Tugas Sistem Pengendalian Manajemen (Pusat Investasi) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PUSAT INVESTASI Mata Kuliah Sistem Pengendalian Manajemen



Disusun Oleh: Mayshella Yaniar Putri



(1811070028)



Sesilia Rukti Pertiwi



(1811070030)



UNIVERSITAS PERBANAS BEKASI 2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PUSAT INVESTASI”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen di Universitas Perbanas Bekasi. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnakan pembuatan makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis.



Bekasi, 15 Oktober 2019



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .....................................................................................................4 1.2 Tujuan ..................................................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN 2.1PusatInvestasi… ....................................................................................................5 2.2StrukturAnalisis……………………………………………………………



5



2.3 Mengukur AktivayangDigunakan ........................................................................8 2.3.1 Kas………………………………………………………………..



8



2.3.2 Piutang .................................................................................................9 2.3.3 Persediaan .............................................................................................9 2.3.4 Modal KerjaSecaraUmum ....................................................................10 2.3.5 Properti, Pabrik,dan Peralatan...............................................................10 2.4 NilaiBuku Kotor...................................................................................................11 2.4.1 Disposisi aktiva .....................................................................................11 2.4.2 PenyusutanAktivitas .............................................................................11 2.4.3 Metode PenilaianyangLain ...................................................................12 2.5 Aset-asetyangDisewagunakan..............................................................................13 2.5.1 AaktivayangMenganggur ......................................................................14 2.5.2 AktivaTidak Berwujud..........................................................................14 2.5.3 KewajibanTidakLancar .........................................................................15 2.5.4 BebanModal ..........................................................................................15 2.6 EVAvs ROI ..........................................................................................................17 2.7 Pertimbangan Tambahan dalamMengevaluasiManajer .......................................20 ii



2.8 Mengevaluasi Kinerja Ekonomisuatau Entitas ....................................................20 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................22 3.2 Saran ....................................................................................................................22 DAFTAR PUSTAKA



ii i



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di beberapa unit usaha, fokus adalah pada laba yang diukur dari selisih antara pendapatan dan beban. Di unit usaha yang lain laba dibandingkan dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Pusat tanggung jawab yang terakhir ini disebut sebagai pusat investasi. Disetujui bahwa pusat investasi adalah jenis istimewa dari pusat laba dan bukan kategori yang terpisah.Tetapi, ada banyak permasalahan yang terlibat dalam mengukur aktiva yang digunakan oleh suatu pusat laba. Jenis aktiva yang mungkin digunakan oleh suatu pusat investasi. Kumpulan aktiva tersebut dinamakan dasar investasi. Kemudian, akan dibahas dua metode yang menghubungkan laba dengan dasar investasi: (1) persentase tingkat pengambilan atas investasi (return on investment-ROI), dan (2) nilai tambah ekonomi ( economic value added-EVA). Akan dijelaskan keuntungan dan persayaratan-persyaratan dari pengguna masing-masing metode untuk mukur kinerja. Yang terakhir, akan dibahas masalah perbedaan dalam mengukur nilai ekonomi dari suatu pusat investasi, sebagaimana dibandingkan dengan manajer yang bertanggung jawab atas suatu pusat investasi. 1.2 Tujuan Suatu tujuan penting dari suatu organisasi bisnis adalah untuk mengoptimalkan tingkat pengembalian atas ekuitas pemegang saham (yaitu nilai sekarang bersih dari arus kas dimasa depan). Sangat tidak praktis untuk menggunakan pengukuran semacem ini guna mengevaluasi kinerja para manajer unit usaha perbulanan atau kuartal. Menghitung tingkat pengembalian adalah pengukuran yang paling baik atas kinerja para manajer unit usaha. Nilai tambah ekonomis (economic value added- EVA) secara konsep lebih unggul daripada tingkat pengembalian investasi (return on investment- ROI) dalam mengevaluasi kinerja para manajer unit usaha.



4



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pusat Investasi Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang basil kerjanya diukur berdasarkan laba dan jumlah investasinya. Ukuran yang digunakan untuk mengukur basil kerja sebuah pusat laba adalah laba karena pusat laba mempunyai wewenang terhadap masukan dan keluarannya.Termasuk dalam kelompok masukan adalah investasi. Dengan demikian, pusat laba sebenarnya juga merupakan pusat investasi. Dalam buku ini pembahasan pusat laba dan pusat investasi dilakukan secara terpisah demi mudahnya pemahaman oleh pembaca. Dalam unit usaha yang lain, laba dibandingkan dengan aset yang diguna-kan untuk meraih laba tersebut. Kami menyebut pusat tanggung jawab yang terakhir sebagai pusat investasi dan dalam bab ini, kita akan membahas masalah-masalah pengukuran yang terjadi dalam pusat tanggung jawab semacam ini. Pertama kita akan membahas masing-masing jenis aset yang mungkin digunakan dalam suatu pusat investasi. Kumpulan aset-aset tersebut dinamakan sebagai basis investasi. Kemudian kita akan membahas dua metode yang menghubungkan laba dengan basis investasi: (1) persentase tingkat pengembali-an investasi/return on investment (ROI), dan (2) nilai tambah ekonomi/economic value added (EVA). Kami akan menjelaskan keuntungan dan persyaratan-persyaratan dalam menggunakan masing-masing metode untuk mengukur kinerja. Yang terakhir, kita akan membahas masalah perbedaan dalam mengukur nilai ekonomi dari suatu pusat investasi, dibandingkan dengan bila kita mengevaluasi manajer yang berwenang dalam suatu pusat investasi.



2.2 StrukturAnalis Tujuan pengukuran penggunaan aset merupakan hal yang sama dengan tujuan pusat laba, yaitu:



5



-



Untuk memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan penting mengenai aset yang digunakan dan untuk memacu para manajer untuk membuat keputusan yang menyalurkan kepentingan perusahaan.



-



Untuk mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas usaha. Dalam analisis kita mengenai perlakuan alternatif bagi aset dan per-bandingan ROI



dan EVA dua cara dalam menghubungkan laba dengan aset yang digunakan kita sangat tertarik pada bagaimana alternatif-alternatif tersebut dapat mencapai kedua tujuan di atas dalam menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan penting dan mengukur kinerja ekonomi suatu unit usaha. Dengan memfokuskan diri pada laba tanpa mempertimbangkan aset yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut tidaklah cukup untuk proses pengendalian. Kecuali untuk beberapa jenis organisasi jasa tertentu, di mana jumlah modalnya tidak signifikan, tujuan penting dari sebuah perusahaan yang berorientasi pada laba adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian (return) yang, memuaskan atas modal yang digunakan. Laba sebesar $1 juta dalam sebuah perusahaan yang memiliki modal $10 juta tidak mencerminkan kinerja yang baik dibandingkan dengan laba sebesar $1 juta dari perusahaan yang memiliki modal sebesar $5 juta, dengan asumsi kedua perusahaan menghadapi risiko yang sama. Kecuali jumlah aset yang digunakan ikut diperhitungkan, pihak manajemen senior akan sulit membandingkan kinerja laba dari suatu unit usaha dengan unit usaha yang lain atau dengan unit yang sama pada perusahaan lain. Membandingkan perbedaan laba yang mencolok tidak akan berarti jika unit usaha mengguna-kan sumber daya yang berbeda; dengan kata lain, makin banyak sumber daya yang digunakan, seharusnya makin besar laba yang diperoleh. Perbandingan semacam ini digunakan untuk menilai kinerja para manajer unit usaha dan untuk memutuskan cara pengalokasian sumberdaya. Umumnya, para manajer unit usaha memiliki dua sasaran kinerja. Pertama, mereka harus menghasilkan laba yang cukup dari sumber daya yang digunakan. Kedua, mereka dapat menggunakan sumber daya tambahan hanya jika penggunaan tersebut menghasilkan return yang memadai. (Sebaliknya, mereka harus menghentikan penggunaan jika laba tahunan yang diharapkan lebih rendah daripada kas yang dapat direalisasikan dari penjualannya). Tujuan dari menghubungkan laba dengan investasi adalah untuk memotivasi para manajer unit usaha untuk mencapai sasaransasaran tersebut di atas. Seperti yang akan kita lihat nanti, terdapat



6



Hambatan hambatan yang signifikan dalam membuat suatu sistem yang fokus pada aset yang digunakan sebagai tambahan fokus pada laba. Gambar 6-1 merupakan laporan keuangan unit usaha yang sederhana yang akan kita gunakan dalam analisis ini. (Demi kemudahan, pajak penghasilan diabaikan pada gambar ini dan diabaikan dari pembahasan pada bab ini. Memasukkan unsur pajak penghasilan akan mengubah ketepatan perhitungan, tetapi tidak akan mengubah kesimpulan). Gambar tersebut menunjukkan dua cara dalam menghubungkan laba dengan aset yang digunakan yaitu, melalui ROI dan EVA. Tingkat



pengembalian



investasi



(ROD



adalah



suatu



rasio



perbandingan,



Pembilangnya (numerator) adalah pendapatan yang dilaporkan pada laporan keuangan, Dan penyebutnya (denominator) adalah aset yang digunakan. Dalam Gambar 6-1, yang merupakan penyebut adalah modal perusahaan pada unit usaha. Jumlah tersebut dihasilkan dari jumlah kewajiban tak lancar (noncurrent liabilities) ditambah dengan ekuitas pemegang saham dalam neraca dari perusahaan terpisah. Hal ini, secara matematis, adalah sama dengan total aktiva dikurangi kewajiban lancar (current liabilities), dan sama dengan aktiva tidak lancar (noncurrent asset) ditambah modal kerja (working capital), (Pernyataan ini dapat diperiksa dengan mudah bila menggunakan angka-angka yang terdapat dalam Gambar6-1). GAMBAR 6-1 Laporan Keuangan Unit Usaha Neraca (dalam ribuan $)



Aset lancar



Kewajiban Lancar



Kas



$ 50



Utang



$ 90



Piutang



150



Kewajiban lancar lainnya



110



Persediaan



200



Total aset lancar



400



Total Kewajiban Lancar



200



Equitas Perusahaan



500



Aset tetap Biaya Depresiasi Nilai buku Total aset



$ 600 -300 300 $700



Total Equitas



7



$700



Laporan Laba Rugi



Pendapatan



$1.000



Pengeluaran, diluardepresiasi



$850



Depresiasi



50



Pendapatan sebelum pajak



900



Beban Modal ($500 x 10%)



100



Economic value added (EVA)



50



Return on investment (ROI) = $100/$500 = 20%



50



Nilai tambah ekonomi (EVA) adalah jumlah uang, bukan rasio.EVA dapat diperoleh dengan mengurangkan beban modal (capital charge) dari laba bersih operasi (net operating profit).Beban modal diperoleh dari perkalian antara jumlah aset yang digunakan dengan suatu tingkat tarif (rate), yang dalam Gambar 6-1 besarnya 10 persen. Kita akan membahas derivasi dari rate ini pada bagian berikutnya.



2.3 Mengukur Aktiva yangDigunakan Dalam memutuskan dasar investasi apa yang akan di gunakan untuk mengevaluasi pusat investasi, kantor pusat menanyakan dua hal : pertama, praktik-praktik apa saja yang akan membuat para manajer unit usaha menggunakan aktiva mereka dengan efisien dan untuk mendapatkan jumlah dan jenis yang tepat dari aktiva baru? Kedua, praktik-praktik apa saja yang paling baik mengukur kinerja suatu entitas ekonomi? 2.3.1 Kas Hampir semua perusahaan mengendalikan kas secara terpusat karena pengendalian pusat memungkinkan pengguna saldo kas yang lebih kecil daripada jika setiap unit usaha memegang saldo kas yang dibutuhkannya untuk menyeimbangkan perbedaan anatara arus kas



8



masuk dan arus kas keluar. Saldo kas unit usaha mungkin hanya akan merupakan “selisih” antara penerimaan dan pengeluaran harian. Akibatnya, saldo kas aktual pada tingkat unit usaha cenderung jauh lebih kecil dibandingkan dengan saldo kas yang diperlukan, jika unit usaha merupakan suatu perusahaan independen. Oleh karna itu, banyak perusahaan yang menggunakan rumus untuk menghitung kas yang akan dimasukan dalam dasar investasi. Satu alasan untuk memasukan kas pada jumlah yang lebih besar dari pada saldo yang biasanya di pegang oleh suatu unit usaha adalah bahwa jumlah yang lebih besar ini diperlukan untuk memungkinkan perbandingan dengan perusahan luar. Hanya jika kas aktual ditunjukan, tingkat pengambilan dari unit internal akan terlihat sangat tinggi dan dapat menyesatkan manajemensenior. Beberapa perusahan mengabaikan unsur kas dalam dasar investasi. Alasanya adalah bahwa karena jumlah kas tersebut mendekati kewajiban lancar (current liabilities). Jika demikian halnya, jumlah piutang dan perusahaan akan mendekati jumlah modal kerja (working capital). 2.3.2 Piutang Manajer unit usaha dapat mempengaruhi tingkat piutang secara tidak langsung, melalui kemapuan mereka untuk menghasilkan penjualan, dan secara langsung, melalui penetapan persyaratan kredit dan persetujuan atas kredit individual dan batas kredit, serta melalui wewenang mereka dalam menaggih kredit yang telah jatuh tempo. Demi kemudahan, unsur piutang sering dimasukan pada saldo aktual di akhir periode, meskipun rata-rata antar periode secara konsep merupakan ukuran yang lebih baik atas jumlah yang seharusnya dikaitkan dengan laba. 2.3.3 Persediaan Persedian biasanya diperlukan sama seperti piutang yaitu, dicatat pada jumlah akhir periode meskipun rata-rata antar periode lebih baik secara konsep. Jika perusahaan menggunakan (last in first out-LIFO) untuk tujuan akutansi keuangan, maka metode penilaian lain biasanya digunakan untuk pelaporan laba unit usaha, karena saldo persedian LIFO cenderung sangat rendah pada periode terjadinya inflasi.



9



Jika persedian barang dalam proses (work-in-process) didanai melalaui pembayarab di muka (advance payment) atau pembayaran cicilan (progress payment) dari konsumen, seperti yang biasa terjadi jika barang tersebut membutuhkan waktu produksi yang lama. Pembayaran tersebut akan dikurangi dari jumlah persedian kotor (gross inventory amounts), atau di laporkan sebagaikewajiban. Beberapa perusahaan mengurungkan utang usaha dari persedian dengan dasar bahwa utang mencerminkan pendanaan atas sebagian persedian oleh pemasok, tanpa biaya untuk unit usaha.Modal perusahaan yang dibutuhkan untuk persediaan adalah hanya sebesar selisih antara jumlah persediaan kotor dan utang. Di lain pihak, menunda pembayaran akan mengurangi aktiva lancar bersih (net current asset) yang mungkin bukan merupakan kepentingan perusahaan, karena hal tersebut akan membahayakan peringkat kredit ( credit raiting). 2.3.4 Modal Kerja secaraUmum Seperti yang dapat dilihat, perlakuan atas modal kerja sangatlah bervariasi.Pada satu sisi, perusahaan memasukan seluruh aktiva lancar ke dalam dasar investasi dengan tidak mengeliminasi kewajiban lancar. Metode tersebut adalah beralasan dari sudut pandang motivasional jika unit-unit usaha tidak dapat mempengaruhi utang atau kewajiban lancar lainnya. Tetapi, metode tersebut menyatakan terlalu tinggi (overstate) jumlah modal korporat yang diperlukan untuk mendanai unit usaha, karena kewajiban lancar merupakan sumber modal, sering kali dengan biaya bunga sama dengan nol. Di lain pihak seluruh kewajiban lancar dapat dikurangi dari aktiva lancar. Metode ini menyediakan ukuran yang baik atas modal yang disediakan oleh perusahaan, untuk mana perusahaan mengharapkan agar unit usaha memperoleh pengembalian.Tetapi, hal tersebut mungkin mengimplikasikan bahwa para manjer unit usaha bertanggung jawab atas beberapa kewajiban lancar untuk mana para manajer tersebut tidak memiliki kendali. 2.3.5 Properti Pabrik danPeralatan Dalam akuntansi keuangan, aktiva tetap awalnya dicatat pada biaya perolehan, dan biaya ini dihapuskan sepanjang umur ekonomis aktiva melalui penyusutan. Hampir semua perusahaan menggunakan pendekatan yang sama dalam mengukur profitabilitas atas dasar



10



aktiva dari unit usaha. Hal ini menyebabkan permasalahan serius dalam penggunaan system tersebut untuk tujuan yang dimaksudkan. 2.4 Nilai Buku Kotor Fluktuasi dalam EVA dan ROI dari tahun ke tahun dapat dihindari dengan memasukan unsur aktiva yang dapat disusutkan (depreciable asset) dalam dasar investasi pada nilai buku kotornya (groos book value), dan bukan nilai buku bersih (net book value). Kedua angka tersebut menandakan bahwa Profabilitas unit usaha tersebut menurun, yang pada kenyatanya, tidak benar. ROI yang di hitung berdasarkan nilai buku kotor akan selalu menyatakan terlalu rendah tingkat pengambilan sebenarnya. 2.4.1 Disposisi Aktiva Jika satu mesin baru dianggap akan menggantikan mesin yang telah ada dan yang masih memiliki nilai buku yang belum disusutkan, diketahui bahwa nilai buku tersebut tidak relevan dalam analisis ekonomi atas usulan pembelian (kecuali bahwa secara tidak langsung hal tersebut mempengaruhi pajak penghasilan). Tetapi, menghilangkan nilai buku dari aktiva lama dapat mempengaruhi perhitungan profabilitas unit usaha secara subtansional. Nilai buku kotor akan meningkat hyanya sebesar selisih antara nilai buku bersih setelah tahun pertama dari mesin yang baru dengan nilai buku bersih dari mesin yang lama. Jika aktiva dimasukan ke dalam dasar investasi pada biaya awalnya, maka manajer unit usaha akan termotivasi untuk menghilanngkan aktiva tersebut-meskipun aktiva itu memiliki suatu kegunaan-karena dasar investasi unit usaha akan berkurang sejumlah biaya penuh dari aktivatersebut.



2.4.2 Penyusutan aktivitas Jika penyusutan ditentuka oleh metode anuitas, dan bukan oleh metode garis lurus maka perhitungan profabilitas unit usaha kan menunjukan EVA dan ROI yang tepat, hal ini disebabkan karena metode penyusutan anuitas sesungguhnya mengaitkan pengembalian investasi yang implisit dalam perhitungan nilai sekarang. Penyusutan anuitas merupakan kebalikan dari penyusutan yang dipercepat, di mana jumlah penyusutan tahunan dalah rendah pada tahun-tahun pertama ketika nilai investasinya masih tinggi dan meningkat setiap tahunya seiring dengan menurunya nilai investasi; tetapi tingkat pengambilan hasil tetap konstan.



11



Namun hanya sedikit sekali manajer yang menerima ide mengenai penyisihan penyusutan yang meningkat pada saat umur asset semakin tua.Mereka melihat penyusutan akutansi sebagai cerminan dari penurunan kondisi fisik atau kerugian dalam nilai ekonomis. Oleh karean itu, mereka percaya bahwa penyusutan dengan metode garis lurus, ataupun yang dipercepat, merupakan metode yang paling menggambarkan kondisi di lapangan. Akibatnya, sangat sulit untuk menyakinkan mereka guna menerima konsep metode anuitas untuk mengukur laba unit usaha. Tepat untuk tujuan pajak penghasilan, dan meskipun sebagi metode yang “sistematis dan rasional” metode tersebut jelas dapat diterima untuk tujuan akutunsi keuangan, namun perusahaan-perusahaan tidak menggunakanya dalam laporan keuanganya. Bahkan, survey atas cara perusahaan mengukur profabilitas unit usahanya menunjukan bahwa tidak ada yang menggunakan metode anuitas 2.4.3 Metode Penilaian yangLain Beberapa perusahaan menggunakan nilai buku bersih tetapi menetakan batas bawah, biasanya 50 persen, sebagai biaya awal yang dapat dihapus. Hal ini mengurangi distorsi yang terjadi dalam unit usaha yang memiliki kativa yang tua. Kesulitan dalam metode ini dalah bahwa suatu unit usaha dengan aktiva yang tetap yang memiliki nilai buku bersih diatas 50 persen nilai buku kotornya dapat mengurangi dasar investasi dengan sepenuhnya membuang aktiva-aktiva yang masih bagus. Perusahaan –perusahaan lain sama sekali tidak menggunakan catatan akutansi dan menggunakan estimasi nilai sekarang (current value) dari aktiva. Perusahaan – perusahaan memperoleh jumlah tersebut dengan cara menilai aktiva secara berkala (katakanlah, setiap lima tahun atau ketika manajer unit usaha yang baru mengambil alih), dengan menyesuaikan biaya awal menggunakan suatu indeks perusahaan pada harga peralataan, atau dengan menggunakan nilai asuransi. Yang tampak lebih objektif dan umumnya tidak menimbulkan pertentangan. Akibatnya data akutansi memiliki aura realitas bagi manajemen operasi. Meskipun intensitas sentiman tersebut berbeda-beda di antara para manajer, tetapi semakin jauh manajer menyimpang dari angka-angka akutansi dalam mengukur kinerja keuangan, semakin besar kemingkinan bahwa para manajer unit usaha dan manajer senior akan memperlakukan system tersebut sebagai permainan angkaangka.



12



Masalah yang berkaitan dengan penggunaan jumlah nonakuntansi dalam sistem internal adalah bahwa profitabilitas unit usaha tidak akan konsisten dengan profabilitas perusahaan yang dilaporkan kepada para pemegang saham. Meskipun system pengendalian manajemen tidak harus konsisten dengan pelaporan keuangan eksternel, namun sebenarnya beberapa manajer memandang pendapatan bersih (net income) dalam laporan keuangan sebagai “nama dari permainan”. Akibatnya mereka tidak menyukai system internal yang menggunakan metode berbeda untuk menghitung nilai tanpa memperdulikan manfaat teoritisnya. Persoalan lain dalam menggunakan nilai pasar sekarang (current market value) adalah memutuskan bagaimana menentukan nilai ekonomis. Secara konseptual, nilai ekonomi dari sekelompok aktiva sama dengan nilai sekarang (present value) dari arus kas yang akan yang dihasilkan oleh aktiva-aktiva tersebut di masa yang akan datang. Dalam praktiknya, jumlah tersebut tidak dapat ditentukan. Meskipun terbitan indeks biaya penggantian (replacement cost) pabrik dan peralatan dapat di gunakan,sebagai besar indeks harga tidak seluruhnya relevan karena mereka tidak menyediakan ruang untuk dampak dari perubahanteknologi.



2.5 Asset –asset yang disewa guna usahakan Asumsikan suatu unit yang laporan keuangannya ditunjukan pada tampilan 7.1 menjual aktiva tetapnya seharga nilai tetapnya seharga nilai bukunya sebesar $300.000, mengembalikan hasil penjualanya kepada kantor pusat korporat, dan kemudian menyewa gunausahakan aktiva tersebut dengan tariff sewa sebesar $60.000 per tahun. Sebagaimana di tunjukan pada tampilan 7.8 laba sebelum pajak dari unit usaha tersebut akan menurun akibat beban sewa baru yang lebih tinggi daripada beban penyusutan yang dihilangkan. Meskipun demikian, EVA-nya akan naik karena biaya yang lebih tinggi tersebut akan dimbangi oleh penurunan beban modal yang dihilangkan. Oleh karena itu, para manajer unit usaha lebih mendorong untuk menyewa daripada memiliki aktiva ketika beban bunga yang terkandung dalam biaya sewa lebih kecil daripada beban modal yang dikenakan pada dasar investasi dari unitusaha. (di sini, seperti yang lainya, generalisasi disederhanakan karena dalam dunia nyata, dampak dari pajak penghasilan harus juga diperhitungkan.) Banyak perjanjian sewa guna usaha merupakan perjanjian pendanaan yaitu perjanjian tersebut memberikan cara alternative untuk menggunakan aktiva yang perjanjian tersebut



13



memberikan cara alternative untuk menggunakan aktiva yang seharusnya didapatkan dari pendanaan dengan utang dan modal. Sewa guna usaha financial (yaitu, sewa guna usaha jangka panjang yang setara dengan nilai sekarang dari arus beban sewa) adalah sama dengan utang daan dilaporkan juga dalam neraca. Keputusan pendanaan biasanya dilakukan oleh kantor pusat. Karena alasan tersebut, pembatsan biasanya diperlakukan pada kebebasan manajer unit usaha untuk melakukan sewa guna usaha atas aktiva.



2.5.1 Aktiva yang Menganggur Jika suatu unit usaha memiliki aktiva yang menganggur (idle asset) yang dapat digunakan oleh unit lain, maka unit usaha tersebut dapat diperbolehkan untuk mengeluarkan aktiva tersebut dari dasar investasinya. Tujuan dari izin ini adalah untuk mendorong para manajer unit usaha guna melepas aktiva menganggur ke unit lain yang mungkin memerlukanya. Tetapi, jika aktiva tetap tersebut tidak dapat digunakan oleh unit lain , maka pemberian izin untuk menjual/mengganti aktiva tersebut akan menimbulkan tindakantindakan yang disfungsional. Misalnya hal tersebut akan mendorong manajer unit usaha untuk menganggurkan aktiva yang tidak menghasilkan tingkat pengembalian yang sama dengan target laba unit usaha. Jika tidak ada alternatif lain dari penggunaan peralatan, kontribusi apa pun dari peralatan tersebut akan meningkatkan labaperusahaan.



2.5.2 Aktiva tidakberwujud Beberapa perusahaan cenderung melaksanakan penelitian dan pengembangan (R&D) yang insntif ( misalnya, perusahaan farmasi seperti Novartis menghabiskan dana yang besar untuk mengembangkan produk baru) sedang yang lainya cenderung focus pada pemasaran (misalnya perusahaan barang konsumen seperti unilever yang menghabiskan banyak dana untuk iklanya). Ada keuntungan dalam mengkapitalisasi aktiva tidak berwujud seperti R&D dan pemasaran, serta kemudian mengarmotisasinya selama masa manfaatnya. Metode tersebut akan mengubah cara para manajer unit usaha untuk memandang pengeluaran semacam ini. Dengan menghitung akativa semacam ini sebagai investasi jangka panjang, manajer unit usaha akan memperoleh manfaat jangka pendek yang lebih sedikit dari pengurangan atas pengeluaran untuk pos tersebut.sebagai Contoh, jka pengeluaran R&D langsung dibebankan, maka setiap. Dolar dari pengurangan pengeluaran R&D merupakan tambahan dolar untuk laba sebelum pajak. Di lain pihak, jika biaya R&D dikapitalisasi, maka setip pengurangan satu dolar akan mengurangi aktiva yang digunakan sebesar satudolar



14



dikalikam biaya modal, yang hanya memiliki dampak positif yang jauh lebih kecil terhadap EVA.



2.5.3 Kewajiban tidak lancar Kadang-kadang suatu unit usaha menerima modal permanennya dari kumpulan dana korporat. Korporat memperoleh dana tersebut dari pemberi pinjaman, investor, modal, dan laba di tahan. Bagi unit usaha, jumlah total dari dana tersebut berasal. Meskipun demikian, dalam situasi yang tidak lazim, pendanaan suatu unit usaha mungkin saja mrupakan hal yang aneh bagi unit usaha itu sendiri. Sebagi contoh, suatu unit usaha yang membangun atau yang mengoprasikan suatu perumahan atau gedung kantor menggunakan proporsi yang jauh lebih besar untuk modal utang dibandingkan suatu unit manufaktur atau pemasaran. Karena modal tersebut, maka sebaiknya dana yang di pinjam diperhitungkan secara terpisah dan diperhitungkan EVA nya dilakukan berdasarkan aktiva yang diperoleh dari sumber umum korporat dan bukan total aktiva.



2.5.4 Beban Modal Kantor pusat korporat menentukan tarif (rate) yang digunakan untuk menghitung beban modal (capital Charge). Tarif tersebut seharusnya lebih tinggi dari tarif korporat untuk pendanaan dengan utang karena dana yang terlibat merupakan campuran antara utang dan modal berbiaya lebih tinggi (higher cost equity). Biasanya, tarif tersebut ditetapkan dibawah estimasi biaya modal perusahaan sehingga EVA atas rata-rata unit usaha berada di atas nol. Beberapa perusahaan menggunakan tarif yang lebih rendah untuk modal kerja daripada untuk aktiva tetap. Hal ini dapat mencerminkan penilaian bahwa modal kerja lebih kecil risikonya dari pada asset tetap, karena dananya di salurkan untuk periode yang lebih pendek. Dalam kasus-kasus lain, tarif yang lebih rendah merupakan cara untuk mengkompensasikan fakta bahwa perusahaan tersebut memasukan unsur persediaan dan piutang dalam dasar investasinya pada jumlah kotor (yaitu, tanpa mengurungkan utang usaha). Perusahaan tersebut menyadari fakta bahwa dana yang didapatkan dari utang usaha memiliki biaya bunga sama dengannol. Survei-survei praktik Praktik-praktik pengelolaan pusat investasi disimpulkan dalam 7.7, 7.9, dan 7.10. kebanyakan perusahaan memasukan unsur aktiva tetap ke dalam dasar investasi pada nilai buku bersih. Perusahaan-perusahaan tersebut melakukanya karena ini merupakan jumlah dengan mana



15



aktiva tersebut dicacat dalam laporan keuangan, dan oleh karenanya, sesuai dengan laporan keuangan tersebut, mencerminkan jumlah modal yang digunakan dalam divisi tersebut. TAMPILAN 7.9 Aktiva-aktiva yang termasuk dalam dasar investasi Presentase responden yang Memasukan aktivanya ke dalam dasar investasi Amerikaserikat1 Belanda2 Aktiva lancar Kas



47%



59%



Piutang



90



94



Persediaan



95



93



Aktiva Lancar lainya



83



79



97



82



49



47



Aktiva tetap Tanah dan bangunan yangdigunakan sendiri oleh pusatlabatersebut Alokasi tanah dan bangunan yang digunakanolehduapusatlabaataulebih



Peralatan yang digunakan oleh dua pusat labaataulebih



96



88



48



46



19



16



Investasi



53



tidakada



Goodwill



55



tidakada



Alokasi peralatan yang digunakan oleh duapusatlabaataulebih Sebuah alokasi aset untuk sentra riset kantorpusat Lain-lain



1



Govindajaran, “Profit center measurement,” hal. 2



2



de with “Performance measurement and evaluation in dutch companies”



TAMPILAN 7.10 Kewajiban yang dikurangikan dalam menghitung dasar investasi Presentase responden yang



16



Memasukan aktivanya ke dalam dasar investasi Amerika serikat1



Belanda2



Utang Usaha



73%



91%



Utang intraperusahaan



46%



57



Kewajiban lancar lainya



68



69



utang pajak



28



tidak ada



Kewajiban tak lancar



47



48



1



Govindajaran, “Profit center measurement,” hal. 2



2



de with “Performance measurement and evaluation in dutch companies”



Manajemen menyadari bahwa metode ini memberikan sinyal yang menyesatkan, tetapi mereka yakin orang-orang harus memberikan kelonggaran untuk kesalahan tersebut pada saat menginterprestasikan lapolaba unit usaha dan bahwa metode laternatif perhitungan dasar investasi tidak dapat dipercaya karena sangat subjektif. Mereka menolak pendekatan penyusutan anuitas dengan dasar bahwa hal itu tidak konsisten dengan cara perhitungan penyusutan untuk tujuan pelaporan keunganya.



2.6 EVA vs ROI Hampir semua perusahaan yang memiliki pusat investasi mengevaluasi unit-unit usahanya berdasarkan ROI, dibandingkan yang menggunakan EVA. Ada tiga keuntungan dari ROI : 1. ROI merupakan pengukuran yang komperhensip di mana semua mempengaruhi laporan keuangan tercermin dari rasio ini. 2. ROI mudah dihitung, mudah dipahami, dan sangat berarti dalam pengertian absolut. Sebagai contoh ROI di bawah 5 persen dikatakan rendah dalam skala absolut, dan ROI di atas 25 persen dikatakan tinggi.



17



3. ROI denominator yang dapat diterapkan ke setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profabilitas, tanpa mempedulikan ukuran dan jenis usahanya. Kinerja dari unit yang berbeda dapat saling dibandingkan. Selain itu, data ROI pesaing bersedia sehingga dapat dijadikan sebagai dasar perbandingan.



EVA tidak memberikan dasar perbandingan semacam ini. Tetapi pendekatan EVA juga memiliki beberapa keunggulan. Ada empat alasan yang membutanya lebih ungul dari ROI. Pertama dengan EVA seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama untuk perbandingan investasi.Di lain pihak, pendekatan ROI memberikan insentif yang berbeda untuk investasi di antara unit-unit usaha. Sebagai contoh, suatu unit usaha yang kini memiliki ROI 30 persen akan cenderung untuk tidak melalukan ekspansi kecuali unit tersebut dapat mencapai ROI 30 persen atau lebih untuk tambahan aktivanya; tingkat pengambilan yang kurang dari itu akan menurunkan ROI keseluruhan yang telah dicapai sekarang. Jadi, unit usaha tersebut melewatkan peluang investasi yang ROI-nya di atas biaya modal tetapi di bawah 30 persen. Demikian, juga unit usaha yang kini mencapai ROI rendah katakanlah sebesar 5 persen akan memperoleh menfaat dari ROI atas tambahan aktiva yang besarnya di atas 5 persen. Sebagai konsekunsinya ROI menciptakan suatu bias ke arah sedikit atau tidak ada ekspansi dalam bisnis berlaba tinggi, sementara pada saat yang sama, unit-unit berlaba rendah melakukan investasi pada tingkat di bawah tingkat pengembalian yang jauh di bawah tingkat pengembalian ditolak oleh unit-unit berlaba tinggi. Kedua, keputusan-keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat investasi dapat menurunkan laba keseluruhan. Sebagai contoh, di suatu pusat laba yang kini memiliki ROI sebesar 30 persen, manajer dapat meningkatkan ROI nya dengan menjual aktiva yang ROInya 25 persen. Tetapi, jika biaya modal keseluruhan yang terkait di PUSAT investasi tersebut adalah kurang dari 25 persen, maka laba absolut setelah mengurangkan biaya modal akan merupakan suatu penurunan bagi pusat investasi tersebut. Penggunaan EVA sebagai ukuran berkaitan dengan permasalahan tersebut.Metode ini berhubungan dengan investasi asset yang ROI-nya berada diantara biaya modal dan ROI yang sekarang dicapai oleh pusat investasi tersebut. Jika kinerja suatu pusat investasi di ukur dengan EVA, maka investasi-investasi yang menghasilkan laba diatas biaya modal akan meningkatkan EVA dan oleh karena itu, akan lebih menarik bagi manajer.



18



Ketiga dari EVA adalah tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aktiva yang berbeda pula.Sebagai contoh, tingkat bunag yang rendah dapat di gunakan untuk persediaan, sedangkan tingkat bunga yang relatif tinggi dapat digunakan untuk investasi dalam aktiva tetap.Tingakat bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aktiva tetap yang berbeda pula guna memperhitungkan tingkat risiko yang berbeda. Selain itu jenis aktiva yang sama mungkin diharuskan untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang sama dalam perusahaan, tanpa mempedulikan profitabilitas unit usaha tertentu. Keempat adalah bahwa EVA, berlawanan dengan ROI, memiliki korelasi positif yang lebih kuat terhadap perubahan-perubahan dalam nilai pasar perusahaan.Para pemegang saham merupakan pemilik kepentingan (stakeholder) yang penting dalam perusahaan. Ada bebrapa alasan mengapa penciptaan nilai pemegang saham menjadi sangat penting bagi perusahaan: (a) Mengurangi risiko pengambilalihan(takeover) (b) Menciptakan nilai tukar untuk agresifitas dalam merger danakuisisi (c) Mengurangi biaya modal, sehingga memungkinkan investasi yang lebih cepat untuk pertumbuhan masadepan. Jadi,



mengoptimalkan



nilai



pemegang



saham



merupakan



tujuan



penting



bagi



perusahaan.Tetpi, karena nilai pemegang saham mengukur nilai konsolidasi perusahaan secara keseluruhan, maka hampir tidak mungkin untuk mengunakannya sebagai kriteria kinerja untuk suatu pusat tanggung jawab individual organisasi. Mandat terbaik unuk nilai pemegang saham pada tingkat unit usaha adalah meminta para manajer unit usaha untuk menciptakan dan meningkatkan EVA. Hal ini dapat di pahami dengan melihat pada cara bagaimana EVA diperhitungkan. EVA diukur dengan cara sebagai berikut : EVA = Laba Bersih – Beban Modal Dengan Beban Modal = Biaya modal X Modal yang di gunakan (1) Cara lain untuk menyatakan persamaan (1) adalah : EVA = Modal yang di gunakan (ROI – Biaya modal (2)



19



2.7 Pertimbangan Tambahan dalam Mengevaluasi Manajer Dengan melihat kelemahan ROI, kelihatannya mengejutkan bahwa ROI digunakan secara luas.Diketahui dari pengalaman pribadi bahwa kesalahan konseptual ROI untuk evaluasi kinerja adalah nyata dan menyebabkan timbulnya perilaku disfungsional dari para manajer unit usaha.Tetapi cakupan dari kesalahan tersebut tidak dapat di tetukan karena hanya sedikit jumlah manajer yang mau mengakui adanya kesalahan tersebut dan banyak yang tidak menyadari bahwa kesalahan tersebutterjadi. Jika metode nilai buku kotor (gross book value) dipergunakan, suatu unit usaha dapat meningkatkan EVA-nya dengan cara mengambil tindakan yang bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Sedangkan jika metode nilai buku bersih (net book value) dipergunakan, EVA akan langsung meningkatkan karena berlalunya waktu penggunaan. Lebih lanjut lagi, EVA akan tertekan untuk sementara oleh investasi-investasi baru karena tingginya nilai buku bersih pada tahun-tahun awal. Bebrapa aktiva mungkin akan dinyatakan terlalu rendah nilainya ketika dikapitalisasi, sementara aktiva lain ketika di bebankan. Meskipun biaya pembelian aktiva tetap biasanya dikapitalisasi, sejumlah besar investasi dalam biaya awal (start-up cost), pengembangan produk baru, organisasi dealer, mungkin dapat dihapuskan sebagai beban, dan dengan demikian tidak akan terlihat dalam dasar investasi.



2.8 Mengevaluasi Kinerja Ekonomi suatu Entitas Laporan atas kinerja ekonomi unit usaha agak berbeda. Laporan-laporan manajemen di buat bulanan atau kuartalan sementara laporan kinerja ekonomi biasanya dibuat dengan selang waktu yang tidak tepat, biasanya sekali dalam selang bebrapa tahun. Laporan-laporan manajemen cenderung menggunakan informasi histori atas biaya aktual yang terjadi, sedangkan laporan-laporan ekonomi menggunakan informasi yang cukup berbeda. Laporan-laporan ekonomi merupakan instrumen yang diagnostik. Laporan tersebut memberikan indikasi apakah strategi unit usaha yang sekarang sudah memuaskan dan jika tidak, keputusan apa yang harus diambil untuk unit usaha tersebut memperbesarnya, memperkecil, merubah arah atau menjualanya.



20



Laporan-laporan ekonomi dapat di jadikan dasar untuk memperoleh nilai perusahaan secara keseluruhan. Nilai semacem ini disebut breakup value yaitu, estimasi jumlah yang akan diterima oleh para pemegang saham jika masing-masing unit usaha dijual. Break up value berguna bagi organisasi luar yang sedang akan membuat penawaran pengambilalihan perusahaan, dan tentu saja, laporan ini juga berguna bagi pihak manajemen dalam menilai suatu tawaran. (dengan kata lain, profitabilitas yang sekarang dapat tertekan oleh adanya biaya yang akan memperbesar profitabilitas dimasa yang akan datang, seperti pengembangan produk baru dan iklan, sebagaimana yang telah disebutkansebelumnya. Perbedaan yang paling nyata antara kedua jenis laporan tersebut adalah bahwa laporan ekonomi lebih berfokus pada profitabilitas dimasa depan dari pada profitabilitas yang sekarang atau yang lalu. Secara konsep nilai suatau unit usaha adalah nilai sekarang dari pendapatan di masa depan. Hal ini dihitung dengan mengestimasi arus kas untuk setiap tahun di masa depan dan mendiskontokan setiap arus kas tersebut pada tarif laba yang telah ditentukan.



21



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pusat investasi memiliki semua masalah pengukuran yang terlibat dlam menentukan beban dan pendapatan yang telah di bahas pada Bab 4, 5, dan 6. Pusat investasi menimbulkan permaslahan baru mengenai bagaimana cara mengukur aktiva yang digunakan, khusunya aktiva mana yang akan dimasukan, bagaimana menilai aktiva tetap dan aktiva lancar, metode penyusutan apa yang diguanakn untuk aktiva tetap, aktiva perusahaan mana yang harus dialokasikan, dan kewajian mana yang harus dikurangi. Selain pos-pos laporan laba rugi, ketika menentukan tujuan laba tahunan, harus ada tarif bunga yang eksplisit terhadap saldo yang diproyekasikan atas pos modal kerja yang dapat dikendalikan, khusunya piutang dan persediaan.Ada perbrdaan yang cukup alot mengenai pendekan yang tepat bagi manajemen dalam mengendalikan aktiva tetap.Melaporkan kinerja ekonomi dari suatu pusat investasi berbeda dengan melpaorkan kinerja manajer yang berwenang dalam pusat investasi tersebut.



3.2 Saran Dalam makalah ini Kami mencoba memberikan saran yang didasarkan atas teoriteori yang berhubungan dengan Pusat investasi. Saran penulis adalah sebagai berikut: a. Ukuran Profabilitas dengan ROI banyak di pakai dan disukai manajer pusat investasi. Apabila menggunakan metode ini maka sebaiknya dibandingkan dengan tingkat profitabilitas pusat investasi lain yang besarnya kira-kira sama, tingkat bunga atau tingkatinflasi. b. Kelemahan ROI atas dasar laba akuntansi dalam mengukur profibalitas tidak sesuai dengan economic rate of return dalam keputusan investasi. Dalam, metode depresiasi anuitas. Besarnya depresiasi mengalami peningkatan. Hal ini sangat sulit untuk menyakinkan manajemen dalam menggunakan metode anuitastersebut.



22



Demgan demikian dengan disarankan karena survey menunjukan bahwa praktek dalam mengukur profitabilitas tidak menggunakan metode anuitas. c. RI merupakan ukuran profittabilitas absolute yang tidak disesuaikan dengan besar kecilnya aktiva divisi. Keadaan ini akan mempermudah divisi yang besar untuk mendapatkan RI tertentu dibandingkan dengan divisi yang kecil.



23



DAPTAR PUSTAKA



Aggarwal, raj.“Using economic Profit to Assess Performance: A Metric for Modern Firms.” Businee Horizons, Januari-february 2001, hal, 55-60 Len, Kenneth, and anil K. makhija.“EVA & MVA: As Performance Measure and Sinals for Strategic Change. “strategy and business 24, no. 3 (mei-juni 1996), hal. 34-38 Stern, joel M. EVA and Strategic Performance Measurment. New York: The corference Board, 1996.



24