TUGAS HIDROLOGI Pola Aliran Sungai [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS HIDROLOGI Pola Aliran Sungai



DISUSUN OLEH



Stefani Belandinova (18136139)



GEOGRAFI (NK)



FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2019



Mengapa geologi dan tekstur tanah mempengaruhi pola aliran sungai?  Faktor yang mempengaruhi pola aliran sungai adalah: jenis tanah tempat sungai mengalir, kemiringan atau kelandaian daerah aliran, penggunaan lahan di daerah aliran, volume aliran, kondisi cuaca dan curah hujan.Untuk melestarikan daerah aliran sungai maka perlu dirawat wilayah pepohonan di sekitar sungai dan dibuatkan saluran untuk menampung air ketika terjadi curah hujan berlebihan. Selain itu juga perlu diatur penggunaan air dan laha di sekitar sungai untuk menghindari pencemaran atau pemampatan atus sungai.  Bentuk dan kecepatan aliran sungai bervariasi. Ada dua kelompok faktor yang memepngaruhinya yaitu faktor geologi (kondisi tanah daerah aliran) dan faktor meteorologi (kondisi cuaca).Faktor geologi: 1. Kondisi resapan tanah tempat sungai mengalir: tanah lempung dari tanah liat menyebabkan air tidak meresap, sebaliknya tanah kapur menyebabkan air banyak meresap. Sungai dengan resapan banyak maka aliran airnya lebih sedikit. 2. Kondisi bebatuan: Tanah berbatu sulit tergerus air sehingga sungai mengalir dengan deras karena sungai sempit, sebaliknya tanah yang lunak mudah tergerus aliran sungai sehingga sungai mengalir melambat karena sungai menjadi lebar dan landai. Sedangkan tanah berkapur adalah tanah yang banyak menyerap air sehingga aliran air pun menjadi kecil karena banyak air yang meresap ke dalam batuan kapur. 3. Kemiringan atau kelandaian daerah aliran: sungai yang mengalir pada dataran yang terjal dan miring seperti di pegunungan akan mengalir lebih deras dan cepat, sedangkan sungai di daerah yang datar akan mengalir lebih lambat. 4. Penggunaan lahan di daerah aliran: daerah dengan banyak pepohonan akan lebih sulit tergerus oleh aliran air, sehingga aliran air lebih stabil meskipun aliran besar karena hujan. Sebaliknya daerah tanpa pepohonan akan mudah terkena erosi oleh aliran sungai. Daerah perkotaan dengan banyak jalan dan pemukiman banyak menghambat penyerapan air. Pemukiman di pinggir sungai juga menghambat aliran air sehingga menyebabkan banjir.



Faktor meteorologi atau faktor cuaca 1. Suhu udara: bila sungai mengalir di wilayah yang panas amaka akan banyak terjadi penguapan, sehingga aliranya menjadi lebih sedikit. Bila suhu terlalu dingin akan terjadi pembentukan es di sungai yang memperlambat atau bahkan menghentikan aliran sungai. 2. Curah hujan: curah hujan yang tinggi dapan mengakibatkan sungai menjadi meluap dan banjir. Curah hujan yang terlalu rendah dapat mengakibatkan kekeribgan dan membuat sungai menjadi sungai musiman yang hanya mengalir pada musim hujan atau menjadi sungai intermitten yang hanya mengalir pada bagian tertentu saja.Untuk melestarikan daerah aliran sungai maka perlu dirawat wilayah pepohonan disekitar sungai. Seperti disebutkan diatas wilayah tanpa pohon akan sangat mudah tererosi. Akibatnya ketika aliran ini sangat kencang, akan terjadi pengikisan. Hal ini dapat berakibat longsor.Selain itu dibuatkan saluran untuk menampung air ketika terjadi curah hujan berlebihan, misalnya dengan membuat kanal banjir.Aktifitas manusia di sekitar sungai juga perlu diatur ketat. Dalam penggunaan lahan untuk pertanian perlu diawasi agar tidak terjadi encemaran oleh pupuk dan pestisida yang digunakan di lahan pertanian (agricultural run off) karena dapat mengakibatkan pencemaran air dan laut, dan dapat merusak lingkungan. Pembuangan limbah juga perlu diawasi karena bahaya yang sama.Untuk menjaga agar tidak terjadi banjir akibat aliran sungai terhambat maka perlu dilakukan sterilisasi pemukiman di sepanjang sungai. Bila ada pemukiman di bantaran sungai, akan terjadi pemampatan aliran dan akibatnya terjadi banjir.



Pola Aliran Sungai



Pola aliran sungai



Perbedaan pola aliran sungai di satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat ditentukan oleh perbedaan kemiringan, topografi, struktur dan litologi batuan dasarnya. Beberapa pola aliran sungai yang sering dijumpai adalah 1.Dendritik 2.Radial Sentrifugal 3.Rectangular 4.Trellis 5.Radial Sentripetal 6.Annular 7.Pararel 8. Pinnate



1. Pola Aliran Dendritik



Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang). Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Mengapa demikian ? Hal ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan lebih mudah dierosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan sebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.



2. Pola Aliran Radial



Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam kubah (domes) dan laccolith. Pada bentang alam ini pola aliran sungainya kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola radial dan annular.



3. Pola Aliran Rectangular



Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap



erosinya mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya luruslurus mengikuti sistem kekar. Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan. Sungai-sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapan batuannya lunak. Cabangcabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.



4. Pola Aliran Trellis



Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai bentuk pagar yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus di sepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabangcabangnya membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai bentuk pagar. Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin. Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya. Saluran utama berarah searah dengan sumbu lipatan.



5. Pola Aliran Sentripetal



Pola aliran sentripetal merupakan ola aliran yang berlawanan dengan pola radial, di mana aliran sungainya mengalir ke satu tempat yang berupa cekungan



(depresi). Pola aliran sentripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di bagian barat dan barat laut Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada mengalir ke suatu cekungan, di mana pada musim basah cekungan menjadi danau dan mengering ketika musin kering. Dataran garam terbentuk ketika air danau mengering.



6. Pola Aliran Annular



Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran kembali bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi loccolith.



7. Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar)



Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh lereng yang curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliranaliran sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola aliran paralel kadangkala mengindikasikan adanya suatu patahan besar yang memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk dari transisi dapat terjadi antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.



8. Pinnate, Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat pada bukit yang lerengnya terjal.