajari hakikat dan digunakan sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan atau dengan kata lain menjawab dengan pertanyaan apakah hakekat ilmu itu. Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari kategorikategori logis yang berlainan.



Beberapa aspek yang termasuk dalam ontology yaitu objek kajian ilmu , dari uraian diatas sedikit banyak telah dijelaskan tentang karakteristik manusi dan interaksi Tuhan manusia dan alam.



DAFTAR PUSTAKA Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat ,Yogyakarta:Tiara Wacana, 2004, hlm 185 Loren Bagus, Ilmu Filsafat , Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005, hlm 745 Abdul Kadir Sayid Abdul Rauf, Dirasah Fi Dakwah al-Islamiyah , Kairo: Dar El-Tiba`ahAl-Mahmadiyah, 1987 Drs. Suisyanto, Pengantar Filsafat Dakwah , Yogyakarta: TERAS, 2006, Hlm 80 http://vesper2.blogspot.co.id/2013/11/ontologi-dakwah.html http://maslihatulnurulkhusniyah.blogspot.co.id/2013/10/kajian-ontologi-ilmudakwah.html