Tugas Triase Metode Start, Pacs, Esi, Ats [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RESUME



Triase Bencana Pra Hospital Metode START (Simple Triage and Rapid Treatment) Dan Triase In Hospital Metode PACS (Patient Acuity Category Scale), ESI (Emergency Severity Index ) Dan ATS(Australasian Triage Scale)



Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat



Disusun oleh Ani Nuraeni S1 Keperawatan Non Reguler



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA 2017/2018



Triase merupakan prosedur pemilihan dan pemilahan pasien berdasarkan kegawatdaruratan klinis. Triage mengelompokkan pasien – pasien dalam kategori – kategori prioritas pertolongan. Sistem pengelompokkan ini bertujuan memastikan tidak ada delay penanganan life saving pada pasien kritis, identifikasi dan prevensi pasien potensial life threatening problems, dan manajemen lalu lintas dan distribusi pasien. Triage diperkenalkan pertama kali oleh Baron Dominique Jean Larrey, salah seorang dokter tentara Perancis di masa Napoleon Bonaparte. Di kala tentara Napoleon terdesak dan butuh tambahan jumlah personil di garis depan, Napoleon memerintahkan Jean Larrey mengobati tentara – tentara yang terluka guna segera dikirim lagi ke medan perang. Jumlah tentara yang harus dirawat tidak sebanding dengan kapasitas tenaga dan fasilitas kesehatan yang tersedia. Hal ini membuat Jean Larrey harus memilih dan memilah tentara yang terluka. Mana yang paling mungkin diselamatkan dengan keterbatasan sumber daya dan mana yang mustahil ditolong. Di sini lah muncul istilah trier, asal kata triage yang berarti memilah.



Disaster Triage dan Hospital Triage Triage tidak hanya digunakan pada situasi perang, bencana, atau chaos dimana terdapat keterbatasan sumber daya kesehatan. Triage juga diterapkan pada situasi aman, terkendali, dan tertata dimana sumber daya kesehatan mencukupi atau sebanding dengan jumlah pasien. Triage disebutkan pertama di atas termasuk dalam triage bencana (Disaster Triase) sedangkan yang terakhir termasuk triage rumah sakit atau triage IGD (Hospital Triase). Sistem triage bencana dan rumah sakit berbeda pada sistem START pertolongan fokus pada korban – korban yang paling mungkin diselamatkan. Korban – korban henti napas henti jantung dikelompokkan dalam kategori “expected” atau label hitam. Korban – korban yang mampu berjalan (walking wounded) tergolong label hijau tanpa melihat jenis luka dan kondisi yang diderita. Meskipun henti napas henti jantung merupakan kegawatan tertinggi dan wajib diberikan resusitasi, situasi bencana tidak memungkinkan resusitasi henti jantung. Keterbatasan fasilitas dan ketidakseimbangan penolong – korban membatasi resusitasi henti jantung.



Triage IGD memiliki keuntungan pada fasilitas memadai, lengkap, dan personil kesehatan yang cukup. Triage rumah sakit memastikan semua pasien mendapat pertolongan sesuai dengan kegawatdaruratan masing – masing.



Metode START Metode ini membagi penderita menjadi 4 kategori : 1. Prioritas 1 – Merah Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang kritis keadaannya seperti gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, perdarahan berat atau perdarahan tidak terkontrol, penurunan status mental 2. Prioritas 2 – Kuning Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang mengalami keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas atau kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidak dapat berjalan, cedera punggung. 3. Prioritas 3 – Hijau Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai ‘Walking Wounded” atau orang cedera yang dapat berjalan sendiri. 4. Prioritas 0 – Hitam Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang mematikan.



Pelaksanaan triage dilakukan dengan memberikan tanda sesuai dengan warna prioritas. Tanda triage dapat bervariasi mulai dari suatu kartu khusus sampai hanya suatu ikatan dengan bahan yang warnanya sesuai dengan prioritasnya. Jangan mengganti tanda triage yang sudah ditentukan. Bila keadaan penderita berubah sebelum memperoleh perawatan maka label lama jangan dilepas tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru.



Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu pemeriksaan sebagai berikut : 1) Kumpulkan semua penderita yang dapat / mampu berjalan sendiri ke areal yang telah ditentukan, dan beri mereka label HIJAU. 2) Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa



3) Pernapasan : a. Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label MERAH. b. Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan napas dan bersihkan jalan napas satu kali, bila pernapasan spontan mulai maka beri label MERAH, bila tidak beri HITAM. c. Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu pengisian kapiler. 4) Waktu pengisian kapiler : a. Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan perdarahan besar bila ada. b. Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya. c. Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita. Bila tidak ada maka ini berarti bahwa tekanan darah penderita sudah rendah dan perfusi jaringan sudah menurun. 5) Pemeriksaan status mental : a. Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana b. Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana maka beri MERAH. c. Bila mampu beri KUNING. Setelah memberikan label kepada penderita maka tugas anda berakhir segera lanjutkan ke penderita berikut.



Hospital Triage Tantangan yang dihadapi triage IGD adalah distribusi dan manajemen lalu lintas pasien overload (berlebih). Pasien overload dapat mengganggu pelayanan IGD. Overload ini dapat menghabiskan sumber daya IGD sehingga pelayanan IGD tidak lagi efficient dan effective. Guna mencegah dan mengantisipasi hal tersebut, disusun suatu sistem triage IGD. Sistem triage IGD banyak versi dan modifikasi sesuai dengan kondisi masing – masing rumah sakit. Diantaranya adalah Emergency Severity Index (ESI) dan Singapore Patient Acuity Category Scale (PACS). Dua sistem tersebut sering diadopsi oleh rumah sakit dan negara – negara di dunia. Di Indonesia rumah sakit – rumah sakit pemerintah dan swasta mengadopsi dan memodifikasi dua sistem tersebut. Meskipun demikian, tidak sedikit rumah sakit yang menyusun sistem triage sendiri.



Sistem PACS berasal dari Singapura dan diadopsi oleh rumah sakit – rumah sakit bekerja sama atau berafiliasi dengan Singapore General Hospital. PACS terdiri dari 4 skala prioritas. 1) PAC 1 merupakan kategori pasien – pasien yang sedang mengalami kolaps kardiovaskular atau dalam kondisi yang mengancam nyawa. Pertolongan pada kategori ini tidak boleh delay. Contoh PAC 1 antara lain major trauma, STEMI, cardiac arrest, dan lain – lain. 2) PAC 2 merupakan kategori pasien – pasien sakit berat, tidur di brankar/bed, dan distress berat tetapi keadaan hemodinamik stabil pada pemeriksaan awal. Pasien ini mendapat prioritas pertolongan kedua dan pengawasan ketat karena cenderung kolaps bila tidak mendapat pertolongan. Contoh PAC 2 antara lain stroke, close fracture tulang panjang, asthma attack, dan lain – lain. 3) PAC 3 merupakan kategori pasien – pasien sakit akut, moderate, mampu berjalan, dan tidak beresiko kolaps. Pertolongan secara effective di IGD biasanya cukup menghilangkan atau memperbaiki keluhan penyakit pasien. Contoh PAC 3 antara lain vulnus, demam, cedera ringan – sedang, dan lain – lain. 4) PAC 4 merupakan kategori pasien – pasien non emergency. Pasien ini dapat dirawat di poli. Pasien tidak membutuhkan pengobatan segera dan tidak menderita penyakit yang beresiko mengancam jiwa. Contoh PAC 4 antara lain acne, dyslipidemia, dan lain – lain.



Sistem ESI dkembangkan di Amerika Serikat dan Kanada oleh perhimpunan perawat emergensi dan dokter spesialis emergensi. ESI diadopsi secara luas di Eropa, Australia, Asia, dan rumah sakit – rumah sakit di Indonesia. ESI memiliki 5 skala prioritas. 1) Prioritas 1 (label biru) merupakan pasien – pasien dengan kondisi impending life/limb threatening problem sehingga membutuhkan immediate life – saving intervention (cito tindakan). Parameter prioritas 1 adalah semua gangguan signifikan pada ABCD. Contoh antara lain cardiac arrest, status epileptic, hypoglycemic coma, dan lain – lain. 2) Prioritas 2 (label merah) merupakan pasien – pasien dengan kondisi potential life, limb, or organ threatening problem sehingga pertolongan pada pasien – pasien



mendesak (urgent) dan tidak dapat ditunda (should not wait). Parameter prioritas 2 adalah pasien – pasien hemodinamik atau ABCD stabil dengan kesadaran turun tapi tidak koma (GCS 8 – 13), distress berat, dan high risk. Contoh prioritas 2 antara lain astma attack, akut abdomen, electric injury. 3) Prioritas 3 (label kuning) merupakan pasien – pasien yang membutuhkan in – depth evaluation, pemeriksaan klinis menyeluruh. Pasien label kuning memerlukan “dua atau lebih” resources atau sumber daya / fasilitas perawatan IGD. Logikanya, makin banyak sumber daya/ resources dibutuhkan makin berat kegawatdaruratan sehingga prioritas 3 – 5 berkaitan dengan kebutuhan resources. Contoh, sepsis memerlukan pemeriksaan laboratorium, radiologis, dan ECG. Sepsis stabil mempunyai prioritas lebih tinggi daripada typhoid fever tanpa komplikasi. Akan tetapi, sepsis berat tergolong prioritas 2 (merah) dan shock septic prioritas 1 (biru). 4) Prioritas 4 (label kuning) merupakan pasien – pasien yang memerlukan satu macam sumber daya perawatan IGD. Contoh pasien BPH memerlukan pemasanan kateter urine, vulnus laceratum membutuhkan hecting sederhana, acute febrile illness memerlukan pemeriksaan laboratorium, dan lain – lain. 5) Prioritas 5 (label putih) merupakan pasien – pasien yang tidak memerlukan sumber daya. Pasien ini hanya membutuhkan pemeriksaan fisik dan anamnesis saja tanpa pemeriksaan penunjang. Pengobatan pasien ini umumnya per oral atau rawat luka sederhana. Contoh antara lain common cold, acne, excoriasi, dan lain – lain.



Baik PACS dan ESI ditunjang penelitian multicenter dan diterima secara luas. Kedua sistem hospital triage tersebut memiliki pijakan pemilihan pasien berdasarkan temuan klinis pada first sight atau initial assessment. Paradigma pemilihan berdasarkan diagnosis penyakit sudah mulai ditinggalkan karena rentan delay dan mistriage. ESI dan PACS merupakan triage berbasis bukti (evidence based triage) dengan tingkat evidens dan rekomendasi yang paling mumpuni saat ini. efisiensi dan efektivitas kedua sistem tersebut teruji dengan banyaknya rumah sakit yang mengadopsi.



Perbedaan ESI dan PACS terletak pada dimensi parameter pemilahan. ESI membagi kegawatan rumah sakit dalam dua parameter, yakni parameter gangguan ABCD dan parameter sumber daya. Gangguan yang sedang berlangsung (impending) pada ABCD mendapat prioritas pertamasedangkan gangguan ABCD tidak langsung (potential) memperoleh prioritas kedua. Parameter sumber daya diartikan makin banyak sumber daya dibutuhkan dalam manajemen suatu penyakit maka makin serius penyakit tersebut. PACS tidak mengikutsertakan parameter sumber daya. PACS fokus pada parameter klinis pasien. Sistem PACS dapat dijelaskan secara sederhana yaitu pasien emergency dan non emergency. Paramater emergency terdiri atas ABCD, hemodinamik, distress, mampu beraktivitas atau terbaring, dan resiko kolaps sedangkan non emergency tidak ditemukan urgensi pengobatan dan dapat dirawat secara poliklinis. Kita tidak harus mengikuti jejak rumah sakit lain mengadopsi salah satu sistem tersebut. Namun, kita dapat memodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi rumah sakit masing – masing.



ATS (Australasian Triage Scale ) ATS (Australasian Triage Scale ) merupakan salah satu sistem triase yang digunakan di ruang gawat darurat rumah sakit di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Sistem triase sangat penting untuk diterapkan di setiap unit gawat darurat untuk memastikan pasien ditangani bedasarkan tingkat kegawatannya. Triase adalah titik poin pertama kontak pasien dengan IGD. Pengkajian triase harus dilakukan secara cepat dan akurat dan tidak lebih dari 5 menit. Pengkajian triase harus meliputi: keluhan utama dan keadaan umum pasien. Vital signs hanya diukur apabila sangat diperlukan atau waktu memungkinkan. Pasien yang datang dengan kategori ATS 1 dan 2 harus segera dibawa ke ruang tindakan dan ditangani sesuai kondisi klinisnya. Australasian Triage Scale terdiri dari 5 kategori: ATS 1 sampai ATS 5. Kategori ATS didasarkan pada kondisi klinis pasien yang didapat dari pemeriksaan fisik dan anamnesa. ATS Kategori 1: Immediately Life Threatening (Kondisi yang mengancam Kehidupan: penanganan harus diberikan segera. Assessmen kondisi pasien sekaligus tindakan penyelamatan harus dilakukan secara simultan dan berkelanjutan.



Kondisi yang termasuk kategori ATS 1 diantaranya: -



Henti jantung



-



Henti nafas



-



Ada bahaya nyata terganggunya jalan nafas



-



Pernafasan kurang dari 10 kali per menit



-



Respiratory distress yang ekstrim



-



Tekanan darah sistolik < 80 mmHg (dewasa) atau syok berat pada anak



-



Pasien tidak berespon atau berespon hanya pada rangsangan nyeri (GCS < 9)



-



Overdose obat



-



Kejang yang sedang berlangsung atau kejang yang berkepanjangan



-



Gangguan perilaku berat dengan ancaman kekerasan yang nyata



ATS Kategori 2: Imminently Life Threatening (pemeriksaan dan penanganan harus sudah dimulai dalam waktu 10 menit). Termasuk kedalam kategori ATS 2 yaitu apabila treatmen harus segera dilakukan karena efektivitasnya sangat bergantung pada waktu pemberian seperti misalnya pemberian agen trombolisis dan antidote. Pasien yang datang dengan nyeri hebat (skala nyeri 9-10) apapun penyebabnya juga harus mendapatkan kategori ATS 2. Kondisi-kondisi klinis yang termasuk kategori ATS 2 adalah: -



Bahaya jalan nafas: terdengar stridor yang kuat atau banyak sekret yang menutupi jalan nafas



-



Distres pernafasan yang berat



-



Gangguan sirkulasi yang nyata: akral dingin dan lembab, perfusi jelek, Nadi < 50 atau > 150 kali/ menit pada dewasa, hipotensi dengan efek hemodinamik, kehilangan darah yang banyak



-



Nyeri dada yang tampak seperti masalah jantung



-



Nyeri hebat apapun penyebabnya



-



gula darah acak < 3 mmol (50 mg/dl)



-



penurunan kesadaran apapun penyebabnya (GCS < 13)



-



akut hemiparese/ akut disfasia



-



demam dengan tanda-tanda lethargy (semua umur)



-



mata terkena cairan asam atau basa (membutuhkan irigasi mata)



-



suspek meningitis meningococcus



-



major multi trauma



-



major fraktur – amputasi



-



pasien pasien dengan perilaku agresif dan violent dengan ancaman kekerasan terhadap diri sendiri maupun orang lain.



ATS Kategori 3: Potentially Life Threatening (Pemeriksaan dan Penanganan harus sudah dimulai dalam waktu 30 menit). Kondisi klinis yang termasuk kategori ATS 2 diantaranya: -



hipertensi berat



-



kehilangan darah sedang berat apapun penyebabnya



-



shortness of breath sedang



-



Saturasi O2 90 – 95%



-



gula darah acak > 16 mmol/L (300 mg/dl)



-



kejang (saat ini sadar)



-



demam dengan gangguan sistem imun ( pasien dengan cancer, patien yang menggunakan steroid)



-



dehidrasi



-



muntah terus menerus



-



trauma kepala dengan hilang kesadaran yang singkat ( saat ini sadar)



-



nyeri dada buka cardiac in nature



-



nyeri perut



-



limb injury sedang dengan deformitas



-



limb injury dengan perubahan sensasi dan tidak ada pulsasi akut



-



pasien neonatal yang stabil



ATS kategori 4: Potentially Serious (Pemeriksaan dan Penanganan harus sudah dimulai dalam waktu 60 menit) -



perdarahan ringan



-



aspirasi benda asing tanpa distres pernafasan



-



injuri dada tanpa nyeri tulang dada atau distres pernafasan



-



sulit menelan tanpa gangguan pernafasan



-



trauma kepala ringan. tanpa riwayat penurunan kesadaran



-



nyeri sedang, apapun penyebabnya



-



muntah atau diare tanpa dehidrasi



-



peradangan mata, atau benda asing dimata dengan penglihatan normal



-



trauma limb minor seperti ankle sprain, kemungkinan fraktur



-



pembengkakan pada sendi



ATS kategori 5: Less Urgent ( Pemeriksaan dan Penanganan dimulai dalam waktu 120 menit) -



nyeri ringan tanpa faktor resiko



-



gejala minor dari penyakit yang sudah diderita



-



luka minor, luka lecet, luka robek yang tidak memerlukan tindakan hecting



-



kontrol luka



-



imunisasi/ vaksin



Pada sistem Australasian triage scale, alokasi kategori triage untuk pasien pediatrik menggunakan standar yang sama dengan pasien dewasa. Data yang harus didokumentasikan pada saat melakuakan triage dengan sistem Australasian Triage Scale meliputi: 1. Jam dan tanggal dilakukan pengkajian triage 2. Nama perawat/dokter yang melakukan triage 3. Keluhan utama 4. Riwayat penyakit secara singkat 5. Hasil pemeriksaan fisik yang relevan dengan keluhan utama 6. Triage kategori yang diberikan pertama kali 7. Triage kategori yang ke 2, Jam dilakukan triage ulang, dan alasan perubahan kategori triage 8. Alokasi bed/ ruangan IGD 9. Penanganan pertama jika ada