Tugas Modul 1.1-A.4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MODUL 1.1.A.4



Pengantar Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP) Mari kita lebih mendalam mengenal konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) dengan menyimak beberapa video menarik tentang, kondisi Pendidikan pada zaman kolonial, perjalanan pemikiran Ki Hadjar Dewantara sejak pembentukan Perguruan Taman Siswa hingga pemikiran-pemikiran KHD tentang bagaimana menjadi manusia merdeka. Anda juga akan lebih jauh memahami 2 (dua) tulisan KHD untuk membangun pemikiran reflektif-kritis Anda. Setelah menyimak video dan membaca 2 (dua) tulisan KHD, Andan membuat sebuah rekaman audio berdurasi 1 hingga 3 menit (maksimum 3 menit) yang memberikan ilustrasi diriAnda sebagai “Pembelajar Merdeka” yang dapat menginternalisasi semboyan “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” Catatan : Pertanyaan :



Potret pendidikan Indonesia sejak zaman kolonial hingga kini Bapak/Ibu CGP, mengawali refleksi filosifis Pendidikan Indonesia, Anda diminta untuk menyimak video "Pendidikan Zaman Kolonial" di bawah ini. Bapak/Ibu CGP dapat melihat perjalanan Pendidikan Indonesia sebelum kemerdekaan dan peran sekolah Taman Siswa sejak pendiriannya di tahun 1922. 



Selanjutnya, silahkan jawablah pertanyaan panduan berikut sebagai refleksi diri terhadap perjalanan Pendidikan Indonesia sebelum Kemerdekaan dan membandingkannya dengan kondisi pendidikan saat ini pada konteks sekolah Anda.  1. Bagian mana yang paling menarik? Mengapa? 2. Apa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari video ini pada zaman Kolonial? 3. Apa persamaan dan perbedaan antara situasi Pendidikan jaman Kolonial dan situasi Pendidikan Indonesia saat ini?



Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!



Catatan : 1. Bagian yang paling menarik dari video adalah pada tahun 1992 lahirlah taman siswa di Yogyakarta sebagai sebuah gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa, taman siswa ada sebagai jiwa rakyat untuk merdeka dan bebas lalu apakah kita sudah merdeka ? alasanya mengapa ? karena dari Taman sebuah tawaran lahirsystem pendidikan indonesia dengan pendidikan bukanlah tujuan, melainkan media untuk mencapai tujuan perjuangan yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batin. Merdeka lahiriah berarti tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik dan lain-lain, sedangkan merdeka batiniah berarti mampu mengendalikan diri dan mandiri dangan tanpa melanggar kemerdekaan orang atau golongan lain. Upaya untuk mendidik kaum muda merupakan syarat utama dalam membebaskan diri dari jeratan penjajah. Pendidikan yang mendasarkan kebudayaan nasional dapat menghindarkan dari kebodohan 2. Tujuan penddikan yang dilihat di Video pada zaman colonial adalah pendiikan digunakan hanya untuk kebutuhan tenaga kerja di perusahaan perusahaan colonial belanda bukan semata-mata ingin memerdekakan masyarakat pribumi demi meningkatkan kesejahteraan hidup mereka namun mereka menyekolahkan mereka agar dapat bekerja untuk belanda 3. Persamaan pendidikan zaman kolonila belanda dengan zaman ini ? a) Pada system belanda, hanya orang-orang penting dan berkuasa yang dapat bersekolah dan orang-orang pribumi tidak dapat kesempatan untuk bersekolah. Kalau pada zaman sekarang semua masyarakat diberikan kesemptaan untuk bersekolah sesuai perekonomian individual b) Pelajar atau guru pada saat colonial dan zaman sekarang sama sama dilindungi walaupun pada zaman colonial Negara kita dalam keadaan perang Perbedaan pendidikan zaman colonial dengan zaman ini a) Adanya kelas kelas sosial dimana keturunan kelas pertama (kulit putih, priayi dan anak anak bangsawan) memiliki sekolah yang berbeda dengan anak bumi putra serta penggunaan bahsanya pun berbeda-beda b) Pendidikan dizaman belanda belum jelas bagaimana kurikulummya, siswanya dan lain-lain yang bias ditemukan c) Pendidikan yang ada pada masa kolonial tidak mencerdaskan, melainkan mendidik manusia untuk tergantung pada nasib dan bersikap pasif



Pertanyaan : (1) mengapa pemerintah hindia belanda memeberikan kelonggran untuk memberikan pendidikan dan pengajaran pada calon mudir dokter jawa pada zaman itu ? (2) Mengapa pada zaman kolonila belanda mengijinkan Kihajar Dewantara untuk membuka Sekolah Taman siswa ? dimana kita ketahui bersama bahwa pada zaman itu Indonesia sedang dijajah ?



Tanggapan Reflektif Terima kasih telah melakukan refleksi  diri terhadap perjalanan Pendidikan Indonesia sebelum Kemerdekaan dan membandingkannya dengan kondisi pendidikan saat ini pada konteks sekolah Anda dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disajikan..  Bapak/Ibu CGP, untuk memahami secara garis besar pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara (KHD). Anda akan mengakses materi-materi yang tersedia dan 2 tulisan Ki Hadjar Dewantara pada halaman berikutnya, untuk memahami pemikiran-pemikiran filosofi pendidikan KHD. Catatan : (1) Dengan adanya konsep pendidikan dan pengajaran yang dibuat mudahahan kita sebagai pendidik mampu merealisasikannya dalam melakasanakan tugas sebagai pendidik sehingga msyarakat indinesia tambah cerdas yang memiliki budi pkerti yang baik (2) Dapat dijadikan sebagai teladan atas perjuangan beliau sehingga kita dapat merasakan pendidikan hingga saat ini Pertanyaan : (1) Proses pembelajaran seperti apa yang digunakan oleh Kihajar dewantara (2) Pemikran tentang teori pendidikan menurut saya luar biasa namun yang menjadi pertanyaan, pernakhkah kihajar melakukan praktek pengajaran di taman siswa dan bagaimana siswa yang di ajar ? (3) Apa yang menyebabkan ki hajar dewantaara bergelut dibidang pendidikan padahal beliau itu sekolah kedokteran ?



Asas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009),  “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”. Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Catatan



:



Makna asas Pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan tanpa didasari nilai-nilai budaya local bangsa kita hanya akan menjadikan bangsa kita menjadi bangsa yang selalu mengikuti bangsa orang lain. Sebab budaya kitalah yang akan menjadi pembeda untuk dapat tampil bersandaing dan bersaing dengan negara lain. Budaya kita yang beranekaragam mengajarkan nilai-nilai kebaikan, kesopanan, dan nilai keagamaan. Hal ini menunjukan kepada kita bahwa ada korelasi antara nilai-nilai kebudayaan nenek moyang kita terhadap terbentuknya system pendidikan kita hari ini sebelum datang para penjajah Azas pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang menjadi Taman Siswa adalah panca darma (kebangsaan, kebudayaan, kemanusiaan, kemerdekaan, kodrat alam). Pertanyaan :



Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat  menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan  tumbuhnya kekuatan kodrat anak” Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani.  Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal. Dalam proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, “waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu”. KHD menggunakan ‘barang-barang’ sebagai simbol dari tersedianya hal-hal yang dapat kita tiru, namun selalu menjadi pertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.



Catatan



:



‘menuntun’ anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Pertanyaan :



Kodrat Alam dan Kodrat Zaman KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama” KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut “Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)



KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya. KHD mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Catatan



:



KHD menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya.



Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam konteks pembelajaran sekarang, ya kita harus bekali siswa dengan kecakapan Abad 21. Budi pekerti juga harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran yang kita lakukan sebagai guru. Guru harus senantiasa memberikan teladan yang baik bagi siswasiswanya dalam mengembangkan budi pekerti Pertanyaan :



Budi Pekerti Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Sedih merupakan perpaduan harmonis antara cipta dan karsa demikian pula Bahagia. Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga menjadi ruang untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan pusat pendidikan lainnya. Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat menjadi tempat untuk berinteraksi sosial antara kakak dan adik sehingga kemandirian dapat tercipta karena anak-anak saling belajar antar satu dengan yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, Peran orang tua sebagai guru, penuntun dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak. Catatan : Pendidikan yang dimaksud oleh Ki Hadjar Dewantara, yakni mempertimbangkan keseimbangan cipta, rasa, dan karsa tidak hanya sebagai proses transfer ilmu pengetahuan namun sekaligus proses transformasi nilai. Sehingga dengan kata lain, pendidikan diharapkan mampu membentuk karakater manusia menjadi manusia yang seutuhnya. Dalam hal lain karakter memiliki istilah sederhana dalam pendidikan budi pekerti, kata karakter berasal dari bahasa inggris character yang artinya watak. Ki Hadjar Dewantara telah jauh berpikir dalam masalah pendidikan karakter, mengasah kecerdasan budi sungguh baik karena dapat membangun budi pekerti yang baik dan kokoh, hingga dapat mewujudkan kepribadian (persoonlijkhheid) dan karakter (jiwa yang berasas hukum kebatinan) budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan



Karya (psikomotor). Sedih merupakan perpaduan harmonis antara cipta dan karsa demikian pula Bahagia. Pertanyaan :



Dasar-Dasar Pendidikan Selanjutnya, untuk lebih memperdalam pemahaman Bapak/Ibu CGP mengenai Filosopi Pendidikan Indonesia KHD, Bapak/Ibu CGP diminta untuk mencermati bahan bacaan berikut. Catatan : - Pendidikan berkewajiban dan berkuasa menebalkan sifat dasar alamiah manusia yang baik hingga menjadi budi pekerti yang apik dan membiarkan segala sifat dasar manusia yang buruk intelegensi manusia dapat diubah oleh pendidikan. Namujn yang tak bias diubah yakni persaan biologis dari manusia. pendidikan sebenarnya pada tiap-tiap keluarga dengan cara mereka sendiri pendidik perlu berpengetahuan luas. Dari ilmu jiwa manusia (psikologi), olahraga (pisik) moral etika, estetika (seni) dan panduan pendidikan yang dinamis. Karena pendidik adalah pengukir manusia yang sedang menjalankan peradaban. -



-



-



-



-



-



pendidikan adalah tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya pendidikan berkewajiban dan berkuasa menebalkan sifat dasar alamiah manusia yang baik hingga menjadi budi pekerti yang apik dan membiarkan segala sifat dasar manusia yang buruk intelegensi manusia dapat diubah oleh pendidikan, berhubungan dengan pikiran dan angan-angan. Namujn yang tak bias diubah yakni persaan biologis dari manusia; marahmarah, senang, takut-berani, malu-percaya diri dan lain-lain oleh karena itu perlu menguasai diri dalam pendidikan budi pekerti. Pendidik perlu jadi contoh yang baik bagi murid atau siswa yang mereka didik dengan budi pekerti tiap –tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berkepribadian)yang dapat mengomandoi diri sendiri. Itulah manusia beradan dan garis besar tujuan pendidikan pendidikan sebenarnya pada tiap-tiap keluarga dengan cara mereka sendiri . pendidikan orang tua pada anaknya karena adanya insting pedagogis, keinginan untuk mendidikanak-anaknya agar seperti apa yang dikehendaki orang tua pendidik perlu berpengetahuan luas. Dari ilmu jiwa manusia (psikologi), olahraga (pisik) moral etika, estetika (seni) dan panduan pendidikan yang dinamis. Karena pendidik adalah pengukir manusia yang sedang menjalankan peradaban



-



pendidik perlu punya cara dalam mendidik. Seperti memberi contoh, pembiasaan pengajaran, apresiasi dan hukuman, laku dan pengalaman lahir bathin



Pertanyaan : Dasar pendidikan yang di cetuskan oleh Ki Hajar Dewantara ini sebenarnya merupakan sebuah pedoman yang harusnya di miliki oleh tenaga pendidik dalam menjalankan tugasnya. Dimana banyak perkara mengenai masalah pendidikan ini muncul akibat kesalahan pendidik dalam menginterpretasikan peseta didiknya. Salah satu contoh mindset yang menjadi sebab kesalahan guru menginterpretasikan adalah terselenggaranya proses belajar mengajar yang terkonstruk bahwasanya keberadaan guru di dalam kelas adalah untuk mengajar dan murid yang diajar, Guru memahami semua pelajaran dan murid adalah gelas kosong yang siap di isi oleh pelajaran. Guru berbicara, murid mendengarkan. Guru memerintah, murid menuruti. Guru memegang hak penuh untuk menentukan apa yang akan di ajarkan dan murid menyesuaikan. Dengan adanya konstruk budaya pendidikan yang seperti ini, maka pendidikan kita secara tidak langsung mendapati sebuah fase dimana menempatkan guru sebagai subjek dan peserta didik sebagai objek. Sedangkan, dasar dari sebuah pendidikan memiliki esensi yang lebih humanis dari pada itu. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yang paling cocok untuk bangsa Timur adalah pendidikan yang bersifat humanis, kebangsaan dan kerakyatan55. Ki Hajar Dewantara dapat menyimpulkan demikian berdasarkan pengalamanya



Metode Montesori, Frobel dan Taman Anak Selanjutnya, untuk lebih memperdalam pemahaman Bapak/Ibu CGP mengenai Filosopi Pendidikan Indonesia KHD, Bapak/Ibu CGP diminta untuk mencermati bahan bacaan berikut. Catatan : Pendidikan menurut metode Montesori ; Mengoptimalkan pada seluruh kemampuan anak melalui stimulasi yang dipersiapkan untuk dapat memberikan stimulus yang maksimal. Model pembelajaran pembelajarannya Montesori berpusat pada anak dan lebih mengedepankan pemberian bekal keterampilan hidup agar anak menjadi pribadi yang mandiri dan siap menghadapi fase-fase kehidupan selanjutnya. Montesori mengembangkan sebuah metode pendidikan anak anak dengan memberi kebebasan pada mereka untuk melakukan kegiatan dan mengatur acara harian Pendidikan menurut metode Fobel : Membantu anak menumbuh kembangkan sendiri talenta-talentanya yang tersembunyi dalam dirinya tanpa pemaksaan dan lewat pengawasan yang ada. Menurut Frobel meletakkan dasar-dasar yang terinci mempersiapkan anak pra sekolah (dibawah 6 tahun)



untuk memasuki dunia pendidikan yang sesungguhnya sangatlah penting. Permainan merupakan metode yang paling cocok dan penting bagi penerapan ekspresi diri lewat metode yang ada untuk membentuk diri yang memungkinkan dia tetap dalam karakternya ketika berhadapan dengan berbagai situasi yang ada diligkungannya sekaligus juga terbuka terhadap pengetahuan yang baru sejauh perlu. Banyak sekali pemikiran dan metoe-metode pendidikan anak prasekolah yang ditawarkan Frobel, masih dipakai hingga saat ini, misalnya seni keterampilan tangan, keahlian dalam konstruksi, menyanyi, kegiatan permainan, bahasan dan lain-lain. Walaupun sudah tidak sama persis tetapi urutan cara berpikir dan konsepnya masih sama Pendidikan Taman Siswa Taman Siswa bisa dikatakan memakai kedua metode tersebut, akan                   tetapi pelajaran panca indra dan permainan akal itu tidak dipisah,                     yaitu dianggap satu. Sebab, dalam Taman Siswa terdapat                 kepercayaan bahwadalamsegalatingkahlakudansegalakehidupan                   anak-anak tersebut sudah diisi Sang Maha Among (Pemelihara)                 dengan segala alat-alat yang bersifat mendidik si anak.



Pertanyaan :



Kerangka pemikiran KHD Bapak/Ibu CGP, untuk memahami secara garis besar Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD), Anda diminta untuk mencermati kumpulan tulisan Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan telah disajikan secara lengkap dalam buku terbitan Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Buku yang diterbitkan pada tahun 1961 tersebut bertajuk “Karya Ki Hadjar Dewantara, Bagian Pertama: Pendidikan”. Beberapa tokoh, misalnya Bartolomeus Samho (2013), juga menuliskan catatannya mengenai pemikiran KHD.  Dalam video berikut, Bapak Iwan Syahril menyampaikan intisari dan interpretasi beliau atas filosofi pendidikan nasional gasan KHD. Catatan : Kemajuan pendidikan diindonesia terlahir dari keprihatinan para pemikir bangsa akan minimnya akses pengetahuan pada zaman colonial belanda. Ilmu Pengetahuan hanya menjadi segelintir orang-orang yang memang sengaja di rekrut oleh pemerintah colonial belanda dengan tujuan untuk memuluskan ambisi mereka untuk terus berkuasa dibumi indoensia. Pendidikan pada saat itu hanya diajarkan dengan tujuan agar anak-anak dapat



membaca, menulis dan berhitung saja. Kelas yang dibentukpun sangat sedikit dan tidak semua anak dapat merasakan suasana belajar tersebut



Pertanyaan :



Tanggapan Reflektif Kritis Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, setelah Anda menonton dan menyimak video penjelasan Filosofis Pendidikan KHD serta membaca tulisan KHD, Anda diminta untuk mem berikan tanggapan refleksi kritis dalam bentuk rekaman audio/video pendek dengan menggunakan kamera telepon pintar Anda dengan durasi 2 menit hingga 3 menit (maksimum 4 menit) yang memberikan ilustrasi diri Anda sebagai “Pembelajar Merdeka” yang dapat menginternalisasi semboyan  “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Tanggapan reflektif-kritis Anda sejatinya memberikan perspektif yang menguatkan anganangan Anda sebagai seorang pendidik dan pembelajar. Berikut ini panduan pertanyaan yang dapat digunakan dalam membuat rekaman refleksi kritis.  1. Apakah intisari pemikiran KH Dewantara tentang pendidikan?   2. Ceritakan proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KH Dewantara? 3. Apa yang akan lakukan agar proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KHD dapat terwujud? 4. Dari konsep pemikiran KHD tersebut, mana yang sudah Anda terapkan? Silahkah unggah hasil rekaman Anda di Google Drive yang Anda miliki, kemudian kirim tautan/link file yang telah diunggah tersebut ke pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS. Catatan : 1. INTISARI PEMIKIRAN KIHAJAR DEWANTARA



-



-



Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan haruslah memerdekakan kehidupan manusia. Pendidikan mesti disandarkan pada penciptaan jiwa merdeka, cakap dan berguna bagi masyarakat. Akar pendidikan Ki Hajar Dewantara menempatkan kemerdekaan sebagai syarat dan juga tujuan membentuk kepribadian serta kemerdekaan batin bangsa Indonesia agar peserta didik selalu kokoh berdiri membela perjuangan bangsanya. Hal itu dikarenakan kemerdekaan menjadi tujuan pelaksanaan pendidikan, maka sistem pengajaran haruslah berfaedah bagi pembangunan jiwa dan raga bangsa. Untuk itu, di mata Ki Hajar Dewantara, bahan-bahan pengajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan hidup rakyat.



-



Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan. Ia menginginkan peserta didik harus mengunakan dasar tertib dan damai, tata tenteram dan kelangsungan kehidupan batin, kecintaan pada tanah air menjadi prioritas. Karena ketetapan pikiran dan batin itulah yang akan menentukan kualitas seseorang.



-



Memajukan pertumbuhan budi pekerti, pikiran merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, agar pendidikan dapat memajukan kesempurnaan hidup. Yakni, kehidupan yang selaras dengan perkembangan dunia tanpa meninggalkan jiwa kebangsaan.



-



Dunia yang terus mengalami perkembangan, pergaulan hidup antar satu bangsa dengan bangsa lainnya tidak dapat terhindarkan. Pengaruh kebudayaan dari luar pun semakin mungkin untuk masuk berakulturasi dengan kebudayaan nasional



2. Proses pembelajaran yang menceriminkan pemikiran Kihajar Dewantara - Menerapkan merdeka belajar yang berorientasi ada siswa atau peserta didik melalui pendekatan atau pendidikan yang holistic. Yakni proses pembelajaran yang membangun tumbuh kembang anak dengan mengembagkan seuluruh potensi yang ada pada diri peserta didik secara seimbang meliputi, intelektual, emosi, fisik, sosial, seni dan potensi spritualnya seiring atau sejalan dengan perkembangan zaman - Mereka belajar Merupakan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya. Berikut proses pembelajaran yang diharapkan terjadi pada manusia yaitu ; a) Manusia Indonesia yang memiliki kekuatan batin dan berkarakter, artinya pendidikan diarahkan untuk berpendirian teguh untuk berpihak pada nilai nilai kebenaran. Jadi budi pekerti adalah istilah yang memayungi perkataan, sikap dan tindakan yang selaras dengan kebenaran ajaran agama, adat-istiadat, hokum positifdan tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan universal b) Manusia Indonesia yang maju pikirannnya adalah yang cerdas kognisinya dan kecerdasan itu membebaskan dirinya dari kebodohan dan pembodohan dalam berbagai jenis bentuknya 3. Yang akan dilakukan agar proses pembelajaran yang mencerminkan KHD dapat terwujud adalah (1) Merencanakan pembelajaran yang berorientasi pada anak (2) Menggunakan metode, model atau tehnik yang dapat menotivasi siswa untuk aktif berinovasi, menyampaikan ide, karya seerta mempu membuat kesimpulan dan evaluasi tentang apa yang telah dipelajari (3) Menerapkan ketedanan dalam pembelajaran dengan memperhatikan trilgi pendidikan kihajar dewatara (inngarso sung tulodi, ingmadya mangun karso dan tutwuri handayani) (4) Mengembangkan cipta, rasa, dan karsa pada pembelajaran (5) Mewujudkan pendidikan profil pelajar Pancasila 4. Dari Konsep pemikiran KHD tersebut yang saya sudah terapkan adalah memerdekakan belajar siswa secara lahiriah dan bathiniah



-



Aktualisasi penguatan pendidikan karakter berbasis kelas, sekolah dan masyarakat Menciptakan limgkungan belajar yang mendukung berpikir kritis dan pemecahan masalah untuk anak Menciptakan pembelajaran dengan memberikan stimulus untuk memotivasi diri anak Menjalin Komunikasi dengan rekan guru lain, kepala sekolah, orang tua serta lingkungan masyarakat untuk mendukung pendidikan yang merdeka



Pertanyaan : 1. Pendidikan yang dilaksanakan sekarang ini adalah pendidikan kurikulum 2013. Apakah konsep pendidikan yang berlaku holistic atau bukan ? jika holistic mengapa perlu kita ubah lagi kurikulum 2013 ini ? 2. Konsep pembelajaran pada umunya harus holistik ? bagaimana kah seharusnya konsep penilaian yang betul betul holistic itu ? apakah sudah sesuai dengan konsep penilaian pada kurikulum 2013 ?



Penutup Dengan mengirimkan hasil tanggapan reflektif kritis baik berupa rekaman audio/video pendek, Anda telah menyelesaikan kegiatan eksplorasi konsep untuk modul 1.1. Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Selanjutnya, untuk lebih memperdalam pemahaman Anda terkait materi, Anda akan berlatih membangun kerangka berpikir dan menyampaikan ide serta gagasan berdasarkan pemahaman dan internalisasi konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) dalam ruang diskusi virtual.  Catatan



:



Sebelum mempelajari kerangka pemikiran pendidikan dari Ki Hajar Dewantara, Banyak para pendidik yang memposisikan anak didik sebagai objek pendidikan dimana anak didik hanya menerima segala sesuatu yang diberikan oleh guru dengan sedikit sekali ruang yang diberikan untuk mengeksplorasi dirinya. Hal tersebut juga saya alami di dalam kelas. Pembelajaran lebih terfokus pada penyampaian guru dalam menuntaskan materi pelajaran sehingga anak didik sedikit sekali memiliki kesempatan untuk membuka dirinya dan berkreasi sesuai dengan kemampuannya. Hal ini tentunya harus diubah setelah mempelajari dengan rinci setiap pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara di dalam proses pengajaran. Setelah mempelajari pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara, ada masukan yang sangat berharga bahwa anak didik seharusnya dijadikan sebagai subjek pendidikan. Apalagi di zaman saat ini dimana keaktifan dan kolaborasi menjadi hal yang sangat mendasar untuk tumbuh kembang pemikiran anak. Seorang pendidik harus dapat menjadikan anak didiknya sebagai pusat pengajaran. Anak didik harus diberikan ruang kebebasan belajar yang luas agar dapat mengeksplorasi kemampuannya dengan tetap di tuntun dan diarahkan oleh pendidik agar tidak kehilangan arah.



Pendidik tidak boleh asyik sendiri dengan kemauannya tanpa melihat potensi kemampuan yang dimiliki oleh anak didik. Setiap potensi yang dimiliki oleh anak didik sekecil apapun harus dapat menjadi modalnya untuk bangkit menjadi generasi terdidik. Hal ini tentunya menjadi pekerjaan baru oleh para pendidik untuk dapat meramu proses pengajaran yang sesuai agar dapat mengimplentasikan pemikiran Ki Hajar Dewantara di dalam ruang belajar anak didik. Dengan begitu, maka cita-cita mewujudkan bangsa yang beradab, berilmu dan berbudaya akan menjadi pekerjaan yang lebih gampang untuk diselesaikan. Semoga dengan adanya kegiatan pendidikan CGP ini maka pendidikan disekolah dapat di laksanakan dengan beroientasi atau berpusat kepada anak, berhamba kepada anak, menghormati keunikan anak sehingga Pendidik mampu menciptakan Merdeka belajar, keleluasaan belajar mengajar, melakukan inovasi dalam pembelajaran, kreatif, mandiri dan percaya diri. Merdeka lahir dan batin sesuai dengan filosofi Kihajar dewantara Pertanyaan :