Tugas Individu ANALISIS - JURNAL - DENGAN - METODE - PICO [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS JURNAL DENGAN METODE PICO FAKTOR-FAKTOR PENGARUH GANGGUAN KEBUTUHAN TIDUR PADA PASIEN PRE OPERASI DAN POST OPERASI



Disusun untuk melengkapi nilai tugas mata kuliah Metodelogi Keperawatan



Dosen Pembimbing



: Bapak Supardjo, S.Kep, Ns., M.Kep



Disusun oleh : Khilatul Auliya



P1337421019075



Kelas 1 B



Nomor absen 21



PRODI DIII KEPERAWATAN TEGAL JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG Jalan Dewi Sartika No. 01, Debong Kulon, Tegal Selatan, Kota Tegal



2020/2021 BAB I ANALISIS JURNAL



A.



Judul Penelitian



“Analisis Jurnal dengan Metode Pico tentang Faktor-faktor Pengaruh Gangguan Kebutuhan Tidur pada Pasien pre Operasi dan post Operasi” B.



Peneliti Annaas Budi Setyawan dan Heni Apriyani



C.



Ringkasan Jurnal Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang, dan



dapat mengalami perubahan. Perubahan ini tergantung pada status fisiologis, psikologis, dan lingkungan fisik klien. Tindakan operasi adalah salah satu indikasi yang membuat seseorang harus mengalami hospitalisasi, yakni klien yang sering mengalami peningkatan jumlah waktu bangun, sering terbangun, dan berkurangnya tidur REM, serta total waktu tidur. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur antara lain penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, tingkat kecemasan, motivasi, dan obat – obatan (Tarwono, 2006). Salah satu kondisi yang menyebabkan gangguan tidur pada pasien pre operasi adalah perubahan fisik dan emosi selama menjalani proses pre operasi. Perubahan fisik seperti rasa sakit pada otot dan tulang, sedangkan perubahan emosi meliputi kecemasan, rasa takut dan depresi. Saat post operasi, klien mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan tidur yang memiliki hubungan signifikan dengan penyakit dikarenakan merasakan nyeri. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur juga berhubungan dengan lingkungan bila mana pasien merasa tidak nyaman di ruang perawatan. Gaya hidup juga mempengaruhi gangguan kebutuhan tidur, dikarenakan klien yang terbiasa pulang larut malam mengalami kesulitan tidur. Sedangkan perasaan cemas, pola



makan atau diet nutrisi, dan reaksi obat tidak mempengaruhi dan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur. D.



Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini untuk menganalisa perbandingan permasalahan gangguan tidur



klien baik sebelum operasi atau pre operasi maupun setelah operasi atau post operasi, terutama pada faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan kebutuhan tidur klien. E.



Kelebihan dan kekurangan



1.



Kelebihan



a.



Pengamatan mengenai kecemasan saat pre operasi benar adanya dikarenakan pasien



merasa gugup atau kurang informasi mengenai tindakan pembedahan atau operasi yang akan dijalaninya. Adapun saat post operasi, meskipun klien sudah merasa nyaman karena tindakan pembedahan sudah dilakukan, tetapi klien bisa juga mengalami depresi akibat penyakit yang diderita dapat sembuh total atau tidak. b.



Pengamatan mengenai keadaan lingkungan yang bising dan tenang saat pre operasi dan



post operasi sangat mempengaruhi gangguan kebutuhan tidur klien. Lingkungan yang tenang akan membuat klien merasa nyaman untuk beristirahat dan tidur, sedangkan lingkungan yang bising akan membuat klien terganggu untuk tidur secara optimal yang mengakibatkan derajat kesembuhan klien tidak mengalami kemajuan perkembangan. 2. a.



Kekurangan dan perbedaan Analisa bivariat pada jurnal mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan



tidur ada perbedaan asumsi mengenai rasa cemas, diet nutrisi, gaya hidup, dan reaksi obat. Hal ini menimbulkan ketidak akuratan fakta.



BAB II PEMBAHASAN



A.



Problem Pada jurnal pertama tentang kecemasan klien pre operasi, metode penelitian ini adalah



deskriptif korelasional dengan rancangan cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan, penyakit atau outcome lain secara serentak pada individu- individu dari suatu populasi pada suatu saat. Populasi penelitian adalah pasien yang ada di ruang Angsoka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda berjumlah 84 orang responden. Pada jurnal kedua tentang faktor-faktor gangguan tidur post operasi, rancangan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain korelasi, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan mengungkapkan kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antar variabel (Nursalam & Pariani, 2001). Pendekatan yang digunakan adalah cross-sectional , yaitu pada penelitian ini, peneliti ingin mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien post operasi di RSD HM Ryacudu Kotabumi tahun 2011. Penelitian dilakukan di Ruang Bedah RSD HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama 1 bulan (November 2011). Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien post operasi yang dirawat di Ruang Bedah RSD HM Ryacudu Kotabumi. Pada penelitian ini, melibatkan 40 orang responden.



B.



Intervention Dalam jurnal pertama mengenai kecemasan klien saat pre operasi, data yang diperoleh



melalui pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, yaitu dengan mengambil sampel dari sebagian yang telah ditentukan dengan jumlah 53 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner HARS dengan jumlah 14 pertanyaan dan kuesioner PSQI dengan jumlah 7 komponen, yaitu kualitas tidur subyektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, kebiasaan, gangguan tidur, dan disfungsi pada siang hari. Adapun sumber data yang terkumpul, diperoleh dan dianalisis dengan teknik analisa univariat (mean dan distribusi frekuensi) dan teknik analisa bivariat melalui uji chi square. Dalam jurnal kedua mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan kebutuhan tidur klien saat post operasi, data penelitian yang diperoleh berasal dari teknik pengambilan



sampel



“accidental



sampling”,



yaitu



pengambilan



sampel



berdasarkan



pertimbangan tertentu yang tidak dirancang pertemuannya terlebih dahulu (Arikunto, 2006). Sampel yang dilibatkan pada penelitian ini adalah pasien post operasi yang memenuhi kriteria seperti kesadaran compos-mentis, usia antara 18 – 60 tahun, operasi menggunakan anestesi umum atau spinal, dan bersedia menjadi responden. Adapun sumber data diperoleh dari wawancara, melalui kuesioner yang sudah dilakukan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas. Kuesioner A yang berisi pertanyaan tentang gangguan pemenuhan kebutuhan tidur, kondisi penyakit, kenyamanan lingkungan, dan gaya hidup (kelelahan). Kuesioner B berisi pertanyaan tentang kecemasan sesuai skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale), yang terdiri dari 14 kelompok gejala. Untuk pertanyaan tentang penggunaan obat dan diet, digunakan lembar observasi yang didasarkan pada studi dokumentasi.



C.



Comparation



1.



Jurnal “HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR



PASIEN PRE-OPERASI DI RUANG ANGSOKA RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA” Hasil : Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa sebagian besar responden berada dalam kelompok usia 45-55 tahun yaitu sebanyak 20 orang (37,7%). Pada penelitian ini, usia pasien menunjukkan kategori lansia. Kualitas tidur berkurang sesuai dengan bertambahnya usia. Seseorang yang mempunyai umur lebih tua ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan dari pada yang lebih muda (Varcoralis, 2007). Berdasarkan jenis kelamin, diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 33 orang (62,3%). Menurut Koentjaraningrat (2008), jenis kelamin sangat berhubungan dengan gaya hidup, di mana gaya hidup yang salah seperti perokok dan ketergantungan alkohol dilaporkan memiliki keluhan kesulitan untuk tertidur. Berdasarkan variabel tingkat kecemasan, diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden tidak cemas sebanyak 20 orang (37,7%), cemas sedang sebanyak 19 orang (35,8%), cemas ringan 10 orang (18,9%) dan cemas berat sebanyak 4 orang (7,6%). Hal ini menunjukkan bahwa para pasien yang dirawat inap di Ruang perawatan Angsoka RSUD Abdul Wahab Sjhranie mengalami kecemasan ringan, yang disebabkan suasana ruang perawatan yang terlalu ramai karena batas tempat tidur pasien tidak ada sekatnya. Selain itu juga karena memikirkan prognosis penyakit yang akan dihabiskan, dan bertemu dengan kondisi lingkungan yang baru, hal tersebut yang dialami responden ketika menjalani rawat inap.



Sesuai hasil yang didapatkan bahwa banyak pasien yang mengeluhkan tidak bisa tidur karena belum banyak informasi yang didapatkan mengenai operasi yang akan dijalani dan sebagian lagi mengeluh karena perubahan kebiasaan tidur, dimana selama di rumah kebiasaan pasien lebih sering mematikan lampu ketika tidur, sedangkan selama di rumah sakir lampu masih menyala ketika tidur. Hal tersebut merupakan faktor yang menunjukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu lingkungan atau tempat tinggal sekitar mempengaruhi cara berpikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain.



2.



Jurnal “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN



PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR PASIEN POST OPERASI DI RSD HM RYACUDU KOTABUMI” Hasil : Berdasarkan analisis bivariat, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit dan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien post operasi (nilai p-0,03, pada α = 0,05). Variabel penyakit dinilai dari ada tidaknya keluhan nyeri atau gangguan pernapasan yang dialami pasien.Rasa nyeri dapat mempengaruhi keinginan seseorang untuk tidur. Kondisi respirasi juga mempengaruhi tidur seseorang. Napas yang pendek membuat seseorang sulit tidur. Perubahan hormonal juga mempengaruhi pola tidur, seperti yang dialami pasien hyperthyroid. Berdasarkan analisa bivariat, ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lingkungan dan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pasien post operasi (p = 0,03). Lingkungan yang bising sangat mengganggu tidur. Tidak adanya rangsang dari luar akan membuat seseorang tidur dengan nyenyak. Lingkungan baru akan mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Dengan berkurangnya stimulus lingkungan seperti suara dan kebisingan akan memudahkan seseorang untuk tidur.



Berdasarkan analisa bivariat, ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pasien post operasi (nilai p = 1,00, pada α = 0,05). Hal ini tidak sesuai dengan pandangan mengenai kecemasan dan depresi akan membuat tidur seseorang terganggu. Kecemasan akan meningkatkan kadar norepineprin melalui perangsangan sistem saraf simpatis. Perubahan kimia ini akan mengakibatkan fase IV NREM dan tidur REM berkurang, dan lebih sering terbangun. Ketegangan karena stress psikologis akan membuat seseorang mengalami bangun cepat karena insomnia. Berdasarkan hasil analisis bivariat, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara diet dengan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur (nilai p= 0,4, pada α = 0,05). Hal inijuga bertentangan dengan pandangan mengenai penurunan berat badan berhubungan dengan berkurangnya waktu tidur, sedangkan kenaikan berat badan akan meningkatkan waktu tidur, termasuk dalam hal ini kondisi puasa yang masih dialami pasien setelah operasi selesai dilakukan menimbulkan rasa lapar yang dapat menyebabkan seseorang tidak dapat tidur. Sebaliknya seseorang yang kebanyakan makan akan mengalami hal serupa. Berdasarkan analisis bivariat, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara obat dan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pasien post operasi (nilai p = 1,0, pada α = 0,05). Hal ini tidak sesuai dengan pandangan bahwa obat-obatan khususnya golongan hipnotis dan sedative akan mengganggu pola tidur. Obat-obat hipnotik dan barbiturate akan menurunkan tidur REM secara abnormal. Kebutuhan tidur dapat terganggu karena konsumsi obat-obatan yang mempermudah tidur. Selain itu, penggunaan alkohol juga dapat membuat seseorang tidur lebih cepat. Berdasarkan analisa bivariat, diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pasien post operasi (nilai p = 0,006, pada α = 0,05). Gaya hidup dinilai dengan melihat ada tidaknya kelelahan yang dialami pasien setelah operasi. Seseorang yang lelah umumnya akan mudah untuk tertidur. Namun pada orang yang terlalu kelelahan, pola tidur juga dapat terganggu. Dengan demikian, berdasarkan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit, lingkungan dan gaya hidup, dengan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien post operasi di RSD HM Ryacudu.



3.



Komparasi pada jurnal ini yaitu rasa kecemasan pada gangguan tidur klien pre



operasi dan post operasi Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personalnya, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama, baik saat pre operasi maupun post operasi. Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Kecemasan mempengaruhi gejala-gejala fisik, terutama pada fungsi saraf akan terlihat gejalagejala yang akan ditimbulkan diantaranya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, keluar keringat berlebih, sering mual, gemetar , muka merah dan sukar bernafas. Pada pasien pre operasi dapat mengalami berbagai ketakutan, takut terhadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang ketidaktauan atau takut tentang deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh dapat menyebabkan kecemasan atau ansietas. Kecemasan tentang pembedahan dapat dengan mudah mengganggu kemampuan untuk tidur serta kondisi penyakit yang membutuhkan tindakan pembedahan yang menimbulkan rasa nyeri yang hebat sehingga mengganggu tidur. Pada pasien post operasi menurut jurnal kedua mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan kebutuhan tidur, rasa cemas tidak berhubungan dengan gangguan tidur saat post operasi. Hal ini menimbulkan pertentangan asumsi bahwa seseorang bisa saja merasa cemas saat dirinya merasa tidak nyaman, baik karena faktor lingkungan maupun karena perasaan yang tidak terkontrol dengan baik. Dampak dari kecemasan dan depresi akan membuat tidur seseorang terganggu. Oleh karena itu, semestinya rasa cemas berhubungan signifikan dengan gangguan kebutuhan tidur klien.



D.



Outcome Dari hasil penelitian ini, terbukti bahwa rasa cemas, keadaan lingkungan sekitar klien



dirawat, penyakit yang menimbulkan rasa nyeri, reaksi obat yang mempengaruhi pola tidur klien, gaya hidup dari aktivitas kebiasaan klien, dan diet nutrisi merupakan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi gangguan kebutuhan tidur klien, baik sebelum operasi atau pre operasi maupun setelah operasi atau post operasi. Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa klien membutuhkan informasi yang menunjang rasa aman dan nyaman mengenai operasi sehinga rasa cemas klien dapat teratasi,. Klien membutuhkan keadaan lingkungan yang tenang, aman, dan nyaman untuk beristirahat dan tidur. Klien membutuhkan penanganan cepat dan tepat terhadap rasa nyeri akibat penyakit yang diderita guna mempermudah klien beristirahat dan tidur. Obat yang diberikan pada klien diharapkan sudah dikolaborasikan dengan tim dokter supaya sesuai dengan jenis penyakit dan kondisi klien yang mengalami gangguan tidur. Gaya hidup dari aktivitas atau kebiasaan klien yang buruk diharapkan dikurangi dan diperbaiki agar klien dapat tidur dan istirahat secara maksimal, sehingga metabolisme tubuh pulih kembali. Diet nutrisi dianjurkan untuk disesuaikan dengan jenis penyakit supaya klien tidak mengalami penurunan nutrisi yang mengakibatkan gangguan tidur terganggu. Penelitian ini cocok di terapkan di tempat pelayanan kesehatan, karena dapat mempermudah perawat dalam memberikan tindakan dan asuhan keperawatan mengenai gangguan kebutuhan tidur pre operasi dan post operasi.



DAFTAR PUSTAKA



Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Craven & Hirnle (2000). Fundamentals of Nursing. Philadelpia : Lippincott. Hawari. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi Edisi 2. Jakarta : Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia. Hidayat (2003). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Kozier et al. (2004). Fundamentals of Nursing Consepts, Proces, and Practice. Lee, C.Y., Low, L.P.L., & Twinn, S. (2007). Older men’s experiences of sleep in the hospital. Journal of Clinical Nursing, 16(2), 336-343.New Jersey : Pearson Prentise Hall. Mosby.Reishtein, J.L. (2005). Critical Care Nursing of North America, Vol 17. No.3 Munardi. (2002). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Tidur Lansia di RS dr. Zainoel Abidin Aceh. Notoatmodjo, (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Renika Cipta. Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : EGC Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktek. Vol.2. Jakarta : EGC. Rohma ningsih, (2013). Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tingkat Kecemasan. Universitas Diponegoro : Semarang Suliha.(2004). Identifikasi Kecemasan dan Penetalaksanaanya. Bandung : PT. Sinar Pustaka. Y. M. Khair (2012). Faktor - Faktor yang berhubungan dengan Pemenuhan Kebutuhan Tidur pada Pasien pre Operasi yang pertama kali dirawat Inap di Ruang Bedah RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.