Tugas POA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) masih menjadi masalah yang serius di Indonesia. AKI di Indonesia menempati urutan tertinggi di ASEAN yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, artinya lebih dari 18.000 ibu tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Upaya penurunan AKI difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu yang terjadi 90 % pada saat persalinan dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan 28 %, eklamsi 24 %, infeksi 11 %, komplikasi purperium 8 %, partus macet 5 %, abortus 5 %, trauma obstetrik 5 %, emboli 3 % dan lain-lain.1 Dinas Kesehatan Propinsi menyebutkan kematian ibu melahirkan meningkat secara angka menjadi 474 kasus dari 450 kasus tahun 2012. Kabupaten Kediri salah satu penyumbang AKI di Jawa Timur sebesar 17 jiwa pada tahun 2013. Kematian ibu yang tercatat yaitu pre eklampsia dan eklampsai 32,4 %, perdarahan 8,1 %, sepsis atau infeksi 5,4%, partus lama 2,7 %, dan lain-lain 51,4 %.2 Mortalitas dan morbiditas wanita hamil dan bersalin masih menjadi masalah besar dan berkembang. Pertama kali di tahun 1987 ditingkat internasional diadakan konferensi tentang kematian ibu di Nairobu, Kenya. Tahun 1994 diadakan pula Internasional Conference On Population And Development (ICPD) di Kairo Mesir, yang menyatakan bahwa kebutuhan kesehatan reproduksi pria dan wanita sangat vital bagi pembangunan sosial dan pengembangan Sumber Daya 1



Manusia (SDM). Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai integral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau oleh masyarakat. Didalamnya termasuk pelayanan kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinan dengan selamat.3 Upaya Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis ” Empat Pilar Safe Motherhood. Program Keluarga Berencana sebagai pilar pertama telah dianggap berhasil, namun untuk mendukung upaya mempercepat penurunan AKI, diperlukan penajaman sasaran agar kejadian “4 terlalu” dan kehamilan yang tak diinginkan dapat ditekan serendah mungkin. Akses pelayanan antenatal sebagai pilar kedua cukup baik, yaitu 87% pada 1997; namun mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Persalinan yang aman segi pilar ketiga yang dikategorikan sebagai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Cakupan pelayanan obstetri esensial sebagai pilar keempat.4 Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.5



2



Kehamilan merupakan proses yang fisiologis, namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologis/abnormal. Risiko kehamilan bersifat dinamis, karena ibu hamil yang normal secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi. Kehamilan risiko tinggi menurut Poedji Rochjati adalah kehamilan dengan satu atau lebih satu faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat.6 Berbagai upaya untuk menurunkan angka kematian ibu diantaranya adalah melalui pelayanan antenatal terpadu yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala selama masa kehamilan. Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal terpadu yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas.7 Pelayanan antenatal terpadu menuntun tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal.7 Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi. Pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas. Pelayanan antenatal sangat diperlukan tiap ibu hamil karena keadaan ibu hamil banyak 3



mempengaruhi



kelangsungan



kehamilan



dan



pertumbuhan



janin



dalam



kandungannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka pelayanan antenatal di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta dan praktik perorangan/kelompok perlu dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu. Upaya promotif, preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif, yang meliputi pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit menular (imunisasi, HIV/AIDS, TB, Malaria, penyakit menular seksual), penanganan penyakit kronis serta beberapa program lokal dan spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan program.8 Sebagian besar kematian ini dapat dicegah melalui pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai, pertolongan persalinan yang bersih dan aman, serta pelayanan rujukan kebidanan/perinatal yang terjangkau pada saat diperlukan.9 Komplikasi sebagian besar dapat dicegah, bila kesehatan ibu hamil selalu terjaga melalui pemeriksaan antenatal yang teratur dan pertolongan yang bersih dan aman dalam Indonesia Sehat 2010 ditargetkan penurunan AKI dan AKB. Salah satu caranya adalah meningkatkan mutu dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu serta perinatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan primer, dapat dilakukan dengan mengembangkan konsep Audit MaternalPerinatal (AMP).10 Pentingnya Ante Natal Care (ANC) terpadu dalam pemeriksaan ibu hamil diharapkan dapat dilakukan sesuai standar minimal asuhan antenatal yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan menyeluruh sehingga mampu 4



mendeteksi dan menangani risiko tinggi pada ibu hamil. Data pada tahun 2018 di PKM Pampang sendiri dengan jumlah pencapaian 174 bumil dari 212 bumil sebagai sasaran target, artinya jumlah capaian ibu hamil PKM pampang pada 2018 yang terpenuhi yaitu 82.08%. Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah pada tutorial klinik ini adalah mengapa angka rujukan ibu hamil risiko tinggi/komplikasi masih belum mencapai target sasaran yang sudah ditentukan. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Menganalisis masalah ibu hamil risiko tinggi/komplikasi



dalam



menjalankan program kesehatan ibu pada wilayah kerja Puskesmas Pampang. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis faktor yang menyebabkan angka ibu hamil risiko tinggi/komplikasi. b. Meningkatkan peran, kesadaran serta pemahaman ibu hamil melalui kegiatan kelompok yang terdapat di masyarakat dalam kesadaran ibu hamil tentang risiko tinggi/komplikasi. c. Mengedukasi tentang pentingnya pencegahan dan deteksi dini risiko tinggi/komplikasi pada ibu hamil.



5



C. Manfaat 1. Bagi Institusi Dapat memperkaya khasanah dunia kerja melalui informasi yang diperoleh dari lapangan sehingga dapat melakukan penyesuaian materi perkuliahan terhadap tuntutan dunia kerja yang pada akhirnya dapat menghasilkan dokter-dokter yang lebih kompetitif. 2. Bagi Puskesmas a. Dapat memberikan informasi, bahan masukan yang bermanfaat dan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam penanganan masalah Program Essensial sehingga dapat memenuhi target pelayanan kesehatan ibu. b. Membantu Puskesmas dalam merencanakan suatu kegiatan atau intervensi kepada ibu hamil. 3. Bagi Masyarakat a. Menumbuhkan kesadaran ibu hamil tentang pentingnya deteksi dini resiko tinggi/ komplikasi. b. mendapatkan informasi tentang ibu hamil resiko tinggi/komplikasi. 4. Bagi Dokter Muda Dokter muda dapat menambah pelajaran praktis klinis lapangan dan membandingkan ilmu yang diperoleh dengan dunia kerja yang sesungguhnya sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi kompetisi pasca pendidikan. 6



BAB II GAMBARAN UMUM PUSKESMAS PAMPANG



A. Wilayah Kerja Puskesmas Pampang



Puskesmas Pampang terletak di Jl. Pampang 2 No.28A dan dipimpin oleh dr. H. Sugiarti Buhani, DPDK. Puskesmas Pampang termasuk dalam wilayah Kecamatan Panakukkang tepatnya di Kelurahan Pampang dengan luas wilayah ± 2,71 km2. Wilayah kerja Puskesmas Pampang terdiri atas tiga kelurahan yaitu : 1.



Kelurahan Pampang



2.



Kelurahan Panaikang



3.



Kelurahan Karampuang



Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : a.



Sebelah utara



: Kelurahan Rappokalling



b.



Sebelah Barat



: Kecamatan Karuwisi



c.



Sebelah Timur



: Kelurahan Panaikang



d.



Sebelah Selatan : Kelurahan Sinrijala



7



Wilayah kerja Puskesmas Pampang terdiri dari sejumlah RW dan RT sebagai berikut: No



Kelurahan



Luas Wilayah



RW



RT



1



Pampang



271 Ha



8



40



2



Panaikang



233 Ha



7



55



3



Karampuang



145 Ha



9



40



Jumlah



659 Ha



24



135



Tabel 1 .Luas Wilayah Kerja dan Jumlah RW, RT Puskesmas Pampang 2012



Puskesmas Pampang memberikan pelayanan kepada pasien rawat jalan dengan pegawai berjumlah 36 orang, yang terdiri dari 26 orang PNS dan 10 orang pegawai magang dengan luas wilayah kerja Kelurahan Pampang 271 Ha, dengan 8 RW dan 40 RT serta jumlah penduduk 18.157 orang, Kelurahan Panaikang dengan luas 233 Ha, dengan 7 RW dan 55 RT serta jumlah penduduk 16.267 orang dan Kelurahan Karampuang 145 Ha, dengan 9 RT dan 40 RW serta jumlah penduduk 10.838 orang.



8



PETA WILAYAH KERJAPUSKESMAS PAMPANG



Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas VISI “Terwujudnya masyarakat yang sehat dan mandiri di wilayah kerja puskesmas pampang melalui penyelenggaraan kesehatan yang optimal”



MISI 1.



Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara profesional yang bermutu, merata dan terjangkau.



2.



Menjalin kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam pelayanan dan pengembangan kesehatan masyarakat.



9



3.



Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan sehingga masyarakat bisa mandiri.



MOTTO “ Untuk anda kami ada, kesembuhan dan kepuasaan adalah kebahagiaan, dari niat ikhlas dan hati yang tulus kami memberikan pelayanan kesehatan”.



B. Keadaan Demografi 1. Luas wilayah



: 659 Ha



2. Jumlah KK



: 10.379 KK



3. Jumlah penduduk



: 45.262 orang (BPS, 2018)



4. Jumlah sarana ibadah



: 19 , terdiri dari:



a. Mesjid



: 14 buah



b. Gereja



: 5 buah



5. Jumlah sarana pendidikan: 29, terdiri dari: a. TK



: 12 buah



b. SD/sederajat



: 13 buah



c. SMP/Sederajat



: 2 buah



d. SMA/Sederajat



: 2 buah



6. Jumlah Posyandu



: 25 buah



7. Jumlah ORW/ORT: a. ORW



: 24



b. ORT



: 172 10



BAB III TINJAUAN PUSTAKA



Sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung yaitu perdarahan, infeksi, eklamsia, persalinan lama dan komplikasi abortus. Kematian ibu juga dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, kedudukan dan peran perempuan, faktor sosial budaya serta faktor transportasi. Hal ini disebut “Tiga Terlambat” (terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan).11



A. Kehamilan Risiko Tinggi 1. Pengertian Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik pada ibu maupun pada janin dalam kandungan dan dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan dan ketidak puasan. Dengan demikian untuk mengahadapi kehamilan atau janin risiko tinggi harus diambil sikap proaktif, berencana dengan upaya promotif dan preventif. Sampai pada waktunya, harus diambil sikap tepat dan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayinya atau hanya dipilih ibunya saja.Keadaan yang dapat meningkatkan risiko kematian ibu secara tidak langsung disebut sebagai faktor risiko, semakin 11



banyak faktor risiko yang ditemukan pada kehamilan maka semakin tinggi pula risikonya.Komplikasi pada saat kehamilan dapat dikategorikan dalam risiko kehamilan, sebanyak 90% penyebab kematian terjadi karena komplikasi obstetric yang tidak terduga saat kehamilan, saat persalinan atau pasca persalinan dan 15% kehamilan diperkirakan berisiko tinggi dan dapat membahayakan ibu dan janin.12 2. Kriteria Kehamilan Berisiko Kehamilan berisiko terbagi menjadi tiga kriteria yang dituangkan dalam bentuk angka atau skor. Angka bulat yang digunakan dalam penilaian yaitu 2, 4 dan 8 pada setiap variabel dan kemudian dijumlahkan menjadi total skor akhir.14Berdasarkan total skor kehamilan berisiko dibedakan menjadi:



a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR)
 Kehamilan risiko rendah dimana ibu seluruh ibu 
 hamil berisiko terhadap kehamilanya untuk ibu hamil dengan kehamilan risiko rendah jumlah skor 2 yaitu tanpa adanya masalah atau faktor risiko. Persalinan dengan kehamilan risiko rendah dalam dilakukan secara normal dengan keadaan ibu dan bayi sehat, tidak dirujuk dan dapat ditolong oleh bidan.12 b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)
 Kehamilan risiko tinggi dengan jumlah



12



skor 6 - 10, 
 adanya satu atau lebih penyebab masalah pada kehamilan, baik dari pihak ibu maupun bayi dalam kandungan yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu atau calon bayi. Kategori KRT memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat.12 c. Kehamilan Risko Sangat Tinggi (KRST)
 Kehamilan risiko sangat tinggi (KRST) dengan 
 jumlah skor ≥ 12. Ibu hamil dengan dua atau lebih faktor risiko meningkat dan memerlukan ketepatan waktu dalam melakukan tidakan rujukan serta pertolongan persalinan yang memadai di Rumah Sakit ditantangani oleh Dokter spesialis.Hasil penelitian menunjukan bahwa KRST merupakan kelompok risiko terbanyak penyebab kematian maternal.12



3. Pengelompokan faktor risiko tinggi kehamilan a. Faktor risiko tinggi menjelang kehamilan. Faktor genetika yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan yang dipengaruhi oleh pendidikan dan sosial.13 b. Faktor risiko tinggi yang bekerja selama hamil atau keadaan yang dapat merangsang kehamilan. Kebiasaan ibu seperti merokok, minum minuman alkohol, kecanduan obat dll. Penyakit yang mempengaruhi kehamilan misalnya hipertensi gestasional, toksemia gravidarum.13



13



c. Faktor risiko saat persalinan.13 d. Faktor risiko pada neonatus.13



4. Batasan Faktor Risiko 13 a. Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO) merupakan banyak faktor atau kriteria – kriteria risiko kehamilan. Ibu hamil primi muda, primi tua, primi tua sekunder, anak terkecil ≤ 2 tahun, Tinggi Badan (TB) ≤ 145 cm, riwayat penyakit, kehamilan hidramnion dan riwayat tindakan ini merupakan faktor fisik pertama yang menyebabkan ibu hamil berisiko.15 1) Primi muda ibu yang hamil pertama kali pada usia≤ 16 tahun, dimana pada usia tersebut reproduksi belum siap dalam menerima kehamilan kondisi rahim dan panggul yang masih kecil, akibat dari ini janin mengalami gangguan. Disisi lain mental ibu belum siap menerima kehamilan dan persalinan. Bahaya yang terjadi jika usia terlalu muda yaitu



premature,



perdarahan



anterpartum,



perdarahan



post



partum.Hasil penelitian disalah satu Rumah Sakit, ibu hamil yang dikategorikan dalam primi muda sangat rendah yakni hanya mencapai angka 1,7%.Faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi persalinan adalah ibu yang berumur < 20 tahun.13 2) Primitua a) Lama perkawinan ibu ≥ 4 tahun dan mengalami 
 kehamilan



14



pertama



setelah



masa



pernikahan



dan



pasangan



tidak



mengguanakan alat kontrasepsi KB. b) Pada umur ibu ≥ 35 tahun dan mengalami kehamilan. Usia tersebut dikategorikan usia tua, ibu dengan usia tersebut mudah terserang penyakit, kemungkinan mengalami kecacatan untuk bayinya dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), cacat bawaan sedangkan komplikasi yang dialami oleh ibu berupa pre-eklamsi, mola hidatidosa, abortus.Menurut hasil penelitian usia ≥ 35 tahun kemungkinan 2,954 kali mengalami komplikasi persalinan. 3) Primi tua sekunder, ibu yang mengalami kehamilan dengan jarak persalinan sebelumnya adalah ≥ 10 tahun. Dalam hal ini ibu tersebut seolah menghadapi kehamilan yang pertama lagi. Kehamilan dapat terjadi pada ibu yang mempunyai riwayat anak pertama mati atau ibu yang mempunyai anak terkecil hidup berumur 10 tahun, serta pada ibu yang tidak menggunakan KB.13 4) Anak terkecil ≤ 2 tahun, ibu yang mempunyai anak pertama terkecil ≤ 2 tahun namun tersebut telah mengalami kehamilan berikutnya. Jarak kehamilan ≤ 2 tahun kondisi rahim belum kembali seperti semula selain itu ibu masih dalam proses menyusui. Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu perdarahan setelah bayi lahir, bayi lahir namun belum cukup umur sehingga menyebabkan berat badan bayi lahir rendah (BBLR) < 2.500.Jarak kehamilan ≤ 2 tahun dan ≥ 5 tahun 15



mempunyai kemungkinan 1,25 kali mengalami komplikasi persalinan, ibu hamil 
 yang pemeriksaan kehamilannya kurang kemungkinan mengalami 0,396 kali komplikasi pada saat persalinan, ibu dengan deteksi dini kehamilan risiko tinggi kategori kurang kemungkinan 0,057 kali mengalami komplikasi persalinan.13 5) Multigrande yaitu Ibu yang pernah mengalami persalinan sebanyak 4 kali atau lebih, komplikasi yang mungkin terjadi seperti anemia, kurang gizi, dan kekendoran pada dinding rahim. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kelainan letak janin, persalinan lama, perdarahan pasca



persalinan,



dan



rahim



robek



pada



kelainan



letak



lintang.Sedangkan grandemultipara adalah ibu yang pernah melahirkan lebih dari 6 kali atau lebih baik bayi dalam keadaan hidup atau mati.13 6) Usia ibu hamil 35 tahun atau lebih . ibu hamil pada usia ini dapat menglami komplikasi seperti Ketuban Pecah Dini (KPD), hipertensi, partus lama, partus macet dan perdarahan post partum. Komplikasi tersebut mungkin dialami oleh ibu hamil pada usia tersebut dikarenakan organ jalan lahir sudah tidak lentur dan memungkinkan mengalami penyakit.Kejadian kehamilan risiko tinggi dipengaruhi oleh umur dan paritas. Kehamilan resiko tiinggi mayoritas berumur ≥ 35 tahun dan terjadi pada grandemultipara.menurut hasil penelitian di Kota Yogyakarta faktor resiko ibu hamil di adalah anemia (33.1%),



16



usia yang terlalu muda dan tua (24.7%), Lila 2 liter).Faktor yang mempengaruihi hidramnion adalah penyakit jantung, spina



bifida,



nefritis,



aomali



kongenital



pada



anak,



dan



hidrosefalus.13
 4) Intra Uteri Fetal Deat (IUFD) dengan tanda-tanda gerakan janin tidak terasa lagi dalam 12 jam, perut dan payudara mengecil, tidak terdengar denyut jantung.14
 5) Hamil serotinus usia kehamilannya ≥ 42 minggu. Pada usia tersebut fungsi dari jaringan uri dan pembuluh darah akan menurun. Maka akan menyebabkan ukuran janin menjadi kecil, kulitnya mengkerut, berat



18



badan bayi saat lahir akan rendah, dan kemungkinan janin akan mati mendadak dalam kandungan dapat terjadi.14 6) Letak sungsang keadaan dimana letak kepala janin dalam rahim berada di atas dan kaki janin di bawah. Kondisi ini dapat menyebabkan bayi sulit bernapas sehinga menyebabkan kematian dan letak lintang. Letak janin dalam rahim pada usia kehamilan 8 sampai 9 bulan melintang, dimana kepala berada di samping kanan atau kiri ibu. Bayi yang mengalami 
 letak lintang tidak bisa melahirkan secara normal kecuali dengan alat bantu. Bahaya yang dapat terjadi apabila persalinan tidak dilakukan dan ditangani secara benar dapat terjadi robekan pada rahim ibu dan ibu dapat mengalami perdarahan, infeksi, syok, dan jika fatal dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan janin.14 c. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO Adanya ancaman nyawa ibu dan bayi yaitu perdarahan antepartum, dan pre-eklasmi atau eklamsi.14



5. Faktor penyebab terjadinya risiko tinggi a. Faktor non medis
 Faktor non medis penyebab terjadinya kehamilan risiko tinggi yaitu kemiskinan, ketidaktahuan, pendidikan rendah, adat istiadat, tradisi, kepercayaan, status gizi, sosial ekonomi yang rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran untuk memeriksakan kehamilan secara teratur,



19



fasilitas dan saranan kesehatan yang serba kekurangan.Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, pendapatan ibu dan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dengan kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK).Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan.14 b. Faktor medis
 Penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik, gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi janin, penyakit neonatus dan kelainan genetik.14



B. Pendapatan Keluarga Salah satu parameter faktor ekonomi adalah pendapatan yang diperoleh dari keluarga. Pendapatan merupakan suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan sampingan dari keluarga. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tingkat kesehatan ibu hamil. Hal ini disebabkan karena biaya penghidupan yang tinggi sehingga ibu hamil harus menyediakan dana yang diperlukan.14 Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis.Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Sesuai dengan keputusan Gubernur Jawa Tengah tentang UMK (Upah Minimum Kota)



20



atau UMR (Upah Minimum Regional).14 Menurut Tinker dan Koblinsky (1994), timbulnya masalah gizi pada ibu hamil dengan kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, konsumsipangan, umur, paritas, dan sebagainya. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA