Tugas Makalah Service Excellent (SUCI) - Dikonversi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SERVICE EXCELLENT PELAYANAN KEBIDANAN SPB. 708 SERVICE EXCELLENT Dosen : Fafelia Rozyka Meysetri,S.ST,M.Keb



Disusun Oleh : Nurul Suci Yuki,A.Md.Keb 2007023



PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN SYEDZA SAINTIKA PADANG 2021



KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul ”Service Excellent Pelayanan Kebidanan”. ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa kita pada zaman yang penuh berkah. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan makalah ini, baik dari segi material maupun spiritual, sehingga makalah ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini berisi tentang informasi-informasi Service Excellent dalam pelayanan kebidanan baik pada persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta pengukuran kepuasaan terhadap pelayanan tersebut. Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis sadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini tidak lain berkat bantuan dan bimbingan dari dosen dan teman-teman.



Penulis



menyadari



bahwa



makalah



ini



masih



jauh



dari



kesempurnaan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Dan penulis mohon kritik dan saran yang membangun, selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Padang, Agustus 2021 Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................ 3 1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................................................... 4 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 5 2.1 Pengertian pelayanan kebidanan ......................................................................................... 5 2.2 Pengertian Service Excellent .................................................................................................. 5 2.3 Tujuan dan Manfaat Service Excellent ............................................................................... 6 2.4 Prinsip Prinsip Sevice Excellent............................................................................................ 7 2.5 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Service Excellent ................................................. 7 2.6 Service Excellent pelayanan kebidanan pada ibu dalam Tahapan Persalinan ... 8 2.7 Service Excellent pelayanan kebidanan pada Ibu Nifas ............................................ 16 2.8 Service Excellent pelayanan kebidanan pada Bayi Baru Lahir ............................... 19 2.9 Pengukuran Kepuasaan Pelanggan Terhadap Pelayanan Kebidanan Pada Ibu Dalam Tahap Persalinan,Ibu Nifas Dan Bayi Baru Lahir .................................................. 24 BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 29 3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 29 3.2 Saran .............................................................................................................................................. 29 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................30



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan prima atau service excellence merupakan sebuah bentuk keharusan atau tuntutan dalam industri jasa maupun dagang ketika menghadapi konsumen pelanggan (Endang, 2015). Sejalan dengan amanat Pasal 28H ayat (1) Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Bidan adalah ujung tombak pembangunan keluarga sejahtera dari sudut kesehatan dan pemberdayaan lainnya. Bidan menempati posisi yang strategis karena biasanya di tingkat desa merupakan kelompok profesional yang jarang ada tandingannya. Masyarakat dan keluarga Indonesia di desa, dalam keadaan hampir tidak siap tempur, menghadapi ledakan generasi muda yang sangat dahsyat. Bidan dapat mengambil peran yang sangat penting dalam membantu keluarga Indonesia mengantar anak-anak dan remaja tumbuh kembang untuk berjuang membangun diri



dan nusa bangsanya. Bidan



sebagai tenaga kesehatan memiliki peran



yang sangat sentral dalam pelayanan kesehatan dasar Untuk menanggulangi tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (Suyono, 2012). user Seiring dengan perkembangancommit dalam to pelayanan kesehatan ibu dan anak, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan, bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggungjawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan, nasihat selama masa hamil, masa persalinan, masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan bayi.



Bidan



mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Bidan dapat praktik di berbagai tatanan pelayan, termasuk di rumah, masyarakat, rumah sakit, 1



klinik atau unit kesehatan lainnya. Dalam berinteraksi dengan pasien maka semestinya diberikan pelayanan yang bermutu atau yang sering disebut “Pelayanan Prima”. Sebuah bidan praktik mandiri atau bidan praktik swasta yang mampu membuat pasien untuk berkunjung kembali memanfaatkan jasanya, maka dapat dikatakan pasien tersebut puas atas pelayanan yang diberikan. Karena kepuasan pasien tergantung pada kualitas pelayanan. Pelayanan adalah semua upaya yang dilakukan karyawan untuk memenuhi keinginan pelanggannya dengan jasa yang akan diberikan. Suatu pelayanan dikatakan baik oleh pasien, ditentukan oleh kenyataan apakah jasa yang diberikan bisa memenuhi kebutuhan pasien, dengan menggunakan persepsi pasien tentang pelayanan yang diterima (memuaskan atau mengecewakan, juga termasuk lamanya waktu pelayanan). Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap pasien dari pertama kali datang, sampai pasien meninggalkan tempat. Pelayanan dibentuk berdasarkan 5 prinsip Service Quality yaitu kecepatan, ketepatan, keamanan, keramahan dan kenyamanan layanan. (Suryawati, 2006) Pasien tidak akan kecewa apabila fasilitas dan kinerja pelayanan kesehatannya memuaskan. Kualitas pelayanan kesehatan akan mempengaruhi kepuasan pasien. Menurut Satrianegara dan Saleha (2012) hasil layanan kebidanan salah satunya dinilai dari kepuasaan pasien, indikator kesembuhan, kematian, dan komplikasi. Tingkat kepuasan pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor penentu. Menurut Nursalam (2011) terdapat beberapa faktor penentu kepuasan pasien, antara lain yaitu tangibles (aspek yang terlihat secara fisik misalnya peralatan dan personel), reliability (kemampuan untuk memiliki performa yang bisa diandalkan dan akurat), responsiveness (kemauan untuk merespon keinginan atau kebutuhan akan bantuan dari pelanggan, serta pelayanan yang cepat), assurance (kemauan para personel untuk menimbulkan rasa percaya dan aman kepada pelanggan), empathy (kemauan personel untuk peduli dan memperhatikan setiap pelanggan). Dari latar belakang tersebut dibahas service excellent pelayanan kebidanan kepada ibu dalam fase tahapan persalinan, ibu nifas bayi baru lahir serta pengukuran kepuasaan pelanggan terhadap asuhan tersebut.



2



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini : 1.2.1 Apa itu pengertian pelayanan kebidanan ? 1.2.2 Apa itu pengertian Service Excellent? 1.2.3 Apa itu tujuan dan manfaat Service Excellent? 1.2.4 Bagaimana prinsip prinsip Sevice Excellent? 1.2.5 Apa Saja faktor faktor yang mempengaruhi Service Excellent? 1.2.6 Bagaimana Service Excellent pelayanan kebidanan pada ibu dalam Tahapan Persalinan? 1.2.7 Bagaimana Service Excellent pelayanan kebidanan pada Ibu Nifas? 1.2.8 Bagaimana Service Excellent pelayanan kebidanan pada Bayi Baru Lahir? 1.2.9 Bagaimana pengukuran kepuasaan pelanggan terhadap pelayanan kebidanan pada ibu dalam tahap persalinan,ibu nifas dan bayi baru lahir?



1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan dari makalah ini sebagai berikut: 1.3.1 Untuk mengetahui pengertian pelayanan kebidanan 1.3.2 Untuk mengetahui pengertian Service Excellent 1.3.3 Untuk mengetahui tujuan dan manfaat Service Excellent 1.3.4 Untuk mengetahui prinsip prinsip Sevice Excellent 1.3.5 Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi Service Excellent 1.3.6 Untuk mengetahui Service Excellent pelayanan kebidanan pada ibu dalam Tahapan Persalinan 1.3.7 Untuk mengetahui Service Excellent pelayanan kebidanan pada Ibu Nifas 1.3.8 Untuk mengetahui Service Excellent pelayanan kebidanan pada Bayi Baru Lahir 1.3.9 Untuk mengetahui pengukuran kepuasaan pelanggan terhadap pelayanan kebidanan pada ibu dalam tahap persalinan,ibu nifas dan bayi baru lahir?



3



1.4 Manfaat Penulisan Penulisan makalah ini digunakan sebagai proses membentuk service excellent yang dapat diterapkan dan sebagi pengetahuan tentang pentingnya service excellent yang harus dimiliki seorang bidan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan.



4



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian pelayanan kebidanan Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas (Ardhina, 2018) . Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi : 1.



Layanan Kebidanan Primer adalah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.



2.



Layanan Kebidanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.



3.



Layanan Kebidanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya ke tempat fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horisontal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya. (Ardhina, 2018).



2.2 Pengertian Service Excellent Pelayanan prima (Service Excellent) menurut pengertian “Pelayanan”, yang berarti usaha untuk melayani kebutuhan orang lain atau dari pengertian melayani yang berarti membantu menyiapkan (mengurus) apa yang di perlukan seseorang. Dengan prima atau Excellent yang berarti bermutu tinggi dan memuaskan. Unsur melayani prima sebagaimana dimaksud dengan pelayanan umum, sesuai keputusan Menpan NO. 81/1993, yaitu Kesederhaan, Kejelasan dan kepastian, Keamanan, Keterbukaan, Efisien, Ekonomis, Keadilan yang merata, Ketepatan Waktu (Endang, 2015). 5



Menurut Adya (dalam Soesilowaty, 2005:19) “pelayanan prima adalah kepedulian kepada pelanggan dengan memberikan layanan terbaik”. Pelayanan



prima



(Service



Excellent)



adalah



suatu



pelayanan



yang



terbaik dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain, pelayanan prima merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas. Pelayanan yang memenuhi standar kualitas adalah suatu pelayanan yang sesuai dengan harapan dan kepuasan pelanggan/masyarakat (Maddy, 2009; 8). Definisi mengenai pelayanan prima yang seringkali diungkapkan oleh para pelaku bisnis terdapat dalam buku pelayanan prima (Barata 2003; 27): 1.



Layanan prima adalah membuat pelanggan merasa penting.



2.



Layanan prima adalah melayani pelanggan dengan ramah, tepat, dan cepat.



3.



Layanan



prima



adalah



pelayanan



dengan



mengutamakan



kepuasan



pelanggan. 4.



Layanan prima adalah pelayanan optimal yang menghasilkan kepuasan pelanggan.



5.



Layanan prima adalah menempatkan pelanggan sebagai mitra.



6.



Layanan prima adalah keperdulian kepada pelanggan untuk memberikan rasa puas.



7.



Layanan prima adalah upaya layanan terpadu untuk kepuasan pelanggan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan dari definisi



pelayanan



prima



(service



excellence)



adalah



sebuah



kepedulian



oleh



perusahaan terhadap para pelanggan dengan berusaha memberikan pelayanan sebaik



mungkin



dalam



memenuhi



harapan



dan



kebutuhan



pelanggan,



berdasarkan standard dan prosedur pelayanan untuk mewujudkan kepercayaan pelanggan agar mereka selalu puas, sehingga mewujudkan pelanggan yang memiliki loyalitas tinggi. 2.3 Tujuan dan Manfaat Service Excellent Tujuan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang dapat memenuhi dan memuaskan klien serta memberikan fokus pelayanan kepada pasien/klien. Pelayanan prima akan bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas pelayanan 6



kepada masyarakat sebagai klien dan sebagai acuan pengembangan penyusunan standar pelayanan yang bermutu. 2.4 Prinsip Prinsip Sevice Excellent Pelayanan prima bidang kesehatan terutama dalam kebidanan dikembangkan berdasarkan prinsip 3A. Pertama, kita harus menyajikan Attitude (sikap) yang benar. Kedua, kita harus saling memberikan Attention (perhatian) yg tidak terbagi. Ketiga, semua pelanggan senantiasa mencari action (tindakan) 1.



Pelayanan prima berdasarkan konsep attituide (sikap) meliputi tiga prinsip berikut: a) Melayani pelanggan berdasarkan penampilan yang sopan dan serasi. b) Melayani pelanggan dengan berfikir positip sehat dan logis c) Melayani pelanggan dengan sikap selalu menghargai



2. Pelayanan prima berdasarkan attention (perhatian) meliputi tiga prinsip : a) Mendengar dan memahami secara sungguh-sungguh kebutuhan para pelanggan. b) Mengamati dan menghargai kepada para pelanggannya. c) Mencurahkan perhatian penuh kepada para pelanggan. 3. Pelayanan prima berdasarkan action (tindakan) meliputi lima prinsip : a) Mencatat setiap pesan para pelanggan. b) Mencatat kebutuhan pelayanan c) Menegaskan kembali kebutuhan pelayanan d) Mewujudkan kebutuhan pelanggan e) Menyatakan terima kasih dengan harapan pelanggan masih mau kembali setia untuk memanfaatkan pelayanan 2.5 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Service Excellent Menurut Burhanuddin Gamrin, SKM dan M. Joeharno, SKM, faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Petugas Jumlah petugas merupakan salah satu aspek yang menunjang pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan petugas yang kurang menyebabkan 7



penyelenggaraan pelayanan dilaksanakan tidak maksimal dan kurang memenuhi kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan. Selain itu, petugas sendiri akan mengalami kewalahan dalam menjalankan tugasnya yang pada nantinya akan menurunkan tingkat kemampuan kerja yang diberikan petugas kepada pasien di rumah sakit. 2. Ketanggapan petugas Ketanggapan petugas berhubungan dengan aspek kesigapan dari petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien akan pelayanan yang dinginkan. Tingkat kesigapan dari petugass kesehatan dalam memberikan pelayanan merupakan salahs atu aspek yang mempengaruhi penilaian pasien atas mutu pelayanan yang diselenggarakan. 3. Kehandalan petugas Kehandalan berhubungan dengan tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam menyelenggarakan dan memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Tingkat kemampuan dan keterampilan yang kurang dari tenaga kesehatan tentunya akan memberikan pelayanan yang kurang memenuhi kepuasan pasien sebagai standar penilaian terhadap mutu pelayanan. 4. Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas Fasilitas merupakan sarana bantu bagi instansi dan tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan fasilitas yang memadai akan membantu terhadap penyelenggaraan pelayanan kepada pasien. 2.6 Service Excellent pelayanan kebidanan pada ibu dalam Tahapan Persalinan Pelayanan prima ( service excellent) yang dapat diterapkan bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan berpedoman pada 24 standar pelayanan kebidanan. Penerapan service excellent pada ibu dalam tahapan persalinan ini ada pada Standar Pertolongan Persalinan ( 4 Standar) :



8



1.



Standar 9 (Asuhan persalinan Kala I) Pernyataan standar: Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung Tujuan : Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi Hasilnya : a. Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu bia diperlukan b. Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga kesehatan terlatih c. Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama. Penerapan service excellent yang dilakukan bidan yaitu : Bidan melakukan pertolongan proses persalinan dan kelahiran yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu ibu diijinkan memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran.



2.



Standar 10 (Persalinan Kala II yang aman) Tujuan : Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi Pernyataan standar: Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaann terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Persyaratan: a. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah b. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara bersih dan aman 9



c. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan steril



d. Perlengkapan alat yang cukup Penerapan service excellent yang dilakukan bidan yaitu : 1) Menghargai ibu selama proses persalinan 2) Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran. 3) Memastikan tersedianya ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan, 2 handuk/ kain hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai kemudian), tempat untuk plasenta. (Jika ibu belum mandi, bersihkan daerah perineum dengan sabun dan air mengalir). 4) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga betul-betul kering dengan handuk bersih. (Kuku harus dipotong pendek dan bersih). 5) Bantu ibu untuk mengambil posisi yang paling nyaman baginya. 6) Pada kala II anjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin atau saat kepala bayi sudah kelihatan. (riset menunjukkan bahwa menahan nafas sambil meneran adalah berbahaya, dan meneran sebelum kepala bayi tampak tidaklah perlu. Bahkan meneran sebelum pembukaan serviks lengkap adalah berbahaya). Jika kepala belum terlihat, padahal ibu sudah sangat ingin meneran, periksa pembukaan serviks dengan periksa dalam. Jika pembukaan belum lengkap, keinginan meneran bisa dikurangi dengan memiringkan ibu ke sisi sebelah kiri. 7) Pada kala II, dengarkan DJJ setiap 5 menit setelah his berakhir, irama dan frekuensinya harus segera kembali normal. Jika tidak, cari pertolongan medis. (Jika kepala sudah meregangkan perineum, dan terjadi kelambatan kemajuan persalinan atau DJJ menurun sampai 11100x/menit atau kurang atau meningkat menjadi 180x/menit atau lebih, maka percepat persalinan dengan episiotomi). 8) Hindari peregangan vagina secara manual dengan gerakan menyapu atau menariknya kearah luar (riset menunjukkan hal itu berbahaya). 10



9) Pakai sarung tangan DTT, saat kepala bayi kelihatan. 10)Jika ada kotoran keluar dari rektum, bersihkan dengan kain bersih. 11)Bantu kepala bayi lahir perlahan, sebaiknya antara his (riset menunjukkan bahwa robekan tingkat II dapat sembuh sama baiknnya dengan luka episiotomi; sehingga tidak perlu melakukan episiotomi, kecuali terjadi gawat janin, komplikasi persalinan pervaginam (sungsang, distosia bahu, forcep, vakum) atau ada hambatan pada perineum (misalnya disebabkan jaringan parut pada perineum). 12)Begitu kepala bayi lahir, usap mulut dan hidung bayi dengan kasa bersih dan biarkan kepala bayi memutar (hal ini seharusnya terjadi spontan, sehingga bayi tak perlu dibantu, jika bahu tidak memutar ikuti standar). 13)Begitu bahu sudah pada posisi anterior-pesterior yang benar, bantulah persalinan dengan cara yang tepat. 14)Segera setelah periksa keadaan bayi, letakkan di perut ibu, dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat. 15)Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat diklem di 2 tempat, lalu potong diantara 2 klem dengan gunting tajam steril/ DTT. 16)Letakkan bayi dalam pelikan ibu dan mulai menyusui (riset menunjukkan hal ini penting untuk keberhasilan awal dalam memberikan ASI dan membantu pelepasan plasenta. Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang baik untuk menjaga kehangatan bayi, lalu ibu dan bayi harus diselimuti dengan baik termasuk kepala. Jika bayi tidak didekap oleh ibunya selimuti bayi dengan kain yang bersih dan hangat. Tutupi kepala bayi agar tidak kehilangan panas). 17)Menghisap lendir dari jalan nafas bayi tidak selalu diperlukan. Jika bayi tidak menangis spontan, gunakan penghisap Delee yang sudah diDTT atau aspirator lender yang baru dan bersih untuk membersihkan jalan nafas. 18)Untuk



melahirkan



plasenta,



mulailah



langkah-langkah



untuk



penatalaksanaan aktif persalinan kala III yang tercantum di standar 11. 19)Pada saat plasenta sudah dilahirkan lengkap dan utuh dengan mengikuti langkah-langkah penatalaksanaan aktif persalinan kala III. Lakukan masasse uterus agar terjadi kontraksi dan pengeluaran gumpalan darah. 11



20)Segera sesudah plasenta dikeluarkan, periksa apakah terjadi laserasi pada vagina atau perineum. Dengan menggunakan teknik aseptik berikan anastesi local (1%lidokain). 21)Perkiraan jumlah kehilangan darah secara akurat. 22)Bersihkan perineum dangan air matang dan tutupi dengan kain bersih/ telah dijemur. 23)Berikan plasenta kepada suami/ keluarga ibu. 24)Pastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman. Berikan bayi kepada ibu untuk diberi ASI. 25)Untuk perawatan bayi baru lahir lihat standar 13. 26)Catat semua temuan dengan seksama. 3.



Standar 11 (Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III) Tujuan: Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan kala tiga, mencegah terjadinya atonia uteri dan retensio plasenta. Pernyataan standar : Secara aktif bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga. Hasil : menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang pada persalinan kala tiga, menurunkan terjadinya atonia uteri, menurunkan terjadinya retensio plasenta, memperpendek waktu persalinan kala tiga, dan menurunkan perdarahan post partum akibat salah penanganan pada kala tiga. Prasyarat untuk standar ini: a. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam melahirkan plasenta secara lengkap dengan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala III secara benar. b. Tersedianya peralatan dan perlengkapan untuk melahirkan plasenta, termasuk air bersih, larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi, sabun dan handuk yang bersih untuk cuci tangan, juga tempat untuk plasenta. Bidan seharusnya menggunakan sarung tangan DTT/ steril. c. Tersedia obat-obat oksitosika dan metode yang efektif untuk penyimpanan 12



dan pengirimannya yang dijalankan dengan baik. d. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan obstetric yang efektif. Penerapan service excellent yang dilakukan bidan yaitu : 1) Berikan penjelasan pada ibu, sebelum melahirkan, tentang prosedur penatalaksanaan aktif persalinan kala III. 2) Masukkan oksitosin 10 unit IM ke dalam alat suntik steril menjelang persalian. 3) Setelah bayi lahir, tali pusat diklem di 2 tempat, lalu potong diantara 2 klem dengan gunting tajam steril/ DTT. 4) Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan ganda, jika tidak ada, beri oksitosin 10 unit secar IM (dalam waktu 2 menit setelah persalinan). 5) Tunggu uterus berkontraksi, lakukan PTT sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah punggung ibu dan kearah atas (dorso kranial). Ulangi langkah ini pada setiap ada his. Bila plasenta belum lepas setelah melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala III dalam waktu 15 menit: 6) Ulangi 10 unit oksitosin IM. 7) Periksa kandung kemih, lakukan kateterisasi bila penuh. 8) Beritahu keluarga untuk persiapan merujuk. 9) Teruskan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala III selama 15 menit lagi. 10)Bila sudah terasa ada pelepasan plasenta minta ibu untuk meneran sedikit pada saat tali pusat ditegangkan kearah bawah kemudian keatas sesuai denga kurve jalan lahir sehingga plasaenta tampak pada vulva (jangan mendorong uterus karena dapat mengakibatkan inversion uteri). 11)Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu, pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah jarum jam untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban. 12)Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan, lakuka masasse uterus supaya berkontraksi. 13



13)Sambil melakukan masase fundus uteri, periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan lengkap. 14)Bila plasenta dilahirkan tidak utuh dan lengkap, ikuti standar 20. Jika terjadi atonia uteri atau perdarahan pasca persalinan lihat standar 21. 15)Perkirakan jumlah kehilangan darah secara akurat. 16)Bersihkan vulva dan perineum dengan air matang dan tutup dengan pembalut wanita/ kain bersih/ telah dijemur. 17)Periksa tanda-tanda vital. Catat semua temuan denga seksama. 18)Berikan plasenta pada suami atau keluarga ibu. 19)Catat semua temuan dan perawatan dengan seksama. 4.



Standar 12 (Penanganan Kala 2 Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi) Tujuan: Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum. Pernyataan Standar : Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala dua, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk mmemperlancar persalinan, diikiuti dengan penjahitan perineum. Hasil: Penurunan kejadian asfiksia neonatorum berat dan penurunan kejadian lahir mati pada kala dua. Prasyarat standar ini : a.



Bidan sudah terlatih dalam melaksanakan episiotomi dan menjahit perineum secara benar.



b.



Tersedia sarung tangan/ alat/ perlengkapan untuk melakukan episiotomi, termasuk gunting tajam yang steril/ DTT, dan alat/ bahan yang steril/ DTT untuk penjahitan perineum, (anastesi local misalnya dengan 10 ml lidokain 1% dan alat suntik/ jarum hipodermik steril).



c.



Menggunakan kartu ibu, partograf dan buku KIA.



14



Penerapan service excellent yang dapat diterapkan bidan pada pelayanan ini : 1) Mempersiapkan alat-alat steril/ DTT untuk tindakan ini. 2) Memberitahu ibu tentang perlunya episiotomi dilakukan dan yang akan dirasakannya. 3) Kenakan sarung tangan steril/ DTT. 4) Jika kepala janin meregangkan perineum, anastesi lokal diberikan (pada saat his) masukkan dua jari tangan kiri ke dalam vagina untuk melindungi kepala bayi, dan dengan tangan kanan tusukan jarum sepanjang garis yang akan digunting



(sebaiknya



dilakukan



insisi



medio-



lateral).



Sebelum



menyuntikannnya, tarik jarum sedikit (untuk memastikan jarum tidak menembus pembuluh darah). Masukkan anastesi perlahan-lahan, sambil menarik alat suntik perlahan sehinnga garis yang akan digunting teranastesi. 5) Begitu bayi lahir, keringkan dan stimulasi bayi. Mulai melakukan resusitasi bayi baru lahir jika diperlukan (lihat standar 24). 6) Lahirkan plasenta dan selaput ketuban secara lengkap mengikuti langkahlangkah penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga, sesuai dengan standar 11 periksa perineum untuk menentukan tingkat luka episiotomi, perluasan episiotomi dan/ laserasi. 7) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan, dengan menggunakan teknik aseptic, berikan anastesi lokal (lidokain 1%), lalu jahit perlukaan dan/ laserasi dengan peralatan steril/ DTT (lihat standar 12). 8) Lakukan jahitan sekitar 1 cm di atas ujung luka episiotomi atau laserasi di dalam vagina. Lakukan penjahitan secara berlapis, mulai dari vagina kearah perineum, lalu teruskan dengan perineum. 9) Sesudah penjahitan, lakukan masasse uterus untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik. Pastikan bahwa tidak ada kasa yang tertinggal di vagina dan masukkan jari dengan hati- hati ke rectum untuk memastikan bahwa penjahitan tidak menembus dinding rectum. Bila hal tersebut terjadi, lepaskan jahitan dan lakukan jahitan ulang. Lepaskan sarung tangan yang sudah terkontaminasi. 10)Kenakan sarung tangan yang bersih, bersihkan perineum dengan air matang, buatlah ibu merasa bersih dan nyaman. Periksa apakah perdarahan dari 15



daerah insisi sudah berhenti. Bila perdarahan masih ada, periksa sumbernya. Bila berasal dari luka episiotomi, temukan titik perdarahan dan segera ikat, jika bukan ikuti standar 21. 11)Pastikan agar ibu diberitahu agar menjaga perineum tetap bersih dan kering serta menggunakan pembalut wanita/ kain bersih yang sudah di jemur. Catat semua perawatan dan temuan dengan seksama. Ikuti standar 14 untuk perawatan postpartum. 2.7 Service Excellent pelayanan kebidanan pada Ibu Nifas Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,plasenta,serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu ( Saleha, Siti: 2009: 5). Adapun tujuan dari perawatan nifas ini menurut Siti Saleha (2009: 6) adalah : 1.



Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.



2.



Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.



3.



Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari



4.



Memberikan pelayanan KB



5.



Untuk memulihkan kesehatan umum penderita, dengan jalan : a) Penyediaan makanan yang memenuhi kebutuhan b) Menghilangkan terjadinya anemia c) Pencegahan terhadap infeksi dengan memperhatikan keberhasilan dan sterilisasi d) Selain hal-hal diatas untuk mengembalikan kesehatan umum ini diperlukan pergerakan otot yang cukup, agar tunas otot menjadi lebih baik, peredaran darah lebih lancar dengan demikian otot akan mengadakan metabolisme lebih cepat.



6.



Untuk mendapatkan kesehatan emosi



7.



Untuk mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi



8.



Untuk memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)



9.



Agar penderita dapat melaksanakan perawatan sampai masa nifas selesai, 16



dan dapat memelihara bayi-bayi dengan baik, agar pertumbuhan dan perkembangan bayi normal. Peran Bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut: 1.



Memberikan dukungan yang terus-menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.



2.



Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis.



3.



Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan rasa nyaman (Saleha, Siti: 2009:7) Program dan kebijakan teknik masa nifas menurut Siti Saleha (2009: 9).



Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah – masalah yang terjadi. 1.



Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan) a) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut c) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu d) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir e) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi



2.



Kunjungan 2 ( 6 hari setelah persalinan) a) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca melahirkan c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit 17



e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat 3.



Kunjungan 3 (2 Minggu setelah persalinan) Sama seperti di atas (enam hari setelah persalinan)



4. Kunjungan 4 (6 Minggu setelah persalinan) a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami atau bayinya b) Memberikan konseling untuk KB secara dini Penerapan service excellent yang dapat dilakukan pada ibu dengan masa nifas Berdasarkan 24 standar pelayanan kebidanan ada beberapa standar pelayanan nifas dalam kebidanan yaitu : 1. Standart 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan. Bidan melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal – hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI. 2. Standart 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas. Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu ke enam setelah persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan, atau perujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, Imunisasi 3. Standart 21 : Penanganan perdarahan post partum primer Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan ( perdarahan postpartum primer ) dan segera melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan 4. Standart 22 : Penanganan perdarahan post partum sekunder



18



Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan jiwa ibu dan atau merujuknya 5. Standart 23 : Penanganan sepsis puerpuralis Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerpuralis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya 2.8 Service Excellent pelayanan kebidanan pada Bayi Baru Lahir Service excellent yang dapat diterapkan pada pelayanan kebidanan pada Bayi baru lahir terdapat pada standar 13 pelayanan kebidanan (Perawatan bayi baru lahir)yaitu: Pernyataan Standar : Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan infeksi. Tujuan: Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi. Hasil : Bayi baru lahir menemukan perawatan dengan segera dan tepat. Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik. Tatalaksana Bayi Baru Lahir, meliputi: 1. Asuhan bayi baru lahir pada 0 – 6 jam: a) Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah lahir, dan diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan yang sama. b) Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan dengan ibunya atau di ruangan khusus. c) Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami. 2. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari: 19



a) Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan b) di puskesmas/ pustu/ polindes/ poskesdes dan/atau melalui c) kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan. d) Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu, bayi e) didampingi ibu atau keluarga pada saat diperiksa atau f) diberikan pelayanan kesehatan. Jenis Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir: 1. Asuhan bayi baru lahir Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman. Asuhan Persalinan Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhan bayi baru lahir dapat dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir,dilaksanakan dalam ruangan yang sama dengan ibunya atau rawat gabung (ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, bayiberada dalam jangkauan ibu selama 24 jam). Asuhan bayi baru lahir meliputi: a) Pencegahan infeksi (PI) b) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi c) Pemotongan dan perawatan tali pusat d) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) e) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi. f) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha kiri g) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan h) Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika dosis tunggal i) Pemeriksaan bayi baru lahir j) Pemberian ASI eksklusif



20



2. Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD): Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD. Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan): a) Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin b) Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa menghilangkan vernix, kemudian tali pusat diikat. c) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu dengan Kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi. d) Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan biarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu. e) Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. f) Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal selama satu jam, bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi tetap di dada ibu sampai 1 jam g) Jika bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam 1 jam posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu ibu, dan biarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama 30 menit atau 1 jam berikutnya. Setelah selesai proses IMD bayi ditimbang, diukur, dicap/diberi tanda identitas, diberi salep mata dan penyuntikan vitamin K1 pada paha kiri. Satu jam kemudian diberikan imunisasi Hepatitis B (HB 0) pada paha kanan. 3. Pelaksanaan Penimbangan, Penyuntikan, Vitamin K1, Salep Mata Dan Imunisasi Hepatitis B (HB 0): Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode setelah IMD sampai 2-3 jam setelah lahir, dan dilaksanakan di kamar bersalin oleh dokter, bidan atau perawat. a) Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL. 21



b) Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata (Oxytetrasiklin1%). c) Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan VitaminK1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati. 4. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir: Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya, oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaandilakukan di rumah, ibu atau keluarga dapat mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa. Waktu pemeriksaan bayi baru lahir:Bayi lahir di fasilitas kesehatan .Bayi lahir di rumah Baru lahir sebelum usia 6 jam, Usia 6-48 jam, 3-7 hari Usia 3-7 hari,Minggu ke 2 pasca lahir. Langkah Langkah Pemeriksaan: •



Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidakmenangis).







Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta perut.







Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah memegang bayi.







Pemeriksaan fisik yang dilakukan Keadaan normal Lihat postur, tonus dan aktivitas.







Posisi tungkai dan lengan fleksi.







Bayi sehat akan bergerak aktif.







Lihat kulit wajah, bibir dan selaput lendir,dada harus berwarna merah muda, tanpa adanya kemerahan atau bisul.Hitung pernapasan dan lihat tarikan dinding dada bawah ketika bayi sedang tidak menangis. 22







Frekuensi napas normal 40-60 kali per menit.







Tidak ada tarikan dinding dada bawah yang dalam Hitung denyut jantung dengan meletakkan stetoskop di dada kiri setinggi apeks kordis.







Frekwensi denyut jantung normal 120-160 kali per menit. Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan termometer suhu normal adalah 36,5 -37,5º C.







Lihat dan raba bagian kepala. Bentuk kepala terkadang asimetris karena penyesuaian pada saat proses persalinan, umumnya hilang dalam 48 jam.







Ubun-ubun besar rata atau tidak membonjol, dapat sedikit menonjol saat bayi menangis.







Lihat mata tidak ada kotoran/sekret.







Lihat bagian dalam mulut: Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada bagian yang terbelah.







Pemeriksaan fisik yang dilakukan keadaan normal masukkan satu jari yang menggunakan sarung tangan ke dalam mulut, raba langitlangit.







Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan mengisap kuat jari pemeriksa.







Lihat dan raba perut. Perut bayi datar, teraba lemas.







Lihat tali pusat Tidak ada perdarahan,pembengkakan, nanah, bauyang tidak enak pada talipusat.atau kemerahan sekitartali pusat Lihat punggung dan raba tulang Belakang Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan benjolan pada tulang belakang Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah:







Tidak terdapat sindaktili, polidaktili, siemenline, dankelainan kaki (pes equino varus dan vagus).







Lihat lubang anus. Hindari memasukkan alat atau jari dalam memeriksa anus. Terlihat lubang anus dan periksa apakah mekonium sudah keluar.







Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air besar







Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam setelah lahir.







Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air kecil.







Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina berwarna putih atau kemerahan.







Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada ujung penis. Teraba testis di 23



skrotum. •



Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam 24 jam setelah lahir.







Yakinkan tidak ada kelainan alat kelamin, misalnya hipospadia, rudimenter, kelamin ganda.







Timbang bayi dengan menggunakan selimut, hasil penimbangan dikurangi berat selimut.







Berat lahir 2,5-4 kg.







Dalam minggu pertama, berat bayi mungkin turun dahulu (tidak melebihi 10% dalam waktu 3-7 hari) baru kemudian naik kembali.







Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi







Panjang lahir normal 48-52 cm.







Lingkar kepala normal 33-37cm.



Rawat Gabung Bayi: Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, berada dalam jangkauan ibu selama 24 jam.Berikan hanya ASI saja tanpa minuman ataau makanan lain kecuali atas indikasi medis.Tidak diberi dot atau kempeng.



2.9 Pengukuran Kepuasaan Pelanggan Terhadap Pelayanan Kebidanan Pada Ibu Dalam Tahap Persalinan,Ibu Nifas Dan Bayi Baru Lahir Menurut Philip Kotler, Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan tingkat harapan seseorang (Ardhina, 2018). Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya stetelah pasien membandingkan nya dengan apa yang diharapkan. Kepuasan pasien tergantung pada kualitas pelayanan. Pelayanan adalah semua upaya yang dilakukan karyawan untuk memenuhi keinginan pelanggannya dengan jasa yang akan diberikan. Suatu pelayanan dikatakan baik oleh pasien, ditentukan oleh kenyataan apakah jasa yang diberikan bisa memenuhi kebutuhan pasien, dengan menggunakan persepsi pasien tentang pelayanan yang diterima (memuaskan atau mengecewakan, juga termasuk 24



lamanya waktu pelayanan). Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap pasien dari pertama kali datang sampai selesai (Ardhina, 2018). Dikutip dari jurnal menurut Supranto, perhitungan beberapa pakar menyatakan biaya operasional organisasi layanan kesehatan ternyata dapat meningkatkan sebesar 30-40% jika organisasi layanan kesehatan yang kurang atau tidak bermutu. Adanya ketidakpuasan pasien dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu gagal berkomunikasi, krisis waktu, kualitas produk atau jasa, kualitas atau mutu pelayanan, harga dan biaya. Banyak faktor penyebab ketidakpuasan pasien dalam pelayanan kesehatan, salah satunya yaitu mutu pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan yang baik menjadi penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pasien, sehingga pasien yang puas akan berbagi rasa dan pengalaman dengan yang lain (Ardhina, 2018). Secara umum disebutkan bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat memuaskan pasien, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan. Adapun ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai beberapa hal antara lain (Sondakh, 2013) : 1. Hubungan bidan-pasien (midwife-patient relationship) 2. Kenyamanan pelayanan (amenities) 3. Kebebasan melakukan pilihan (choice) 4. Pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowledge and technical skill) 5. Efektifitas pelayanan (effectivess) 6. Keamanan tindakan (safety) Kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan kode etik dan standar pelayanan profesi, mencakup penilaian antara lain : 1. Hubungan dokter-pasien 2. Kenyamanan pelayanan 3. Kebebasan melakukan pilihan 4. Pengetahuan dan kompetisi teknis 5. Efektifitas pelayanan 25



6. Keamanan tindakan Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan, mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien antara lain: 1. Ketersediaan pelayanan kesehatan 2. Kewajaran pelayanan kesehatan 3. Kesinambungan pelayanan kesehatan 4. Penerimaan pelayanan kesehatan 5. Ketercapaian pelayanan kesehatan 6. Keterjangkauan pelayanan kesehatan 7. Efisiensi pelayanan kesehatan 8. Mutu pelayanan kesehatan Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien, antara lain (Syafrudin, 2011): 1.



Pendekatan dan perilaku petugas terutama saat pertama kali datang



2.



Mutu informasi yang diterima seperti apa yang dikerjakan, apa yang bisa diperoleh



3.



Prosedur perjanjian



4.



Waktu tunggu



5.



Pelayanan lainnya seperti mutu makanan, privasi dan pengaturan kunjungan



6.



Fasilitas umum yang tersedia



7.



Outcome terapi dan perawatan yang diterima



Dimensi Kepuasan pasien dapat dibedakan atas dua macam, yaitu : 1. Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan profesi kebidanan. Penilaian kepuasan pasien mengenai a) Hubungan bidan dengan pasien b) Hubungan antara bidan dengan pasien baik karena kepekaan, kepedulian dan perhatian bidan terhadap pasien yang memungkinkan bidan dapat memberikan penjelasan terhadap semua informasi tindakan yang diperlukan pasien. 26



c) Kenyamanan Pelayanan d) Menyelenggarakan suatu pelayanan yang nayaman. e) Kebebasan melakukan pilihan f) Suatu pelayanan kebidanan yang bermutu apabila kebebasan memilih ini dapat diberikan oleh bidan. g) Pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowledge dan technical skill ) h) Makin tinggi kemampuan teknis bidan akan lebih meingkatakan mutu pelayanan kebidanan. i) Efektifitas pelayanan (effectiveness) j) Makin efektif pelayanan yang diberikan oleh bidan, makin tinggi mutu pelayanannya. 2. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan. Ukuran Pelayanan kebidanan yang bermutu yaitu : 1.



Ketersediaan pelayanan kebidanan



2.



Kewajaran pelayanan kebidanan



3.



Kesinambungan pelayanan kebidanan



4.



Penerimaan Jasa pelayanan kebidanan



5.



Ketercapaian pelayanan kebidanan



6.



Keterjangakauan pelayanan kebidanan



7.



Efisiensi pelayanan kebidanan



8.



Mutu pelayanan kebidanan (Ardhina, 2018). Menurut



Kotler



(2007),



ada



beberapa



macam



metode



dalam



pengukuran kepuasan pelanggan ( dapat digunakan untuk mengukur kepuasaan pelayanan pada ibu dalam tahap persalinan, ibu nifas dan bayi baru lahir) : 1. Sistem keluhan dan saran Organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented) memberikan kesempatan yang luas kepada para pelangganya untuk menyampaikan keluhan dan saran. Misalnya dengan menyediakan kotak saran, kartu komentar, dan hubungan telefon langsung dengan pasien. 27



2. Ghost shopping Mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pengguna layanan potensial, kemudian melaporkan temuanya mengenai kekuatan



dan



kelemahan



pelayanan



dan



pesaing



berdasarkan



pengalaman mereka. 3. Lost customer analysis Pelayanan seyogyanya menghubungi para pasien yang telah berhenti membeli agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi. 4. Survei kepuasan pelanggan Penelitian survey dapat melalui pos, telepon dan wawancara langsung. Responden juga dapat diminta untuk mengurutkan berbagai elemen penawaran berdasarkan baik



derajat



perusahaan



akan langsung



dalam



memperoleh dari



perusahaan



pentingnya



pasien menaruh



setiap



elemen



masing-masing



elemen.



Melalui



survey



umpan



balik



secara



positif



bahwa



tanggapan dan



juga



dan



memberikan



perhatian



28



tanda



terhadap



dan



para



seberapa



pasien.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pelayanan prima adalah pelayanan yang terbaik. Pelayanan prima atau yang sering



dikenal



dengan



excellent



service



merupakan



proses



memberikan pelayanan yang dapat memenuhi dan memuaskan klien serta memberikan fokus pelayanan kepada pasien/klien sebagai upaya meningkatkan kepuasan klien terhadap layanan yang diberikan. Pelayanan prima memberikan dampak positif baik bagi klien maupun bidan dan instansi layanan kesehatan. Pelayanan kebidanan selama tahap persalinan, ibu nifas dan bayi baru lahir dapat diterapkan service excellent berpedoman pada 24 standar pelayanan kebidanan.pelayanan yang prima harus memiliki perhatian yang khusus. Pelayanan prima tidak hanya diketahui dan di pahami oleh tenaga kesehatan, tetapi pelayanan prima harus langsung diaplikasikan. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya stetelah pasien membandingkan nya dengan apa yang diharapkan. Kepuasan pasien tergantung pada kuliatas pelayanan yang diberikan. Pengukuran kepuasan terhadap pasien dapat kita lakukan dengan metode seperti : sitem keluhan dan saran, ghost shopping, lost custumer analysis, survey kepuasaan pelanggan. Ini berguna agar kita dapat meningkatkan pelayanan kita untuk lebih banyak dan memperbaiki kesalahan.



3.2 Saran Pelayanan prima bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat sebagai pelanggan dan sebagai acuan pengembangan penyusunan standar pelayanan. Untuk itu, sebagai seorang bidan kita harus mengutamakan pelayanan prima kepada setiap pasien yang kita tangani.



29



DAFTAR PUSTAKA



Walyani, Siwi, Elisabeth, dkk. (2015). Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press APP, S.Pd, Purwoastuti, Endang, dkk. (2015). Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press Nugraheni, Ardhina. (2018). Ilmu Kebidanan dan Standart Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Healty Sondakh, J, S, Jenny, dkk. (2019). Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Yogyakarta : Salemba Medika https://dinkes.kedirikab.go.id Diakses tanggal 17 Agustus 2021 Azlina.Jurnal Kualitas Pelayanan Prima (Service Excellent)Pada Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam Pasien Kurang Mampu (Studi Di Rsud Kota Tanjungpinang) Diakses tanggal 17 Agustus 2021 http://makalahdoank.blogspot.com/2016/03/makalah-pelayanan-primapelayanan.html Makalah Pelayanan Prima / Pelayanan Terbaik Yang Berkaitan Dengan Tugas Seorang Bidan .2016 Diakses 17 Agustus 2021 Bahan ajar buku asuhan pada masa nifas bogor, mei 2014 Diakses 17 Agustus 2021 https://pdfcoffee.com/24-standar-pelayanan-kebidananlayanan-kebidanan-pdffree.html Diakses 17 Agustus 2021



30



31