Leang-Leang Maros [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Nidar
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Untuk masuk ke objek wisata Leang Leang, Anda dikenai biaya karcis untuk turis asing : Rp. 10.000/orang, turis lokal: Rp. 3.000/orang, anak sekolah/rombongan : Rp.2.000/orang. Taman Prasejarah Leang-leang terletak di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Leang dalam bahasa lokal berarti gua. Dinamakan demikian sebab banyak sekali gua yang terdapat di taman ini. Di dalam gua-gua tersebut tersimpan lukisan dinding dan perkakas manusia purba. Leang-leang merupakan bagian dari ratusan gua-gua prasejarah yang ada di kawasan perbukitan Cadas (karst) Maros-Pangkep. Istilah



karst



yang



dikenal



di



Indonesia



sebenarnya



diadopsi



dari



bahasa



Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah 'krst' atau 'krast' yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Biasanya jika banyak ditemukan karst menandakan daerah tersebut sangat subur. Pasalnya, daerah yang banyak terdapat Karst mempunyai pasokan ketersediaan air tanah yang banyak dan dibutuhkan untuk kehidupan manusia, baik untuk keperluan sehari-hari maupun untuk pertanian dan perkebunan. Pegunungan Karst yang sudah berumur ribuan tahun ini diakui sebagai kawasan karst terbesar kedua di dunia setelah Guangzhou di China. Meliputi area seluas 43.750 hektar, wilayah ini memiliki 286 goa dengan lebih dari 30 goa prasejarah. Dua arkeolog berkebangsaan Belanda oleh Mister Van Heekeren dan Miss Heeren Palm adalah yang pertama menemukan lukisanlukisan dinding di Gua Pettae dan Petta Kere pada tahun 1950. Di mulut gua yang tingginya mencapai 8 meter dengan lebar 12 meter, terdapat alat serpih bilah, serta kulit kerang. Untuk mencapai gua ini ada 26 anak tangga yang harus ditapaki oleh wisatawan. Lukisan yang terdapat di Gua Pettae berupa lima gambar telapak tangan, satu gambar babi rusa sedang loncat dengan anak panah di bagian dada.



Gambar lima telapak tangan



Gambar Babi rusa



Lukisan tersebut menceritakan kehidupan sosial, seperti aktivitas harian dan sistem kepercayaan yang dianut saat itu. Salah satu gambar telapak tangan diperkirakan sebagai cap telapak tangan milik salah satu anggota suku yang telah mengikuti ritual potong jari. Ritual itu dilakukan sebagai tanda berduka atas kematian orang terdekatnya. Sementara di mulut gua yang tingginya mencapai 8 meter dengan lebar 12 meter, terdapat alat serpih bilah, serta kulit kerang. Untuk mencapai gua ini ada 26 anak tangga yang harus ditapaki oleh wisatawan. Gua Petta Kere yang lokasinya sekitar 300 meter dari Gua Pettae, memiliki semacam teras selebar hingga 2 meter. Di gua ini juga ditemukan dua gambar babi rusa, 27 gambar telapak tangan, alat serpih bilah, dan mata panah. Untuk mencapai gua ini, perlu usaha lebih dengan menapaki 64 anak tangga terlebih dahulu. Gua tersebut diperkirakan telah dihuni sejak sekitar tahun 8.000 – 3.000 SM.



Warna merah terlihat mendominasi lukisan dinding tersebut. Diperkirakan pewarna yang digunakan terbuat dari bahan alami yang dapat meresap hingga ke dalam pori-pori batu dan dapat bertahan hingga ribuan tahun. Di atas hamparan rumput yang hijau atau di tepian sungai yang mengalir jernih di pinggiran tebing, pengunjung pun bisa bersantai menikmati asrinya suasana. Lokasi ini pun cocok untuk kegiatan outbound. Demi menambah kenyamanan pengunjung, di area ini telah dilengkapi



dengan rumah adat, baruga, shelter, toilet, jalur tracking, papan interpretasi, serta loket penjagaan.