Tugas Ii Ekonomi Pertanian [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS II EKONOMI PERTANIAN NAMA



: AURORA RAHMA



NIM



: 3201901012



Soal : 1. Dalam kondisi sumber daya sektor pertanian yang semakin menurun seperti saat ini, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya, jauh lebih baik memenuhi kebutuhan pangan masyarakat melalui impor berbagai bahan pangan karena harganya relatif lebih murah dengan kualitas yang lebih baik daripada produk dalam negri. Apa pendapat saudara tentang pernyataan tersebut dan berikan contohnya. 2. Di indonesia, kegiatan pertanian dijalankan dalam konteks way of life, artinya petani kita dalam usaha taninya tidak semata-mata mencari keuntungan dalam bentuk uang tunai, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana hasil pertaniannya mampu memenuhi kebutuhan keluarganya. Paradigma baru memandang pertanian dalam konteks agribisnis, yang dalam hal ini aspek ekonomi menjadi tujuan utama. Apa pendapat saudara tentang pernyataan tersebut dan berikan contohnya??? 3. Dalam rangka pengembangan pertanian, manakah yang lebih penting : memperbaiki kualitas sumber daya alamnya



atau memperbaiki kualitas



sumber daya manusianya? Mengapa demikian? Jawab : 1. Apabila ditinjau dari kondisi sumber daya sektor pertanian saat ini kita dapati bahwasanya sektor pertanian kita tengah mengalami penurunan baik dari sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Hal ini dikarenakan besarnya permintaan akan bahan baku ditengah pandemi tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan baku di pertanian itu sendiri, sehingga mau tidak mau



untuk



keberlangsungan



ekonomi



masyarakat



pemerintah



harus



mencanangkan adanya impor bahan baku pangan dari luar negeri. Hal ini tak sepenuhnya salah dan tidak pula sepenuhnya benar, menimbang apabila



ditinjau dari sisi ketersediaan bahan pangan bagi masyarakat ditengah meluapnya wabah maka harus ada jaminan ketersediaan pangan bagi masyarakat, sehingga tidak bisa kita pukul rata apabila kebijakan impor tidak boleh diterapkan, namun meninjau lagi dari sisi pertanian itu sendiri apabila kita melakukan impor terhadap semua barang ditengah adanya pandemi ini maka secara tidak langsung kita juga menjatuhkan ekonomi pertanian kita sendiri. Mengapa demikian? Hal ini dapat kita proyeksikan berdasarkan data produksi pangan di Indonesia setiap tahunnya, dilansir dari situs resmi Kementrian Pertanian Republik Indonesia (www.pertanian.go.id) Panen raya diprediksi jatuh pada Maret-April 2020. Pada saat panen raya pada April mendatang, diperkirakan akan ada tambahan pasokan beras sebanyak 5-7 juta ton. Jadi, apabila kita berkaca dari data tersebut bila ditengah merebaknya pandemi sekarang kita melakukan impor berbagai bahan pangan maka secara tidak langsung kita juga turut melemahkan sektor pertanian kita di beberapa bulan mendatang. Mengingat, apabila dilakukan impor secara besar – besaran meskipun harga barang impor cenderung murah namun secara tidak langsung produk pertanian dalam negeri kita justru ikut melemah, sehingga akan terjadi pelemahan terhadap nilai tukar mata uang rupiah kita sendiri. Oleh karena itulah, sependek pengetahuan saya apabila terjadi wabah seperti ini pemerintah tidak harus memenuhi kebutuhan pangan masyarakat melalui impor berbagai bahan pangan, melainkan cukup mengimpor bahan pangan yang benar – benar sangat dibutuhkan untuk saat ini dan ketersediaannya diproyeksikan akan sangat sedikit dimasa yang akan datang, sehingga selain tetap dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, kita juga bisa turut menjaga kondisi keuangan Negara.



2. Apabila membaca istilah bertani sebagai “way of life”. Yang terbayang oleh saya adalah suatu konsep bertani sebagai jalan hidup. Berdasarkan studi literature yang saya baca istilah ini semakin jarang keluar di era revolusi 4.0 ini, karena terhimpit dengan petani sebagai pelaku agribisnis. Pertanian apabila ditinjau dari sisi bahasa Inggris, pertanian adalah agriculture. Kata



“culture” atau budaya menunjukkan perilaku atas sesuatu yang sudah membudaya. Bukan perilaku yang didasarkan hasil pemikiran sesaat, tetapi sudah mendarah-daging yang dijalankan sesuai dengan “irama alam” dari dasawarsa ke dasawarsa. Jadi, pertanian sejati (agriculture) melekat pada diri petani yang menjadikan bertani dengan konsep way of life. Berdasarkan jurnal pertanian yang saya telusuri saya menemukan beberapa perbedaan antara konteks pertanian sebagai way of life dan konteks agribisnis sebagai berikut : Bertani sebagai bisnis Apapun yang ditanam adalah untuk dijual, untuk dijadikan uang. Menanam apa yang paling laku di pasaran. Komoditas yang ditanam beragam Sebisa mungkin mengupahkan dan tidak harus ke sawah dan ladang langsung. Menjadi petani adalah bidang bisnis. Berpenampilan muda dan enerjik Umumnya disebut dengan “Petani Berdasi”. Bertani hanya sebagai sampingan



Bertani sebagai jalan hidup Sebagian dimakan sendiri, sebagian dijual. Dijual jika sudah berlebih. Menanam apa yang paling dibutuhkan di keluarga dan di komunitas sendiri. Mengutamakan menanam tanaman pangan Bertani, mengolah tanah adalah pekerjaan pribadi dan langsung diurus sendiri



Layaknya petani di desa pada umumnya Ada yang menyebut dengan “Kaum Bercaping” Perilaku yang mendarah daging, semenjak lama, dan berniat untuk menjadi petani sampai tua.



Dari dua tabel perbandingan tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan atas pernyataan sebelumnya bahwasanya pertanian dari konteks agribisnis menjadikan ekonomi menjadi tujuan utama. Menurut saya apabila kita setarakan dengan perkembangan zaman saat ini tanpa mengesampingkan konteks petani sebagai way of life. Mau tidak mau seiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit para petani dengan konteks way of life akan cenderung masuk ke ranah petani dalam konteks agribisnis. Hal ini sejalan dengan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin kompleks dan mengingat peningkatan roda perekonomian pedesaan sehingga mendorong petani untuk meningkatkan pendapatannya.



3. Dilansir dari detik.com Wakil Ketua DPR RI periode 2019-2024 Rachmad Gobel mengatakan, berdasarkan pengalamannya yang lama bergelut di dunia bisnis, bila ingin sukses dalam menghadapi era globalisasi atau perdagangan bebas seperti saat ini, Indonesia harus memiliki nilai tambah dengan terlebih dahulu membangun sumber daya manusia (SDM). Sejalan dengan hal tersebut saya kaitkan dengan pernyataan dalam rangka pengembangan pertanian mana yang harus didahulukan? Maka jawabannya adalah Sumber Daya Manusianya terlebih dahulu karena, apabila kita ingin mendapatkan nilai tambah didalam pengembangan produksi pertanian maka SDM adalah kunci utamanya. Hal ini dapat kita analogika apabila kita mempunyai satu hectare hutan, apabila yang mengelola adalah orang yang tergolong kedalam SDM yang unggul maka ia akan berusaha untuk mengembangkan dan mencari potensi dari hutan itu sendiri secara tepat guna dan berkelanjutan , entah itu mengembangkan usaha perkebunan,dsb. Namun apabila yang mengelola adalah orang yang masuk kedalam SDM rendah maka meskipun Sumber Daya Alam yang dikelola itu besar namun pengelolaannya tidak akan tepat guna, terjadinya penebangan liar misalnya, sehingga nilai tambah yang diharapkan untuk sektor agribisnis akan sulit tercapai.