Tugas Keperawatan Gerontik (KLPK 3) Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH GERIATRIC DEPRESSION SCALE Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Gerontik



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 KELAS TRANSFER B 1. Dewi Yulianti 2. Gyta Permata 3. Khoirin Nida 4. Rani Novayati 5. Atika Nurmala Sari 6. Gati Retnaning Tyas Suyoto 7. Ketut Sagita Saraswati 8. Septianty Wulandari 9. Dwi Nurul Hidayati 10. Nur Rahayu 11. Reni Kristiani



NIM 20200910170009 NIM 20200910170018 NIM 20200910170025 NIM 20200910170034 NIM 20200910170056 NIM 20200910170071 NIM 20200910170074 NIM 20200910170087 NIM 20200910170092 NIM 20200910170101 NIM 20200910170105



PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Geriatric Depression Scale (GDS) dengan baik dan tepat pada waktunya. Dengan adanya penyusunan makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca Dalam penyusunan makalah ini, masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak kekurangan dan hambatan, namun berkat kerjasama dan dukungan dari teman-teman dan bimbingan dari dosen pembimbing mata ajar, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas bantuan, dukungan dan kerjasama yang baik serta doa nya Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan dapat mengetahui tentang Geriatric Depression Scale (GDS). Kami mohon maaf apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun, sangat diharapkan oleh kami dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi pembaca maupun kami.



17 Maret 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...............................................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1 A. Latar Belakang..............................................................................................................1 B. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................4 A. Konsep Depresi Pada Lansia........................................................................................4 1.



Definisi........................................................................................................................4



2.



Tujuan..........................................................................................................................5



3.



Tanda Gejala Yang Mendukung..................................................................................5



4.



Tingkat Depresi Pada Lansia.......................................................................................7



5.



Gambaran Klinis..........................................................................................................7



6.



Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Depresi Pada Lansia............................................9



B. Konsep Geriatric Depression Scale...........................................................................10 1.



Definisi......................................................................................................................11



2.



Jenis-jenis Geriatric Depression Scale......................................................................11



3.



Diagnosa....................................................................................................................11



4.



SOP Tindakan persiapan...........................................................................................12



5.



Alat............................................................................................................................12



6.



Pelaksanaan...............................................................................................................13



7.



Terminasi...................................................................................................................14



BAB III PENUTUP................................................................................................................15 A. Kesimpulan..................................................................................................................15 B. Saran.............................................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan Lanjut Usia (Lansia) adalah seseorang



yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Keberhasilan pembangunan



diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan terjadinya peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia termasuk Indonesia. Usia Harapan Hidup (UHH) merupakan salah satu indicator keberhasilan pembangunan terutama dibidang kesehatan. Bangsa yang sehat ditandai dengan semakin panjangnya usia harapan hidup penduduknya. Namun dibalik peningkatan UHH terselip tantangan yang harus diwaspadai, yaitu ke depannya Indonesia akan menghadapi beban tiga (triple burden) disamping meningkatnya angka kelahiran dan beban penyakit (menular dan tidak menular), juga akan terjadi peningkatan angka beban tanggungan penduduk kelompok usia produktif terhadap kelompok usia tidak produktif. Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok lansia akan mengalami derajat kesehatan baik secara alamiah maupun karena penyakit. Proses penuaan akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, maupun kesehatan. Ditinjau dari aspek kesehatan, dengan semakin bertambahnya usia, maka lansia lebih rentan terhadap berbagai keluhan fisik, maupun psikis baik karena factor alamiah maupun penyakit. Dalam menghadapi perubahanperubahan kehidupan yang berhubungan dengan apa yang disebut sebagai tahun emas, maka banyak lansia yang menghadapi depresi akibat stress yang dialaminya. Perubahan kehidupan yang dimaksud antara lain adalah pensiun, penyakit atau ketidakmampuan fisik, penempatan dalam panti wreda, kematian pasangan, dan kebutuhan untuk merawat pasangan yang kesehatannya menurun. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective/ mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa. Pendapat yang lain bahwa depresi terjadi pada orang normal dan depresi merupakan suatu kemurungan, kesedihan, kepatahan semangat, yang ditandai dengan perasaan tidak sesuai, menurunnya kegiatan dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang. Depresi pada lansia dapat 1



dimanifestasikan dengan adanya keluhan merasa tidak berharga, sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa kosong, tidak ada harapan, menuduh diri, pemeliharaan diri yang kurang bahkan penelantaran diri (Azizah, 2011). Menurut World Health Orgalenization prevalensi global gangguan depresi pada lansia didapatkan sebanyak 61, 6 % (WHO, 2017). Prevalensi depresi pada lanjut usia yaitu sekitar 12-36% lansia menjalani rawat jalan mengalami depresi. Angka ini meningkat menjadi 30-50% pada lansia dengan penyakit kronis dan perawatan lama yang mengalami depresi (Azizah, 2011). Menurut Kaplan, et.al (yang dikutip dalam Stanley & Beare, 2007) depresi menyerang 10-15% lansia 65 tahun ke atas yang tinggal di keluarga dan angka depresi meningkat secara drastis diantara lansia yang berada di institusi, dengan sekitar 50% sampai 75% penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan sampai sedang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Aly, et.al, 2018) di Mesir menunjukkan lansia yang menderita depresi sebanyak 62,7%. Penelitian yang dilakukan (Pramesona & Taneepanichskul, 2017) di Indonesia didapatkan prevalensi depresi pada lansia penghuni panti jompo yaitu sebanyak 42%. Penelitian yang dilakukan (Sarokhani, et.al, 2018) di Iran diperkirakan jumlah depresi pada lansia yaitu sebanyak 43%. Selanjutnya penelitian yang dilakukan (Dhar,et.al, 2018) di Davangere, India menunjukkan bahwa prevalensi depresi pada lansia yaitu sebanyak 39%, dimana depresi ringan sebanyak 33 %, dan depresi berat sebanyak 6 %. Di Indonesia, dilaporkan bahwa angka depresi pada lansia adalah sebesar 6,5%. Di Bali, angka depresi tidak tercatat dalam database laporan kesehatan Provinsi Bali maupun Kabupaten di Bali. Pada tahun 2010 jumlah lansia di Bali sekitar 360.300 jiwa. Apabila diasumsikan bahwa 6,5% lansia menderita depresi, maka pada tahun 2010 terdapat sekitar 23.400 penduduk lansia yang menderita depresi di Bali (Suardana, 2011). Dari data diatas, maka kelompok terterik untuk membahas konsep depresi pada lansia dan pengukuran skala depresi dengan menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS). B. Tujuan Penulisan a. Umum Setelah mempelajari tentang depresi pada geriatric diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikannya kedalam skala pengukuran (Geriatric Depression Scale) b. Khusus 1) Mahasiswa mampu mempelajari tentang konsep depresi pada lansia 2



2) Mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep Geriatric Depression Scale 3) Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis Geriatric Depression Scale 4) Mahasiswa dapat mengetahui pengkajian dari Geriatric Depression Scale



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Depresi Pada Lansia 1. Definisi Geriatric Depression Scale (GDS) adalah alat ukur depresi pada orang lanjut usia, yang dapat diisi sendiri. GDS menggunakan format pertanyaan yang jawabannya ya atau tidak. Pada awalnya, GDS dikembangkan sebagai alat ukur dengan 30 butir pertanyaan, tetapi 30 butir pertanyaan dinilai memakan waktu dan sulit untuk dilengkapi bagi beberapa pasien, maka dikembangkanlah versi 15 butir pertanyaan. Dari 15 pertanyaan, 10 pertanyaan mengindikasikan adanya depresi jika dijawab ya dan 5 pertanyaan mengindikasikan depresi jika dijawab tidak. GDS dengan 15 butir pertanyaan ini bisa dilengkapi kira-kira dalam waktu lima sampai tujuh menit, membuat alat ukur ini adalah alat ukur yang ideal untuk orang lanjut usia yang mudah lelah atau kemampuan konsentrasi jangka panjangnya terbatas (APA, 2015). GDS versi 15 butir pertanyaan ini sering juga disebut dengan GDS Short Form atau GDS-S. GDS-S dapat diberikan secara lisan. Tiap pertanyaan yang jawabannya mengindikasikan adanya depresi akan bernilai satu. Nilai tersebut akan dijumlahkan seluruhnya setelah semua pertanyaan selesai dijawab. Total nilai sebesar nol sampai empat poin mengindikasikan bahwa orang tersebut tidak menderita depresi, total nilai 5-10 poin mengindikasikan depresi ringan, dan total nilai lebih dari 11 poin mengindikasikan depresi berat. Jika tidak semua pertanyaan dijawab, misalkan hanya menjawab 12 dari 15 pertanyaan, dan skor totalnya empat 4



dari 12 pertanyaan yang dijawab, maka skor perlu ditambah sebesar 4/12 dari tiga butir pertanyaan yang tidak dijawab. Maka perhitungan skor total menjadi empat ditambah dengan satu hasil dari 4/12 dikalikan dengan tiga, yang menghasilkan skor lima. Apabila orang lanjut usia tersebut mengalami afasia, maka dapat digunakan point-board atau papan bertuliskan butir pertanyaan dengan pilihan ya atau tidak di sebelahnya (University of Texas Health Science Center, 2012). Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010).



2. Tujuan Dengan kata lain, Geriatric Depression Scale (GDS) uji 15 item menghasilkan tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang sama dibandingkan dengan uji secara lengkap, menggunakan diagnosis klinis depresi sebagai rujukan atau & “gold standard”. Untuk subjek lanjut usia yang baik pada fungsi kognitif, GDS short form berfungsi sebagai alat skrining yang sangat singkat dan efektif untuk depresi.



3. Tanda Gejala Yang Mendukung Penggambaran gejala depresi pada lansia (Samiun,2006 dalam Aspiani, 2014) a. Kognitif Sekurang-kurangnya ada 6 proses kognif pada Iansia yang menunjukkan gejala depresi. Pertama, individu yang mengalami depresi memiliki selfesteem yang sangat rendah.Mereka berpikir tidak adekuat, tidak mampu, merasa dirinya tidak berarti, merasa rendah diri dan merasa bersalah terhadap kegagalan yang dialami.Kedua, Iansia selalu pesimis dalam menghadapi masalah dan segala 5



sesuatu yang dijalaninya menjadi buruk dan kepercayaan terhadap dirinya (self-confident) yang tidak adekuat.Ketiga, memiliki motivasi yang kurang dalam menjalani hidupnya, selalu meminta bantuan dan melihat semuanya gagal dan sia-sia sehingga merasa tidak ada gunanya berusaha.Keempat, membesar-besarkan masalah.Kelima,



masalah proses



dan



selalu



berpikirnya



menjadi



pesimistik



menghadapi



lambat,



performance



intelektualnya berkurang.Keenam, generalisasi dari gejala depresi, harga diri rendah, pesimisme dan kurangnya motivasi. b. Afektif Lansia yang mengalami depresi merasa tertekan, murung, sedih, putus asa, kehilangan semangat dan muram.Sering merasa terisolasi, ditolak dan tidak dicintai. Lansia yang mengalami depresi menggambarkan dirinya berada dalam lubang gelap yang tidak dapat terjangkau dan tidak dapat keluar dari sana. c. Somatik Masalah somatik yang sering dialami Iansia yang mengalami depresi seperti pola tidur yang terganggu (insomnia), gangguan pola makan dan dorongan seksual yang berkurang. Lansia telah rentan terhadap penyakit karena system kekebalan tubuhnya melemah, selain karena aging proses juga karena orang yang mengalami depresi menghasilkan sel darah putih yang kurang. d. Psikomotor Gejala psikomotor pada lansia depresi yang dominan adalah retardasi motor.Sering duduk dengan terkulasi dan tatapan kosong tanpa ekspresi, berbicara sedikit dengan kalimat datar dan sering menghentikan pembicaraan karena tidak memiliki tenaga atau minat yang cukup untuk menyelesaikan kalimat itu. Dalam pengkajian depresi pada lansia menurut Sadavoy et all (2004) gejala-gejala depresi dirangkum dalam SIGECAPS yaitu gangguan pola tidur (sleep) pada lansia yang dapat berupa kelelahan, susah tidur, mimpi buruk dan bangun dini dan tidak bisa tidur lagi, penurunan minat dan aktivitas (interest), rasa bersalah dan menyalahkan diri (gulity), merasa cepat lelah dan tidak mempunyai tenaga (energy), penuruan konsentrasi dan proses pikir (concentration), nafsu makan menurun (appetie), gerakan lamban dan sering duduk terkulai (psychomotor), dan penelantaran diri serta ide bunuh diri 6



(suicidaly).



4. Tingkat Depresi Pada Lansia Menurut PPDGJ-III (Maslim, 1997) dalam (Aspiani, 2014) a. Depresi ringan 1) Kehilangan minat dan kegembiraan 2) Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas 3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang 4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang b. Depresi Sedang 1) Kehilangan minat dan kegembiraan 2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas 3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang 4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang 5) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis c. Depresi sedang 1) Mood depresif 2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas 3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang 4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang 5) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis 6) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna 7) Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri 8) Tidur terganggu 9) Disertai waham, halusinasi 10) Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu 5. Gambaran Klinis 7



Depresi pada lansia adalah proses patoligis, bukan merupakan proses normal dalam kehidupan. Umumnya orang-orang akan menanggulanginya dengan mencari dan memenuhi rasa kebahagiaan. Bagaimanapun, lansia cenderung menyangkal bahwa dirinya mengalami depresi. Gejala umumnya, banyak diantara mereka muncul dengan menunjukkan sikap rendah diri, dan biasanya sulit untuk didiagnosa (Evans, 2000). Perubahan Fisik a) Penurunan nafsu makan. b) Gangguan tidur. c) Kelelahan dan kurang energy d) Agitasi. e) Nyeri, sakit kepala, otot keran dan nyeri, tanpa penyebab fisik. Perubahan Pikiran a) Merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit mengungat informasi. b) Sulit membuat keputusan dan selalu menghindar. c) Kurang percaya diri. d) Merasa bersalah dan tidak mau dikritik. e) Pada kasus berat sering dijumpai adanya halusinasi ataupun delusi. f) Adanya pikiran untuk bunuh diri. Perubahan Perasaan Penurunan ketertarikan dengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami istri. a) Merasa bersalah, tak berdaya. b) Tidak adanya perasaan. c) Merasa sedih. d) Sering menangis tanpa alas an yang jelas. e) Iritabilitas, marah, dan terkadang agresif. Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari a) Menjauhkan diri dari lingkungan sosial, pekerjaan. b) Menghindari membuat keputusan. c) Menunda pekerjaan rumah. 8



d) Penurunan aktivitas fisik dan latihan. e) Penurunan perhatian terhadap diri sendiri. f) Peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang. 6. Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Depresi Pada Lansia Berdasarkan undang-undang kesehatan No.23 Tahun 1992 disebutkan bahwa kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Notoatmodjo, 2003). Berikut ada beberapa faktor sosial yang mempengaruhi kejadian depresi pada lansia. a. Pendidikan dan Pengetahuan Umumnya lansia memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Rendahnya tingkat pendidikan ini berkorelasi positif dengan buruknya kondisi sosial ekonomi sebagian besar lansia, rendahnya derajat kesehatan dan ketidakmandirian (bergantung pada keluarga lain) lansia secara ekonomi (PKBI, 2001). Tingkat pendidikan ini mempunyai hubungan dengan tingkat pengetahuan, serta tingkat penghasilan seseorang. Orang yang mempunyai pendidikan dan pengetahuan cenderung akan meningkat penghasilannya sehingga jika mereka sakit akan memilih sarana kesehatan yang lebih baik. Oleh karenanya semua ini akan berdampak terhadap adanya usia harapan hidup yang semakin meningkat. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap terjadinya tingkat depresi di karenakan tingkat pendidikan lansia baik dari tingkat SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi akan



mempengaruhi



kemampuan



lansia



dalam



memahami



setiap



permasalahan dan mempengaruhi kemampuannnya dalam mengambil keputusan. Kondisi ini terkadang menjadi penyebab terjadinya depresi di pengaruhi



adanya



pengetahuan



dan



ekonomi



dari



lansia



tersebut



(Notoatmodjo, 2007). b. Dukungan Keluarga Depresi pada lanjut usia dapat terjadi simptom yang kompleks yang disebabkan oleh gangguan fisik maupun kognitif dan stresor dari luar Dukungan sosial sangat dibutuhkan para lanjut usia dalam menyesuaikan diri menghadapi stresor psikososial terutama stresor yang berhubungan dengan 9



kehilangan. Populasi lanjut usia yang ada yaitu sekitar 60-80%, diperkirakan dalam kondisi tidak berdaya dan membutuhkan pertolongan keluarga, untuk keperluan sehari – hari yang bermakna. Hampir semua populasi lanjut usia lebih membutuhkan dukungan emosional daripada finansial (Osterweill dkk, 2000). Dukungan sosial yang kurang sering dihubungkan dengan sindroma depresi. Pattern menyebutkan bahwa subjek yang dilaporkan tidak mempunyai seseorang untuk menceritakan masalah atau perasaan pribadinya, tidak mempunyai seseorang untuk meminta pertolongan dalamm kondisi kritis, tidak ada seseorang untuk diminta nasihat dalam mengambil keputusan penting, dan tidak ada seseorang dalam hidup mereka yang membuat mereka merasa dicintai dan diperhatikan ternyata lebih mudah menderita depresi (Pattern, 2002). c. Suku Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dengan latar belakang etnis, suku dan tata kehidupan sosial yang berbeda satu dengan yang lain. Hal ini telah memberikan suatu formulasi struktur sosial masyarakat yang turut mempengaruhi tingkat terjadinya depresi pada lansia. Banyak sekali penemuan para ahli sosiolog dan ahli gerontologi menyatakan bahwa faktor sosial sangat berperan terhadap proses terjadinya tingkah laku atau perbuatan seseorang yang mengakibatkan terjadinya depresi, sehingga Keragaman dan keunikan budaya yang dimiliki oleh suatu etnitas masyarakat tertentu merupakan wujud dari gagasan, rasa, tindakan dan karya sangat menjiwai aktivitas keseharian baik itu dalam tatanan sosial, teknis maupun ekonomi telah turut membentuk karakter fisik seseorang, seperti tingkah laku, sikap dan perbuatan (Beny, 2008). C. Konsep Geriatric Depression Scale Sebagian besar lansia dengan depresi dan gangguan psikiatri lainnya tidak ditangani oleh psikiater tetapi hanya oleh dokter layanan primer, dan biasanya secara reguler. Tetapi, depresi pada lansia seringkali tidak dikenali dan tidak ditangani, karena orang lanjut usia sering juga mengalami beberapa gangguan medis yang semuanya membutuhkan perhatian secepatnya. Skala pengukuran yang sudah terstandarisasi 10



diperlukan untuk penilaian awal depresi, contohnya Mini Mental State Examination (MMSE), Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D), dan berbagai bentuk dari Geriatric Depression Scale (GDS). GDS dengan 30 butir pertanyaan memiliki sensitivitas 84% dan spesifisitas 91% (Thompson & Borson, 2011). 1. Definisi Geriatric Depression Scale (GDS) adalah alat ukur depresi pada orang lanjut usia, yang dapat diisi sendiri. GDS menggunakan format pertanyaan yang jawabannya ya atau tidak. Seperti telah disampaikan bahwa pada penilaian yang dilakukan untuk mengetahui skala depresi seorang pasien lanjut usia, salah satu tool yang dapat dipergunakan adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Alat ini diperkenalkan oleh Yesavage pada tahun 1983 dengan indikasi utama pada lanjut usia, dan memiliki keunggulan mudah digunakan dan tidak memerlukan keterampilan khusus dari pengguna. 7. Jenis-jenis Geriatric Depression Scale Pada awalnya, GDS dikembangkan sebagai alat ukur dengan 30 butir pertanyaan, tetapi 30 butir pertanyaan dinilai memakan waktu dan sulit untuk dilengkapi bagi beberapa pasien, maka dikembangkanlah versi 15 butir pertanyaan. Dari 15 pertanyaan, 10 pertanyaan mengindikasikan adanya depresi jika dijawab ya dan 5 pertanyaan mengindikasikan depresi jika dijawab tidak. GDS dengan 15 butir pertanyaan ini bisa dilengkapi kira-kira dalam waktu lima sampai tujuh menit, membuat alat ukur ini adalah alat ukur yang ideal untuk orang lanjut usia yang mudah lelah atau kemampuan konsentrasi jangka panjangnya terbatas (APA, 2015). 8. Diagnosa Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan Koping (Wilkinson, 2016) Ketidakefektifan koping adalah ketidakmampuan untuk melakukan penilaian yang valid terhadap stressor, ketidakadekuatan pilihan respons yang dipraktikkan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia. Ketidakefektifan koping



Depresi



Cor problem



11



Stressor Gambar 2.1 (Prabowo, 2014) Masalah Keperawatan yang terjadi pada Lansia Depresi a. Ketidakefektifan koping b. Gangguan pola tidur c. Gangguan proses pikir d. Perubahan persepsi sensori e. Risiko mencederai diri 9. SOP Tindakan persiapan SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) Geriatric Depression Scale (GDS Pengertian



Sebagai alat ukur depresi pada orang lanjut usia



Tujuan



Mengukur tingkatan depresi



Prosedur



I.



Persiapan alat 1. Alat tulis 2. Lembar tabel Geriatric Depression Scale (GDS). II. Persiapan pasien 1. Pasien diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan 2. Menjelaskan tuuan dan tahap pelaksanaan 3. Kontrak waktu III. Pelaksanaan 1. Mengambil IV. Tahap terminasi 1. Mengucapkan terimakasih 2. Memberikan respon positif 3. Berpamitan dengan responden 4. Membereskan alat



10. Alat Salah satu alat/instrumen yang dapat digunakan dalam mendeteksi depresi pada lansia adalah Geriatric Depression Scale (GDS). No Pertanyaan 1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda? 2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat/kesenangan anda? 3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? 12



Ya



Tidak



4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15



Apakah anda sering merasa bosan? Apakah dikebanyakan waktu anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Apakah anda merasa takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? Apakah anda merasa bahagia untuk di sebagian besar waktu anda? Apakah anda merasa sering merasa tidak berdaya? Apakah anda lebih memilih untuk tinggal dirumah daripada pergi keluar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru? Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang? Apakah anda pikir bahwa kehidupan anda sekarang menyenangkan? Apakah anda merasa tidak berharga sesuai dengan diri anda saat ini? Apakah anda merasa penuh semangat? Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Apakah anda pikir bahwa orang lain, lebih baik keadaannya daripada anda?



Berikut ini adalah skor untuk menilai tingkat depresi :  Skor 1 – 5 normal  Skor 6 – 10 depresi ringan  Skor 10 – 15 depresi berat Satu poin untuk masing – masing jawaban ini : 1. 2. 3. 4. 5.



Tidak Ya Ya Ya Tidak



6. Ya 7. Tidak 8. Ya 9. Ya 10. Ya



11. Tidak 12. Ya 13. Tidak 14. Ya 15. Ya



11. Pelaksanaan Pelaksanaan dilakukan dengan menggunakan hasil akhir terjemahan Geriatric Depression Scale (GDS-15) versi Bahasa Indonesia. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi, mengisi informed consent secara tertulis setelah mendapat penjelasan terperinci dan jelas untuk ikut serta dalam penelitian akan mengisi dengan Geriatric Depression Scale (GDS-15) versi Bahasa Indonesia.



13



12. Terminasi Pada tahap ini sebagai pengkaji pada lansia kita harus mengucapkan terimakasih kepada lansia yang sudah mau berpasrtisipasi, dan melakukan tindaklanjut kepada langsia yang mengalami stres



14



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan Lanjut Usia (Lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010). Geriatric Depression Scale (GDS) adalah alat ukur depresi pada orang lanjut usia, yang dapat diisi sendiri. GDS menggunakan format pertanyaan yang jawabannya ya atau tidak. Seperti telah disampaikan bahwa pada penilaian yang dilakukan untuk mengetahui skala depresi seorang pasien lanjut usia, salah satu tool yang dapat dipergunakan adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Alat ini diperkenalkan oleh Yesavage pada tahun 1983 dengan indikasi utama pada lanjut usia. Jenis GDS ada 3 yaitu : a. GDS dengan 30 item b. GDS dengan 15 item c. GDS dengan 5 item D. Saran Dengan mempelajari GDS diharapkan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap lansia agar selalu mengedepankan aspek- aspek dan sop yang berlaku di institusi masing-masing.



15



DAFTAR PUSTAKA Aspiani, N. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Jilid 2. Jakarta: CV. TRANS INFO MEDIA. Ballo, I. R., Kaunang, T. M., Munayang, H., & Elim, C. (2012). Jurnal Biomedik. 59-67. Dewi, Sofia Rhosma. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta : Deepublish. Effendi, F., & Makhfudli. (2009). KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hawari, Dadang. (2013). Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta: FK UI Idaini, S., Suhardi, & Kristanto, A. Y. (2009). Analisis Gejala Gangguan Mental Emosional Penduduk Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, 59. Irawan, H. (2013). Gangguan Depresi pada Lanjut Usia. 11. Jones, E., D., N.D., R.N., 2003. Reminiscence Therapy for Older Women with Depression, Effect of Nursing Intervention Classifi cation in Assisted Living Long Term Care.Journal of Gerontologi Nursing 29, page 26– 36. Miftahuddin, M. (2016). Kajian Penelitian Psikologi. An- Nafs Wahida, https://www.academia.edu/42182584/Geriatric_Depression_Scale_GDS , diunduh pada 17 Maret 2021 Kementrian Kesehatan RI, Infodatin Situasi dan Analisis Lanjut Usia, pdf, diunduh pada 17 Maret 2021 Bistok Sihombing, Depresi Pada Lansia, http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63313/021%20.pdf? sequence=1&isAllowed=y. diunduh pada 17 Maret 2021 Ika purnawa, http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/153/jtptunimus-gdl-ikapurnawa7619-3-bab2.pdf. Di unduh pada 17 Maret 2021 https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/97a42807f08b7d395bdd44e3348f1579.pdf. Diunduh pada 17 Maret 2021



16