Tugas Prasejarah Leang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS PRASEJARAH LEANGLEANG



DISUSUN OLEH :



 RIANA INDAH PERTIWI  AUDIA MEITSANI Z.A.TAKKO



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah, Tuhan yang maha kuasa, yang dengan rahmatnya akhirnya tulisan ini dapat kami susun. Dalam penyusunan tulisan ini kami mencoba untuk menyoroti masalah peninggalan sejarah yang kni merupakan sebuah situs yang belum dikenal masyarakat. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini, keberhasilan bukan semata-mata diraih oleh penulis, melainkan diraih oleh berkat dorogan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, kami bermaksud menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini. Dengan penuh kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Bambang sila S.pd. selaku guru pemandu mata pelajaran sejarah, teman-teman seperjuangan memiliki visi perbaikan yang tidak dapat disebut satu persatu. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin



BAB I PENDAHULUAN Sejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar – benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan ( terutama untuk raja –raja yang memerintah). Kata sejarah berasal dari kata syajaratun atau Syajarah dalam bahasa Arab yang artinya pohon atau silsilah. Umumnya sejarah atau ilmu sejarah diartikan sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau . Sebagai cabang ilmu pengetahuan, mempelajari sejarah berarti mempelajari dan menerjemahkan informasi dari catatan – catatan yang dibuat oleh orang perorang, keluarga, dan komunitas. Pengetahuan akan sejarah melingkupi: pengetahuan akan kejadian- kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis. Disulawesi selatan tepatnya di kabupaten maros terdapat tempat yaitu gua leang- leang yang diperkirakan sebagai tempat tinggalnya mausia purbakala sekitar 5000 tahun sebelum masehi. Adapun dua gua tersebut adalah:Leang pettae,terletak pada posisi astronomis 04 58’44.6”LS dan 119 40’30.5”BT dengan ketinggian 50 m dpl. Arah mulut gua menghadap ke sebelah barat dengan ukuran tinggi 8m dan lebar 12m. Suhu di dalam gua sekitar 30 c dengan kelembapan 70% dalam rongga gua,sementara kelembapan dinding gua berkisar antara 15% - 25%. Peninggalan-peninggalan yang di temukan pada gua ini adalah berupa 5 gambar telapak tangan,satu gambar babi rusa,artefak serpih bilah serta kulit kerang yang terdeposit pada mulut gua. Untuk mencapai gua ini kita harus menaiki beberapa tangga yang berjumlah 26 gua. A. TUJUAN PEMBELAJARAN Karena hal tersebut maka kami melakukan penelitin yang bertujuan untuk: - Mempelajari , memahami dan memperdalam wawasan tentang kehidupan manusia dimasa lampau, 500 tahun sebelum Masehi.



- Memahami bagaimana cara masyarakat dulu untuk dapat bertahan hidup.



B.RUMUSAN MASALAH Bagaimanah peran gua leang – leang terhadap kehidupan manusia dimasa lampau. C.HIPOTESIS Setelah melihat taman purbakala gua leang – leang, saya menduga bahwa manusia yang hidup pada 5000 tahun sebelum masehi di gua leang – leang itu sering bersosialisasi dengan cara berpindah dari satu goa ke goa lain,karena didalam gua leang-leang terdapat dua macam dua lagi,yakni leang pettae yang diaman terdapat suku toala yang hidup antara 40 s/d 50 orang,leang pattakere adalah leang yang berada pada tebing bukit yang memiliki kurang lebih 82 anak tangga. D.POKOK-POKOK PENELITIAN Pokok penelitian saya adalah bagaimana proses kehidupan manusia-manusia purba yang hidup di goa leang-leang. E.METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian gua leang-leang adalah: -Wawancara -Melihat langsung ke gua leang-leang -Sumber-sumber bacaan BAB II GUA LEANG – LEANG SEBAGAI TAMAN BUDAYA NASIONAL A. SEJARAH PENEMUAN GUA LEANG – LEANG Sebuah gua dengan stalaktif dan stalakmitnya yang menakjubkan dan apabila kita berada dalam gua tersebut serasa di alam mimpi. Berapa kilometer sebelum jalan berbelok menuju ke Bantingmurung terdapat gua Leang- leang. Gua ini diperkirakan menjadi tempat kediaman manusia



purba yang hidup di daerah ini pada masa 8000 hingga 30.000 tahun yang lalu. Di dalam gua terdapat lukisan tua yang dilukis pada dinding gua yang diperkirakan berusia 5000 tahun SM. Di wilayah ini terdapat sedikitnya 60 gua. Salukan karang adalah gau terbesar di wilayah ini dengan panjang mencapai 11 Km namun tidak semua pengunjung diperbolehkan masuk ke gua ini. Tempat yang dibut juga Taman Prasejarah Leang – Leang ini terletak pada deretan bukit kapur yang curam dan para arkeolog berpendapat bahwa berpendapat bahwa beberapa gua yang terdapat di sekitar kawasan tersebut pernah dihuni manusia yang ditandai dengan lukisan prasejarah berupa gambar babi rusa serta puluhan gambar telapak tangan yang ada pada dinding- dinding gua. Selain lukisan prasejarah, juga terdapat benda laut berupa kerang yang menandai bahwa gua tersebut juga pernah terendam dan dikelilingi oleh laut. Obyek Wisata Alam Gua Pattunuang selain kaya akan stalaktit dan stalakmit yang menakjubkan, juga panorama alam sekitarnya sangat menawan dan indah. Berbagai spesies flora dan fauna yang tergong langkah dapat dijumpai ditambah dengan bentangan pegunungan yang curam dan bertebing. Gua leang-leang mulai dipugar pada tahun 1977 lalu diresmikan 10 Januari 1980 oleh Menteri Dr.Da’Yusuf. Dan dijadikan taman wisata yang dilindungi. B.PARA AHLI MELAKUKAN PENELITIAN DI GUA LEANG-LEANG Gua ini merupakan awal dari penelitian-penelitian terhadap gua-gua prasejarah dan awal penemuan lukisan yang terdapat di kabupaten maros.Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 1950 oleh Van Heeekeren dan Miss Heeren Palm.Heekern menemukan gambar babi rusa yang sedang meloncat yang bagian dadanya terdapat mata panah menancap,sedangkan Miss Heeren Palm menemukan gambar telapak tangga dengan latar belakang cat merah. Sejak itulah penelitian-penelitian dikawasan karst Maros-Pangkep di lakukan lebih intensif dan menghasilkan data yang melimpah tentang jejak hunian prasejarah dikawasan tersebut berdasarkan hasil pendataan



terakhir yang dilakukan oleh balai pelestarian peninggalan purbakala Makassar terdapat 100-an leang prasejarah yang terbesar di kawasan karst Maros-Pangkep. C.PENINGGALAN-PENINGGALAN BUDAYA DI GUA LEANG-LEANG Leang Petta Kere , berada 300 m di sebelah timur Leang Pettae pada posisi 04 58’43.2”LS dan 119 40’34.2”BT. Leangini berada pada ketinggian 45 m dpl dan 10 m dpl. Meskipun berada pada tebin bukit, pada bagian pintu gua yang menghadap ke sebelah barat masih terdapat lantai yang menjorok keluar selebar 1-2 m dan berfungsi sebagai pelataran gua. Leang Petta Kere termasuk gua dengan tipe kekar tiang. Suhu udara di dalam gua sekitar 27 C dengan kelembapan rongga gua sekitar 65% sementara kelembapan dinding gua berkisar antara 17% - 22%. Untuk mencapai gua ini kita harus menaiki anak tangga sebanyak 64 buah. Peninggalan yang ditemukan pada leang ini berupa 2 gambar babi rusa dan 27 gambar telapak tangan, alat serpih bilah dan mata panah. Yang ada didalam gua leang- leang: - Telapak tangan - Gambar babi rusa yang didalamnya terdapat tancapan panah - Gambar babi - Alat – alat anak panah - Kapak dari batu - Oker untuk pewarna merah - Fosil – fosil sisa makanan berupa kulit kerang D. ARTI DAN MAKNA HASIL – HASIL BUDAYA DI GUA LEANG – LEANG Dari penemuan – penemuan yang didapatkan dalam gua leang – leang diperkirakan bahwa manusia yang hidup pada saman itu masih menggunakan alat pemotong tradisional, dan mereka sudah mengenal tentang berburu tapi masih pindah – pindah. Gambar telapak tangan dipercaya sebagai penolak bala roh jahat yang akan menggangu. Babi rusa yang didadanya tertancap panah sebagai simbol saat



berburu biar berhasil. Telapak tangan yang berjari empat di yakini sebagai bentuk turut bergabung jika ada anggota yang meninggal. BAB III ASPEK KEHIDUPAN MASYARAKAT DI GUA LEANG – LEANG A.RELIGI Religi masyarakat di gua leang-leang adalah menganut paham animisme (percaya terhadap roh nenek moyang) serta dinamisme ( percaya terhadap benda-benda gaib). B.POLTIK Mereka diperkirakan hidup berkelompok,dan memiliki kepala suku yang dapat melindungi mereka dan mengatur hidup mereka serta memberikan rasa aman untuk kelompoknya. C.EKONOMI Kelompok yang hidup di goa leang-leang masih sederhana dengan mengandalkan berburu rusa atau babi hutan serta di laut dengan mencari ikan. D.SOSIAL Mereka juga hidup dengan cara berpindah dari gua satu ke goa lain,untuk keamanan dan mencari sumber makanan yang lebih banyak. E.BUDAYA Karena mereka belum berfikir tentang bagaimana hidup lebih baik,mereka Cuma memikirkan bagaimana melindungi anggota lain serta non maden,sehingga budaya mereka cuma bentuk paham sring pindahpindah.Mereka juga sedang menghasilkan alat-alat berburu walaupun terbuat dari batu. BAB IV KESIMPULAN & PENUTUP A.KESIMPULAN Menurut benda – benda yang ditemukan di gua leang – leang bahwa terdapat bentuk kehidupan yang dihuni oleh kelompok – kelompok manusia purba yang diperkirakan mereka hidup 5000 tahun sebelum masehi. Mereka sudah



mengenal cara berburu dan sudah mengenal tentang agama walaupun masih percaya dengan roh nenek moyang ataupun benda – benda gaib seperti pohon besar dan lain – lain yang bentuknya besar dan diperkirakan sudah lama melebihi hidup manusia purba yang hidup di sekitar gua leang – leang



Telapak tangan merah dipercayai sebagai penolak roh jahat yang akan , mengganggu, babi rusa yang didanya tertancap panah sebagai simbol agar saat berburu berhasil dan telapak tangan kurang satu jari dipercayai sebagai bentuk turut bergabung jika ada anggota yang meninggal.



Penemuan kerangka utuh manusia prasejarah yang diduga berusia ribuan tahun. Dilokasi penemuan juga terdapat cap tangan manusia yang berusia 36 ribu tahun. Lokasi penemun sisa – sisa kehidupan prasejarah ini berada di sekitar wilayah gua jarie,yang berada di Wilayah Simbang,Kabupaten Maros,sulsel. “Didalam gua ini terdapt lukisan cap tangan mausia prasejarah yang usianya di duga mencapai 36 ribu tahun lalu,”kata ketua Tim Arkeologi dan Prasejarah



Balai Arkeologi Makassar Budianto Hakim di Makassar.



Warna merah terlihat mendominasi lukisan dinding tersebut.Diperkirakan pewarna yang digunakan terbuat dari yang dapat meresap hingga ke dalam pori-pori batu dan dapat bertahan hingga ribuan tahun. Panorama alam objek wisata ini pun sunggguh menawan. Gugusan tebing batu dengan bentuk yang khas dan unik serta gunung – gunung batu yang kokoh menjulang menampilkan panorama khas landscape karst. Selain menambah pengetahuan tentang peradaban manusi purba, berbagai aktivitas pun dapat di lakukan disini. Di atas hamparan rumput yang hijau atau di tepian sungai yang mengalir jernih di pinggiran tebing, pengunjung pun bisa bersantai menikmati asrinya suasana. Lokasi ini pun cocok untuk kegiatan outbound. Demi menambah kenyamanan pengunjung, di area ini telah dilengkapi dengan rumah adat, baruga, shelter,



toilet, papan interpretasi, serta loket penjagaan.



Taman prasejarah leang- leang terletak pada deretan perbukitan kars/kapur yang curam di kelurahan kallabirang. Kecamatan Bantingmurung, yang dapat ditempuh kurang lebih 1 jam dari kota Makassar menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua kea rah lokasi wisata Bantingmurung. Tidak terlalu sulit menemukan leang petta kere, 15 menit sebelum kelokasi air terjun, ada sebuah petunjuk belok kekiri untuk menuju taman prasejarah Leang – leang. Setelah belok kiri, kami disambut dengan jalan yang berkelok dan cenderung belum rata dengan pemandangan pesawahan samping bukit – bukit terjal dengan diselingi batu – batu besar menjadi hal yang sangat istimewa. Suatu siang yang sangat terika itu sampailah kami di Leang Petta Kere objek Wisata Taman Prasejarah Leang – leang, Kabupaten maros sulsel kami disambut dengan ramah oleh petugas yang menjaga Taman Prasejarah ini. Kami menuju loket dan membeli tiket . Harga tiket tersebut cenderung murah mengigat yang akan kami lihat adalah jejak warisan purbakala yang sangat berharga. Kami dipersilahkan kelilingi untuk menikmati panorama alam bukit – bukit karst yang ada disitu dan jika ingin masuk ke Gua Pettae, kami diminta untuk menginformasikan hal tersebut ke petugas. Karena pintu masuk ke gua pettae di kunci demi keamanan. Didalam gua pettae tersebut keberadaan lukisan prasejarah yang berupa puluhan gambar telapak tangan manusia. Purbakala dan lukisan gambar babi rusa yang sedang melompat ditemukan. Taman Prasejarah Leang – leang ini terlihat terawat dan bersih. Taman ini menyuguhkan hamparan batu – batu hitam tegak menjulang kelangit yang merupakan ciri khusus dari daerah perbukitan karst. Batu – batu hitam tegak tersebut seolah membuat kelompok – kelompok tertentu. Semakin kami dalam dengan menyusuri jalan setapak yang di buat untuk memudahkan para wisatawan, semakin banyak kami menemukan batu – batu hitam tegak menjulang. Ada tempat di mana kami menemukan pohon besar yang rindang di antara batu – batu tersebut, sejenak kami melepas lelah dengan duduk dibawahnya atau pondok – pondok kecil yang sudah disiapkan petugas sambil kita merasakan terpaan semilirnya angin perbukitan karst yang meanambah sensasi dari perjalan kami. Setelah puas menikmati pemandangan tersebut, kami berfoto – foto ria sebelum beranjak ke Gua Pettae. Batu – batu hitam



tegak tinggi menjulang tersebut merupakan latar belakang paling fantastis untuk kami abadikan. Salah satu dari kami memanggil petugas untuk menuju nkoe Gua Pettae. Jalan kearah Gua Pettae tidak terlalu jauh dari taman batu – batu tersebut. Terdapat juga pohon – pohon tinggi menuju ke Gua dan menyebrangi sebuah sungai kecil yang berair jernih. Semakin mendekati gua jalan semakin naik dan melanjak. Gua tersebut berada pada sebuah tebing bukit dan untuk menuju ke pintu gua ,kami harus menaiki tangga besi yang sangat curam setinggi 15 meter. Begitu pintu gua di buka, kami menemukan ruangan yang menjorok ke dalam seperti sebuah pelataran gua selebar kurang lebih 2 hingga 3 m. Kami harus memanjat sebuah batu didepan pelataran gua jika ingin melihat jejak purbakala berupa lukisan puluhan tangan manusia prasejarah dan lukisan babi rusa yang seakan melompat. Kami merasa sangat takjub dengan hal itu, kepada petugas kami juga bisa menanyakan hal – hal detail yang ingin kami ketahui tentang gua ini. Setelah puas dengan jejak purbakala , kami masuk kedam Gua Pettae melalui pelataran gua. Pada ujung gua tersebut ada sebuah cela kecil. Dari celah kecil ini kita bisa melihat keindahan Lokasi Taman Prasejarah Leang - leang dari ketinggian. Taman Prasejarah Leang – Leang, membuat kami seolah - olah tersihir kembali ke zaman purbakala dengan semua jejak – jejak yang ditinggalkan. Sebuah destinasi yang eksotis bagi yang mencintai wisata sejaraah.



Leang dalam bahasa Makassar adalah gua. Pengulungan di sini berarti gua – gua kawasan leang – leang memang terdiri dari banyak gua yang jaraknya relative dekat satu sama lain. Kawasan gua ini terlatak di Taman Nasional Bantingmurung Bulusaraung, tepatnya di Kelurahan Kalabirang Kecamatan Bantingmurung Kabupaten Maros. Sebelum memasuki gua – gua yang ada di kawasan leang – leang anda akan terlebih dahulu di buat takjub dengan batu. Banyak peninggalan Prasejarah yang di temukan di gua ini. Di antaranya adalah gambar gua prasejarah (Rock Painting) berwarna merah di gua Pettae dan Petta Kere. Gambar yang ditemukan berupa gambar babi rusa dan telapak tangan. Selain itu anda juga dapat melihaat berbagai peralatan yang terbuat dari batu,



sisa – sisa makanan berupa tulang hewan Dan kulit kerang. Peninggalan – peninggalan tersebut menunjukkan bahwa gua tersebut merupakan tempat tinggal bagi manusia pada zaman prasejarah. Selain dua gua dengan peninggalan prasejarah, ada beberapa gua lain yang memiliki keunikannya masing – masing. Seperti Leang Bulu Ballang yang menyimpan porselin dan gerabah. Leang Cabu yang sering di jadikan tempat latihan panjat tebing, dan ,Leang Sampeang yang memiliki gambar manusia berwarna hitam.



Taman sejarah leang –leang merupakan sebuah taman batu purbakala yang terletak di kota Maros, Sulsel yang jaraknya bisa di bilang sangat dekat dengan kota Makassar berarti ‘’ GOA’’, pada wisata sejarah yang sudah ada ribuan tahun lalu terdapat 280 batuan karst dengan berbagai ukuran serta goa – goa yang didalamnya terdapat banyak tanda kehidupan pada masa lampau. Mengapa wisata ini wajib dikunjungi saat kita ke sulsel ? Karena lokasinya yang bisa di akses dengan mudah dan dekat dari Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar kita sudah bisa di manjakan dengan pemandangan alam batuan dan goa yang alami entah bagaimana bisa ada batu di tengah – tengah taman seperti itu.



Iatilah karst yang dikenal Indonesia sebenarnya diadopsi dari bahasa Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah ‘krst’ atau ‘krast’ yang merupakan nama suatu kawasan diperbatasan antara Yugoslavia dengan Italia utara, dekat kota Trieste. Biasanya jika banyak ditemukan karst menandakan daerah tersebut sangat subur. Pasalnya, daerah yang banyak terdapat karst mempunyai pasukan ketersediaan air tanah yang banyak dan dibutuhkan untuk kehidupan manusia, baik untuk keperluan sehari – hari maupun untuk pertanian dan perkebunan.



Leang – leang berada di dalam wilayah Taman Nasional Bantingmurung Bulusaraung di daerah Maros Pangkep. Pegunugan karst yang sudah berumur ribuan tahun ini merupakan kawasan Karen terbesar ke dua di dunia setelah Guangzhou di China. Luasnya 43.750 hektar, wilayah ini memiliki 286 goa dengan lebih dari 30 goa prasejarah. NAMA – NAMA ZAMAN DAN CIRI – CIRINYA A. Zaman arkaikum Arkeozpoikum berarti masa kehidupan purba, masa Arkeozpoikum (Arkean) atau arkaikum merupakanmasa awal pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen.



Zaman arkaikum menjadi zaman paling tua yang berlangsung kurang 2.500 juta tahun. Batuan masa ini di temukan di beberapa bagian dunia yang lazim di sebut kraton atau perisai benua. Masa arkaikum merupakan masa kerak bumi terbentuk. Pembetukan kerak bumi yaitu bagian tepi dari ‘’balon bumi’’ (bakal calon bumi) telah dingin. Plate tectonic atau Lempeng tektonik yang menyebabkan gempa itu terbentuk pada masa ini. Lingkungan hidup masa itu tentunya mirip dengan lingkungan disekitar mata air panas Umur batuan tertua yaitu 3.800.000.000 tahun. Masa arkaikum merupakan awal terbentuknya Indrosfer dan Atmosfer serta awal muncul kehidupan primitive di dalam samudra berupa mikroorganisma (bakteri dan ganggang). Fosil tertua yang telah di temukan adalah fosil Stromatolit dan Cyanobacteria dengan umur kira – kira 3.500.000.000 tahun. Pada zaman ini belum ada kehidupan manusia, tumbuhan maupun hewan. Hal ini karena bumu masih dalam kondisi panas. Zaman ini merupakan zaman paling tua dibandingkan zaman lain. Zaman ini terjadi pada sekitar 2.500 juta tahun yang lalu. B. Zaman paleozoikum Zaman ini berarti zaman batu tua. Pada masa ini manusia sudah dapat menggunakan peralatan walaupun masih primitive. Ciri – ciri manusia purba pada zaman ini adalah:  Hidup berkelompok  Mencari makan dari hasil alam sekitar (food gathering) dan berburu  Sering berpindah – pindah tempat untuk mencari lokasi yang dekat dengan sumber mata air. Atau bisa di sebut dengan nomaden



C. Zaman Mesozoikum Zaman mesozoikum artinya yakni zaman batu madya/zaman batu tengah. Ciri – ciri manusia purba pada zaman ini adalah:  Mencari makanan dari hasil alam sekitar (food gathering)  Mencari makanan dengan cara berburu dan menangkap ikan Peninggalan zaman madya ini yaitu berupa coretan pada dinding dua atau leang.



D.Zaman Neozoikum Zaman neozoikum adalah zaman atau muda yang berlansung sekitar 1500 sebelum masehi. Ciri – ciri manusia purba pada zaman ini adalah:  Dari food gathering menjadi food producing yaitu bercocok tanam dan memelihara hewan sebagai ternak mereka yang hasilnya digunakan untuk makan sehari – hari.  Menetap di rumah panggung  Membuat lumbung – lumbung sebagai tempat untuk menyimpan padi dan gabah.



KEBUDAYAAN ZAMAN BATU 1.Paleolithikum (Batu Tua)



Hasil kebudayaan palaelithikum banyak di temukan di daerah pacitan (Jawa Timur) dan Ngandong. Untuk itu para arkeolog sepakat untuk membedakan temuan benda – benda prasejarah di kedua tempat tersebut yaitu sebagai kebudayaan pacitan dan kebudayaan Ngandong. Peninggalan zaman palaelithikum yang ditemukan pertama kali oleh Von Koenigswald tahun 1935 di pacitan dan di beri nama dengan kapak genggam,



karena alaat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam. Kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah sati sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya di biarkan apa adanya sebagai tempat mengenggam. 2.Meolithikum (Batu Tengah)



Zaman mesolitikum adalah zaman yang terjadi pada masa Holosen setelah zaman es berakhir. Pendukung kebudayaannya ialah Homo Sapiens yang merupakan manusia cerdas. Untuk penemuannya berupa fosil manusia purba, Kalimantan, Sulawesi dan Flores. Ciri kebudayaan Mesolithikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan palaelithikum, tetapi pada masa Mesolithikum manusia yang hidup pada zazman tersebut sudah ada yang penetap sehingga kebudayaan Mesolithikum yang sangat menonjol dan sekaligus menjadi ciri dari zaman ini yang di sebut dengan kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris Sous Roche. Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu Kjokken artinya dapur dan Modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian +7 meter dan sudah membatu/menjadi fosil. Kjokkenmoddinger di temukan di sepanjang pantai Timur Sumatra yakni antara Langsa dan Medan Dari bekas – bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan Chopper (kapak genggam palaelithikum). 3. Neolithikum (Batu Muda)



Hasil kebudayaan yang terkenal pada Zaman Neolithikum ini adalah jenis kapak persegi dan kapak lonjong. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang perkembangan kapak tersebut.



Penambang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran besar Lazim di sebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang ukurang kecil di sebut Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat Daerah asal kapak persegi adalah daratan asia masuk ke Indonesia melalui jalur Barat dan daerah penyebarannya di Indonesia adalah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Walaupun kapak persegi berasal dari daratan Asia, tetapi di Indonesia banyak di temukan pabrik/tempat pembuatan kapak tersebut yaitu di lahat (Sumatra Selatan), Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya, Pacitan serta lereng selatan gunung Ijen (Jawa Timur). Pada waktu yang hampir barsaan dengan penyebaran kapak persegi, di Indonesia Timur juga tersebar sejenis kapak yang menampang melintangnya berbentuk lonjong sehingga disebut kapak lonjong. 4.Megalithikum ( Batu Besar)



Kebudayaan Megalithikum merupakan zaman yang dimana alat yang dihasilkan berupa batu besar. Kebudayaan ini merupakan kelanjutan dari Zaman Neolithikum karena dibawa oleh bangsa Deutero Melayu yang datang di Nusantara. Kebudayaaan ini berkembang bersama dengan kebudayaan logam di Indonesia, yakni kebudayaan Dongson. Ada beberapa alat dan bangunan yang dihasilkan pada zaman kebudayaan Megalithikum. B.PENUTUP Taman Prasejarah Leang – leang merupakan objek wisata andalan Kabupaten Maros yang berada tidak jauh dari Taman Wisata Alam Air Terjun Bantingmurung. Leang – leang dalam bahasa local berarti gua. Di sekitar Taman Prasejarah ini terdapat banyak gua yang memiliki peninggalan arkeologis yang sangat unik dan menarik. Pada tahun 1950, Van Heekeren dan Miss Heeren Palm menemukan gambar gua prasejarah (rock painting) yang berwarna merah di gua Pettae dan Petta Kere. Van Heekeren menemukan gambar babi rusa yang sedang meloncat yang di bagian dadanya tertancap mata anak panah,



sedangkan Miss Heeren Palm menemukan gambar telapak tangan wanita dengan cat warna merah. Menutut para ahli arkeologi, gambar atau lukisan prasejarah tersebut sudah berumur sekitar 5000 tahun silam. Dari hasil penemuan itu, mereka menduga bahwa gua tersebut telah di huni sekitar tahun 8000 – 3000 sebelum maseh. Untuk melestarikan dan memperkenalkan gua gua yang merupakan sumber informasi prasejarah tersebut, maka sejak tahun 1980an pemerintah setempat mengembangkannya menjadi tempat wisata sejarah dengan nama Taman Wisata Prasejarah Leang – leang. Saat ini, pemerintah setempat telah merencanakan membangun beberapa sarana da prasana di sekitar tempat wisata tersebut, seperti cottage, baruga (gedung) pertemuan dan saluran air bersih. Taman Prasejarah Leang – Leang yang terletak pada deretan bukit kapur yang curam ini merupakan obyek wisata yang memiliki nilai – nilai sejarah yang sangat menarik. Di tempat ini para pengunjung dapat menyaksikan berbagai macam peninggalan nenek moyang, seperti lukisan prasejarah berupa gambar babi rusa dan puluhan gambar telapak tangan yang melekat pada dinding – dinding gua. Gambar – gambar yang berwarna merah marun tersebut bahan pewarnanya terbuat dari bahan alami yang sulit terapus. Menurut para ahli tangan, gambar telapak tangan tersebut adalah milik salah satu anggota suku yang telah mengikuti ritual potong jari sebagai tanda berduka atas kematian orang terdekatnya. Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan berbagai peralatan yang terbuat dari batu, sisa – sisa makan berupa tulang binatang dan benda – benda laut berupa kulit kerang yang berjumlah banyak. Di salah satu batu di mulut gua terlihat jelas kulit kerang terdapat menempel bersatu dengan batu gua itu. Para ahli memperkirakan bahwa berabad –abad lalu Kabupaten Maros merupakan lautan yang bersatu dengan Laut Jawa. Di Sekitar Taman Prasejarah Leang – Leang juga terbanyak gua – gua lainnya yang memiliki karakteristik berbeda dan menyimpan peninggalan prasejarah dengan masing – masing keunikannya, seperti: Leang Bulu Ballang yang menyimpan sejumlah Mollusca, porselin dan gerabah, serta dinding – dindingnya dapat dimanfaatka sebagai area panjat tebing; Leang Cabu yang sudah sering dijadikan sebagai tempat latihan para pemanjat tebing, dan



dihadapan mulut Leang ini, tampak aktivitas pertambangan batu kapur serta hamparan sawah yang luas; dan Leang Sampeang yang memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimilikimoleh leang lainnya, yaitu terdapat manusia berwarna hitam. Kesemua leang tersebut memiliki jarak yang relati dekat antara satu dengan yang lainnya, sehingga mudah unuk di kunjungi. Dan kalau di teliti secarah keseluruhan di Indonesia yakini pernah ada bentuk kehidupan manusia – manusia purba yang tersebar di Nusantara. Sebagai generasi muda, kita harus lebih berfikir bagaimana cara agar artefak –artefak ini biasa ada dan tetap terjaga sampai anak cucu kita LAMPIRAN  PETA MAROS  PETA BANTINGMURUNG  PETA LOKASI GUA LEANG – LEANG  HASIL DOKUMENTASI SISWA DALAM PENELITIAN