Tugas Tutorial II Pembaharuan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS TUTORIAL 2 Pembaharuan Dalam Pembelajaran di SD Tutor : Drs. Wayan Meter, M.Pd



Oleh : NAMA



: LIGAWATI MAENGKOM



NIM



: 838355658



SEMESTER



: VI (6)



PROGRAM STUDI



: S1 PGSD



POKJAR KOTAMOBAGU UPBJJ MANADO



UNIVERSITAS TERBUKA



TUGAS TUTORIAL II Program Studi Kode Mata Kuliah Nama Mata Kuliah Jumlah sks Nama Pengembang Nama Penelaah Tahun Pengembangan Status Pengembangan Edisi KeNo. 1.



2.



3.



4.



5.



: PGSD : PDGK4505 : Pembaharuan dalam Pembelajaran di SD : 3 sks : Dr. Deni Setiawan, S.Sn, M.Hum : : 2018 : Baru/Revisi* : UraianTugas Tutorial



Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Hakikat pembelajaran konstruktivistik menurut Brooks & Brooks (1993) adalah pengetahuan bersifat nonobjektif, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Di dalam konstruktivisme terdapa beberapa bagian lagi, di antaranya adalah empat prinsip konstruktivistik sosial. Uraikan keempat prinsip tersebut! Proses pembudayaan terjadi dalam bentuk proses enkulturasi (enculturation) dan proses akulturasi (acculturation). Jelaskan perbedaan proses enkulturasi dan akulturasi budaya dalam pendidikan anak! Berikanlah contohnya masing-masing! Pembelajaran SETS tidak hanya memperhatikan isu masyarakat dan lingkungan yang telah ada dan mengaitkannya dengan unsur lain, tetapi juga pada cara melakukan sesuatu untuk kepentingan masyarakat dan lingkungan itu yang memungkinkan kehidupan masyarakat serta kelestarian lingkungan terjaga sementara kepentingan lain terpenuhi.Uraikan karakteristik pembelajaran SETS! Secara konstitusional sesungguhnya pendidikan demokrasi dan HAM sudah ada sejak tahun 1945 yang ditujukan unuk “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Menurut Gandal dan Finn (1992) terutama di Negara berkembang, Pendidikan demokrasi sering dianggap takenforgrantedandignored yaitu dianggap sebagai hal yang akan terjadi dengan sendirinya atau malah dilupakan. Apabila dalam program pendidikan, terdapat beberapa tuntutan terhadap paradigm baru terkait dengandemokrasi dan HAM. Uraikan tuntutan paradigm baru dalam program pendidikan tersebut! Secara keilmuan, pendidikan demokrasi dan HAM merupakan bagian integral dari pendidikan kewarganegaraan, yang pada dasarnya bertujuan



Skor Maksimum



Sumber Tugas Tutorial



20



Modul 4 PDGK4505



20



Modul 4 PDGK4505



Modul 4 PDGK4505



Modul 5 PDGK4505



Modul 5 PDGK4505



untuk mengembangkan individu menjadi warga negara yang cerdas dan baik. Salah satu model yang digunakan adalah PKKBI. PKKBI membelajarkan siswa memiliki kepekaan sosial dan memahami permasalahan yang terjadi dilingkungan secara cerdas. Uraikan karakteristik substansif dan psikopedagogis PKKBI! *) Coret yang tidak perlu



JAWABAN : 1. Hakikat Pembelajaran Konstruktivistik Menurut Brooks & Brooks (1993) adalah pengetahuan bersifat non-objektif, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna. Atas dasar ini, maka siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalaman dan perspektif yang digunakan dalam menginterpretasikannya. Menurutnya terdapat empat panduan prinsip konstruktivisme : a) Prinsip 1 : Permasalahan yang muncul sebagai hal yang relevan dengan siswa yaitu dalam banyak contoh, masalah style Anda mengajar mungkin akan menjadi relevan dengan selera untuk para siswa, dan mereka akan mendekatinya, merasakan keterkaitannya kepada kehidupan mereka. b) Prinsip 2 : Struktur belajar di sekitar konsep-konsep utama : Mendorong para siswa untuk membuat makna dari bagian-bagian yang menyeluruh/utuh ke dalam bagian-bagian yang terpisah-pisah. Hindari mulai dengan bagian-bagian dahulu untuk membangun kemudian sesuatu yang "menyeluruh/utuh." c) Prinsip 3 : Carikan dan hargai poin-poin pandangan siswa sebagai jendela memberi alasan mereka. : Tantangan gagasan dan pencarian elaborasi yang tepat ditangkap siswa, sering mengancam banyak siswa. Maksudnya adalah bahwa sering para siswa di dalam kelas yang secara tradisional mereka tidak bisa menduga serta menghubungkan apa yang guru maksudkan untuk jawaban yang benar dan cepat, agar ia tidak berada di luar topik dari diskusi kelas yang diadakan. Mereka harus betulbetul "masuk" dan ”sibuk” ikut mengkaji tugas-tugas dalam belajar sebagai konstruktivis lingkungan melalui petanyaan-peranyaan, sanggahan, ataupun jawaban yang diajukan. Sebab dalam belajar konstruktivisme pengetahuan menuntut tidak hanya waktu untuk mencerminkan atau menguaraikan tetapi juga untuk waktu praktik menjelaskan. Dengan demikian kedudukan dan peranan demonstarsi, siswa tidak hanya dituntut dalam pengembangan fluency-nya saja melainkan terhindar dari situasi dan kondisi yang dapat menimbulkan verbalisme. d) Prinsip 4. Sesuaikan pembelajaran dengan perkiraan menuju pengembangan siswa : Memperkenalkan topik kajian pengembangan dengan tepat atau sesuai, adalah suatu awal yang baik untuk dapat dipahami pengembangan konsep berikutnya



2. Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Enkulturasi mengacu pada proses dimana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. enkulturasi menyebabkan budaya masyarakat tertentu bergerak dinamis mengikuti perkembangan jaman.mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. 3. Karakteristik Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology, and Society) Pembelajaran SETS dikembangkan dari pembelajaran sbb : a) Peserta didik mengidentifikasi permasalahan lingkungan dan dampaknya. b) Penggunaan sumber daya lokal baik manusia maupun material alam dalam menggali informasi untuk memecahkan masalah. c) Partisipasi aktif peserta didik dalam mengumpulkan informasi yang dapat diterapkan dalam penyelesaian masalah di kehidupan sehari-hari. d) Tambahan waktu belajar baik di kelas, di luar kelas, maupun di sekolah. e) Fokus kepada pengaruh sains dan teknologi dalam diri peserta didik. f) Pandangan bahwa konten sains lebih dari perluasan dari konsepkonsep spesifik yang harus dikuasai peserta didik untuk menghadapi ujian. g) Penekanan pada keterampilan proses sehingga peserta didik terlatih dalam menggunakan keterampilan proses untuk memecahkan permasalahan. h) Penekanan pada kesadaran berkarir terutama karir yang berhubungan pada sains dan teknologi. i) Keuntungan yang diperoleh peserta didik adalah didapatnya pengalaman menjadi warga negara yang memecahkan isu yang diidentifikasi. j) Mengidentifikasi cara sains dan teknologi dapat berpengaruh di kemudian hari. k) Beberapa otonomi dalam proses pembelajaran seperti isu individu diidentifikasi dan dipertimbangkan. 4. Tuntutan Paradigma Baru Pembaruan pendidikan tidak mungkin terjadi tanpa adanya pembaruan paradigma. Pembaruan paradigma pendidikan harus dapat mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan internal dan global. Paradigma tersebut haruslah mengarah kepada lahirnya generasi bangsa Indonesia yang bersatu dan demokratis. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan dan penyusunan kurikulum yang sentralistik harus diubah dan disesuaikan dengan tuntutan pendidikan yang demokratis. Demikian pula dalam menghadapi gelobalisasi, maka proses pendidikan haruslah dapat meningkatkan kemampuan berkompetisi di dalam kerja sama, inovatif, dan meningkatkan kualitas. Oleh sebab itu, paradigma baru pendidikan nasional dapat mengembangkan kebhinekaan menuju satu masyarakat Indonesia yang bersatu dan demokratis. Dengan demikian, paradigma baru pendidikan nasional haruslah dituangkan dalam bentuk kebijakan pemerintah. Kebijakan tersebut dapat dijabarkan dalam berbagai program pengembangan pendidikan nasional secara bertahap dan berkelanjutan (Tilaar, 2000:19).



5. Karakteristik Substantif dan Psiko-Pedagogis sebagai berikut adalah Menerapkan model “portfolio-based learning” atau “model pembelajaran berbasis portofolio” dan “portfolio-assissted assessment” atau “penilaian berbasis portofolio” yang dirancang dalam desain pembelajaran yang memadukan secara sinergis model-model   Problem Solving (pemecahan masalah),  Social Inquiry (penelitian sosial), “  Social Involvement (perlibatan sosial),   Cooperative Learning (belajar bersama),   Simulated Hearing (simulasi dengar pendapat),   Deep-Dialogue And Critical Thinking (dialog mendalam dan berpikir kritis),   Value Clarification (klarifikasi nilai),   Democratic Teaching (pembelajaran demokratis).” Dengan demikian model ini potensial menghasilkan “powerful learning” atau belajar yang berbobot dan bermakna yang secara pedagogis bercirikan prinsip bermakna, terpadu, berbasis nilai menantang,dan menyenangkan.