Tugas kmb2 Askep Endokrin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. “R” DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN “DIABETES MELLITUS”



Dosen Pengampu : Suhartono,.S.Kep.Ns.M.Kep Nama : Devi Wulandari (18.11.2.149.053)



STIKES NU TUBAN PRODI S1 KEPERAWATAN Jln. Letda Sucipto. No. 211 Tuban. Tlp : (0356) 235 739 TAHUN AJARAN 2019/2020



KATA PENGANTAR Segala Puji bagi Sang Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas KMB 2, tanpa nikmat sehat yang diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, semoga atas ijin Allah SWT penulis dan teman-teman semua akan mendapatkan syafaatnya nanti. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan dosen pembimbing dalam penulisan makalah ini. Tanpa ada bantuan dari teman-teman semua, mungkin penulis akan mengalami hambatan dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan makalah agar menjadi lebih bermanfaat untuk kita semua.



Tuban, 14 Mei 2020



Penulis



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL  ..................................................................................           KATA PENGANTAR  ................................................................................          DAFTAR ISI  ..............................................................................................           BAB I PENDAHULUAN  A.    Latar Belakang  .................................................................................           B.     Tujuan Penulisan  ..............................................................................           C.     Manfaat Penulisan  ............................................................................            BAB II TINJAUAN PUSTAKA  A.    Konsep Dasar Medis  .......................................................................            1.      Pengertian  ......................................................................................            2.      Anatomi Fisiologi  ..........................................................................          3.      Etiologi  ..........................................................................................          5.      Patofisiologi ...................................................................................           6.      Manifestasi Klinis .........................................................................           7.      Komplikasi  ...................................................................................           9.      Penatalaksanaan Medis...................................................................           BAB III . TINJAUAN KASUS  A.       Pengkajian  ....................................................................................           B.       Diagnosa Keperawatan  .................................................................           C.       Rencana Keperawatan  ..................................................................           D.       Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ....................................          



BAB IV



PENUTUP  A.    Kesimpulan  ...........................................................................           B.     Saran  .....................................................................................           DAFTAR PUSTAKA 



BAB I PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. (Kemenkes, 2013). Data World Health Organization (WHO) telah mencatat Indonesia dengan populasi 230 juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai 14,7 persen di perkotaan dan 7,2 persen di pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes  (http://health.liputan6.com. Diakses 25 Juni 2014). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi diabetes dan hipertiroid di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen. Prevalensi Diabetes Mellitus berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan   bertambahnya  umur,   namun   mulai umur  ≥  65  tahun  cenderung menurun. (Kemenkes, 2013). Menurut data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012, prevalensi penyakit tidak menular berbasis Rumah Sakit khususnya Diabetes Mellitus menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler (43,62%) yang mana penyakit DM sebanyak 27,64%.  (Dinkes Sulsel, 2012). Sedangkan data yang penulis peroleh dari catatan Rekam Medik BLUD RS Tenriawaru Kab. Bone, angka kejadian Diabetes Mellitus yaitu pada tahun 2011 pasien yang mengalami Diabetes Mellitus berjumlah 102 orang, pada tahun 2012 sebanyak 87 orang sedangkan pada tahun 2013 jumlah pasien Diabetes Mellitus meningkat menjadi 134 kasus. (Rekam Medik BLUD RS Tenriawaru Kab. Bone).



B. Tujuan Penulisan 1.



Tujuan Umum



Untuk  memperoleh  gambaran  umum  tentang  pelaksanaan  asuhan keperawatan pada klien Tn. “R” dengan gangguan sistem endokrin: Diabetes Mellitus di Ruang Perawatan Interna BLUD RS Tenriawaru Kelas B Kab. Bone Tanggal 09-11 Juni 2014. 2.



Tujuan Khusus a. Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan Pengkajian pada klien Tn.“R” dengan gangguan sistem endokrin: Diabetes Mellitus. b. Memperoleh pengalaman nyata dalam menegakkan Diagnosa Keperawatan dengan gangguan sistem endokrin: Diabetes Mellitus. c. Memperoleh pengalaman nyata dalam menetapkan rencana keperawatan pada klien Tn. “R” dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus. d. Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Tn. “R” dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus. e. Memperoleh pengalaman nyata dalam mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada klien Tn ”R” dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus. f. Memperoleh gambaran nyata dalam menganalisa kesenjangan antara teori dengan kasus pada klien Tn ”R” dengan gangguan  sistem endokrin Diabetes Mellitus.



C. Manfaat Penulisan 1.



Manfaat Bagi Akademik a. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program Diploma III keperawatan. b. Sebagai bahan bacaan di perpustakaan. c. Sebagai sumber informasi bagi penelitian selanjutnya.



2. Manfaat Bagi Rumah Sakit a. Dapat memberikan masukan bagi Rumah Sakit untuk mengambil langkah-langkah kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kepe-rawatan terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan Diabetes Mellitus. b. Dapat menjadi masukan bagi perawat dalam meningkatkan kuwalitas asuhan keperawatan khususnya bagi klien yang mengalami gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus.



3. Manfaat Bagi Klien a. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga dalam peningkatan kualitas asuhan keperawatan, khususnya bagi klien yang mengalami gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus b. Sebagai bahan masukan bagi kien dalam meningkatkan pengetahuan yang berkaitan dengan pencegahan, perawatan, dan pengobatan Diabetes Mellitus. 4.



Manfaat Bagi Perawat a. Meningkatkan  pengetahuan  penulis  mengenai tata cara dan tekhnik penyusunan karya tulis ilmiah. b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Medis        1. Pengertian a. Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2002). b. Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas (Shadine, 2010). c. Diabetes Mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis dan multifaktorial yang dicirikan dengan dengan hiperglikemia dengan hiper lipidemia (Baradero, 2009). d. Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom defisiensi sekresi insulin atau pengurangan efektifitas kerja insulin atau keduanya yang menyebabkan hiperglekimia (Marrelli, 2008).         e. Arti Diabetes Mellitus dalam bahasa Indonesia adalah sirkulasi darah madu. Kata ini digunakan karena pada pasien Diabetes Mellitus, meningginya kadar gula darah termanifestasi juga dalam air seni. Ginjal tidak dapat menahan kadar gula darah yang tinggi (Tobing, 2008). f. Penyakit Kencing Manis (Diabetes Mellitus) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah secara terus-menerus (kronis) akibat kekurangan insulin baik kuantitatif maupun kualitatif (Tapan, 2005). 2.



Anatomi Fisiologi Pankreas a. Anatomi Pankreas adalah kelenjar endokrin dan eksokrin. Sel pankreas yang berfungsi sebagai sel endokrin adalah pulau Lengerhans. Pulau Langerhanus mempunyai empat macam sel, yaitu : a. Sel alfa menyekresi hormon glukagon b. Sel beta menyekresi insulin c. Sel delta menyekresi somatostatin. Somatostatin dapat keluarnya (inhibitor) hormon pertumbuhan, insulin, dan gastrin d. Sel-f menyekresi polipoptida pankreas.



menekan



b. Fisiologi Stimulus utama untuk keluarnya insulin adalah glukosa. Melalui insulin, tubuh dapat menggunakan makanan yang telah dicerna dan juga dapat menyimpan kelebihan makanan tubuh sebagai cadangan. Fungsi keseluruhan glukagon adalah meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Organ target glukagon adalah hati. Glukagon dapat menstimulasi glukogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa). Apabila suplai glukosa tidak mencukupi melalui glukogenolisis, glukagon dapat menarik asam amino dan asam lemak otot dan mengubahnya menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis. Glukagon juga bekerja sama dengan epinefrin dan glukokortikoid untuk mempertahankan kadar glukosa ketika tubuh mengalami stres atau sedang puasa (Baradero, 2009). 3. Etiologi Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus menurut Smeltzer (2002) yakni sebagai berikut : a. Diabetes Tipe I Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta. 1) Faktor  Genetik Penderita  Diabetes  Mellitus  tidak   mewarisi  Diabetes  Tipe  I  itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya Diabetes Tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. 2) Faktor Imunologi Pada Diabetes Tipe I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya saolah-olah sebagai jaringan asing. autoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen (interna) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis Diabetes Tipe I. 3)  Faktor Lingkungan



Infeksi virus misalnya Coxsackie B4, gondongan (mumps), rubella, sitomegalovirus dan toksin tertentu misalnya golongan nitrosamin yang terdapat pada daging yang diawetkan dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta pankreas. b.



Diabetes Tipe II



Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada Diabetes Tipe II  masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Tipe II. Faktor-faktor ini adalah: 1. 2. 3. 4.



Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun) Obesitas Riwayat keluarga Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya Diabetes Tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).



5. Patofisiologi a.



Diabetes Tipe I



Pada Diabetes Melitus Tipe I terdapat kekurangan insulin absolut sehingga pasien membutuhkan suplai insulin dari luar.keadaan ini disebabkan oleh lesi pada sel beta pankreas karena mekanisme autoimun yang pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi virus. Pulau pankreas diinfiltrasi oleh limfosit T dan dapat ditemukan autoantibodi terhadap jaringan pulau (antibodi sel langerhans) dan insulin. Setelah merusak sel beta, antibodi sel langerhans menghilang. Namun saat sel beta pankreas telah dirusak maka produksi insulin juga akan mengalami gangguan. Dimana sel beta pankreas tidak akan dapat memproduksi insulin sehingga akan terjadi defisiensi insulin. Maka akan terjadi hiperglikemia dimana glukosa akan meningkat di dalam darah sebab tidak ada yang membawa masuk glukosa ke dalam sel (Silbernalg, 2007). b.    Tipe II Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM), sebelumnya disebut dengan DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe ini, disposisi genetik juga berperan penting. Namun terdapat defisiensi insulin relatif; pasien tidak mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat normal atau bahkan meningkat, tetapi organ target memiliki sensitifitas yang berkurang terhadap insulin. Sebagian besar pasien DM tipe II memiliki berat badan berlebih. Obesitas terjadi karena disposisi genetik, asupan makanan yang terlalu banyak,



dan aktifitas fisik yang terlalu sedikit. Ketidakseimbangan antara suplai dan pengeluaran energi meningkatkan konsentrasi asam lemak di dalam darah. Hal ini selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan lemak. Akibatnya, terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk meningkatan pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun pada reseptor, resistensi insulin semakin meningkat. Obesitas merupakan pemicu yang penting, namun bukan merupakan penyebab tunggal Diabetes Tipe II. Penyebab yang lebih penting adalah adanya disposisi genetik yang menurunkan sensitifitas insulin. Sering kali, pelepasan insulin selalu tidak pernah normal. Beberapa gen telah di identifikasi sebagai gen yang menigkatkan terjadinya obesitas dan DM tipe II. Diantara beberapa faktor, kelaian genetik pada protein yang memisahkan rangkaian di mitokondria membatasi penggunaan substrat. Jika terdapat disposisi genetik yang kuat, Diabetes Tipe II dapat terjadi pada usia muda. Penurunan sensitifitas insulin terutama mempengaruhi efek insulin pada metabolisme glukosa, sedangkan pengaruhnya pada metabolisme lemak dan protein dapat dipertahankan dengan baik. Jadi, Diabetes Tipe II cenderung  menyebabkan  hiperglikemia  berat  tanpa  disertai gangguan metabolisme lemak (Silbernalg, 2007). 6. Manifestasi Klinis Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut. Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.



Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria) Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia) Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria) Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki Cepat lelah dan lemah setiap waktu Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.



Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis (Shadine, 2010). 7. Komplikasi Komplikasi penyakit diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi dua, yaitu komplikasi bersifat akut dan kronis (menahun). Kompliasi akut merupakan kompliasi yang harus ditindak cepat atau memerlukan pertolongan dengan segera. Kompliasi kronis merupakan kompliasi yang timbul setelah penderita mengidap diabetes mellitus selama 510tahun atau lebih. Komplikasi akut meliputi Diabetic Ketoacidosis (DKA), koma non-ketosis hiperosmolar (koma hiperglikemia), hiperglikemia. Sementara komlipkasi kronis meliputi komplikasi mikrovaskuler (komplikasi dimana pembuluh-pembuluh rambut kaku atau menyempit sehingga organ yang seharusnya mendapatkan suplai darah dari pembuluh-pembuluh tersebut menjadi kekurangan suplai) dan  dan komplikasi makrovaskuler (komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang lebih besar sehingga terjadi aterosklerosis) (Tobing, 2008). 8. Test  Diagnostik a. b. c. d. e.



Glukosa darah : Meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l. Elektrolit 1. Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun. 2. Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjut-nya akan menurun. 3. Fosfor : Lebih sering menurun.



f.  Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden (mis. ISK baru). g.  Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis etabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.



h.



Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stres atau infeksi.



i. Ureum/kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi / penurunan fungsi ginjal). j. Amilase   darah :  Mungkin   meningkat  yang  mengindikasikan  adanya pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA. k.  Insulin darah : Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) uang mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody (autoantibody). l. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin. m.  Urine : Gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat. n.    Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka (Doengoes, 2000). 9.   Penatalaksanaan Medis Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin  dan kadar  glukosa darah dalam  upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. a.  Diet Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksaan nutrisi pada penderita Diabetes Mellitus diarahkan untuk mencapai tujuan berikut: 1. 2. 3. 4.



Memberikan  semua unsur makanan esensial (misalnya, vitamin, mineral) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai Memenuhi kebutuhan energi Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis 5. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.



b.   Latihan (olah raga) Latihan  sangat  penting dalam penatalaksanaan diabetik karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan otot juga diperbaiki dengan berolahraga. c.



Pemantauan Kadar Glukosa dan Keton Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang. Pemantauan kadar glukosa darah merupakan prosedur yang berguna bagi semua penderita diabetes. Pemantauan ini merupakan dasar untuk melaksanakan terapi insulin yang intensif dan untuk menangani kehamilan yang dipersulit oleh penyakit diabetes. Pemeriksaan ini juga sangat dianjurkan bagi pasien-pasien dengan: 1. 2. 3. 4.



Penyakit diabetes yang tidak stabil Kecenderungan untuk mengalami ketosis berat atau hipoglikemia Hipoglikemia tanpa gejala peringatan Ambang glukosa renal yang abnormal



Bagi penderita yang tidak menggunakan insulin, pemantauan mandiri glukosa darah sangat membantu dalam melakukan pemantauan terhadap efektivitas latihan, diet, dan obat hipoglikemia oral. Metode ini juga dapat membantu memotivasi pasien untuk melanjutkan terapinya. Bagi penderita Diabetes Mellitus tipe II, pemantauan mandiri glukosa darah harus dianjurkan dalam kondisi yang juga dapat menyebabkan hiperglikemia  (misalnya, keadaan  sakit)  atau  hipoglikemia  (misalnya, peningkatan aktifias berlebihan) d.   Terapi Insulin Pada Diabetes Mellitus  tipe II insulin mungkin diperlukan seabgai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien Diabetes Mellitus tipe II yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat oral kadang membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, kehamilan, pembedahan, atau beberapa kejadian stress lainnya. Preparat insulin dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori  utama, yaitu:



1. Insulin regular (R) / Short acting Insulin 2. NPH Insulin / Intermediate acting Insulin, Lente Insulin (L) 3. Ultralente Insulin (UL) / Long acting Insulin e. Pendidikan / Penyuluhan Pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan bagi pasien diabetes bertujuan untuk menunjang perilaku meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Sasaran penyuluhan adalah pasien diabetes beserta keluarganya, orang-orang yang beraktivitas bersama-sama dengan pasien sehari-hari baik di lingkungan rumah maupun lingkungan lain. Pada pasien Diabetes Mellitus tipe II yang beru terdeteksi, pendidikan dasar tentang diabetes harus mencakup informasi tentang ketrampilan preventif, antara lain: 1. 2. 3. 4.



Perawatan kaki Perawatan mata Higiene umum (misalnya, perawatan kulit, kebersihan mulut) Penanganan faktor resiko (mengendalikan tekanan darah dan kadar lemak darah, menormalkan kadar glukosa darah) (Smeltzer, 2002).



BAB III TINJAUAN KASUS



A.     Pengkajian 1.     Biodata a.      Identitas klien Nama                                :  Tn.“R” Umur                                :  58 tahun Jenis kelamin                    :  Laki-laki Agama                              :  Islam Suku / Bangsa                  :  Bugis / Indonesia Pendidikan                       :  S1 Pekerjaan                          : Pensiunan PEMDA Alamat                             :  Jl. Yos Soedarso Tanggal Masuk RS           :  04-06- 2019 Tanggal Pengkajian             09-06-2019 b.    Identitas penanggung Nama                                :  Ny. “L” Umur                                :  55 tahun Pekerjaan                          :  IRT   Hubungan dengan klien   :  Istri dari klien                                       2.         Keluhan Utama a. Keluhan utama : Klien mengeluh bengkak pada daerah  ekstremitas bawah.



b. c. d. e. f.



Faktor pencetus : Klien mengatakan kaki klien tiba-tiba bengkak. Lamanya keluhan : Dua hari yang lalu. Timbulnya keluhan : Keluhan di rasakan sejak dua hari yang lalu. Faktor yang memperberat  : Terjadi peningkatan GDS. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya. - Dibantu  : Dibantu oleh keluarga . g. Diagnosa medik : - Diabetes Mellitus  pada tanggal 09 Juni 2014. 3.         Riwayat Kesehatan 1)   Riwayat kesehatan sekarang : Klien di rawat di Rumah Sakit Umum Tenriawaru Bone dengan keluhan bengkak pada ekstremitas bawah.    2)    Riwayat Kesehatan Lalu : Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. 3) Riwayat Kesehatan Keluarga Keterangan : a)  Generasi I    : Kakek dan nenek dari ibu dan ayah klien meninggal karena faktor usia. b) Generasi II  :  Ibu dan ayah klien beserta saudara-saudaranya meninggal karena faktor usia c) Generasi III : Klien adalah anak tunggal dan menderita penyakit DM d)  Genrasi IV     :  Klien memiliki 7 orang anak dan serumah dengan anak ke  4, 5, 6, dan 7 4.         Riwayat psikososial a.     Pola Konsep Diri 1)      Citra diri Klien menganggap dirinya orang hanya biasa dan menganggap tidak ada istimewa padanya. 2)      Peran diri Klien berperan sebagai kepala rumah tangga. 3)      Ideal diri



Klien berharap cepat sembuh dan dapat pulang kerumah untuk berkumpul bersama keluarganya. 5.      Harga diri Klien merasa dihargai oleh keluarganya b.      Pola Kognitif Klien tidak mengalami gangguan ingatan jangka panjang  dan jangka pendek  klien dan keluarganya selalu  bertanya dan memikirkan tentang penyakitnya. c.       Pola Koping Klien dalam mengambil keputusan melibatkan keluarganya mampu dan klien hanya bisa pasrah dan tabah menerima cobaan yang diberikan kepadanya. d.      Pola Interaksi Klien dapat berinteraksi dengan perawat, dokter dan keluarga dengan baik. 5.         Riwayat Spritual a.         Ketaatan klien beribadah. Sebelum klien masuk RS taat beribadah dan setelah sakit klien hanya bisa berdoa atas kesembuhannya. b.        Dukungan keluarga klien Keluarga klien memberi dorongan agar sabar dan tawakkal dalam menghadapi penyakitnya dan mendoakan agar cepat sembuh. c.         Ritual yang bisa di jalankan oleh klien Sebelum klien sakit selalui mengikuti kegiatan isra miraj dan maulid di masjid 6.         Pemeriksaan Fisik a.      Keadaan umum klien     : Klien nampak lemah 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Tanda-tanda stress  : Tidak nampak tanda-tanda stress Penampilan             : Penampilan sesuai dengan usianya. Ekspresi wajah        : Wajah klien Nampak cemas Bicara                      : Klien mampu berbicara dengan baik Mood                      : Baik Tinggi badan           : 164 cm



7. Berat badan                        : 54 kg 8. Gaya berjalan          : Tegak b.        Tanda-tanda vital Tekanan Darah               :  100/60  mmHg Suhu                               : 36,50 C Nadi                               : 80 x/ menit Pernafasan                     : 22 x/ menit c.         Sistem Pernafasan 1)    Hidung 1. Inspeksi         : Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret dan tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret dan tidak ada epistaksis. 2. Palpasi             : Tidak ada nyeri dan tidak ada polip 2)   Leher 1. Inspeksi          : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. 2. Palpasi     : Tidak ada nyeri tekan dan pembesaran vena jugularis, tidak ada tumor dan massa. Mobilitas leher : klien dapat menggerakkan lehernya fleksi dan ektensi 3)     Dada 1. Inspeksi         :Bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan ukuran anterior posterior dan transversal 1:2, gerakan dada mengikuti gerakan pernafasan, terdapat otot bantu pernafasan, 2. Palpasi           : Tidak ada nyeri tekan,massa dan  peradangan. 3. Perkusi             :  Resonan 4. Auskultasi        : Ronchi basah (rales) 4.)        Sistem Kardiovaskuler a. Conjungtiva tidak anemis, bibir kering, Arteri carotis teraba kuat. b. Bunyi jantung S1 lub dan S2 dub 1. S1 lub                      : ICS 4 garis mid klavikula sinistra 2. S2 dub                     : ICS 2 garis parasternal deksta d. Sistem Pencernaan 1)      Mulut



a. Inspeksi             :    Bibir kering, tidak terdapat labio skisis dan palato skisis, tidak terdapat stomatitis, klien menggunakan gigi asli, kemampuan menelan baik. b. Palpasi               :    Tidak ada nyeri tekan 2)      Gaster a. Auskultasi         :    Gerakan peristaltik 7 x/ menit b. Palpasi               :    Tidak ada nyeri pada gaster, c. Perkusi              :    Tidak ada kembung pada gaster 3)      Abdomen a. b. c. d.



Inspeksi             :    Gerakan perut ikut gerak nafas Auskultasi         :    Gerakan peristaltik 7 x/ menit Perkusi              :    Redup Palpasi               :    Tidak ada nyeri tekan



4)      Anus tidak ada lecet dan hemoroid e.     Sistem Indra 1)      Mata a)    Inspeksi             : Tidak ada lecet pada kelopak mata, pertumbuhan bulu mata merata berwarna hitam, alis nampak simetris kiri dan kanan 2)      Hidung a)      Inspeksi             : Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak epistaksis. b)     Palpasi               : Tidak ada nyeri tekan 3)      Telinga a)      Inspeksi             : Keadaan daun telinga bersih dan bentuk simetris kiri dan kanan, kanal auditorius bersih, tidak terdapat serumen, fungsi pendengaran cukup baik. f.    Sistem Syaraf 1)      Fungsi cerebral



a)    Status mental  : Orientasi baik, daya ingat baik, perhatian dan perhitungan baik, bahasa yang digunakan mudah dimengerti. b)   Kesadaran       Motorik        : Orientasi baik                                         Verbal           : Klien dapat melaksanakan perintah                                  Jumlah GCS                      15 2)      Fungsi cranial a)      Nervus I (olfaktorius) Klien dapat membedakan bau, klien disuruh menutup kedua matanya dan salah satu lubang hidung kemudian klien disuruh mencium salah satu zat (minyak kayu putih) kemudian ditanya bau apa yang dicium, dan klien menjawab dengan benar. b)      Nervus II (optikus) Fungsi penglihatan baik, Klien dianjurkan menghitung jari perawat pada jarak 6 meter (60 meter jarak orang normal). c)      Nervus III, IV, VI (okulomotorius, trokhearis, abdusen) Kelopak mata tidak terjadi ptosis dan exopthalmus, pupil isokor, pergerakan bola mata ke segala arah. d)     Nervus V (trigeminus) Klien dapat menutup dan mengatupkan mulutnya. e)      Nervus VII (fasialis) Klien dapat membedakan rasa manis dan asin. f)       Nervus VIII (akustikus) Fungsi pendengaran baik, klien dapat mendengar detak jarum jam saat diletakkan di belakang telingannya. g)      Nervus IX (Glosofaringeus) Refleks muntah baik, saat klien disuruh menyentuh bagian atas dinding faring, ada refleks muntah.



h)      Nervus X (vagus) Refleks menelan baik. i)        Nervus XI (aksesorius) Pada saat dilakukan pemeriksaan dan memberi tekanan pada bahu klien mampu menahan. j)        Nervus XII (hipoglasus) Pada saat klien disuruh menjulurkan lidahnya klien mampu menggerakkan ke segala arah. 3)      Fungsi motorik 4



4



3



3



Klien dapat menahan 4)      Fungsi sensorik Klien mampu membedakan suhu panas, dan dingin pada saat diberi air es dan panas, klien dapat merasakan nyeri pada saat dicubit. 5)      Fungsi cerebellum Fungsi koordinasi baik, klien dapat menunjukkan anggota tubuh dengan baik sesuai perintah. 6)      Refleks Bisep            : Dapat berkontraksi dengan gerakan fleksi lengan bawah. Trisep           : Dapat berkontraksi dengan gerakan ekstensi. Patella          : Dapat berkontraksi dengan gerakan ekstensi. Babinsky      : Fleksi pada jari-jari kaki. h.    Sistem Muskoloskeletal 1)      Kepala



a)    Inspeksi :  Bentuk  kepala normal, rambut hitam, pertumbuhan rambut merata, kepala dapat di di gerakkan kesegalah arah. b) Palpasi   :    Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan tumor. 2)      Vertebrae Tidak ada lordosis, scoliosis dan kiposis. 3)      Lutut : a)    Inspeksi : Tidak ada perubahan bentuk-bentuk sendi, tidak terdapat kekakuan dan pembengkakan. b)   Palpasi     : Tidak ada nyeri tekan pada lutut. 4)      Kaki a)      Inspeksi : Terdapat pembengkakan pada kaki. b)     Palpasi    : Tidak ada nyeri tekan pada kaki. 5)      Tangan a)        Inspeksi : Tidak ada pembengkakan, klien mampu menggerakkan tangan dengan baik. b)        Palpasi     :  Tidak ada nyeri tekan pada tangan. i.      Sistem Integumen 1)        Rambut a)         Inspeksi  : Warna rambut hitam, pertumbuhan rambut merata. b)        Palpasi   : Rambut klien teraba lembut. 2)        Kulit a)         Inspeksi  : Warna  kulit  sawo  matang, pertumbuhan bulu merata, kulit    tampak kotor, b)   Palpasi      : Temperatur kulit hangat, turgor kulit lembab. 3)        Kuku a)      Inspeksi  : Kuku nampak bersih, warna kuku putih.



b)      Palpasi   : Kuku tidak mudah patah. j.      Sistem endokrin Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, ada ekskresi urine yang berlebihan, suhu tubuh seimbang, ada riwayat air seni dikelilingi semut. k.    Sistem perkemihan Tidak terdapat odema palpebra, moon face, dan odema anasarkan, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih, tidak ada riwayat nokturia, dysuria, dan kencing batu, tidak terdapat riwayat penyakit hubungan seksual. l.      Sistem reproduksi Tidak dilakukan pengkajian m.  Sistem imun Tidak ada alergi terhadap cuaca, debu, obat-obatan dan zat kimia, tidak terdapat penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca, tidak ada riwayat transfusi.



Analisa Data



Nama Pasien   :  Tn.. “R”                   Diagnosa medis     : DM Umur              : 58 tahun                    Tanggal                  : 09 Juni 2014 Jenis Kelamin  : Laki-laki                   Ruang                    : interna No. 1.



DATA DS : -     Klien mengatakan sering buang air kecil -        Klien mengatakan kesulitan untuk berjalan DO : -      Klien Nampak bolak balik ke WC -      Kaki klien nampak bengkak -      Nampak terpasang infuse -      TTV: TD:100/60 mmHg N: 80x/menit P: 22x/menit S: 36,5 C



ETIOLOGI



MASALAH



Hiperglikemia Peningkatan beban ginjal ¯ Peningkatan permeabilitas membrane glomerulus ¯ Glukosa melewati ambang ginjal ¯ Diueresis osmotik ¯ Peningkatan produksi urine ¯ poliuria ¯ Ketidak seimbangan volume cairan



Penurunan fungsi pangkreas ¯ Penurunan sekresi insulin ¯



Nutrisi kurang dari kebutuhan



NO . 2.



DATA



ETIOLOGI



DS : -       Klien mengatakan nafsu makannya menurun mengatakan semua makanan tidak ada yang enak dirasakan.



Penurunan fungsi pangkreas ¯ Penurunan sekresi insulin ¯



DO : -       Porsi makan klien tidak di habiskan



Glukosa tidak dapat di transfer ke jaringan ¯ Jaringan kekurangan sumber energi ¯ Katabolisme KH,P, dan lemak ↓ Peningkatan produksi benda keton ↓ Nafas berbau aseton ↓ anoreksia ↓ Nutrisi kurang dari kebutuhan



B.        Diagnosa Keperawat



MASALAH



Nutrisi kurang dari kebutuhan



1. Ketidak seimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan produksi urine 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia N O 1.



DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidak seimbangan volume caira n berhubungan dengan peningkatan produksi urine



TUJUAN/KRITERIA HASIL - pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyalahgunaan zat, penurunan jumlah intake ( diet pada status nutrisi). - mendemonstrasikan perilaku, perubahan gaya hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.



JAM



INTERVENSI -



-



-



-



2.



Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia



-



- pasien menunjukan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan kriteria ; pengeluaran urine yang adekuat (batas normal), tanda-tanda vital stabil, tekanan



-



-



Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi Tentukan program diet dan pola makanan pasien dibandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual,muntah, pertahankan puasa sesuai indikasi. Observasi tandatanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat kesadaran, dingin/lembab, denyut nadi cepat, lapar dan pusing. Kolaborasi dalam pemberian insulin, pemeriksaan gula darah dan diet. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortestastik. Kaji pola napas dan bau napas. Kaji suhu, warna dan kelembaban kulit. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan



nadi perifer jelas, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab atau basah.



-



membran mukosa. Pantau intake dan output. Catat berat jenis urine. Ukur berat badan setiap hari. Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai indikasi



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI N O



DIAGNOSA KEPERAWATAN



IMPLEMENTASI



EVALUASI



1.



Ketidak seimbangan volume cai ran berhubungan dengan peningkatan produksi urine



-



-



-



-



2.



Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia



-



Menimbang berat badan setiap hari sesuai indikasi menentukan program diet dan pola makanan pasien dibandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual,muntah, pertahankan puasa sesuai indikasi. mengobservasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat kesadaran, dingin/lembab, denyut nadi cepat, lapar dan pusing. Kolaborasikan dalam pemberian insulin, pemeriksaan gula darah dan diet.



S : Klien mengatakan dalam sehari lebih dari 1x BAK



memantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortestastik. mengkaji pola napas dan bau napas. mengkaji suhu, warna dan kelembaban kulit. mengkaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa. memantau intake dan output. Catat berat jenis urine. mengukur berat badan setiap hari. Kolaborasikan pemberian terapi cairan sesuai indikasi



S : Klien mengatakan belum dapat menghabiskan porsi yang diberikan.



BAB V PENUTUP



O : klien tampak lemah karena sering minta BAK A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi 1



O : makanan klien tidak dihabiskan A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi 1 dan 2



Berdasarkan uraian di atas dan penerapan Asuhan Keperawatan pada klien Tn.”R”dengan Gangguan Sistem Endokrin:  Diabetes Mellitus. Maka dapat dituliskan kesimpulan serta saran sebagai berikut : A.    Kesimpulan Berdasarkan pengkajian ditemukan adanya kesenjangan. Data yang ditemukan dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam kasus yaitu polyfhagia, GJK, disritmia dan takikardia, luka susah sembuh, gangguan kesadaran (letargi, disorientasi, koma, stupor, gangguan memori), kulit gatal, sesak, diare. Sedangkan data yang ditemukan dalam kasus semuanya ditemukan dalam teori.   Setelah penulisan mengevaluasi pada hari pertama sampai hari ketiga perawatan, semua masalah teratasi yaitu ketidak seimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan produksi urine, Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Setelah melakukan asuhan keperawatan selama dua hari didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan evaluasi proses keperawatan. B.     Saran-saran Kepada perawat dalam mengumpulkan data harus menggunakan berbagai sumber dengan menggunakan teknik-teknik wawancara, observasi, pengkajian fisik dan dokumentasi yang akurat dan komprehensif. Dalam menetapkan diagnosa keperawatan harus berdasarkan atas tingkat urgensi masalah yang disesuaikan dengan hirarki kebutuhan menurut maslow, dimana diutamakan halhal/masalah yang dianggap paling mengancam nyawa klien. Dalam menetapkan perencanaan asuhan keperawatan juga perlu kerjasama dengan klien, keluarga klien dan tim kesehatan lainnya, agar penerapan rencana keperawatan benar-benar sesuai dengan kebutuhan klien. Diharapkan kepada perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan tidak hanya berfokus pad a respon klien saja, tetapi berpedoman pada teori sehingga masalah klien dapat teratasi sesuai dengan tujuan.



 



DAFTAR PUSTAKA Baradero, 2009. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC. Baughman, 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakrta : EGC. Christmastuti Nur, 2008. Sarana Deteksi Penyakit Diabetes Dengan Sampel Saliva (Studi Kasus Di Bandung Indah Plaza) http://digilib.itb.ac.id (Online) Diakses 26 Juni 2014. Dinkes Sulsel, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012. Doenges, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan : Jakarta. Liputan6, 2011. Diabetes Melitus, Indonesia Duduki Peringkat ke-4 Dunia. http://health.liputan6.com (Online) Diakses 25 Juni 2014. Marrelli, 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC Rekam Medik BLUD RS Tenriawaru Kabupaten Bone Shadine, 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke, dan Serangan Jantung. Jakarta : Keenbooks. Silbernalg, 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : EGC. Smeltzer, & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal. Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC Tapan, 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta : Elex Media Komputindo. Tobing, 2008. Care Yourself, Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Plus. Yayan Ajuz, 2012. Anatomi Pankreas. http://yayanajuz.com (Online) Diakses 26 Juni 2014. Share