Tugas Wawancara Masalah Dalam Pengelolaan Kelas [PDF]

  • Author / Uploaded
  • rahmi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Guru dituntut memiliki kemampuan mengelola komponen-komponen



pembelajaran, yang dapat membuat suasana proses belajar mengajar efektif. Ketertiban dalam proses belajar mengajar didambakan oleh setiap para pendidik dan peserta didik, untuk itu guru harus mampu merubah suasana kelas yang dapat membuat siswa dalam proses belajar bersemangat, mempunyai tantangan dan berkeleluasaan. Seorang guru idealnya menguasai teknik-teknik pengelolaan kelas. Guru yang dapat menerapkan prinsip kehangatan dan keantusiasan dalam proses belajar mengajar akan lebih disenangi oleh para peserta didik. Selain itu guru harus dapat menerapkan prinsip tantangan dalam proses belajar sebagai bahan motivasi bagisiswa untuk belajar lebih giat. Namun pada kenyataannya tidak semua guru mempunyai keterampilan kelas yang memadai dalam proses belajar mengajar. Banyak di antaranya yang melaksanakan proses belajar mengajar apa adanya saja. Proses belajar mengajar hanya berupa penyampaian informasi dari guru kepada perserta didik. Terkadang guru tidak memperhatikan hal-hal yang menunjang terlaksanakanya proses belajar mengajar dengan baik dan efesien. Misalnya dengan tidak pernah menciptakan keakraban dengan siswa, mengabaikan prinsip bervariasi belajar dan sebagainya. Dalam proses belajar dan mengajar juga tidak lepas dari masalah-masalah yang dihadapi oleh seorang pendidik, hal inilah yang berusaha kami teliti disekolah-sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah akhir guna mengetahaui masalah, penyebab dan solusi yang tepat untuk menciptkan kelas yang efektif.



1



1.2



Rumusan Masalah 1. Apakah masalah yang dihadapi seorang guru terhadap perilaku siswa yang menggangu proses belajar dan mengajar ? 2. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya masalah ? 3. Apakah solusi atau upaya yang dilakukan seorang guru terhadap siswa yang menganggu proses belajar dan mengajar ?



1.3



Tujuan Penulisan 1. Mengetahui masalah yang dihadapi seorang guru terhadap perilaku siswa yang menggangu proses belajar dan mengajar. 2. Mengetahui penyebab terjadinya masalah 3. Mengetahui solusi atau upaya yang dilakukan seorang guru terhadap siswa yang menganggu proses belajar dan mengajar



2



BAB II HASIL WAWANCARA 2.1



IDENTITAS SUBJEK WAWANCARA



1. Nama : Nur Aliah. S.Pd Jenis kelamin : Perempuan Usia : Ujung Pandang 05 Juni 1967 (50 tahun) Agama : Islam Mata pelajaran : Semua bidang kecuali PAI dan Penjas Sarjana : D2 Bahasa Indonesia dan S1 PGSD Kelas mengajar : 6 (enam) Jarak rumah : ± 3 km Sekolah : SD Gunung Sari 1 dan 2 Masalah : a. Kemampuan anak menerima pelajaran yang berbeda-beda sehingga guru harus menyesuaikan dengan siswa yang lambat dalam menyerap pelajaran b. Masih ada yang belum bisa membaca di kelas 6 SD disebabkan adanya kelainan pada siswa namun orang tua siswa tidak memasukkan anaknya ke sekolah khusus c. Masalah keributan siswa dalam kelas Penyebab : a. Faktor dari keluarga, guru harus mempelajari latar belakang dari setiap siswa karena karakter siswa sangat ditentukan oleh keluarganya b. Anak yang hiperaktif, anak harus diperlakukan khusus Solusi : Guru harus menguasai kelas dengan baik Indikator tertib : Indikator tertib kurang berfungsi sebab siswa terkadang membuang-buang waktu dengan bermain tanpa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru Model pembelajaran : Model pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan materi dan suasana kelas 2. Nama : Satriani. S.Ag Jenis kelamin : Perempuan Usia : 06 Oktober 1992 Agama : Islam Mata pelajaran : Pendidikan Agama Islam Sarjana : Pendidikan Agama Islam



3



Kelas mengajar : 1 sampai 6 Jarak rumah : ± 5 km Lama mengajar : 7 tahun Sekolah : SD Gunung Sari 1 dan 2 Masalah : a. Perkelahian b. Saling mengejek c. Tidak mengerjakan tugas Penyebab : a. Siswa mulanya hanya bermain-main dan saling mengejek kemudian jadi berkelahi b. Kurangnya perhatian orang tua pada anak sehingga tugas anak menjadi terbengkalai Solusi : a. Memberikan pengertian mengenai mana yang baik dan buruk b. Menanamkan nilai-nilai agama pada siswa Indikator tertib : Tidak ada indikator tertib didalam kelas. Hanya menggunakan perarturan pada umumnya yang ada pada sekolah tidak ada peraturan khusus dari guru Model pembelajaran : Menyeseuaikan dengan materi pelajaran 3. Nama : Hasriani. S.Pd Jenis kelamin : Perempuan Usia : Ujuang Pandang 25 Juli 1978 Agama : Islam Mata pelajaran : IPS Terpadu Sarjana : Pendidikan Sejarah UNM 1997 Kelas mengajar : 7 (tujuh) Jarak rumah : ± 2 km Sekolah : SMP PGRI 1 Tamalate Makassar Masalah : a. Masalah fokus siswa terutama karena masuk siang. b. Siswa jarak masuk sekolah c. Kenakalan siswa Penyebab : a. Faktor orang tua yang kurang memperhatikan anak terutama yang harus berjualan dulu sebelum ke sekolah sehingga siswa sering terlambat b. Lingkungan siswa berada sangat mempengaruhi karakternya Solusi :



4



a. Memberikan jargon-jargon yang dapat mengembalikan fokus dan semangat siswa. Tidak memulai pelajaran sampai siswa benar-benar fokus pada guru. b. Melakukan pendekatan kepada siswa Indikator tertib : a. Harus datang tepat waktu b. Model rambut harus tertata rapi (pemeriksaan setiap tanggal 10) c. Tidak boleh membawa benda tajam. Pernah ada kejadian siswa yang memukul temannya dengan mistar besi sehingga siswa dilarang memakai mistar besi d. Ada guru yang piket tiap harinya khusus untuk mengawasi siswa Model pembelajaran : Tergantung situasi dan materi yang diajarkan namun model ceramah dan diskusi lebih dominan 4. Nama : Rahmawati Z. S.Pd Jenis kelamin : Perempuan Usia : Ujuang Pandang 30 November 1985 Agama : Islam Mata pelajaran : Bahasa Inggris Sarjana : Pendidikan Bahasa Inggris Kelas mengajar : 8 (delapan) Jarak rumah : ± 2 km Sekolah : SMP PGRI 1 Tamalate Makassar Masalah : Perbedaan karakter siswa yang membuat sulit karena harus menyesuaikan setiap karakter dalam pemberian pelajaran Penyebab : Faktor keluarga dan lingkungan sangat mempengaruhi karakter siswa Solusi : a. Selalu bergerak untuk memantau siswa b. Pembagian kelompok harus menyesuaikan karakter Indikator tertib : Indikator tertib berjalan dengan baik sebab siswa bekerja terus dan tanpa membuang-buang waktu sebab setiap siswa diberikan tugas masing-masing dalam sebuah kelompok a. Tidak boleh menyentuh pulpen atau menulis ketika guru menjelaskan b. Tulisan tidak mesti persis sama dengan guru asal siswa sudah memahami dan bisa membahasakan dengan bahasanya sendiri Model pembelajaran : Tergantung situasi dan materi yang diajarkan



5



5. Nama Jenis kelamin Usia Agama Mata pelajaran



: Musdalifa : Perempuan : Makassar 02 Juli 1990 : Islam : Bahasa Inggris, Matematika, Budaya Sulsel dan Komputer Sarjana : Sastra Bahasa Inggris Kelas mengajar : 1 SD Jarak rumah : Antang Sekolah : Madania Masalah : a. Anak-anak yang kurang fokus b. Hyperaktif Penyebab : Anak berkebutuhan khusus Solusi : a. Ditegur b. Memanggil langsung face to face dan memberikan pengertian c. Siswa diminta berhitung, hingga mereka kembali fokus pada pelajaran Indikator tertib : a. Sebelum memasuki pelajaran siswa diberikan waktu untuk bermain dan melakukan hal-hal yang mereka inginkan sebelum memasuki pelajaran b. Memberikan evaluasi Model pembelajaran : Tergantung situasi dan materi yang diajarkan



6. Nama : Rahmat Darmawan Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 28 Tahun Agama : Islam Mata pelajaran : Berenang dan MAT (Music, Art and Teather) Sarjana : S1 (Olahraga) dan S2 (Olahraga) Kelas mengajar : 1-9 (Music) Jarak rumah : BTP Sekolah : Madania Masalah : Menghadapi anak berkebutuhan khusus harus dengan cara yang berbeda Penyebab : a. Anak belum mampu beradaptasi dengan lingkungan baru b. Penyakit sejak kecil



6



Solusi : a. Mengenal sistem madania secara bertahap b. Menekankan pembentukan karakter mulai dari hal kecil seperti menutup pintu dan lewat didepan orang c. Khusus anak berkebutuhan khusus ada sistem Special Education Need  Setiap guru mempunyai jadwal untuk mendampingi  Mengadakan penyesuaian khusus  Ada psikolog yang menangani dan memberikan tingkat penyakit siswa sehingga guru dapat mengetahui cara menghadapinya Indikator tertib : Sangat menekankan karakter mulai dari hal-hal kecil yang membuat mereka terbiasa dengan perilaku tersebut Model pembelajaran : Tergantung situasi dan materi yang diajarkan 7. Nama : Dra. Hj. Sanurung Jenis kelamin : Perempuan Usia : Jeneponto 15 Juni 1957 Agama : Islam Mata pelajaran : Sosiologi Sarjana : Administrasi Keterampilan Dasar Kelas mengajar : Seluruh kelas IPS Jarak rumah : ± 2 km Sekolah : SMU PGRI 2 Tamalate Makassar Masalah : a. Terlambat b. Masalah ekonomi (Hampir 90% bekerja sebagai ART) Penyebab : a. Ada yang bekerja malam sehingga ngantuk disekolah b. Tidak tinggal dengan orang tua c. Pengaruh lingkungan Solusi : a. Lewat 15 menit dilarang masuk b. Diberikan nasihat Indikator tertib : Kurang berlaku indikator tertib sebab siswa terlihat tidak fokus dan banyak yang keluar masuk kelas Model pembelajaran : Tergantung situasi dan materi yang diajarkan



7



2.2



Kumpulan Masalah Yang Dihadapi Guru Dari Tingkat SD-SMA Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan maka ditemukan beberpa masalah dari jenjang SD hingga SMA yaitu : 1.



Kemampuan anak menerima pelajaran yang berbeda-beda sehingga guru harus menyesuaikan dengan siswa yang lambat dalam menyerap pelajaran 2. Perbedaan karakter siswa yang membuat sulit karena harus menyesuaikan setiap karakter dalam pemberian pelajaran 3. Masih ada yang belum bisa membaca di kelas 6 SD disebabkan adanya kelainan pada siswa namun orang tua siswa tidak memasukkan anaknya ke sekolah khusus 4. Menghadapi anak berkebutuhan khusus harus dengan cara yang berbeda 5. Kurangnya perhatian orang tua pada anak sehingga tugas anak menjadi terbengkalai 6. Masalah keributan siswa dalam kelas (berkelahi, hyperaktif) 7. Anak-anak yang kurang fokus 8. Siswa yang Terlambat 9. Siswa bolos sekolah 10. Masalah ekonomi (Hampir 90% bekerja sebagai ART)



8



BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik dan Perbedaan Individu 1. Pengertian Individu Individu adalah manusia yang berkedudukan sebagai pribadi yang utuh, pilah, tunggal dan khas. Ia sebagai objek yang merupakan suatu kesatuan psikofisik dengan berbagai kemampuannya untuk berhubungan dengan lingkungan, dengan sesama dan dengan Tuhan yang menciptakannya. 2. Karakteristik Individu Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteritik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baikyang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Pada masa lalu ada keyakinan, kepribadiaan terbawa pembawaan (heredity) dan lingkungan; merupakan dua faktor yang terbentuk karena faktor terpisah, masing-masing mempengaruhi kepribadiaan dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan caranya sendirisendiri. Namun kemudian makin disadari bahwa apa yang dipikirkan dan dikerjakan seseorang atau apa yang dirasakan oleh seorang anak remaja atau dewasa, merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada diantara faktorfaktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan. 3. Perbedaan Individu Gary 1963 (Oxendine, 1984: 317) mengategorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut: a. Perbedaan fisik : usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak. b. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga dan suku c. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap. d. Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar. e. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.



9



Perbedaan-perbedaan tersebut berpengaruh terhadap perilaku mereka di rumah maupun di sekolah. Gejala yang dapat diamati adalah bahwa mereka menjadi lebih atau kurang dalam bidang tertentu dibandingkan orang lain. Sebagian manusia lebih mampu dalam bidang seni atau bidang ekspresi yang lain, seperti olah raga dan keterampilan, sebagian lagi dapat lebih mampu dalam bidang kognitif atau yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. a. Perbedaan Kognitif b. Perbedaan Individual dalam Kecakapan Bahasa c. Perbedaan dalam Kecakapan Motorik d. Perbedaan dalam Latar Belakang e. Perbedaan dalam Bakat f. Perbedaan dalam Kesiapan Belajar 3.2 Mengelola Kelompok (Berkebutuhan) Khusus Usia, tingkat kemampuan akademik, tujuan, minat, budaya dan latar belakang keluarga dari para siswa memengaruhi perilaku mereka diruang kelas. Akibatnya penyesuaian dalam pengelolaan dan praktik pembelajaran terkadang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kelompok yang berbeda-beda. Diantara para siswa yang menghadirkan tantangan khusus adalah mereka yang belajar di bawah atau di atas tingkat akademik rata-rata, mereka yang secara akademis atau fisik terhambat. Ruang kelas dapat menyertakan semua kelas jenis siswa seperti ini, yang menghadirkan tantangan mengajar yang khusus. Bekerja secara efektif dengan para siswa yang memiliki tantangan mengajar yang khusus. Bekerja secara efektif dengan para siswa yang memiliki kebutuhan daan kemampuan yang berbeda-beda ini membutuhkan usaha yang khusus. 1. Mengidentifikasi Kelompok Berkebutuhan Khusus Dalam merencanakan pengajaran ruang kelas, tentukan kisaran pencapaian awal dalam mata pelajaran kemampuan dasar dan tingkatan di mana siswa individual tidak dapat bekerja secara efektif dengan kurikulum sesuai dengan kelasnya. Karakteristik lainnya seperti minat dan latar belakang para siswa dapat mempengaruhi pembelajaran dan sebaiknya dipertimbangkan saat anda merencanakan kegiatan dan menetapkan tujuan.



10



Terkadang informasi mengenai tingkat kemampuan siswa dapat membantu



mengidentifikasi



kelompok



bagi



pengajaran,



untuk



memasangkan para siswa untuk pengajaran tutor rekan sebaya, dan untuk menciptakan kelompok kooperatif untuk kegiatan pembelajaran. Tiap-tiap dari jenis kegiatan ini membutuhkan perencanaan dan pertimbangan pengelolaan khusus. 2. Bekerja dengan Siswa Berkebutuhan Khusus Penelitian mengenai para siswa dengan ketidakmampuan fisik, mental atau emosional mendukung manfaat pemberian pengajaran dalam least restrictive environment (LRE-lingkungan paling longgar), yang artinya diantara rekan sebaya mereka yang tidak terhambat hingga tingkat yang dimungkinkan. Selanjutnya telah diamanahkan secara sah bahwa para siswa berkebutuhan khusus dilayani dalam LRE. Akibatnya semakin banyak dan banyak lagi siswa dengan kebutuhan khusus dilayani dalam ruang kelas pendidikan reguler dengan bentuan guru pendampingan khusus dari luar. Memenuhi kebutuhan para siswa tersebut menghadirkan tantangan khusus bagi para guru dengan ruang kelas yang penuh dengan anak-anak. Untungnya, penelitian telah memberikan panduan spesifik untuk membantu guru bekerja dengan siswa tersebut dalam cara-cara yang mempromosikan penerimaan rekan sebaya mereka dan harga diri mereka serta prestasi akademik mereka.  Siswa dengan hambatan belajar Meskipun masih belum ada konsensus mengenai definisi ringkas dari ketidakmampuan belajar, tetapi karakteristik tertentu umunya tampak. Salah satu ciri utama adalah mengalami lebih banyak kesulitan dan prestasi yang lebih rendah dalam wilayah akademik tertentu daripada yang akan diharapkan, yang didasarkan pada tingkat kemampuan keseluruhan para siswa tersebut. Masalah umum lainnya yang dialami oleh para siswa tersebut adalah disorganisasi dan kecenderungan membingungkan yang menjadikan mereka melupakan sesuatu yang sepertinya telah mereka pahami sepenuhnya beberapa saat yang lalu.



11



Yang sering kali menyertai kesulitan tersebut adalah rasa alamiah para siswa berupa frustasi dan potensi adanya kemarahan atau keputusasaan bersama dengan pandangan yang negatif terhadap diri mereka sendiri. Para siswa dengan hambatan pembelajaran umumnya merespon dengan baik terhadap pendekatan yang positif dan terstruktur dengan kebiasaan yang dapat diprediksi. Akan tetapi, mereka mungkin melupakan



tahapan



bahkan



dalam



kebiasaan



yang



lazim



dan



membutuhkan banyak kesabaran dan pengulangan. Para siswa ini membutuhkan lebih banyak bantuan daripada siswa lainnya dalam belajar mengidentifikasi dan memberikan perhatian kepada isyarat terkait. Tegaskan isyarat dan arahan relevan dan mintalah para siswa mengulangi arahan dengan nyaring aggar yakin mereka mengerti apa yang harus dilakukan. Tekankan mana yang benar ketimbang apa yang mereka lakukan secara keliru. Pembelajaran yang berlebihan penting bagi siswa tersebut terutama karena masalah potensial mereka dalam hal mengingat. Ingatlah bahwa akan lebih membantu untuk mendistribusikan banyak praktik tugas pendek dalam satu periode waktu daripada melaksanakan praktik yang lebih sedikit tetapi lama.  Para siswa dengan masalah emosional atau perilaku Dengan mengingat bahwa para siswa yang terdiagnosis memiliki gangguan emosional sering kali berbeda dengan yang lain hanya dalam tingkat emosionalitas mereka dan bukan pada perasaan yang mereka miliki, dapat menghilangkan potensi kecemasan ketika harus berhadapan dengan siswa jenis ini. Laporan psikologis mana pun yang ada dapat sangat membantu, dijaga kerahasianny, dalam memberikan pencerahan mengenai kenapa para siswa memiliki masalah tersebut dan dalam menyediakan rekomendasi untuk berhasil bekerja bersama mereka. Psikolog sekolah dan guru pendidikan khusus juga dapat membantu anda memahami dan mendukung para siswa tersebut. Jika perilaku merupakan salah satu masalah yang serius, sesuaikan ekspektasi: Abaikan perilaku



12



tidak pantas yang remeh, tetapi dorong perilaku yang dapat diterima dan kurangi pemicu stres yang diketahui. Sebuah lingkungan yang positif, mendukung, terstruktur dan dapat diprediksi membantu para siswa merasa aman dan diterima. Jika ada siswa yang cenderung memiliki emosi yang meledak-ledak atau menjadi mudah frustasi dan marah dengan hebatnya, dorong usaha yang mereka buat ke arah kontrol diri. Belajarlah untuk mengenali isyarat perilaku yang mendahului ledakan tersebut sehingga dapat diantisipasi dan mengintervensi untuk mencegah mereka kehilangan kontrol.  Para siswa dengan defisit sosial yang serius (Disorder Spektrum Autisme) Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan jumlah siswa dengan masalah kemampuan sosial yang parah yang didiagnosis mengidap Austism Spectrum Disorder (ASD) juga dikenal sebagai Disorder perkembangan mudah menyebar. Bentuk yang lebih ringan dari disorder disebut Sindrom Asperger. Saat masih sangat mudah banyak dari siswa ini terlohat sangat pintar karena kemampuan mereka untuk belajar, mengingat dan menghafal fakta. Saat mereka tumbuh besar, bagaimanapun juga, menjadi jelas bahwa mereka memiliki pemahaman yang terbatas dari fakta-fakta ini dan tidak dapat mengeneralisasi atau menerapkan hal-hal yang begitu akurat. Mereka cenderung berdiri terlalu rapat, menghindari kontak mata, berbicara terlalu lama dan nyaring dalam cara-cara yang sangat kaku, dan bicara sangat perinci mengenai hal-hal faktual yang tidak menarik minat rekan sebaya mereka. Lebih jauh lagi, cara pandang mereka sangat kaku dan mereka mengembangkan sekumpulan cara melakukan berbagai hal. Mereka dengan cepat menampilkan kecemasan yang sangat ekstrem dan tampak ketika sebuah kebiasaan diubah atau ketika ekspektasi mereka tidak dipenuhi. Sering kali mereka memiliki ketidakmampuan belajar yang tidak beririgan dengan kemampuan motorik mencolok.



13



Ketika para siswa telah mengalami masalah seperti itu hingga derajat yang parah, kemungkinan mereka telah dirujuj kepada layanan pendidikan khusus. Strategi mengajar berikut ini dapat membantu mendukung para siswa tersebut dalam rangka ruang kelas reguler: a. Gunakan isyarat dan dorongan visual. Karena para siswa dengan ASD merupakan pembelajaran visual ketimbang verbal, tunjukkan secara fisik bagaimana anda menginginkan berbagai hal dikerjakan dan gunakan perekayasa dan isyarat kapan saja dimungkinkan. b. Hindari memberika tugas yang bersifat baik auditori maupun visual dalam satu waktu sekaligus. Seringkali para siswa tersebut tidak dapat memproses kedua input tersebut secara serempak, mereka tidak dapat melihat dan mendengar dalam satu waktu sekaligus. c. Persingkat pengajaran. Pada siswa ASD sering kali kesulitan mengingat urutan, terutama dalam hal bagaimana mereka menerapkan pengajaran tersebut. Tulislah pengajaran bagi mereka atau periksalah agar yakin mereka telah menulisnya dengan benar. Fokus pada memberi hanya satu atau dua pengajaran dalam satu waktu. d. Jangan bersikeras agar mereka mempertahankan kontak mata langsung dengan anda. Bagi mereka kontal mata adalah hal yang sangat sulit dan memicu kecemasan, tetapi anda boleh bersikeras meminta perhatian mereka dengan cara-cara lainnya. e. Gunakan teknik “kisah-kisah sosial” atau “skrip-skrip sosial” yang dapat sangat efektif dalam membantu para siswa tersebut menghadapi peristiwa, pengalaman atau perubahan baru dalam kebiasaaan yang terbentuk. Sementara skrip kisah paling sering digunaka di sekolah dasar, mereka mungkin membantu di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas untuk mencegah meningkatya kecemasan dan memfasilitasi transisi yang lembut dalam melalui pengalaman atau perubahan baru dalam kebiasaan yang ada. f. Tonjolkan kekuatan dan minat para siswa. Para siswa ASD mungkin terampil dalam tuga-tugas dengan komputer atau menggambar; atau



14



mereka menjadi asyik dengan topik tertentu, seperti peta, cuaca atau elektronika.



Beri



ganjaran



kepada



mereka



ganjaran



apabila



menyelesaikan tugas memberikan cara-cara kepada mereka untuk mengembangkan bakat mereka dan berkontribusi secara positif dikelas. g. Berikan umpan balik sosial yang spesifik dan pengajaran bersifat tahap demi tahap kepada mereka. Para siswa ini tidak mempelajari kemampuan sosial dengan cepat dengan mengamati orang lain, jika anda tidak dapat mengatasi yang dibutuhkan dalam wilayah sosial maka mintalah pertolongan kepada guru pendidikan khusus atau konselor tentang masalah yang ada.  Para siswa dengan attention defisit and hiperactivity Karakteristik yang luas dari para siswa dengan defisit perhatian dan hiperaktifvitas (attention defisit and hiperactivity) meliputi distraktibilitas, durasi memerhatikan yang singkat, keimpulsifan, ketidakmampuan untuk mengatur dan tingkat pergerakan fisik yang tinggi. Semengganggunya perilaku ini, penting untuk mengingat bahwa mereka ini tidak sengaja. Komunikasi yang kerap, sering kali harian, dengan orang tua penting sekali untuk memastikan bahwa teknik dan ekspektasi sekolah dan rumah bersesuaian. Teknik yang telah begitu berhasil dalam bekerja dengan anak-anak tersebut meliputi: a. Pastikan mereka memerhatikan anda sebelum anda memberikan pengajaran lisan b. Berikan pengajaran yang singkat dan jelas, lebih bagus lagi kalau satu tahapan dalam satu waktu c. Jika pelajaran melibatkan serangkaian tahapan, mintalah mereka menuliskannya secara berurutan: ajarkan kepada siswa untuk menyelesaikan satu tahap sebelum berpindah ke tahapan selanjutnya. d. Memantau para siswa secara dekat saat mereka memulai sebuah tugas atau kegiatan baru: bersedialah untuk menjelaskan arahan sekali lagi.



15



e. Sesuaikan jumlah kerja yang diharuskan dalam periode waktu agar sesuai dengan durasi perhatian mereka. f. Ingatkan mereka bahwa akurasi lebih penting daripada kecepatan dan bahwa mereka tidak harus menjadi yang pertama selesai atau bicara. g. Kumpulkan tugas yang telah diselesaikan h. Kembangkan rencana bagi para siswa untuk berkeliling setiap beberapa menit; sebagai contoh, dengan mengumpulkan kertas-kertas mereka setelah mereka telah menyelesaikan sebagian tugas tersebut. i. Ekspresikan rasa percaya diri Anda pada mereka dan kemampuan mereka untuk mempelajari konsep keterampilan baru.  Para siswa yang dengan masalah ekonomi Banyak sekolah memiliki jumlah siswa yang terus meningkat yang tinggal dalam kemiskinan yang parah,dan ini membutuhkan pemahaman dan penyesuaian dari staf sekolah. Salah satu keberhasilan bagi anakanak ini adalah hubungan yang kuat dan terpercaya dengan guru dalam sebuah lingkungan yang di dalamnya mereka dapat merasa aman, tidak terancam atau tertekan. Strategi berikut ini mungkin bermanfaat saat bekerja dengan para siswa dari latar belakang yang kurang mampu : a. Mintalah perlengkapan dan material ekstra yang siap sedia untuk digunakan untuk berjaga-jaga jika mereka tidak memilikinya. b. Ajarkan prosedur tahap demi tahap. c. Karena mereka sering kali disibukkan dengan masalah di rumah, bantulah mereka “membungkus” kekhawatiran mereka untuk berhenti mengkhawatirkan mengenai sesuatu hingga beberapa saat kemudian yang diperinci. d. Berikan mereka seorang teman sebaya dan dorong mereka untuk mendiskusikan masalah dan penyelesaiannya bersama-sama. e. Emosi memengaruhi kemampuan untuk belajar, dan kekhawatiran merupakan salah satu perasaan umum bagi anak-anak tersebut.



16



Perbeolehkan mereka mengekspresikan diri mereka entah lewat gambar atau surat. f. Perbolehkan mereka untuk membantu siswa lainnya dengan sesuatu yang mereka mampu kerjakan dengan baik. g. Ketika Anda bertemu dengan salah satu orang tua dari siswa tersebut, kemampuan



Anda



untuk



memperlihatkan



kebahagiaan



dan



kepedulian Anda terhadap anaknya akan sangat berdampak pada terbentuknya hubungan yang kooperatif dan sama-sama saling mendukung. 3.3 Mengelola Perilaku Bermasalah atau Pengelolaan Kelas yang Efektif Pendekatan yang paling sering digunakan untuk pemecahan masalah adalah beberapa bentuk dari “terapi realitas” dari William Glasser. Glasser membuat tujuh langkah untuk pemecahan masalah yang efektif yaitu : 1. Langkah satu Menggunakan keahlian komunikasi dan strategi lain untuk memperbaiki hubungan guru-siswa, siswa akan merasa bahwa Anda peduli dan akan nyaris selalu bersedia bekerja dengan Anda untuk memeriksa dan berusaha mengubah perilaku mereka. 2. Langkah dua Meminta siswa untuk mendeskripsikan perilaku. Kesadaran terhadap suatu perbuatan merupakan komponen penting dalam program perubahan perilaku mana pun. 3. Langkah tiga Sesudah siswa mendeskripsikan perilaku, Anda harus membantu siswa menentukan apakah perilaku itu diinginkan. Siswa tidak akan memaknai, mengubah perilaku kecuali mereka memutuskan bahwa perilaku itu harus diubah. 4. Langkah empat Setelah siswa memutuskan perilaku sungguh-sungguh perlu diubah, langkah selanjutnya adalah membantunya mengembangkan rencana untuk membuat perubahan. Rencana ini akan menjadi paling efektif ketika mencakup apa yang



17



akan dilakukan oleh siswa agar berkelakuan lebih bertanggung jawab dan bantuan apa atau perubahan apa dalam lingkungan yang dapat diberikan untuk membantu siswa menggunakan keterampilan baru 5. Langkah lima Langkah berikut adalah memastikan Anda maupun siswa jelas memahami rencana dan meminta siswa untuk berkomitmen terhadap rencana. 6. Langkah enam Langkah keenam dan ketujuh mencapun tindak lanjut. Dalam menemukan solusi yang ampuh untuk suatu masalah, penting untuk merancang waktu ketika kedua pihak akan bertemu mendiskusikan bagaimana rencana tersebut bekerja. 7. Langkah tujuh Langkah terakhir dari model Glasser berurusan dengan apa yang harus dilakukan jika rencana tidak bekerja. 3.4 Cara Penyelesaian Permasalahan Dalam Pengelolaan Kelas Untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan,diantaranya sebagai berikut: 1. Pendekatan Kekuasaan Proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peran guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Didalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya. 2. Pendekatan ancaman Proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman. Misalnya: melarang, ejekan, sindiran dan memaksa. 3. Pendekatan Kebebasan. Suatu proses untuk membatu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peran guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik. 4. Pendekatan Resep.



18



Dilakukan dengan suatu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam merealisasikan masalah atau situasi yang terjadi dikelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peran guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep. 5. Pendekatan Pengajaran Berdasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya suatu masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dam menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peran guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik. 6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku. Suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku ini, bertolak dari sudut pandang psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi sebagai berikut: a. Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses belajar. Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas berusaha menyusun program kelas dan suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan siswa mewujudkan tingkah laku yang baik menurut ukuran norma yang berlaku dilingkungan sekitarnya. b. Didalam proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguasaaan positif, hukuman, penghapusan dan penguatan negative. Asumsi ini mengharuskan seorang wali/guru kelas melakukan usaha-usaha mengulang-ulangi program atau kegiatan yang dinilai baik (perangsang) bagi terbentuknya tingkah laku terutama di kalangan para siswa. 7. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial Berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial didalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada psikologi klinis dan konseling



19



(penyuluhan). Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana sosial dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Disini guru adalah kunci terhadap pembentukan hubungan pribadi itu, dan perannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat. Untuk itu terdapat dua asumsi pokok, yaitu: a. Iklim sosial dan emosional yang baik adalah dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa, merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengjar yang efektif. b. Iklim sosial dan emosional yang baik tergantung pada guru dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang didasari dengan hubungan manusiawi yang efektif. 8. Pendekatan Proses Kelompok Suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai sistem sosial, dimana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga teripta kelas yang mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut : a. Pengalaman belajar di sekolah bagi siswa berlangsung dalam konteks kelompok sosial. Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas dalam pengelolaan



kelas



selalu



mengutamakan



kegiatan



yang



dapat



mengikutsertakan seluruh personal di kelas. b. Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar menjadi kelompok yang efektif dan produktif. Berdasarkan asumsi ini berarti seorang wali/guru kelas harus mampu membentuk dan mengaktifkan siswa bekerjasama dalam kelompok yang sudah terbentuk di dalam kelas. 9. Pendekatan Eklektis atau Puralistik Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu



20



pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar belajar berjalan efektif dan efsien. 3.5 Cara Mengatasi Siswa yang Sulit Fokus Masalah anak yang sulit fokus menjadi salah satu topik yang paling sering dikeluhkan oleh orang tua dan guru karena akan menganggu prestasi anak. Pemicu kecil saja bisa membuat perhatian anak teralih dan anak akan bergerak meninggalkan tempat duduknya. Apa yang sedang dipelajari seketika menjadi buyar. Sulit fokus bukan hanya karena anak terus bergerak, tapi juga melamun, bosan, mengantuk, atau badan yang kurang fit. Perhatian (attention) timbul dari ketertarikan akan sesuatu dan adanya stimulasi. Anak-anak banyak yang tertarik dengan games dan bisa fokus bermain selama beberapa jam. Bagaimana games membius anak-anak sampai betah bermain berjam-jam? Menurut para ahli, games memberikan stimulasi yang terus menerus, menyuplai dopamin, kimiawi otak yang berfungsi mengatur fokus. Games menyodorkan



gerakan



yang



cepat,



pertukaran



berbagai scene (pemandangan), warna yang menarik dan isi permainan yang memicu adrenalin, sehingga dapat menimbulkan kecanduan. Berhubung permainan elektronik sangat menstimulasi anak untuk fokus, saat ini banyak materi pelajaran yang dikemas dalam bentuk video games. Efek negatif dari permainan elektronik menjadikan kegiatan yang non-screen tidak menarik lagi, seperti membaca buku, menyusun lego atau puzzle, origami, dan lainnya. Ini seperti pisau bermata dua bagi orang tua dan guru karena anak-anak akan kehilangan minat pada kegiatan non-screen. Permainan non-screen dirasa membosankan, terlebih bagi anak-anak yang mengalami masalah sulit fokus. 1. Gejala Anak Sulit Fokus Gejala anak-anak yang punya masalah konsentrasi dapat dilihat dari beberapa kejadian kecil dalam keseharian seperti: b. Tidak menaruh perhatian pada hal yang detil c. Ceroboh d. Perhatian cepat teralih begitu ada stimulus lain



21



e. Terlihat tidak mendengarkan ketika kita berbicara padanya f. Kesulitan mengingat sesuatu g. Tidak mau ikut instruksi h. Mudah bosan i. Bisa mendadak meninggalkan kegiatan yang sedang dikerjakan j. Sering kehilangan alat tulis, kotak makanan, buku, mainan dan sebagainya. 2. Faktor Pemicu dan Solusi Ada 5 hal utama yang biasanya menjadi pemicu anak menjadi mudah beralih perhatian: a. Benda yang ada di dekatnya: Anak yang sulit fokus biasanya tangan kakinya tidak bisa diam. Ada saja yang dipegang, diambil atau digoyanggoyangkannya. Apakah itu pensil yang diputar-putar di tangan, duduk sambil kursi digoyang atau diputar, kaki menendang-nendang kaki kursi depan, mengetuk-ngetukkan pulpen di meja. Solusi: Berikan suatu benda dalam kantong baju/celananya. Anak diminta duduk dengan tangan dalam kantong dan memegang benda dalam kantong itu. Mengunyah permen karet juga dapat membantu anak lebih tenang dan fokus. b. Suara dering telepon: Sulit untuk membedakan suara mana yang lebih penting untuk didengarkan, suara guru atau suara dering telpon. Solusi: Jauhkan pesawat telepon dari ruang belajar anak agar tidak mengganggu konsentrasi atau atur volume dering menjadi mute ketika anak sedang mengerjakan satu kegiatan yang membutuhkan konsentrasi atau sedang belajar. c. Pakaian yang menimbulkan rasa gatal di kulit atau label pakaian yang sering mengganggu kenyamanan di bagian tengkuk atau sisi tubuh (care label). Anak yang sensitif dengan indera peraba, akan cepat bereaksi jika ada yang dirasakan tidak nyaman pada kulit tubuhnya. Badan akan terasa gatal, digaruk-garuk atau menggeliat terus. Solusi: Berikan anak pakaian yang halus dan nyaman dipakai. Guntinglah semua label pakaian agar tidak mengganggu.



22



d. Orang yang lalu lalang di dekat pintu atau jendela. Anak yang sulit fokus sangat sensitif dengan bayangan gerakan yang melintas, bahkan hanya dari sudut matanya. Solusi: Jauhkan posisi duduk anak yang sedang fokus mengerjakan sesuatu dari jendela atau pintu, terlebih di tempat yang banyak orang lalu lalang. e. Pikirannya sendiri: Anak yang sulit fokus bukan hanya terganggu oleh faktor eksternal, namun juga dari dirinya sendiri. Ia bisa tiba-tiba terpikir suatu hal lain ketika asik mengerjakan sesuatu dan langsung bergerak atau beralih perhatian. Terlalu banyak ‘rencana’ yang melintas dalam pikirannya. Solusi: Pilah tugas menjadi beberapa bagian agar anak tidak terlalu lama berkutat karena concentration span (rentang konsentrasi) yang terlalu besar membuat anak cenderung cepat capek. Beri jeda waktu setelah melakukan satu bagian tugas. Musik yang lembut dan penggunaan timer juga dapat membantu anak untuk diam lebih lama, hingga timer berbunyi. Diharapkan dengan mengontrol kondisi-kondisi di atas, anak bisa memperpanjang rentang konsentrasi dan lebih fokus pada apa yang sedang dikerjakan . 3.6 Cara Mengatasi Siswa yang Bolos dan Terlambat 1. Cara mengatasi siswa yang bolos Ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi kenapa siswa sampai bolos sekolah. Seorang guru harus peka dalam mencermati hal tersebut. Berikut ini beberapa alasan kenapa siswa samapi sering bolos. a. Susah bangun lebih awal b. Keluarga siswa kesiangan semua c. Orang tua mengizinkan untuk membolos karena beberapa hal seperti, anak sakit / ada kepentingan keluarga d. Faktor cuaca ekstrim yang tidak bisa dihindari, misalnya hujan deras disertai badai, e. Menganggap pelajaran hari itu tidak penting f. Bosan dengan pelajaran-pelajaran pada hari tersebut



23



g. 100% faktor malas belajar Setelah mengetahui alasan-alasan seperti yang telah disampaikan di atas, maka kami menyarankan supaya Guru melakukan 5 tindakan seperti : a. Jika membolosnya sekali coba, mintalah peserta didik yang bersangkutan untuk mengklarifikasi atau Menjelaskan alasan kenapa ia tidak masuk b. Jika membolosnya 2 kali, coba minta siswa membuat surat pernyataan c. Jika membolosnya tiga kali, panggil kedua orang tuanya d. Jika kedua orang tuanya tidak memenuhi panggilan anda, mintalah bantuan Guru bimbingan dan konseling untuk melakukan kunjungan ke rumah e. Jika kedua orang tuanya tetap tidak memperdulikan bicarakan masalah ini dengan kepala sekolah anda 2. Cara mengatasi siswa yang terlambat Pengelolaan kelas memegang perasanan sangat penting. Salah satu instrument dari Pengelolaan kelas adalah bagaimana anda menggunakan aturan yang disepakati bersama dengan peserta didik. Aturan tersebut tentunya memiliki spesifikasi perbedaan dengan aturan sekolah pada umumnya. Kami biasanya membuat aturan kelas pada awal pelajaran berlangsung atau setelah kenaikan kelas pada kelas baru atau sehabis perkenalan. Kami menginstruksikan para peserta didik untuk menuliskan aturan tersebut di buku. Berikut adalah contoh aturan kelas yang harus ditulis dan dipahami oleh siswa anda. Adapun aturannya adalah sebagai berikut : a. Datang tepat waktu b. Menyampaikan gagasand engan sopan c. Kelas harus bersih d. Tidak boleh gaduh e. Apabila guru belum hadir, ketua kelas harus menjemput guru ke kantor atau menanyakan kepada guru piket f. Jika guru tidak hadir dan ada tugas, pintu harus ditutup, siswa tidak boleh berkeliaran di luar kelas



24



g. Tidak boleh melakukan pelanggaran lain sesuai dengan aturan yang berlaku. Menyadari bahwa tidak semua keterlambatan yang dilakukan siswa adalah buruk. Kausus ini juga bisa menjadi sarana anda sebagai guru mengenal lebih jauh para peserta didik di setiap kelas. Sebagai antisipasinya lakukanlah 3 hal berikut ini : a. Catatlah semua peristiwa yang terjadi. Apakah anda menemukan keterlambatan itu terjadi pada siswa yang sama atau berbeda? Tentu saja temuan ini akan memiliki jenis penaganan yang berbeda. b. Ketegasan anda dalam menegakkan peraturan sangat penting. Jika sekali saja anda lengah tidak menegakkan aturan yang sudah disepakati, siswa anda akan tertantang untuk melanggarnya lagi. c. Panggil orangtuanya apabila keterlambatannya lebih dari tiga kali. Jika anda bukan wali kelas, maka bisa menyampaikan masalah kepada wali kelas agar diproses lebih lanjut.



25



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua perilaku bermasalah dapat ditangani dengan cara yang sama, dan semua masalah yang sama dapat ditangani dengan cara yang sama pula sebab setiap individu memiliki karakter dan latar belakangnya masing-masing. Oleh sebab itu seorang pendidik harus mampu mengenali masalah, penyebab dan solusi untuk setiap masalah yang dihadapi peserta didiknya. 4.2 Saran Sebaiknya semua guru pada saat ini harus memiliki dan mampu menerapkan seni mengajar yang baik untuk siswa-siswanya. Agar pembelajaran bisa lebih menarik terhadap siswanya lalu siswa mengembangkan kemampuan yang mereka miliki. Dan juga guru harus memiliki sikap yang sabar dan ikhlas dalam mendidik muridnya serta keikhlasan.



26



LAMPIRAN Foto Dokumentasi Wawancara 1.



SD Gunung Sari 1 dan 2



27



2. SMP



28



3. SMA



29



4. MADANIA SCHOOL



30



31



DAFTAR PUSTAKA Everson, Carolyn M-Emmer Edmund T. 2011. Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group Sunarto- Hartono, Agung. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta Jones, Vern-Jones Louise. 2012. Manajemen Kelas Komprehensif. Jakarta: Kencana Anonim



“Cara



Mengatasi



Siswa



Sering



Terlambat



Masuk



Kelas”



http://mengatasisiswa.blogspot.co.id/2017/05/mengatasi-siswa-sering-terlambatmasuk-kelas.html Diakses Selasa 12 Desember 2017 at 20:18 WITA Magina



“Cara



Mengatasi



Siswa



yang



Suka



Bolos”



http://mengatasisiswa.blogspot.co.id/2017/05/6-cara-mengatasi-siswa-seringbolos.html Diakses Selasa 12 Desember 2017 at 21:23 WITA Kurang



Fokus”



http://www.patahtumbuh.com/id/cara-mengatasi-anak-yang-sulit-fokus



Diakses



Lilian



Gunawan



“Cara



Mengatasi



Anak



yang



Selasa 12 Desember 2017 at 21:30 WITA Putri



“Pengelolaan



Yupitari



http://blogterbarusaya2015.blogspot.co.id/2016/01/makalah-pengelolaankelas.html Diakses 17 Desember 2017 at 20:19 WITA



32



Kelas”