Tugas Tutorial 3 PKR Indira 855760135 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS TUTORIAL 3 LAPORAN ANALISIS PKR SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN SAAT INI



Oleh INDIRA APRILIA FATRIN 3H/ 855760135



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UPBJJ-UNIVERSITAS TERBUKA PALEMBANG 2022



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Sebuah bangsa yang ingin maju harus mampu meningkatkan mutu pendidikannya. Telah disetujui bahwa pendidikan yang bermutu dapat menunjang pembangunan di segala bidang. Sudradjad (2005:17) mengatakan bahwa lulusan yang berkompeten dan memiliki kemampuan yang mumpuni adalah hasil dari pendidikan yang bermutu. Seperti yang telah dijelaskan pada pasal 31 UUD 1945 pada ayat 1 menyatakan setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Tentu saja pendidikan yang disajikan adalah pendidikan yang layak bagi setiap warga negaranya. Pembelajaran yang layak adalah pembelajaran yang dilakukan dengan memenuhi standar minimal pembelajaran yang terjadi di dalam kelas yaitu kelas, guru dan bahan ajar. Pembelajaran akan dapat berjalan dengan baik ketika memiliki kelengkapan komponen-komponen pembelajaran tersebut. Kelengkapan komponen pembelajaran ini pada nyatanya menjadi masalah yang cukup besar di Indonesia. Musfah (2016) mengatakan bahwa persoalan mendasar pendidikan Indonesia adalah minimnya guru di daerah pedalaman atau yang disebut daerah 3T (Terluar, Terdepan, dan Tertinggal). Di daerah terpencil atau di desa-desa kecil, sekolah hanya memiliki jumlah siswa di bawah ambang batas kelayakan yaitu kurang dari 15 orang per angkatan. Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan sekolah-sekolah yang terletak di perkotaan padat penduduk atau sekolah-sekolah favorit yang mempunyai jumlah siswa yang stabil dan guru yang cukup. Kejadian seperti iini membutuhkan kebijakan khusus dari pemerintah karena pendidikan merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi negara kepada warga negaranya. Pemerintah telah mengeluarkan dua kebijakan mengenai kejadian ini. Kebijakan yang pertama adalah melakukan regrouping sekolah dan yang kedua adalah melakukan pembelajaran kelas rangkap.



Regrouping sekolah adalah menggabungkan beberapa sekolah sehingga sekolah memiliki jumlah siswa yang sesuai persyaratan. Namun sayangnya, regrouping sekolah ini memiliki beberapa akibat yaitu adanya sekolah yan ditutup dan siswa terpaksa berhenti sekolah karena lokasi sekolah regrouping menjadi jauh dari rumah mereka. Selain itu, guru-guru yang mengajar menjadi kurang nyaman, karena mereka merasa menumpang dengan sekolah lain. Kebijakan kedua yang ditawarkan oleh pemerintah adalah dengan tetap mempertahankan sekolah-sekolah kecil dan melakukan pembelajaran kelas rangkap (PKR)/ Multigrade Teaching. Dalam pembelajaran kelas rangkap ini, jumlah siswa yang tidak memenuhi ambang batas minimal dibiarkan seperti apa adanya, kemudian dilakukan penggabungan dua atau tiga tingkat dalam sekolah yang sama dengan satu guru. Guru harus dibekali dengan pengelolaan siswa heterogen dalam kelas yang sama. Pembelajarn model ini juga dapat digunakan untuk mengatasi kurangnya tenaga pendidik di sekolah-sekolah, karena banyaknya guru yang pensiun sementara kuota pengangkatan guru baru dari pemerintah pusat jauh dari kebutuhan setiap tahun.



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Pembelajaran Kelas Rangkap bisa dijadikan suatu model pembelajaran untuk saat ini?



C. Tujuan Penulisan Melihat pada rumusan masalah di atas, maka ditetapkan tujuan penulisan laporan ini adalah: 1. Untuk mengetahui Pembelajaran Kelas Rangkap bisa dijadikan model pembelajaran untuk saat ini.



BAB II PEMBAHASAN



A. Pendapat Pribadi Penulis Mengenai Pembelajaran Kelas Rangkap Pasal 31 UUD 1945 pada ayat 1 menyatakan setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, namun pada kenyataannya dengan kondisi negara Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari ribuan pulau, mulai Sabang sampai Merauke, kita dihadapkan dengan berbagai permasalahan pelayanan pendidikan bagi masyarakat. Permasalahan dalam hal ini khususnya membahas tentang pemerataan pendidikan. Sepeti yang sudah sebutkan pada latar belakang di atas, bahwa sebuah pembelajaran yang layak adalah pembelajaran yang dilakukan dengan memenuhi standar minimal pembelajaran yang terjadi di dalam kelas yaitu kelas, guru dan bahan ajar. Permasalahan kelengkapan komponen pembelajaran ini terjadi di daerah tertinggal atau terpencil, dimana memiliki sekolah yang kecil mungkin hanya berisi 1 atau 2 ruang kelas dengan jumlah siswa yang sangat sangat sedikit, dan jumlah guru yang minim. Hal ini menyebabkan guru tidak dapat memaksimalkan kegiatan belajar mengajarnya. Pemerintah telah menawarkan dua kebijakan untuk menyelesaikan masalah ini, salah satunya adalah dengan melakukan Pembelajaran Kelas Rangkap. Pembelajaran kelas rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa yang mempunyai perbedaan usia, kemampuan minat, dan tingkatan kelas, di mana dikelola oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya difokuskan pada kemajuan individual para siswa (Franklin, 1967). Selanjutnya, dalam melaksanakan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR), guru juga harus dimodali dengan kemampuan profesional yang mumpuni agar dapat mengelola PKR dengan baik. Guru harus memahami dengan baik teknik dan pelaksanaan PKR agar pembelajaran model ini dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Sehingga, PKR tidak akan dianggap sebagai suatu masalah yang sulit diatasi dan menyebabkan menurunnya kualitas belajar. PKR dapat menjadi suatu tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi guru dalam menjalankan tugasnya.



Selama ini model pembelajaran kelas rangkap hanya dirasa cocok untuk diterapkan disekolah kecil yang memiliki jumlah siswa yang sedikit dan guru yang sedikit pulan. Namun pada kenyataannya, sekolah-sekolah di kota-kota besar juga memiliki kekurangan guru, banyak guru-guru sekolah dasar yang sudah memasuki masa purna bakti, sementara guru muda yang diangkat oleh pemerintah tidak dapat mengisi semua kekosongan yang terjadi di sekolah-sekolah. Maka dari itu, banyak juga sekolahsekolah yang berada di kota menerapkan pembelajaran kelas rangkap, agar siswa tetap bisa belajar dan mencapai tujuan pendidikan. Jika kita kaitkan dengan penerapan Kurikulum 2013/ K13 yang menekankan pada pembelajaran tematik, PKR ini juga cocok diterapkan. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang memadukan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) menuntut siswa untuk belajar lebih mandiri dan kontekstual, seingga secara tidak langsung interaksi antara siswa yang baik dan intensif akan membentuk karakter siswa yang positif. Siswa yang lebih tua dapat membantu siswa yang lebih muda dalam belajar,. Selain itu, siswa juga dapat bersosialiasi lebih luas lagi, tidak hanya dengan teman sekelasnya. Oleh karena itu juga dengan beberapa keefektifan model pembelajaran PKR masih menjadi solusi dan pilihan guru dan sekolah saat ini demi tercapainya tujuan pembelajaran.



B. Sumber Media Pendukung Model PKR https://regional.kompas.com/read/2019/07/18/09005511/kisah-sd-di-gunungkidulmurid-cuma-11-tak-ada-pula-siswa-baru?page=all



https://www.timesindonesia.co.id/read/news/352620/kekurangan-guru-116-sdn-dikabupaten-probolinggo-terapkan-kelas-rangkap



C. Teori Pendukung Pelaksanaan PKR Pembelajaran kelas rangkap adalah suatu model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu. PKR juga memiliki makna, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan menghadapi murid-murid dengan kemampuan belajar yang berbeda-beda (Arihi dan Ode, 2012). PKR sangat menekanakan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara



terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program yang berbeda. Namun murid dari dua kelas bekerja secara sendiri-sendiri diruangan yang sama, masing-masing duduk di sisi ruang kelas yang berlainan dan diajarkan program yang berbeda oleh satu guru. Wardhani (2012) juga menjelaskan Pembelajaran Kelas Rangkap adalah suatu bentuk pembelajaram yang mensyaratkan seorang guru mengajar dalam suatu ruangan kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. Alasan dilakukannya Pembelajaran Kelas Rangkap tidak hanya karena faktor kekurangan guru. Model pembelajaran ini juga dapat diterapkan karena alasan letak geografis yang sulit dijangkau, ruangan kelas terbatas, kekurangan tenaga guru, jumlah siswa yang relatif sedikit, guru berhalangan hadir, atau mungkin faktor keamanan seperti di daerah pengungsi (Djalil, dkk, 2021). Katz (1992) selanjutnya menegaskan bahwa kelas rangkap dilaksanakan tidak hanya karena alasan-alasan letak geografis, kekurangan murid atau kekurangan tenaga guru akan tetapi lebih dari itu adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan melalui fasilitas yang tinggi bagi perkembangan dan potensi siswa. Oleh karena itu dia mengembangkan tiga jenis kelas rangkap dalam rangka pembelajaran, yaitu: 1. Combined grades Combine grades; atau juga dikatakan sebagai combined classess, dimana dalam satu kelas terdapat lebih dari satu tingkatan kelas anak. Membagi kelas menjadi beberapa bagian sesuai dengan tuntutan kurikulum untuk beberapa tingkatan atau hanya dua tingkatan.Tujuan utamanya adalah untuk memaksimalkan kemampuan siswa dan pemahaman lingkungan juga meningkatkan sikap dan pengalaman dalam kelompokkelompok umur yang berbeda 2. Continous progress Model ini berupa kelompok anak dengan pencapaian kurikulum yang tinggi dimana proses belajar mengajar melihat keberlanjutan pengalaman dan tingkat perkembangan anak, dalam model ini setiap anak berkesempatan untuk terus berkelanjutan dalam mengikuti setiap tingkatan kelas sesuai dengan lama sekolah,



tujuannya adalah setiap anak berkesempatan untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan umur dan perbedaan sikap dan kemampuan ketika belajar bersama. 3. Mixed age/ multiaging grouping Proses pembelajaran dan praktek kurikulum memaksimalkan keuntungan dari berinteraksi dan bekerjasama dari beragam umur. Dalam model ini grup dibuat secara fleksibel atau proses re gruping anak dibuat dalam kelompok umur, jenis kelamin, kemampuan, mungkin terjadi satu guru mengajar untuk lebih dari satu tahun. Dari uraian di atas Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) tidak lagi semata-mata dilihat dari dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda, tetapi juga dalam satu tingkat kelas yang sama, namun terdiri dari murid dengan tingkat kemampuan dan kemajuan yang berbeda. Perbedaan kemampuan dan kemajuan diantara murid pada tingkat kelas yang sama dapat terjadi tidak hanya dalam satu mata pelajaran yang sama, tetapi juga dalam mata pelajaran yang berbeda Pembelajaran Kelas Rangkap memiliki beberapa model pembelajaran, yaitu: Model Utama: PKR Murni 1. Model PKR 221, yaitu terdiri dari dua kelas, dua mata pelajaran dalam satu ruang kelas Model Alternatif: PKR Modifikasi 2. Model PKR 222, yaitu dua kelas, dua mata pelajaran, dalam dua ruangan 3. Model PKR 333, yaitu tiga kelas, tiga mata pelajaran, dalam tiga ruangan



Menurut Wilkinson (1980) dalam bukunya Media dalam Pembelajaran, menjelaskan bahwa terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan Model PKR 221, yaitu: 1. Kelebihan model PKR 221 a. Guru atau tim mengelola para siswa dari 2 tingkatan kelas yang berbeda, dengan fokus 2 mata pelajaram yang sama atau berbeda dalam 1 ruangan. b. Model ini bisa efektif apabila jumlah siswa yang terdiri dari 2 tingkatan kelas tersebut tidak terlalu banyak (maksimum 25 siswa untuk masingmasing tingkatan kelas) dengan suatu ruangan yang cukup luas.



c. Dengan pembelajaran terpadu model terjalan atau tema, guru bisa mengembangkan 2 mata pelajaran dengan topik yang sama atau berkaitan melalui sebuah tema yang menarik. 2. Kelemahan Model PKR 221 a. Jika siswa dalam 1 kelas jumlahnya lebih dari 25 siswa maka kelas PKR harus dibagi menjadi 2 kelas b. Jika guru menggunakan model ini, guru harus menyiapkan dua kelas pembelajaran kelas rangkap model 221, dan memecah masing-masing dua tingkatan kelas yang akan dicampur menjadi 2 sehingga ruangan tidak terlalu penuh dan akan mengakibatkan pembelajaran tidak efektif. c. Karena ada 2 kelas pembelajaran kelas rangkap model 221 ini, maka guru yang harus mengelolanya pun harus dua orang guru atau dua tim guru.



Susilowati (2001) dalam bukunya Pembelajaran Kelas Rangkap juga menjelaskan kelebihan dan kekurangan Model PKR 221 1. Kelebihan Model PKR a. Peserta didik mempunyai kecendrungan untuk mengembangkan kebiasaan bekerja secara independen dan keterampilan belajar sendiri, b. Kelompok diantara para siswa yang berbeda usia dan tingkatan mempunyai kecendrungan berkembangnya etika, kepedulian tanggung jawab kelompok. c. Peserta didik mengembangkan sikap positif tetang saling membantu satu sama lain d. Para siswa yang belajar dalam kelas rangkap akan lebih berkembang dengan perpaduan antara strategi pembelajaran kelas rangkap, pembelajaran kooperatif, kelompok



yang beragam,



tugas-tugas



yang menunjang



perkembangan, pendekatan tutor multiusia, waktu yang luwes dan evaluasi yang positif



2. Kelemahan model PKR 221 a. Keterbatasan berbagai sumber belajar untuk mrnunjang pelaksanaan pembelajaran terutama yang berupa buku-buku teks, bahan belajar yang lainnya dan alat bantu mengajr b. Jika siswa dalam kelas jumlahnya lebih dari 25 siswa maka kelas PKR harus dibagi menjadi 2 kelas c. Tidak semua guru memiliki kemampuan mengelola siswa heterogen dalam ruangan yang sama.



Dari uraian di atas model ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan model ini adalah dapat meningkatkan keaktifan siswa, untuk bekerja sama dengan antara tingkat kelas yang berbeda dalam satu ruangan yang sama, dan juga melatih siswa agar berani untuk bertanggung jawab terhadap kelompok yang diembannya, dan kelemahan dari model ini yaitu semua siswa mempunyai keberanian untuk mengembangkan potensi yang ada didalam diri siswa tersebut, disamping itu tidak semua guru bisa mengembangkan kemampuan untuk mengelola siswa yang heterogen dalam ruangan yang sama.



BAB III KESIMPULAN Pembelajaran kelas rangkap adalah suatu model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap di SD banyak dilakukan baik di Indonesia maupun negara maju. Penggunaan model ini dilakukan karena faktor kekurangan tenaga guru, letak geografis yang sulit dijangkau, jumlah siswa relatif kecil, keterbatasan ruangan, atau ketidakhadiran guru. Pembelajaran Kelas Rangkap memiliki beberapa model pembelajaran, yaitu Model PKR 221, Model PKR 222, Model PKR 333. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) menuntut siswa untuk belajar lebih mandiri dan kontekstual, seingga secara tidak langsung interaksi antara siswa yang baik dan intensif akan membentuk karakter siswa yang positif. Jika kita kaitkan dengan penerapan Kurikulum 2013/ K13 yang menekankan pada pembelajaran tematik, PKR ini juga cocok diterapkan. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang memadukan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran.



DAFTAR PUSTAKA Dicko. (2021). Kekurangan Guru, 116 SDN di Kabupaten Probolinggo Terapkan Kelas Rangkap. Diunduh 26 Mei 2022 dari https://www.timesindonesia.co.id/read/news/352620/kekurangan-guru-116-sdndi-kabupaten-probolinggo-terapkan-kelas-rangkap Djalil, A. dkk. (2021). Pembelajaran Kelas Rangkap. Banten: Universitas Terbuka Franklin, M.P (1967). Multigrading in Elementary Education: Manitoba journal of education, XLIII, hal 513 La Iru dan La Ode Safiun Arihi. (2012) Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi dan Model-Model Pembelajaran. Jogjakarta: Multi Presindo. Musfah, J. (2016). Analisis Kebijakan Pemerintah. Jakarta: Kencana Sudrajat, H. (2005). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Mutu sekolah (MPMBS). Bandung: Cipta Grafika. Susilowati. (2001) Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Universitas Terbuka Wardhani, IGK, AK. (2012). Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta:Universitas Terbuka. Wilkinson, G. (1980). Media dalam Pembelajaran: Penelitian Selama 60 Tahun, Ed. Indonesia. Jakarta: CV. Rajawali Yuwono. (2019). Kisah SD di Gunungkidul, Murid Cuma 11, Tak Ada Pula Siswa Baru. Diunduh 26 Mei 2022 dari https://regional.kompas.com/read/2019/07/18/09005511/kisah-sd-digunungkidul-murid-cuma-11-tak-ada-pula-siswa-baru?page=all