Tugas Uts Farmasi (Fixed) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UJIAN TENGAH SEMESTER MANAJEMEN OBAT



Program Studi



: Magister Administrasi Rumah Sakit



Dosen Pengampu



: Dr. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt. MARS



Waktu dan Tempat



: Pasca Sarjana MARS-05 UEU (Kebon Jeruk)



Sifat Ujian



: Ujian Tengah Semester



Peserta



: Feggy Ekatama Anggela – 20170309090 Ferry Ferdian Nugraha – 20170309092 Yenny Desniaty - 20170309091 Elisabeth Margaretha P - 20170309079 Christian Sutiono - 20170309084



BAB I PENDAHULUAN



Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bertujuan utama memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sesuai dengan Permenkes RI No. 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit, Rumah Sakit didefinisikan sebagai institusi



pelayanan



kesehatan



yang



menyelenggarakan



pelayanan



kesehatan



perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Oleh karena itu, setiap rumah sakit memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara maksimal. Seiring dengan berkembangnya persaingan global, negara menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat, terutama dalam bidang kesehatan. Hal ini mengharuskan pihak manajemen rumah sakit mengelola keuangan secara lebih efisien dalam pelaksanaan pelayanan, termasuk dalam penyediaan obatobatan tanpa mengurangi kualitas pelayananan, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia. Dalam Permenkes No. 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dijabarkan bahwa pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung---yang diselenggarakan oleh unit pelaksana fungsional yaitu Instalasi Farmasi---dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan ketersediaan farmasi agar mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Perencanaan perbekalan farmasi merupakan suatu proses menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian, baik secara langsung atau tender dari distributor, produksi/pembuatan sediaan farmasi baik steril maupun non steril, maupun berasal dari sumbangan/hibah. Pengadaan yang efektif



harus mempertimbangkan jaminan ketersediaan



jumlah dalam waktu yang tepat



dengan harga yang terjangkau dan kesesuaian dengan standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan jenis obat, penentuan jumlah yang dibutuhkan, serta penyesuaian antara kebutuhan dan dana (Depkes RI, 2014). Sistem perencanaan perbekalan farmasi memerlukan evaluasi perencanaan untuk mengendalikan pengadaan obat-obat di antaranya ialah analisis ABC, analisis VEN (Vital, Esensial, Non-esensial), dan analisis EOQ (Economy Order Quantity). Manajemen persediaan obat merupakan suatu sistem yang bertujuan merespon kebutuhan aktual pasien. Metode pemodelan matematika yang paling banyak digunakan adalah Economic Order Quantity (EOQ)--untuk menghitung pemesanan dengan biaya optimum dan seimbang antara biaya persediaan dengan biaya tambahan. Metode analisis ABC merupakan metode pembuatan grup atau penggolongan berdasarkan perangkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A (nilai investasi tinggi), B (nilai investasi sedang) dan C (nilai investasi rendah). Metode ini dapat digunakan untuk menganalisis pola konsumsi perbekalan farmasi dan sangat berguna dalam memfokuskan perhatian manajemen terhadap penentuan jenis barang yang paling penting dan perlu diprioritaskan dalam persediaan. Analisis VEN merupakan suatu sistem yang digunakan untuk menentukan seleksi, pengadaan, dan penggunaan perbekalan farmasi atau penentuan prioritas kebutuhan suatu perbekalan farmasi, dengan kata lain analisis VEN dapat digunakan dalam penentuan apakah suatu jenis perbekalan farmasi termasuk vital (harus tersedia), esensial (perlu tersedia), atau non-esensial (tidak prioritas untuk disediakan) (Anonim, 2008). Analisis VEN dapat membantu dalam pengontrolan stok obat-obatan sehingga menghindari terjadinya kekosongan (stock-out) dan memperbesar manfaat dari dana yang tersedia (Devnani et al, 2010).



Gabungan analisis ABC-VEN dapat digunakan dalam proses evaluasi pola pengadaan dengan dasar prioritas (Quick et al, 2012). Analisis ABC indeks kritis merupakan kombinasi analisis ABC yang meliputi analisis ABC nilai pakai dan nilai investasi serta analisis VEN--yang digunakan dalam peningkatan efisiensi penggunaan dana terutama pada obat-obatan (Suciati dan Adisasmito, 2006).



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



METODE ABC Definisi Metode ABC atau Analisis ABC juga dikenal dengan nama analisis Pareto. Analisis ABC merupakan metode pembuatan grup atau penggolongan berdasarkan peringkat nilaidari nilai tertinggi hingga terendah, dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yangdisebut kelompok A, B dan C. 1. Kelompok A adalah inventory dengan jumlah sekitar 20% dari item tapi mempunyai nilai investasi sekitar 80% dari total nilai inventory. 2. Kelompok B adalah inventory dengan jumlah sekitar 30% dari item tapimempunyai nilai investasi sekitar 15% dari total nilai inventory. 3. Kelompok C adalah inventory dengan jumlah sekitar 50% dari item tapimempunyai nilai investasi sekitar 5% dari total nilai inventory (Suciati, 200). Besarnya persentase ini adalah kisaran yang bisa berubah-ubah dan berbedaantara perusahaan satu dengan yang lainnya (Maimun, 2008).Kelompok A adalah kelompok yang sangat kritis sehingga perlu pengontrolansecara ketat, dibandingkan kelompok B yang kurang kritis, sedangkan kelompok Cmempunyai dampak yang kecil terhadap aktivitas gudang dan keuangan (Maimun,2008). Dalam keterkaitannya dengan persediaan di IFRS maka yang dimaksud kelompok A adalah kelompok obat yang harganya mahal, maka harus dikendalikansecara ketat yaitu dengan membuat laporan penggunaan dan sisanya secara rinci agar dapat dilakukan monitoring secara terus menerus. Oleh karena itu disimpan secararapat agar tidak mudah dicuri bila perlu dalam persediaan pengadaannya sedikit atau tidak ada sama sekali sehingga tidak ada dalam penyimpanan. Sedangkan pengendalian obat untuk kelompok B tidak seketat kelompok A. Meskipun demikian laporan penggunaan dan



sisa obatnya dilaporkan secara rinci untuk dilakukan monitoring secara berkala pada setiap 1-3 bulan sekali. Cara penyimpanannya disesuaikan dengan jenis obat dan perlakuannya. Pengendalian obat untuk kelompok C dapat lebih longgar pencatatan dan pelaporannya tidak sesering kelompok B dengan sekali-kali dilakukan monitoring dan persediaan dapat dilakukan untuk 2-6 bulan dengan penyimpanan biasa sesuai dengan jenis perlakuan obat.Prinsip ABC ini dapat diterapkan dalam pengelolaan pembelian, inventory, penjualan dan sebagainya. Dalam organisasi penjualan, analisis ini dapat memberikaninformasi terhadap produk-produk utama yang memberikan revenue terbesar bagi perusahaan. Pihak manajemen dapat meneruskan konsentrasi terhadap produk ini,sambil mencari strategi untuk mendongkrak penjualan kelompok B (Maimun, 2008).



Prosedur analisis ABC Prinsip



utama



analisis



ABC



adalah



dengan



menempatkan



jenis-jenis



perbekalanfarmasi ke dalam suatu urutan, dimulai dengan jenis yang memakan anggaranterbanyak. Urutan langkah sebagai berikut :



1. Kumpulkan kebutuhan perbekalan farmasi yang diperoleh dari salah satumetode perencanaan, daftar harga perbekalan farmasi, dan biaya yangdiperlukan untuk tiap nama dagang. Kelompokkan ke dalam jenisjenis/katagori, dan jumlahkan biaya per jenis/ katagori perbekalan farmasi. 2. Jumlahkan



anggaran



total,



hitung



masing-masing



prosentase



jenis



perbekalanfarmasi terhadap anggaran total. 3. Urutkan kembali perbekalan farmasi di atas mulai dari yang memakan prosentase biaya paling banyak. 4. Hitung prosentase kumulatif, dimuali dengan urutan 1 dan seterusnya. 5. Identifikasi perbekalan farmasi yang menyerap ± 70% anggaran perbekalan total. 6. Perbekalan farmasi katagori A menyerap anggaran 70% 7. Perbekalan farmasi katagori B menyerap anggaran 20% 8. Perbekalan farmasi katagori C menyerap anggaran 10%. (DepKes RI, 2008).



Cara Perhitungan analisis ABC : 1. Hitung jumlah dana yang dibutukan untuk masing-masing obat dengan caramengalikan jumlah obat dengan harga obat. 2. Tentukan rangkingnya mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil. 3. Hitung presentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan. 4. Hitung akumulasi persennya. 5. Perbekalan farmasi kategori A termasuk dalam kumulasi 70%. 6. Perbekalan farmasi kategori B termasuk dalam kumulas 71-90%. 7. Perbekalan farmasi kategori C termasuk dalam kumulasi 90-100%. (DepKes RI, 2008).



Pengendalian barang berdasar analisis ABC adalah sebagai berikut : Tabel I. Pengendalian Barang berdasarkan Analisis ABC



Pengendalian Laporan Penyimpanan Monitoring Persediaan



Kelompok A Ketat Ketat Dan Rinci Rapat Terus Menerus Tidak Ada Atau



Pengecekan



Sedikit Ketat



Kelompok B Moderat Ketat Dan Rinci Baik Kekurangan Persediaan



Kelompok C Longgar Biasa Biasa Sedikit Dilakukan



Moderat (2-3 Bulan)



2-6 Bulan



Dasar Pada Perubahan



Tak Perlu Atau



Kebutuhan



Sedikit Dilakukan



METODE VEN Metode VEN merupakan pengelompokan obat berdasarkan kepada dampak tiap jenis obat terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang direncanakan dikelompokan kedalam tiga kategori yakni (Maimun, 2008) : 1. Vital (V) adalah kelompok jenis obat yang sangat esensial (vital), yang termasuk dalam kelompok ini antara lain : obat penyelamat (life saving drug), obat-obatan untuk pelayanan kesehatan pokok dan obat-obatan untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar. Contoh obat yang termasuk jenis obat Vital adalah adrenalin, antitoksin, insulin, obat jantung, 2. Esensial (E) bila perbekalan farmasi tersebut terbukti efektif untuk menyembuhkan penyakit, atau mengurangi penderitaan pasien. Contoh obatyang termasuk jenis obat Essensial adalah antibiotic, obat gastrointestinal, NSAID dan lain lain. 3. Non-esensial



(N)



meliputi



aneka



ragam



perbekalan



farmasi



yang



digunakanuntuk penyakit yang sembuh sendiri (self limiting disease), perbekalanfarmasi yang diragukan manfaatnya, perbekalan farmasi yang mahal namuntidak mempunyai kelebihan manfaat disbanding perbekalan farmasi



lainnya.Contoh obat yang termasuk jenis obat Non-essensial adalah vitamin, suplemen dan lain-lain.



Penggolongan Obat Sistem VEN dapat digunakan : 1. Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang tersedia. 2. Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok vital agar diusahakan tidak terjadi kekosongan obat 3. Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan terlebih dahulu kriteria penentuan VEN. Dlm penentuan kriteria perlu mempertimbangkan kebutuhan masing-masing spesialisasi.



Langkah-langkah menentukan VEN. 1. Menyusun kriteria menentukan VEN 2. Menyediakan data pola penyakit 3. Standar pengobatan KOMBINASI ABC DAN VEN Jenis obat yang termasuk kategori A (dalam analisis ABC) adalah benar-benar yangdiperlukan untuk menanggulangi penyakit terbanyak dan obat tersebut statusnya harus Edan sebagain V (dari analisa VEN). Sebaliknya jenis obat dengan status N harusnyamasuk dalam kategori C (Maimun, 2008). Digunakan untuk menetapkan prioritas pengadaan obat dimana anggaran yang ada tidak sesuai kebutuhan. Matriks ABC-VEN



Metode



gabungan



A



B



C



V



VA



VB



VC



E



EA



EB



EC



N



NA



NB



NC



ini



digunakan



untuk



melakukan



pengurangan



obat.



Mekanismenya adalah sebagai berikut: 1. Obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas pertama untuk dikurangi ataudihilangkan dari rencana kebutuhan, bila dana masih kurang, maka obat kategori NB menjadi prioritas selanjutnya dan xobat yang masuk kategori NA menjadi prioritas berikutnya. Jika setelah dilakukan dengan pendekatan ini dana yangtersedia masih juga kurang lakukan langkah selanjutnya.



2. Pendekatan sama dengan pada saat pengurangan obat pada kriteria NC, NB, NAdimulai dengan pengurangan obat kategori EC, EB dan EA (Maimun, 2008).



BAB III PROFIL RS HUSADA Organisasi dan Tatalaksana Direktur Utama RS HUSADA adalah penanggungjawab atas kebijakan yang diberlakukan di rumah sakit, termasuk kebijakan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi. Direktur Medik dan Keperawatan adalah pengendali program pengelolaan perbekalan farmasi di RS HUSADA. Panitia Farmasi dan Terapi adalah panitia ahli di bawah Direktur Medik dan Keperawatan yang membantu Direktur Utama dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi di RS HUSADA. Bidang Pelayanan Medik adalah staf pengendali program pengelolaan perbekalan farmasi yang bertugas melakukan pengkajian terhadap perencanaan yang diusulkan Instalasi Farmasi beserta departemen / unit pelayanan dan sistem pengendaliannya. Departemen Medik adalah unit kerja fungsional yang bertugas untuk mengelola kegiatan pelayanan medik sesuai standar pelayanan, etika, disiplin profesi, dan keselamatan pasien serta mengkoordinasikan pelayanan, pendidikan, penelitian. Instalasi Farmasi adalah unit kerja fungsional yang berada di bawah Direktorat Medik dan Keperawatan dan mempunyai tugas melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi kebutuhan semua pelayanan kesehatan di RS HUSADA yang optimal, produksi sediaan farmasi, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi di satelit farmasi, serta melaksanakan pelayanan farmasi klinik sesuai prosedur kefarmasian dan etik profesi. Satelit Farmasi adalah bagian dari Instalasi Farmasi yang memberikan pelayanan farmasi di unit pelayanan. Depo Farmasi adalah tempat menyimpan perbekalan farmasi berupa bahan medis habis pakai (BMHP) yang berada di bawah dan menjadi tanggung jawab unit kerja pelayanan.



Unit Layanan Pengadaan adalah unit kerja fungsional yang berada di bawah Direktorat Umum dan Operasional yang bertugas untuk melakukan pembelian melalui prosedur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Panitia Penerimaan adalah Panitia yang dibentuk oleh Direktur Utama untuk menerima barang yang dibeli. Instalasi Administrasi Logistik adalah unit kerja fungsional yang berada di bawah Direktorat Umum dan Operasional yang mempunyai tugas melaksanakan pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengawasan perbekalan farmasi sesuai prosedur. Pengelolaan obat dan perbekalan farmasi lainnya di RS HUSADA diselenggarakan dengan sistem satu pintu sesuai Undang Undang No. 44/2009 tentang Rumah Sakit, pasal 15 ayat 3. Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan peraturan perbekalan farmasi RS HUSADA dilakukan secara terbuka dan akuntabel. Kepala Instalasi Farmasi merupakan apoteker berizin praktik yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk mengarahkan dan melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dan penggunaan obat di RS HUSADA.



PENJELASAN SUMBER DAYA MANUSIA INSTALASI FARMASI 1. Gudang Farmasi Gudang Farmasi membawahi Penerimaan Barang dan Produksi Rincian nya : a. Penanggung Jawab : 1 orang b. Pengecekan Stok Obat : 1 orang c. Pelaksana Vorad : 1 orang d. Pengambilan, Pengeluaran : 3 orang e. Produksi dan Pengantaran : 1 orang f. Penerimaan Barang : 2 orang SDM saat ini : Pagi : 7 orang, Siang : 2 orang Kurang SDM : 2 orang 2. Farmasi Rawat Inap Farmasi rawat inap membawahi Farmasi Kamar Bedah Rincian nya : Rawat Inap a. Penanggung Jawab : 1 orang b. Penyerahan : 1 orang c. Pengetikan : 1 orang d. Pengemasan : 2 orang e. Pengambilan : 2 orang f. Verifikasi : 1 orang SDM saat ini Pagi : 6 orang, Siang : 4 orang Kurang SDM : 3 orang Farmasi Kamar Bedah a. Pagi : 1 orang b. Siang : 1 orang c. Malam : 1 orang d. Libur : 1 orang SDM saat ini sudah sesuai 4 orang 3. Farmasi Rawat Jalan Graha Utama Farmasi rawat jalan membawahi a. Penanggung Jawab : 1 orang b. Pengetikan Lt.1 : 2 orang c. Pengetikan Lt.2 : 1 orang d. Pengambilan : 2 orang e. Pengemasan : 2 orang f. Penimbangan : 1 orang g. Racikan : 1 orang h. Verifikasi : 1 orang i. Penyerahan : 1 orang



SDM saat ini



Pagi Siang Pagi Siang Malam Libur



Kurang SDM



: 11 orang senin, rabu, jumat : 11 orang : 10 orang selasa, kamis, sabtu : 10 orang : 4 orang (senin s.d sabtu) 3 orang (minggu) : 4 orang : 12 orang



Farmasi Poli Klinik a. Penanggung Jawab b. Pengetikan c. Pengambilan d. Pengemasan e. Penimbangan & Peracikan f. Verifikasi g. Penyerahan SDM saat ini Pagi Kurang SDM



: 1 orang : 1 orang : 1 orang : 1 orang : 1 orang : 1 orang : 1 orang : 5 orang : 2 orang



Farmasi IGD a. Pagi : 1 orang b. Siang : 1 orang c. Malam : 1 orang d. Libur : 1 orang SDM saat ini sudah sesuai 4 orang 4. Farmasi Klinik a. Penanggung Jawab b. Pelaksana SDM saat ini 2 orang Kurang SDM : 1 orang



: 1 orang : 2 orang



ALUR GUDANG FARMASI RS. HUSADA 1. Perencanaan Pengadaan (Material Request) :



Pembuatan MR •



tarik data melalui sistem







dilakukan oleh petugas gudang farmasi







untuk vorad ruangan tidak ada stok. Dipesan ketika ada PP/order dari ruangan



Pengecekan & penandatanganan MR •



dicek oleh Ka.Instalasi Farmasi (jika ada revisi, cetak ulang)







dicek dan ditandatangani oleh bagian pembelian dst



Proses pencetakan PO •



dilakukan oleh bagian pembelian



2. Penerimaan :



Distributor datang membawa faktur



Cek kesesuaian PO, faktur, dan barang



Input LPB 3. Penyimpanan Barang Datang : Barang datang dari penerimaan barang



dimasukkan kedalam masingmasing rak & catat kartu stok



Masukkan nomor LPB. Cek kesesuaian barang dengan LPB



4. Pelayanan dan Distribusi Unit Farmasi : Unit farmasi membuat gatelist order mutasi untuk kebutuhan 1 minggu Approval oleh petugas gudang farmasi (mutasi barang) Petugas mengambil barang sesuai jumlah barang yang dimutasi dg melakukan pemotongan stok pada kartu stok



Barang diantarkan ke unit farmasi Verifikasi oleh petugas unit farmasi



ALUR PELAYANAN RESEP BPJS APOTEK POLIKLINIK/RAWAT JALAN RS. HUSADA : RESEP BPJS CEK KELENGKAPAN ADMINISTRASI NO. ANTRIAN: 1. RACIK 2. NON RACIK



PROSES INPUT



RACIK



PRB



KRONIS



NON KRONIS



RESEP TIDAK TERBACA



PENGECEKAN RIWAYAT PEMAKAIAN OBAT



KONFIRMASI DOKTER INPUT RESEP



RACIK



NON RACIK



PERHITUNGAN DOSIS



PENYIAPAN OBAT



PEMBERIAN ETIKET



PERACIKAN OBAT



OBAT DI VERIFIKASI OBAT DISERAHKAN OBAT DIPERIKSA KEMBALI OLEH OLEH APOTEKER PENGEMASAN OBAT APOTEKER KEPADA PASIEN (PIO) ALUR PELAYANAN RESEP UMUM APOTEK POLIKLINIK/RAWAT JALAN RS. HUSADA :



RESEP UMUM RESEP TIDAK TERBACA



CEK KELENGKAPAN ADMINISTRASI INPUT RESEP



KONFIRMASI DOKTER



PROSES PEMBAYARAN/BILLING



NO. ANTRIAN: 1. RACIK 2. NON RACIK



PENYIAPAN OBAT



RACIK



NON RACIK



PERHITUNGAN DOSIS



OBAT DISIAPKAN



PENGEMASAN OBAT



PERACIKAN OBAT



PEMBERIAN ETIKET



OBAT DIPERIKSA KEMBALI OLEH APOTEKER



OBAT DI VERIFIKASI



OBAT DISERAHKAN OLEH APOTEKER KEPADA PASIEN (PIO)



BAB IV PEMBAHASAN



A. Obat-Obatan yang Dipakai 1. Oste forte tab -



Komposisi: Glucosamine HCL 500 mg, chondroitin sulphate 400 mg, vit C 50



-



mg, manganese 0.5 mg, Mg 5 mg, Zn 2.5 mg, Zn 5 mg. Indikasi: OA, membantu meningkatkan pembentukan kolagen, memelihara kesehatan persendian



2. Inviclot inj 25000 IU/25 ml -



Komposisi: Heparin Na.



-



Indikasi: Profilaksis dan terapi thrombosis vena dan emboli paru, terapi emboli arteri, mencegah pembekuan di arteri dan bedah jantung, thrombosis serebral, antikoagulan pada transfusi darah, sirkulasi ekstrakorporal, dialysis untuk kepentingan laboratorium



3. Imboost force tablet -



Komposisi: Echinacea 250 mg, black elderberry extr 400 mg dan Zn picolinate



-



10 mg. Indikasi: Terapi suportif untuk menstimulasi sistem imun terhadap infeksi akut, kronis atau rekuren terutama infeksi saluran napas, genitalia seperti kandidiasis dan vaginitis



4. Biocurliv tablet - Komposisi: Echinacea 250 mg, black elderberry extr 400 mg dan Zn picolinate 10 mg. - Indikasi: Terapi suportif untuk menstimulasi sistem imun terhadap infeksi akut, kronis atau rekuren terutama infeksi saluran napas, genitalia seperti kandidiasis dan vaginitis 5. Rimstar 4FDC - Komposisi: Rimfamicin 150 mg, INH 75 mg, pyrazinamide 400 mg, ethambutol 275 mg. - Indikasi: Penanganan TBC dan infeksi mikobakterial tertentu. 6.



Imunos tablet - Komposisi: Echinacea, zinc picolinate, selenium, ascorbic. - Indikasi: Suplemen nutrisi untuk menstimulir sistem imun tubuh selama terjadi infeksi saluran nafas akut dan kronik, terapi penunjang untuk infeksi akut dan kronik



7. Tebokan tablet -



Komposisi: Ekstr ginko billoba dari daun kering (50:1) 40 mg, standardized at 9.6mg ginkogoflavone glycosides..



-



Indikasi: Terapi simptomatik gangguan peredaran darah otakdan perifer



8. Yefamox 500 mg tablet - Komposisi : amoxicilin 500mg



- Indikasi dan mekanisme aksi :Infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas atas, bronchitis; pneumonia; otitis media; abses gigi dan infeksi rongga mulut lainnya; osteomielitis; penyakit lyme; profilaksis endokarditis; profilaksis paska splenektomi; infeksi ginekologis; gonorrhea; eradikasi Helicobacter pylori. Bekerja dengan cara mencegah pembentukan membran sel bakteri sehingga semua materi genetik yang ada di dalamnya terurai keluar dan menyebabkan bakteri mati 9. Lovenox inj 0,4 ml - Komposisi: enoxaparin Na. - Indikasi: Profilaksis gangguan tromboembolik vena terutama pada bedah ortopedi atau bedah umum pada pasien beresiko tinggi. Mencegah thrombosis pada sirkulasi ekstrakorporal selama hemodialisa. Terapi angina tidak stabil dan infark miokard gelombang non-Q jika di berikan bersama dengan asetosal. Profilaksis penyakit tromboembolik vena pada pasien yang harus berbaring terus ditempat tidur, dengan factor resiko sedang sampai tinggi 10. Digoxin 0,25 mg -



Komposisi: Digoxin 0,25 mg. Indikasi: Payah jantung kongestif akut dan kronis. Takikardia supraventrikuler paroksismal



11. Curcuma tablet -



Komposisi: Digoxin 0,25 mg. Indikasi: Payah jantung kongestif akut dan kronis. Takikardia supraventrikuler paroksismal



12. Osteoflam tab -



Komposisi: Glucosamine HCL 250 mg, chondroitin sulphate 200 mg, vit C 50



-



mg, manganese 0.25 mg, Mg 5 mg, Zn 2.5 mg, Zn 2.5 mg, MSM 350 mg. Indikasi: memelihara kesehatan sendi, OA.



13. Lanaven kapsul -



Komposisi:



purified



soya



bean



extr



(100



mcg)



40%



(containing



polyunsaturated phosphatidyl choline 95% & standardized 3-Sn-phosphatidyl choline), hippocastini extr 20%, citrus complex extr 26%. 14. Ephedrin HCl inj 50 mg/ml



-



Indikasi: Terapi penunjang gangguan pembuluh darah vena Epinephrine injeksi 0,5 mg /2 ml



- Kompisisi : Epinephrine 0,5 mg /2 ml - Indikasi dan mekanisme aksi : Epinephrine dapat digunakan dalam penatalaksanaan kasus cardiac arrest, syok anafilaktik. Epinephrine merupakan agonis reseptor alfa dan beta yang dapat meningkatkan cardiac output dan heart rate (Tatro, 2003). 15. Rimactazid 5 mg (INH) - Komposisi: Rimactazid 225/200, Rimfacin 225 mg, INH 200 mg, - Indikasi: Pengobatan TB yang disebabkan mikobakterium TB yang sensitif terhadap rimfamicin dan INH 16. Fargoxin injeksi 0,5 mg / 2 ml - Kompisisi : Digoxin 0,5 mg /2 ml - Indikasi dan mekanisme aksi :PengobatanCHF, atrial fibrilasi, atrial flutter, takikardiaatrium paroksismal, syok kardiogenik. Digoxin bekerja dengan carameningkatkan kekuatan dan kecepatan kontraksi sistolik miokard (tindakan inotropik positif), memperlambat denyut jantung, dan menurunkan konduksi melalui simpul atrioventrikular (Tatro, 2003).



17. Metformin HCl 850 mg -



Komposisi: Metformin HCL



-



Indikasi: Terapi awal untuk diabetes onset dewasa yang mengalami kelebihan berat badan atau gagal dilatasi dengan diet. Terapi kombinasi untuk kegagalan terapi sulfonil urea primer atau sekunder. Terapi tambahan pada IDDM untuk mengurangi dosis insulin



18. Curcuma plus sirup 60 ml -



Komposisi: vit B1 3 mg, vit B2 2 mg, vit B6 5 mg, vit B12 5 mcg, β-carotene 10%



-



4 mg, dexapanthenol 3 mg, curcuminoid 2 mg. Indikasi: Makanan tambahan untuk menambah nafsu makan dan alternative terapi hepatitis



19. Glibenklamid 5 mg (Losartan)



-



Komposisi: glibenklamid



-



Indikasi: Diabetes Mellitus tipe II



20. Farmoten tab 12,5 mg - Komposisi: captoril - Indikasi: Hipertensi, gagal jantung kongestif Analisis ABC Dalam melakukan analisis ABC (Pareto) perlu diketahui terlebih dahulu pola konsumsi di rumah sakit tersebut dan nilai dari masing-masing item obat yang akan dianalisis. Analisis ABC dilakukan terhadap 20 jenis obat yang digunakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Husada. Data pengeluaran dan total pembelian 20 obat di RS Husada pada tabel III. Data pengeluaran dan total pembelian diurutkan mulai dari yang tertinggi hingga yang terkecil yang kemudian ditentukan batasannya sesuai dengan ketentuan untuk masing-masing kelas. Penggunaan analis ABC dalam perencanaan bertujuan untuk melakukan identifikasi obat menurut nilai pemakaian dan nilai investasi sehingga manajemen dapat berorientasi pada obat yang jumlahnya sedikit, tetapi mempunyai nilai investasi yang besar. Hasil klasifikasi pareto 20 obat di RS Husada periode Juli 2017 juga dapat dilihat pada tabel II. Apabila IFRS mampu mengendalikan obat kelompok A maka rumah sakit dapat mengendalikan 80% dari biaya pengadaan obat. Pengendalian obat kelompok B berarti sudah mengendalikan sekitar 13% dari nilai obat yang digunakan di RS. Dengan pengelompokkan tersebut maka cara pengelolaan masing-masing akan lebih mudah sehingga perkiraan jumlah obat serta pengendalian stok dapat menjadi lebih baik. Analisis VEN Pada analisis VEN yang kami lakukan digunakan 20 macam obat, berikut hasil yang diperoleh : Tabel III. Analisis Obat yang termasuk dalam kategori VEN Vital, Esensial dan Non-esensial) Obat Vital Inviclot inj 25000 IU/25 ml Lovenox inj 0,4 ml Digoxin 0,25 mg Lanaven kapsul Ephedrin HCl inj 50 mg/ml Fargoxin inj 0,5 mg/2 ml



Obat Esensial Rimstar 4FDC Yefamox 500 mg (amoxicillin) Rimactazid 5 mg (INH) Metformin HCl 850 mg Glibenklamid 5 mg (Losartan)



Obat Non-esensial Oste forte tab Imboost force tablet Biocurliv tablet Imunos tablet Tebokan tablet Curcuma tablet



Osteoflam tab Curcuma plus sirup 60 ml Analisis Kombinasi ABC-VEN Analisis ABC-VEN digunakan untuk menentukan prioritas dalam pengelolaan obat mulai dari seleksi, pengadaan, penyimpanan dan distribusi. Metode gabungan ini digunakan untuk melakukan pengurangan obat, menghemat biaya dan meningkatkan efisiensi misalnya dalam pengelolaan stok. Obat yang masuk kategori vital (VA, VB, VC) merupakan pilihan utama untuk dibeli atau memerlukan perhatian khusus. NA menjadi prioritas pertama untuk dikurangi dari rencana kebutuhan. Bila dana terbatas, maka obat kategori NB menjadi prioritas selanjutnya untuk dikurangi dan obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas berikutnya.



Tabel IV. Analisis ABC-VEN 20 Item Obat Di Rumah Sakit Husada No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20



Jumlah Harga Total Pemakaian Satuan Harga Oste forte tab 3050 5,439.02 16,589,011.00 Inviclot inj 25000 IU/25 ml 234 59,644.53 13,956,820.02 Imboost force tablet 3120 4,455.12 13,899,974.40 Biocurliv tablet 1650 4,313.49 7,117,258.50 Rimstar 4FDC 770 5,870.29 4,520,123.30 Imunos tablet 927 4,675.00 4,333,725.00 Tebokan tablet 1000 4,212.40 4,212,400.00 Yefamox 500 mg (amoxicillin) 1200 2,083.24 2,499,888.00 Lovenox inj 0,4 ml 18 113,452.90 2,042,152.20 Digoxin 0,25 mg 1900 1,004.73 1,908,987.00 Curcuma tablet 2634 689.40 1,815,879.60 Osteoflam tab 310 4,028.03 1,248,689.30 Lanaven kapsul 67 12,375.00 829,125.00 Ephedrin HCl inj 50 mg/ml 67 10,285.00 689,095.00 Rimactazid 5 mg (INH) 70 8,784.67 614,926.90 Fargoxin inj 0,5 mg/2 ml 10 29,602.45 296,024.50 Metformin HCl 850 mg 1267 156.74 198,589.58 Curcuma plus sirup 60 ml 9 10,410.55 93,694.95 Glibenklamid 5 mg (Losartan) 600 59.76 35,856.00 Farmoten tab 12,5 mg (kaptopril) 67 200.00 13,400.00 ∑TOTAL HARGA Rp76,915,620 Nama Obat



% Total Harga 21.57 18.15 18.07 9.25 5.88 5.63 5.48 3.25 2.66 2.48 2.36 1.62 1.08 0.90 0.80 0.38 0.26 0.12 0.05 0.02



% Komulatif 21.57 39.72 57.79 67.04 72.92 78.55 84.03 87.28 89.93 92.42 94.78 96.40 97.48 98.37 99.17 99.56 99.82 99.94 99.98 100.00



Kategori ABC VEN A N A V A N A N B E B N B N B E B V B V C N C N C V C V C E C V C E C N C E C E



ABC-VEN AN AV AN AN BE BN BN BE BV BV CN CN CV CV CE CV CE CN CE CE



Persentase Item Obat Kategori A =



Obat Kategori B =



Obat Kategori C =



Persentase Nilai atau Persentase Kumulatif Obat Kategori A = 67.04% Obat Kategori B = 92.42% - 67.06% = 25.37% Obat Kategori C = 100% - 92.42% = 7.59 %



Tabel V. Hasil klasifikasi 20 obat pada matriks ABC-VEN V



A B Inviclot inj 25000 IU/25 ml Lovenox inj 0,4 ml Digoxin 0,25 mg



E



N



Rimstar 4FDC Yefamox 500 (amoxicillin) Oste forte tab Imboost force tablet Biocurliv tablet



Imunos tablet Tebokan tablet



C Lanaven kapsul Ephedrin HCl inj 50 mg/ml Fargoxin inj 0,5 mg/2 ml Rimactazid 5 mg (INH) mg Metformin HCl 850 mg Glibenklamid 5 mg (Losartan) Farmoten tab 12,5 mg (kaptopril) Curcuma tablet Osteoflam tab Curcuma plus sirup 60 ml



Pareto A tersusun dari 20% (4 item) dari 20 jenis obat dan mewakili 67,04% dari total pembelian yang terdiri dari Inviclot inj 25000 IU/25 ml, Oste forte tab, Imboost force tablet dan Biocurliv tablet. Kategori A memiliki nilai sampai 80% dari total nilai penjualan, sehingga ketersediaannya harus selalu dijaga di rumah sakit, khususnya untuk obat-obat vital. Obat yang termasuk kategori vital adalah Inviclot inj 25000 IU/25 ml. Obat ini menjadi prioritas dalam pembelian karena termasuk obat life saving yang dapat membahayakan pasien jika tidak diadakan.



Pareto B tersusun dari 30% (6 item ) dari 20 jenis obat dan mewakili 25,37% dari total pembelian yang terdiri dari Rimstar 4FDC, Imunos tablet, Tebokan tablet, Yefamox 500 mg (amoxicillin), Lovenox inj 0,4 ml, dan Digoxin 0,25 mg. Pareto C terdiri dari 50% (10 item) dari 20 jenis obat dan mewakili 7,59% dari total pembelian yang terdiri dari Curcuma tablet, Osteoflam tab, Lanaven kapsul, Ephedrin HCl inj 50 mg/ml, Rimactazid 5 mg (INH), Fargoxin inj 0,5 mg/2 ml, Metformin HCl 850 mg, Curcuma plus sirup 60 ml, Glibenklamid 5 mg (Losartan) dan Farmoten tab 12,5 mg (kaptopril). Obat-obat vital dengan kategori C seperti Lanaven kapsul, Ephedrin HCl inj 50 mg/ml, dan Fargoxin inj 0,5 mg/2 mlharus tetap tersedia di rumah sakit, walaupun nilai penjualannya kurang dari 10%, karena merupakan obat-obat lifesaving (penyelamat hidup) yang tanpa obat tersebut tingkat keselamatan pasien menurun. Sedangkan untuk obat-obat esensial dan non esensial yang termasuk kategori C seperti Rimactazid 5 mg (INH), Metformin HCl 850 mg, Glibenklamid 5 mg (Losartan), Farmoten tab 12,5 mg (kaptopril), Curcuma tablet, Osteoflam tab, dan Curcuma plus sirup 60 mlketersediaannya tidak harus terlalu dijaga karena kehabisan stok obat tersebut tidak mempengaruhi nilai pendapatan rumah sakit. Untuk melakukan pengadaan lebih ekonomis, jumlah obat yang dipesan dan waktu pemesanan harus sesuai dengan EOQ (Economic Order Quantity). Sebagai contoh obat esensial kategori A Cataflam D tablet 50 mg harus diorder dengan jumlah 218,14 tablet(± 4 box), sehingga dana yang digunakan lebih ekonomis. Matriks yang telah dibuat tersebut dapat menjadi sebuah pedoman pengelolaan obat yang telah dianalisis mulai dari pemilihan, pengadaan, penyimpanan, dan distribusi. Aplikasi analisis VEN-ABC dapat digunakan sebagai berikut : 1. Pemilihan: Obat-obat yang termasuk vital dan esensial harus diprioritaskan dalam pemilihan, terutama bila dana yang tersedia terbatas. Karena obat ini banyak dibutuhkan oleh pasien.



2. Pengadaan a. Menetapkan prioritas pengadaan Seluruh obat vital harus menjadi prioritas. Obat esensial juga harus mendapat prioritas khusunya jika obat-obat tersebut masuk pada kelompok pareto A dan B. Prioritas obat nonesensial yang masuk dalam pareto A dapat disisipkan pada obat esensial pareto A dan B. Obat non esensial yang termasuk pareto B dan C mendapatkan prioritas yang paling kecil. Urutan prioritasnya dapat disimpulkan sebagai berikut ini : VA, VB, VC > EA > NA > EB > NB > EC > NC. b. Menetapkan jumlah obat yang dipesan dan jumlah waktu pemesanan Metode economic order quantity (EOQ) digunakan sebagai acuan untuk mengetahui jumlah obat yang harus dipesan. EOQ bermanfaat untuk meminimalkan biaya simpan dan biaya pemesanan. Obat-obat yang perlu diperhatikan adalah obat-obat vital dan obat pareto A. Untuk menghitung EOQ dapat digunakan persamaan:



c. Monitoring penghantaran pesanan Proses distribusi barang dari distributor hingga sampai ke RS sangat mempengaruhi kualitas dari obat yang dipesan. Oleh karena itu distribusi obat vital dan obat-obat pareto A, B harus mendapat perhatian khusus kualitas obat yang dipesan tetap terjamin dan tidak dipesan pada sembarang PBF. d. Menetapkan pemasok (PBF) PBF memegang peran penting dalam ketersediaan suatu obat di rumah sakit. Semua obat vital dan obat yang termasuk pareto A, B harus dipasok dari sumber yang terpercaya agar dapat menjamin ketersediaan obat. Obat pareto C dapat dipercayakan kepada pemasok baru yang sekaligus dapat digunakan sebagai alat uji kelayakan pemasok baru tersebut.



3. Penyimpanan a. Menetapkan stok minimal/reorder point (ROP) Obat-obat vital tidak boleh mengalami kekosongan serta obat yang termasuk dalam pareto A juga perlu mendapat perhatian khusus dalam menetapkan stoknya. Untuk menetapkan ROP dapat digunakan persamaan: dimanaSS adalah besarnya safety stock, P adalah jumlah permintaan selama masa tenggang, t adalah lead time. b. Monitoring shelf life Karena obat vital bersifat livesaving, maka shelf lifenya harus selalu dipantau untuk menjamin kualitas dari obat tersebut. Perlakuan yang sama juga diberikan pada obat yang masuk dalam pareto A dan B karena obat-obat tersebut merupakan sumber pemasukan terbesar dari Instalasi Farmasi. c. Menetapkan persyaratan penyimpanan Obat vital yang bersifat livesaving harus dijaga kondisi penyimpanannya untuk selalu menjaga kualitas obat. Prioritas penyimpanan sama dengan prioritas berdasarkan kalsifikasi VEN yaitu vital > esensial > nonesensial dan berdasarkan klasifikasi pareto yaitu A > B > C. 4. Penggunaan  Melakukan review penggunaan berdasarkan prioritas Review penting dilakukan untuk terus memantau penggunaan obat karena pola penggunaan yang berubah dapat merubah kelas pareto yang telah ada. Oleh karena itu, klasifikasi obat juga harus terus menerus diperbarui sesuai dengan pola konsumsi di masa mendatang. Sehingga perlu diadakan analisis persediaan secara berkala untuk memaksimalkan persediaan yang ada dan tidak membuang banyak biaya.



BAB V KESIMPULAN Berdasarkan analisis ABC-VEN yang telah dilakukan pada 20 item obat yang terpilih di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Husada, maka dapat disimpulkan beberapa hal : 1. Analisis ABC-VEN digunakan untuk menetapkan prioritas pengadaan obat yang disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran yang tersedia. 2. Matrik ABC-VEN digunakan untuk memudahkan pengaturan proses pembelian, pada proses pembelian, obat golongan vital (VA, VB dan VC) lebih diutamakan untuk dibeli daripada golongan yang lain, sedangkan obat golongan non vital (NA, NB dan NC) dapat dihilangkan dari rencana pembelian apabila anggaran yang ada tidak mencukupi.



DAFTAR PUSTAKA 1. Maimun, Ali. 2008. Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Kombinasi Metode Konsumsi dengan Analisis ABC dan Reorder point terhadap Nilai Persediaan dan Turn Over Ratio di Instalasi Farmasi RS Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. 2. MIMS Indonesia, 2013, MIMS Indonesia, Edisi 12th, Indonesia, BIP 3. Quick, J.D., Hume M.L., Rankin, J.R., O’Connor, R.M.L., O’Connor, R.W., 1997, Managing Drug Supplay, Management Sciences for Health, 7th printing, Boston, Massachussets, pp.227,630-633 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta 5. Peterson, A.M. 2004. Managing Pharmacy Practise : Principles, Strategies, and System. Danvers: CRC Press 6. Sabarguna, B. 2009. Buku Pegangan Mahasiswa Manajemen Rumah Sakit (Vol. Jilid 1). Jakarta: Sagung Seto. 7. Siregar, C. 2004. Farmasi Rumah Sakit. Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC