Tugas1 - Yoppy Zulkifli - 0115101190 - Auditing II - D [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 17 AUDIT SIKLUS AKUISISI DAN PEMBAYARAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN, PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI, DAN HUTANG USAHA Akun dan Kelas Transaksi dalam Siklus Akuisisi Dan Pembayaran Tujuan audit dalam akuisisi ini untuk mengevaluasi apakah akun-akun yang dipengaruhi oleh akuisisi barang dan jasa serta pengeluaran kas bagi akusisi tersebut disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi. Tiga kelas transaksi yang dimasukkan ke dalam siklus: Akuisisi barang dan jasa - penggabungan barang dan jasa dalam perusahaan Pengeluaran kas - Pengeluaran kas adalah transaksi-transaksi yang mengakibatkan berkurangnya saldo-saldo kas tunai, atau rekening bank milik perusahaan baik yang berasal dari pembelian tunai, pembayaran utang, pengeluaran transfer maupun pengeluaran-pengeluaran  lainnya. Pengeluaran kas dapat berupa uang logam, cek atau wesel pos, uang yang dikeluarkan melalui bank atau langsung dari piutang. Faktor faktor yang mempengaruhi pengeluaran kas adalah: Pembelian aktiva tetap Pembayaran gaji Retur dan allowance dan diskon pembelian – retur adalah pengembalian barang oleh pembeli dan penjual. Allowance adalah pemotongan piutang karena adanya barang yang rusak. Diskon pembelian adalah pemotongan harga karena perjanjian antara pembeli dan penjual. Fungsi Bisnis dalam Siklus serta Dokumen dan Catatan yang Terkait Siklus akuisisi dan pembayaran melibatkan keputusan dan proses yang diperlukan untuk memperoleh barang dan jasa guna mengoperasikan suatu bisnis. Siklus tersebut umumnya dimulai dengan pembuatan permintaan pembelian oleh karyawan yang berwenang yang memerlukan barang dan jasa itu, dan berakhir dengan pembayaran utang usaha. Memproses Pesanan Pembeli Permintaan barang dan jasa oleh personil klien merupakan titik awal bagi siklus ini. Bentuk pasti dari permintaan itu dan persetujuan yang diperlukan tergantung pada sifat barang dan jasa dan kebijakan perusahaan. Dokumen yang umum digunakan meliputi: 1. Permintaan Pembelian Digunakan untuk meminta barang dan jasa oleh karyawan yang berwenang berupa permintaan akuisisi seperti atas bahan oleh seorang mandor ruangan penyimpanan, perbaikan pihak luar oleh personil kantor atau pabrik. Pesanan Pembelian Dokumen yang digunakan untuk memesan barang dan jasa dari vendor. Pesanan tersebut mencakup deskripsi, kuantitas, dan informasi terkait mengenai barang dan jasa yang ingin dibeli perusahaan dan sering kali digunakan untuk menunjukan otorisasi akuisisi. Menerima Barang dan Jasa



Penerimanaan barang dan jasa dari vendor oleh perusahaan merupakan saat dimana sebagian perusahaan mulai mengakui akuisisi dan kewajiban terkait pada catatannya. Ketika barang telah diterima, pengendalian yang memadai akan mewajibkan dilakukannya pemeriksaan atas deskripsi, kuantitas, kedatangan yang tepat waktu, dan nkondisi. Laporan pemerimaan adalah kertas atau dokumen elektronik yang dibuat pada saat barang diterima. Mengakui Kewajiban Pengakuan kewajiban yang tepat atas penerimaan barang dan jasa memerlukan pencatatan yang tepat waktu dan akurat. Pencatatan awal akan mempengaruhi laporan keuangan dan pengeluaran kas aktual, karena itu perusahaan harus berhati-hati mencantumkan semua transaksi, hanya akuisisi yang dilakukan ,dan pada jumlah yang tepat. Dokumen dan catatan yang umum meliputi: 1. Faktur Vendor, adalah dokumen yang diterima dari vendor dan menunjukan jumlah yang terutang atas suatu akuisisi. Faktur tersebut menunjukan deskripsi dan kuantitas barang serta jasa yang diterima, harga, syarat diskon tunai, tanggal penagihan , dan total jumlahnya. Memo Debet, merupakan dokumen yang diterima dari vendor dan menunjukan pengurangan jumlah yang terutang kepada vendor akibat adanya retur barang atau pengurangan yang diberikan. Voucher, sering digunakan organisasi dalam menetapkan cara yang formal untuk mencatat dan mengendalikan akuisisi, terutama dengan memungkinkan setiap transaksi akuisisi diberi nomor urut. File Transaksi Akuisisi, adalah file yang dibuat komputer yang meliputi semua transaksi akuisisi yang diproses oleh sistem akuntansi selama satu periode. File ini berisi semua informasi yang dicantumkan kedalam sistem dan meliputi informasi tentang setiap transaksi. Jurnal Akuisisi atau Listing, jurnal tersebut mengidentifikasi apakah akuisisi dilakukan secara tunai atau dengan piutang usaha. Jurnal atau listing dapat mencakup periode selama sebulan. Transaksi dapat dicatat ke buku besar, file induk utang usaha. File Induk Utang Usaha, file induk utang usaha mencatat transaksi akuisisi, pengeluaran kas, serta retur dan pengurangan akuisisi untuk setiap vendor.file induk ini diperbaharui dari file transaksi akuisisi, retur dan pengurangan, serta pengeluaran kas yang terkomputerisasi. Neraca Saldo Utang Usaha, mencantumkan jumlah yang terutang kepada setiap vendor atau dari setiap vaktur atau voucherpada suatu titik waktu. Neraca tersebut dibuat secara langsung dari file induk utang usaha. Laporan Vendor, adalah dokumen yang disiapkan setiap bulan oleh vendor dan menunjukan saldo awal, akuisisi, retur, dan pengurangan, pembayaran kepada vendor, dan saldo akhir. Memroses dan Mencatat Pengeluaran Kas Pembayaran atas pembelian barang dan jasa merupakan aktivitas yang signifikan bagi semua entitas. Aktivitas tersebut secara langsung dapat mengurangi saldo akun kewajiban, terutama utang usaha. Dokumen yang terkait termasuk:



1. Cek, umumnya digunakan untuk membayar akuisisi ketika pembayaran sudah jatuh tempo. Sebagian perusahaan menggunakan cek yang dibuat melalui komputer berdasarkan informasi yang tercantum dalam file transaksi akuisisi pada saat barang dan jasa diterima. File Transaksi Pengeluaran Kas, adalah file yang dibuat dengan komputer yang mencantumkan semua transaksi pengeluaran kas yang diproses oleh sistem akuntansi selama masa periode. File ini berisi jenis informasi yang sama seperti yang dibahas untuk file transaksi akuisisi. Jurnal atau Listing Pengeluaran Kas, adalah laporan yang dibuat dari file transaksi pengeluaran kas yang mencantumkan semua transaksi pada setiap periode waktu. Transaksi yang sama, termasuk semua informasi yang relevan, akan dicantumkan dala file induk utang usaha dan buku besar umum. Bagaimana E-Commerce Mempengaruhi Siklus Akuisisi dan Pembayaran Tujuan perusahaan menggunakan internet dan e-commerce untuk merampingkan proses akuisisi barang dan jasa serta proses lainnya seputar manajemen mata rantai suplai. Informasi mengenai deskripsi produk, penetapan harga, jadwal pengiriman, dan syarat lainnya telah tersedia di internet melalui website vendor dan database yang dapat diakses dengan mudah. Beberapa perusahaan menggunakan ekstranet, yang merupakan jaringan kerja pribadi yang dibangun atas dasar teknologi internet, yang memungkinkan pemasok dan pelanggan bisnis berkomunikasi tentang bisnis secara langsung dalam setting yang aman. Pengguna ekstranet dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan bisnis dengan rekan bisnis yang jauh lokasinya, yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan. Perusahaan lainnya menggunakan lelang business-to-business yang diselenggarakan internet untuk menegosiasikan pembelian perlengkapan dan jasa yang diperlukan dalam lelang terbuka. Banyak yang berpendapat bahwa penggunaan internet untuk memperoleh barang dan jasa menimbulkan efisiensi pasar dan harga yang lebih murah karena pasar online akan memungkinkan jumlah pemasok dan pelanggan yang lebih besar untuk menegosiasikan pembelian serta penjualan produk dan jasa. Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Subtantif atas Transaksi Memahami pengendalian internal Auditor harus memahami pengendalian internal untuk siklus akuisisi sebagai bagian dari pelaksanaan prosedur penilaian resiko dgn mempelajari bagan arus klien , meriview kuisioner pengendalian internal, serta melakukan pengujian walkthrough untuk akuisisi pengeluaran kas. Menilai resiko pengendalian yang direncanakan a. Otorisasi pembelian : merupakan otorisasi yang tepat untuk melakukan akuisisi akan memastikan bahwa barang dan jasa yang diperoleh adalah demi memenuhi tujuan perusahaan yang diotorisasi dan menghindari akuisisi item yang berlebihan atau tidak diperlukan. Pemisahan penyimpanan aktiva dari fungsi lainnya : sebagian besar perusahaan meminta departemen penerimaan untuk memulai membuat laporan penerimaan sebagai bukti



penerimaan dan pemerikasaan barang. Pencatatan yang tepat waktu dan review independen atas transaksi : pencatatan kewajiban atas akuisisi dibuat atas dasar penerimaan barang dan jasa. Otorisai pembayaran : Pengendalian termasuk pengeluaran kas yaitu penandatanganan cek oleh individu , pemisahan tanggungjawab untuk menandatangani cek dan melaksanakan fungsi utang usaha, dan pemeriksaan yang cermat atas dokumen. Menentukan luas pengujian pengendalian Auditor mengidentifikasi kunci pengendalian internal dan kelemahan serta menilai risiko pengendalian. Jika auditor bermaksud mengandalkan pengendalian untuk mendukung penilaian risiko pengendalian pendahuluan dibawah maksimum, auditor melaksanakan pengujian pengendalian untuk memperoleh bukti bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif. Merancang pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi untuk akuisisi 1. Perolehan yang Dibukukan adalah untuk Barang dan Jasa yang Diterima, Konsisten dengan Kepentingan Klien (existence atau keterjadian).  Jika auditor yakin bahwa pengendalian untuk tujuan ini sudah memadai, pengujian atas transaksi yang tidak benar dan transaksi yang dicatat sebenarnya tidak ada dapat dikurangi secara drastis. Pengendalian yang memadai juga dapat mencegah klien untuk mencantukan beban bisnis atau aktiva yang curang atau yang terutama memberikan manfaat bagi manajemen atau karyawan lain dan bukan entitas yang sedang diaudit. 2. Akuisisi yang Ada Telah Dicatat (completeness atau kelengkapan). Kelalaian untuk mencatat akuisi barang dan jasa yang diterima secara langsung akan mempengaruhi saldo hutang usaha. Karena itu, auditor biasanya sangat menaruh perhatian pada tujuan kelengkapan. 3. Perolehan Telah dibukukan secara Akurat (accuracy atau keakuratan). Karena keakuratan, banyak akun aktiva, kewajiban, dan beban tergantung pada kebenaran pencatatan transaksi dalam jurnal perolehan, luas pengujian terinci atas banyak akun neraca dan beban akan tergantung pada evaluasi yang tepat atas transaksi perolehan. Misalkan, jika auditor yakin bahwa setiap aktiva tetap telah dinilai dengan benar didalam buku harian, maka dapat diterima untuk memeriksa lebih sedikit dokumen perolehan dalam periode berjalan dari pada jika pengendaliannya tidak memadai. 4. Akuisi Telah Diklasifikasikan dengan Benar (Klasifikasi). Pengujian terinci atas akun tertentu dapat dikurangi jika auditor percaya bahwa pengendalian internalnya memadai untuk memberikan kepastian yang yang layak menyangkut klasifikasi yang benar dalam jurnal akuisi. Meskipun semua akun terpengaruh, dua bidang yang sangat terpengaruh terhadap klasifikasi adalah perolehan periode berjalan atas akun aktiva tetap dan semua akun beban, seperti perbaikan dan pemeliharaan, utilitas, serta iklan. Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi untuk



Pengeluaran Kas Auditor biasanya melaksanakan pengujian akuisisi dan pengeluaran kas pada saat yang bersamaan. Transaksi yang diperiksa dipilih dari jurnal akuisisi, faktur vendor, laporan penerimaan dan dokumentasi akuisisi lainnya yang diperiksa pada saat yang bersamaan. Jadi, verifikasi dapat dilakukan secara efisien tanpa mengurangi keefektifan pengujian. Metodologi Mendesign Uji Rincian Saldo untuk Hutang Usaha Karena semua siklus transaksi akuisisi dan pembayaran secara teknis berjalan melalui hutang usaha, maka akun ini sangat lah kritis untuk diaudit. Tahap 1: Mengidentifikasi resiko bisnis klien yang mempengaruhi saldo hutang . Fokus terkini banyak perusahaan menyempurnakan aktifitas manajemen saluran pemasoknya telah menimbulkan banyak perubahan dalam perancangan sistem digunakan untuk memulai dan membukukan aktifitas perolehan dan pembayaran. Auditor harus memahami sifat perubahan atas sistem guna mengidentifikasi apakah resiko bisnis klien dan pengendalian manajemen terkait mempengaruhi kemungkinan salah saji material atas hutang usaha. Auditor biasanya sangat memperhatikan tujuan audit kelengkapan dan tujuan pisah batas terkait-saldo bagi hutang usaha karena potensi kurang saji saldo akun. Tahap 1 dan 2: Menilai Risiko Pengendalian serta Merancang dan Melaksanakan Pengujianpengendalian dan Pengujian substantif atas transaksi Sebagaimana yang disajikan, setelah auditor menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan resiko bawaan untuk hutang usaha, maka auditor menggunakan pemahamannya mengenai pengendalian intern itu untuk menilai resiko pengendalian. Ijin substantif terakhir bagi auditor itu tergantung pada efektifitas relatif pengendalian internal yang terkait dengan hutang dagang. Tahap 3: Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitik Salah satu dari prosedur analitik untuk mengungkap salah saji hutang dagang yaitu dengan membandingkan total beban tahun berjalan dengan tahun lalu. Tahap 3: Merancang dan Melaksanakan Pengujian Terinci atas Saldo Hutang Usaha Auditor harus mengetahui perbedaan penekanan antara audit atas kewajiban dan audit atas aktiva. Pengujian Kewajiban Sudah Lewat Waktu. Karena akun kewajiban menekan pada kurang saji, maka pengujian kewajiban yang sudah leawat waktu penting untuk hutang usaha. 1. Periksa Dokumentasi yang Mendasari Pengeluaran Kas Periode Akuntansi. Tujuan prosedur audit ini adalah menemukan pembayaran dalam periode akuntansi berikutnya yang merupakan kewajiban pada tanggal neraca. 2. Periksa Dokumentasi yang Mendasari Tagihan yang belum Dibayarkan Beberapa Minggu Setelah Akhir Tahun.Prosedur ini dilakukan dengan cara yang sama seperti prosedur diatas dan untuk maksud yang jugasama.



3. Telusuri Laporan Penerimaan yang Dibuat Sebelum Akhir Tahun ke Faktur Pemasok.Semua barang dagangan yang diterima sebelum akhir periode akuntansi, yang ditunjukkan oleh pembuatan laporan penerimaan barang harus dimasukkan sebagai hutang usaha. 4. Telusuri Laporan Pemasok yang Memperlihatkan Saldo Terhutang ke Neraca Saldo.Apabila klien menyimpan arsip akun tagihan pemasook, maka laporan yang menunjukkanadanya saldo terhutang pada tanggal neraca dapat ditelusuri ke jurnal atau daftar tersebut untuk memastikan bahwa saldo-saldo tersebut sudah termasuk dibukukan sebagai hutang usaha. 5. Kirimkan Konfirmasi ke Pemasok yang Melakukan Bisnis Dengan Klien. Walaupun penggunaan konfirmasi untuk hutang usaha kurang umum dibandingkan untuk piutang usaha, akan tetapi hal ini sering dilakukan untuk menguji adanya pemasok yang dihilangkan dari daftar hutang usaha. Pengujian Pisah Batas. Pengujian ini untuk hutang usaha dimaksudkan untuk menentukan apakah transaksi yang dibukukan beberapa hari sebelum dan setelah tanggal neraca telah dimasukkan ke dalam periode yang sesuai. 1. Hubungan Pisah Batas dengan Observasi Pisik Persediaan. Dalam menentukan apakah pisah batas hutang usaha sudah benar, adalah penting bahwa pengujian pisah batas ini dikoordinasi dengan observasi pisik persediaan. 2. Persediaan Masih Dalam Perjalanan. Dalam hutang usaha harus dibedakan antara perolehan persediaan berdasarkan franko gudang pembeli (FOB destination) dan franko gudang penjual (FOB origin). Ketepatan bukti 1. Pembedaan Antara Faktur Pemasok dan Laporan Tagihan Pemasok. Dalam memberikan verifikasi penilaian atas saldo akun, auditor harus membedakan antara faktur pemasok dengan akun tagihan pemasok. 2. Perbedaan Antara Laporan Tagihan Pemasok dan Konfirmasi. Perbedaan utama antara laporan tagihan pemasok dan konfirmasi hutang usaha terletak pada sumber informasinya. Ukuran sampel Ukuran sampel untuk uji saldo hutang sangat beragam tergantung dari berbagai macam faktor. Sampling secara statistikal jarang digunakan untuk melakukan pengujian saldo hutang.



AUDIT SIKLUS AKUISISI DAN PEMBAYARAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN, PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI DAN UTANG USAHA A.    Akun Dan Kelas Transaksi Dalam Siklus Akuisisi Dan Pembayaran



      Tujuan Audit ini adalah untuk mengevaluasi apakah akun-akun yang dipengaruhi oleh akuisisi barang dan jasa serta pengeluaran kas bagi akusisi tersebut disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum. Terdapat tiga kelas transaksi yang dimasukkan ke dalam siklus: 1.      Akuisisi barang dan jasa 2.      Pengeluaran kas 3.      Retur dan pengurangan pembelian serta diskon pembelian A.    Fungsi Bisnis Dalam Siklus Serta Dokumen Dan Catatan Terkait       Siklus akuisisi dan pembayaran melibatkan keputusan dan proses yang diperlukan untuk memperoleh barang serta jasa guna mengoperasikan suatu bisnis. Siklus tersebut umumnya dimulai dengan pembuatan permintaan pembelian oleh karyawan yang berwenang yang memerlukan barang dan jasa, dan berakhir dengan pembayaran utang usaha. 1.      Memproses Pesanan Pembelian       Permintaan akan barang dan jasa oleh personil klien merupakan titik awal bagi siklus ini. Dokumen yang umum digunakan meliputi: a.       Permintaan pembelian (purchase requisition), b.      Pesanan pembelian (purchase order), c.       Faktur vendor (vendor invoice), d.      Memo debet (debit memo), e.       Voucher, f.       File transaksi akuisisi, g.      Jurnal akuisisi atau listing, h.      File induk utang usaha (accounts payable master file), i.        Neraca saldo utang usaha (accounts payable trial balance), j.        Laporan vendor (vendor’s statement). a)      Permintaan pembelian       Permintaan pembelian digunakan untuk meminta barang dan jasa oleh karyawan yang berwenang. b)     Pesanan pembelian       Pesanan pembelian adalah dokumen yang digunakan untuk memesan barang dan jasa dari vendor.



c)      Faktur vendor Faktur vendor adalah dokumen yang diterima dari vendor dan menunjukkan jumlah yang terutang atas suatu akuisisi d)     Memo debet Memo debet merupakan dokumen yang diterima dari vendor dan menunjukkan pengurangan jumlah yang terutang kepada vendor akibat retur barang atau pengurangan yang diberikan. e)      Voucher       Voucher sering digunakan oleh organisasi dalam menetapkan cara yang formal untuk mencatat dan mengendalikan akuisisi, terutama dengan memungkinkan setiap transaksi akuisisi diberi nomer urut. f)       File transaksi akuisisi       File transaksi akuisisi adalah file yang dibuat computer yang meliputi semua transaksi akuisisi yang diproses oleh system akuntansi selama satu periode. g)      Jurnal akuisisi atau listing       Listing atau laporan ini dibuat dari file transaksi akuisisi dan umumnya meliputi nama vendor, tanggal, jumlah, dan klasifikasi akun atau klasifikasi setiap transaksi, seperti perbaikan dan pemeliharaan, persediaan atau utilitas. h)     File induk utang usaha       Mencatat transaksi akuisisi, pengeluaran kas, serta retur dan pengurangan akuisisi untuk setiap vendor. File induk ini diperbaharui dari file transaksi akuisisi, retur dan pengurangan, serta pengeluaran kas yang terkomputerisasi. i)        Neraca saldo utang usaha       Mencantumkan jumlah yang terutang kepada setiap vendor atau dari setiap faktur atau voucher pada suatu titik waktu. Neraca tersebut dibuat langsung dari file induk utang usaha. j)       Laporan vendor



      Dokumen yang disiapkan setiap bulan oleh vendor dan menunjukkan saldo awal, akuisisi, retur dan pengurangan, pembayaran kepada vendor dan menunjukkan saldo awal, akuisisi, retur, dan pengurangan, pembayaran kepada vendor, dan saldo akhir. 2.      Memproses dan Mencatat Pengeluaran Kas       Pembayaran atas pembelian barang dan jasa merupakan aktivitas yang signifikan bagi semua entitas. Aktivitas tersebut secara langsung akan mengurangi saldo akun kewajiban, terutama utang usaha. Dokumen yang terkait dengan proses pengeluaran kas yang diperiksa auditor termasuk: a.       Cek, b.      File transaksi pengeluaran kas (cash disbursement transaction file), c.       Jurnal atau listing pengeluaran kas (cash disbursement Journal or Listing). a)      Cek       Dokumen ini umumnya digunakan untuk membayar akuisisi ketika pembayaran sudah jatuh tempo. b)     File transaksi pengeluaran kas       File yang dibuat dengan computer yang mencantumkan semua transaksi pengeluaran kas yang diproses oleh system akuntansi selama suatu periode. c)      Jurnal atau listing pengeluaran kas       Listing atau laporan yang dibuat dari file transaksi pengeluaran kas yang mencantumkan semua transaksi selama setiap periode waktu.                                                                                                                                                                                                            



3. Akuisisi Telah Dicatat Secara Akurat (keakuratan) Luas pengujian yang terinci atas akun neraca dan beban tergantung pada evaluasi auditor mengenai keefektifan pengendalian internal, keakuratan transaksi akuisisi yang dicatat. Pengujian yang terinci atas persediaan dapat dikurangi secara signifikan apabila auditor yakin bahwa catatan perpetual memang akurat dan biasanya diuji sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi akuisisi. 4. Akuisisi Telah Diklasifikasikan dengan Benar (klasifikasi) Pengujian yang terinci dapat dikurangi jika auditor yakin bahwa pengendalian internal sudah memadai untuk memberikan kepastian yang layak menyangkut klasifikasi yang benar dalam jurnal akuisisi. Karena relative mengabiskan waktu bagi auditor untuk mendokumentasikan pengujian atas akuisisi aktiva tetap demi tujuan keakuratan dan klasifikasi.  Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi Untuk Pengeluaran Kas Sampling Atribut untuk Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi. Terdapat tiga perbedaan yang penting antara akuisisi dan pembayaran dibandingkan dengan siklus lainnya. 1.      Terdapat sejumlah besar akun yang terlibat termasuk akun laporan laba rugi dan neraca. Hal ini meningkatkan potensi salah saji klasifikasi yang mungkin akan mempengaruhi laba. Contoh: misklasifikasi antara beban reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap akibatnya auditor sering mengurangi tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi terutama untuk atribut klasifikasi. 2.      Sudah umum bagi transaksi dalam siklus ini untuk menuntut pertimbangan yang signifikan seperti biaya lease dan kontruksi. Pertimbangan tersebut mengakibatkan meningkatnya kemungkinan salah saji. Akibatnya auditor sering mengurangi tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi untuk atribut keakuratan. 3.      Jumlah nilai uang setiap transaksi dalam siklus mencakup rentang yang luar. Akibatnya auditor sering memisahkan item-item yang bernilai besar dan tidak biasa serta mengujinya atas dasar 100 persen. E. METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN ATAS RINCIAN SALDO UTANG USAHA.



Karena semua transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran umumnya mengalir melalui utang usaha, akun ini penting bagi audit atas siklus akuisisi dan pembayaran. Utang usaha adalah kewajiban yang belum dibayar atas barang dan jasa yang diterima dalam peristiwa bisnis yang biasa. Utang usaha harus dibedakan dari kewajiban akrual dan kewajiban berbunga. Kewajiban akan dianggap utang usaha hanya jika total kewajiban itu diketahui dan terhutang pada tanggal neraca. Jika kewajiban mencakup pembayaran bunga, hal tersebut harus dicatat sebagai wesel bayar, utang kontrak, utang hipotik, atau utang obligasi. Jika pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi terkait menunjukkan bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif, dan jika hasil prosedur analitis memuaskan, auditor mungkin akan mengurangi pengujian atas rincian saldo utang usaha. Akan tetapi, karena utang usaha cenderung material bagi sebagaian besar perusahaan, auditor hampir selalu melaksanakan sejumlah pengujian atas rincian saldo. 1.      Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Utang Usaha (Tahap I) Focus yang diberikan banyak perusahaan pada perbaikan aktivitas manajemen mata rantai suplainya telah menimbulkan banyak perubahan dalam rancangan system yang digunakan untuk mengawali serta mencatat aktifitas akuisisi dan pembayaran. Usaha untuk merampingkan proses pembelian barang dan jasa telah mengubah semua aspek siklus akuntansi dan pembayaran bagi banyak perusahaan. Pengaturan system tersebut dapat menjadi kompleks. Auditor harus memahami sifat perubahan system tersebut utuk mengidentifikasi apakah risiko bisnis klien dan pengendalian manajemen yang terkait mempengaruhi kemungkinan salah saji yang material dalam utang usaha. 2.      Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I) Seperti halnya Piutang usaha, utang usaha seringkali saldonya berjumlah besar dan terdiri dari sejumlah besar saldo vendor serta relative mahal untuk mengaudit akun tersebut. Karena alasan itu auditor umumnya menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi yang relative tinggi untuk utang usaha. Auditor sering menilai risiko inheren sebagai sedang atau tinggi. Mereka peduli dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo pisah batas dan kelengkapan karena berpotensi menimbulkan kurang saji saldo akun. 3.      Menilai Risiko Pengendalian dan Merancang serta Melaksanakan Pengujian pengendalian dan pengujian Substantif atas Transaksi (tahap I dan II) Setelah menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan risiko inheren , auditor menilai risiko pengendalian berdasarkan pemahaman terhadap pengendalian internal. Pengujian



sustantif bergantung pada keefektifan relative pengendalian internal yang berhubungan  dengan utang usaha. Setelah menilai risiko pengendalian, auditor merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substrantif atas transaksi akuisisis dan pengeluaran kas. 4.      Merancang dan Melaksanakan Prosedur analitis (tahap III) tujuan audit atas utang usaha secara keseluruhan adalah untuk menentukan apakah saldo utang usaha telah dinyatakan secara wajar dan diungkapkan secaraa layak. Nilai realisasi tidak dapat diterapkan pada kewajiban. Penekanan yang penting dalam audit atas kewajiban dan aktiva. ketika memverifikasi aktiva auditor menekankan lebih saji melalui verifikasi dengan konfirmasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan dokumen pendukung.auditor tidak boleh mengabaikan kemungkinan aktiva mengalami kurang saji tetapi lebih memperhatikan lebih saji. Karena lebih saji ekuitas pemilik dapat terjadi baik dari lebih saji aktiva atau kurang saji kewajiban, merupakan hal yang alami bagi akuntan public untuk menekankan kedua salah saji tersebut. Penggunaan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo sama dengan yang diterapkan untuk memverifikasi piutang usaha, karena tujuan itu juga dapat diterapkan pada kewajiban dengan tiga modifikasi kecil: 1.      Tujuan nilai realisasi tidak dapat diterapkan pada kewajiban. Nilai realisasi hanya dapat diterapkan pada aktiva. 2.      Aspek hak dalam tujuan hak dan kewajiban tidak dapat diterpkan pada kewajiban. Untuk aktiva auditor menggunakan hak klien atas penggunaan dan pelepasan aktiva. untuk kewajiban auditor memperhatikan kewajiban klien atas pembayaran kewajiban. 3.      Untuk kewajiban, penekanan diberikan pada pencarian kurang saji dan bukan lebih saji.



Pengujian Kewajiban Setelah Periode Karena menekankan pada kurang saji dalam akun kewajiban, pengujian kewajiban setelah periode (out-of-period liabilities test) merupakan hal yang penting bagi utang usaha. Luas pengujian untuk mengungkapkan utang usaha yang belum tercatat, sering disebut pencarian utang usaha yang belum tercatat, sangat tergantung pada penilaian risiko pengendalian dan materialitas saldo akun yang potensial. Prosedur audit yang sama digunakan untuk mengungkapkan utang yang belum tercatat dapat diterpkan pada tujuan keakuratan. Memeriksa dokumentasi yang mendasari pengeluaran kas selanjutnya, auditor memeriksa dokumen pendukung menyangkut pengeluaran kas setelah tanggal neraca guna menentukan



apakah pengeluaran kas dilakukan untuk kewajiban periode berjalan. Jika memang untuk kewajiban periode berjalan, auditor harus menelusurinya ke neraca saldo utang usaha untuk memastikan bahwa pembayaran tersebut telah dilakukan. Memeriksa dokumentasi yang mendasari untuk tagihan yang belum dibayar beberapa minggu setelah akhir tahun, auditor melaksanakan prosedur ini dengan cara yang sama seperti sebelumnya dan untuk tujuan yang sama.prosedur ini berbeda karena dilakukan untuk kewajiban yang belum dibayar mendekati akhir pekerjaan lapangan audit bukan untuk kewajiban yang telah dibayar. Menelusuri laporan penerimaan yang dikeluarkan sebelum akhir taun ke vaktur vendor terkait, semua barang dagang yang diterima sebelum akhir taun periode akuntansi harus dicantumkan sebagai utang usaha. Menelusuri laporan vendor yang menunjukan saldo yang jatuh tempo ke neraca saldo utang usaha, jika klien menyimpan file laporan vendor, auditor dapat menelusuri setiap laporan yang memiliki saldo yang jatuh tempo pada tanggal neraca ke listing untuk memastikan bahwa hal itu telah dicantumkan sebagai utang usaha. Mengirim konfirmasi ke vendor dengan siapa klien melakukan bisnis, walaupun penggunaan konfirmasi untuk utang usaha kurang begitu umum ketimbang untuk piutang usaha, auditor kadang-kadang menggunakannya untuk menguji vendor yang dihapus dari daftar utang usaha, transaksi yang dihilangkan dan saldo akun yang salah saji. Pengujian pisah batas (cutoff tests) utang usaha dilakukan untuk menentukan apakah transaksi yang dicatat bebrapa hari  sebelum dan setelah tanggal neraca dicantumkan pada periode yang benar. Lima pengujian audit kewajiban setelah periode yang baru saja kita bahas semuanya ,merupakan pengujian pisah batas untuk akuisisi tapi menekankan pada kurang saji. Hubungan pisah batas dengan observasi fisik persediaan, dalam ,menentukan apakah pisah batas utang usaha sudah benar, sangatlah penting jika pengujian pisah batas dikoordinasikan  dengan observasi fisik persediaan. Perbedaa dalam perjalanan, menyangkut utang usaha, auditor harus membedakan antara akuisisi persediaan atas dasar FOB destination dan atas dasar FOB origin. Untuk FOB destination, hak akan berpindah ke pembeli ketika persediaan diterima, sehingga hanya persediaan yang diterima pada atau sebelum tanggal neraca yang harus dimasukan dalam persediaan  dan utang usaha pada akhir tahun. Jika akuisisi dilakukan atas dasar  FOB origin,perusahaan harus mencatat persediaan dan utang yang terkait pada periode berjalan jika pengiriman dilakukan pada atau setelah tanggal neraca.



Perbedaan antara faktur vendor dan laporan vendor, auditor harus membedakan antara faktur vendor dengan laporan keuangan ketika memverivikasi jumlah yang terutang kepada vendor. Auditor akan memperoleh bukti yang sangat handal mengenai setiap transaksi ketika mereka memeriksa faktur faktur vendor dan dokumen pendukung terkait setiap laporan  penerimaan dan pesanan pembelian. Perbedaan antara laporan vendor dan konfirmasi perbedaan yang paling penting terletak pada sumber informasinya. Laporan vendor disiapkan oleh vendor (pihak ketiga yang independen) tetapi berada ditangan klien pada saat auditor memeriksanya. Hal ini memberikan klien kesempatan untuk mengubah laporan vendor untuk menyimpan laporan tertentu dari auditor. BAB 19 Menyelesaikan Pengujian dalam Siklus Akuisisi dan Pembayaran: Verifikasi Akun Tertentu A. Jenis Akun Lainnya Dalam Siklus Akuisisi Dan Pembayaran Jenis aset, beban dan utang berbeda untuk masing-masing perusahaan, terutama untuk industri yang bukan ritel, grosir dan manufaktur. Metodelogi yang berkaitan dengan audit akun-akun tersebut sama dengan audit akun-akun lainnya yang dibahas pada bab-bab sebelumnya. Bab terakhir menyajikan telaah pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk siklus akuisisi dan pembayaran, seperti prosedur analitis yang biasa digunakan dan pengujian perincian saldo utang dagang. Dalam bab ini, pembahasan untuk beberapa akun utama dalam siklus ini akan dibahas, yang disebut audit atas: • Aset tetap (properti dan peralatan) • Beban duibayar dimuka • Utang lain-lain • Akun pendapatan dan beban



B. Audit atas asset tetap (Properti dan peralatan) Aset tetap (property dan peralatan) adalah asset yang diharapkan memiliki umur lebih dari satu tahun, digunakan dalam bisnis, dan tidak ditujukan untuk dijual kembali. Penggunaan asset tetap dalam pelaksanaan bisnis klien dan ekspektasi umur ekonomis lebih dari satu tahun merupakan karakteristik utama yang membedakan asset tersebut dengan persediaan, beban dibayar dimuka, dan investasi.



Telaah atas peralatan – akun terkait Pencatatan akuntansi utama dalam akun peralatan manufaktur dan akun asset tetap lainnya umumnya merupakan berkas utama asset tetap. Berkas utama meliputi catatan terperinci atas setiap bagian peralatan dan jenis property lainnya. Auditor melakukan verifikasi atas peralatan manufaktur secara berbeda dengan akun asset lancar karena tiga alas an berikut: 1. Biasanya terdapat akuisisi peralatan dalam jumlah sedikit pada periode berjalan. 2. Nilai akuisisi biasanya material. 3. Peralatan biasanya disimpan dan dicatat dalam pencatatan akuntansi selama beberapa tahun.



Oleh karena perbadaan tersebut, maka audit peralatan manufaktur menekankan pada verifikasi atas akuisisi periode berjalan, dibandingkan pada saldo akun lanjutan dari periode sebelumnya. Sebagai tambahan, umur ekonmis dari asset yang lebih dari satu tahun ini menimbulkan akun beban depresiasi dan akumulasi depresiasi. Meskipun pendekatan dalam verifikasi peralatan manufaktur berbeda dengan yang digunakan pada asset biasa, beberapa akun asset diverifikasi dengan cara yang sama. Hal ini termasuk juga pada paten, hak cipta, biaya catalog, dan seluruh akun asset tetap dan peralatan. Dalam audit peralatan manufaktur dan akun terkait, pengujian akan dimudahkan jika dipisah menjadi beberapa kategori: • Melakukan prosedur analitis • Melakukan verifikasi akuisisi tahun berjalan • Melakukan verifikasi penghentian asset tahun berjalan • Melakukan verifikasi saldo akhir pada akun asset • Melakukan verifikasi beban depresiasi • Melakukan verifikasi saldo akhir dalam akumulasi depresiasi



Melakukan prosedur analitis • Bandingkan beban penyusutan dibagi biaya peralatan manufaktur kotor dengan tahun sebelumnya. • Bandingkan akumulasi penyusutan dibagi biaya peralatan manufaktur kotor dengan tahun sebelumnya.



• Bandingkan beban perbaikan dan pemeliharaan, beban perlengkapan, beban peralatan kecil tahunan dengan tahun sebelumnya. • Bandingkan biaya peralatan manufaktur kotor.



Melakukan verifikasi akuisisi tahun berjalan Perusahaan harus mencatat penambahan pembelian asset tahun berjalan dengan benar karena asset tetap memiliki dampak jangka panjang pada laporan keuangan. Kesalahan dalam mengapitalisasi asset atau mencatat akuisisi dengan jumlah yang tidak benar akan berdampak pada neraca hingga perusahaan menghentikan menggunakan asset tersebut. Titik awal verifikasi untuk akuisisi tahun berjalan merupakan skedul yang diperoleh dari klien atas seluruh catatan akuisisi dalam buku besar untuk asset tetap selama tahun tersebut. Klien menyediakan informasi tersebut dari berkas utama. Daftar skedul untuk setiap penambahan dilakukan terpisah dan mencakup tanggal akuisisi, vendor, deskripsi, dan catatan apakah barang tersebut baru atau bekas, umur asset untuk penentuan depresiasi, metode depresiasi, dan biayanya. Tujuan audit terkait saldo: • Perolehan tahun berjalan pada skedul perolehan cocok dengan jumlah pada berkas induk yang terkait, dan jumlah total cocok dengan buku besar. • Perolehan tahun berjalan yang tercatat adalah ada • Perolehan yang ada telah dicatat • Perolehan tahun berjalan yang tercatat dihitung dengan akurat • Perolehan tahun berjalan yang tercatat diklasifikasikan dengan tepat • Verifikasi Pelepasan TPerolehan tahun berjalan dicatat dalam periode yang benar • Klien memiliki hak kepemilikan dan perolehan tahun berjalan



Melakukan verifikasi penghentian aset tahun berjalan Transaksi yang mencakup penghentian peralatan manufaktur biasanya mengalami salah saji bila pengendalian internal perusahaan melemah dalam menjalankan metode formal untuk menginformasikan menejemen untuk transaksi penjualan, tukar-tambah, pembatalan, atau pencurian mesin dan peralatan. Tujuan utama auditor dalam verifikasi penjualan, tukartambah, atau penghentian asset tetap adalah mendapatkan bukti memadai bahwa seluruh penghentian dicatat dalam jumlah yang benar.



Karena kegagalan untuk membukukan penghentian peralatan pabrik yang tidak lagi digunakan dapat secara signifikan mempengaruhi laporan keuangan, pencarian atas pelepsdsn ysng tidak dibukukan merupakan hal yang sangat penting. Prosedur berikut seringkali digunakan untuk memverifikasi penghentian: • Menelaah apakah ada aktiva yang baru menggantikan aktiva yang ada. • Menganalisa keuntungan dan kerugian akibat pelepasan aktiva dan pendapat rupa-rupa dari adanya penerimaan akibat pelepasan aktiva. • Menelaah modifikasi pabrik dan perubahan lini produk, pajak-pajak property, atau penutupan asuransi atas adanya penghapusan peralatan. • Tanya jawab dengan manajemen dan pelaksana produksi mengenai kemungkinan pelepasan aktiva. Bilamana aktiva dijual atau dilepaskan tanpa adanya pertukaran dengan aktiva pengganti, penilaian keakuratan transaksi dapat diverifikasi dengan melakukan pemeriksaan terhadap faktur penjualan dan berkas induk property terkait, Bilamana pertukaran aktiva untuk penggantian terjadi, auditor hendaknya yakin bahwa aktiva yang baru dikapitalisasi dengan layak dan aktiva yang digantikan dengan layak telah dihapuskan dari catatan, dengan mempertimbangkan nilai buku aktiva yang dipertukarkan dan biaya-biaya penambahan aktiva baru.



Verifikasi saldo akhir akun asset Dua dari tujuan-tujuan auditor sewaktu mengaudit peralatan manufaktur meliputi penentuan bahwa: 1. Semua peralatan yang dimiliki telah dibukukan. 2. Semua peralatan pisik yang ada dibukukan pada tanggal neraca, Saat mendesain pengujian audit untuk memenuhi tujuan tersebut, auditor pertama kali harus mempertimbangkan sifat pengendalian internal atas peralatan manufaktur. Pengendalian yang penting harus mencakup pemakaian berkas utama untuk masing-masing asset tetap, pengendalian fisik yang memadai atas asset yang mudah dipindahkan, penggunaan nomor identifikasi untuk setiap asset tetap, dan perhitungan asset tetap secara periodic dan rekonsiliasinya oleh personel akuntansi.



Verifikasi beban depresiasi Beban depresiasi adalah satu dari sedikit akun beban yang tidak diverifikasi sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi. Tujuan audit-terkait



saldo yang paling penting untuk beban depresiasi adalah akurasi. Dalam menentukan hal tersebut, auditor harus mempertimbangkan empat hal, yaitu: 1. Umur ekonomis untuk akuisisi masa sekarang. 2. Metode depresiasi 3. Estimasi nilai sisa 4. Kebijakan mendepresiasi asset selama tahun akuisisi dan penghentian. Metode yang berguna untuk mengaudit depresiasi adalah pengujian prosedur analitis atas kewajaran yang dibuat dengan mengalikan asset tetap yang kurang didepresiasi dengan tingkat depresiasi untuk tahun tersebut. Bila pengujian kewajaran tidak dapat dilakukan sepenuhnya, maka pengujian perincian perlu dilakukan. Oleh karena standard akuntansi mensyaratkan adanya penjelasan tambahan sehubungan dengan depresiasi asset tetap, termasuk pengungkapan metode depresiasi dan umur ekonomis atas klasifikasi asset, maka auditor melakukan prosedur untuk mendapatkan bukti bahwa keempat tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan depresiasi telah dipenuhi.



Melakukan Verifikasi saldo akhir dalam Akumulasi depresiasi Debet atas akumulasi depresiasi secara normal diuji sebagai bagian dari audit penghentian asset dan kreditnya deverifikasi sebagai bagian dari beban depresiasi.



C. Audit Beban Dibayar di Muka Baban dibaya di muka, tagihan di muka, dan aset tak berwujud adalah aset yang umurnya bervariasi dari hitungan bulan sampai bertahun-tahun. Termasuk di dalamnya adalah: • Sewa dibayar di muka • Biaya organisasi • Pajak dibayar di muka • Paten • Asuransi dibayar di muka • Merek dagang • Tagihan di muka • Hak cipta



Dalam beberapa kasus, akun ini nilainya sangat material. Dalam audit tertentu, perusahaan tidak memiliki akun tersebut dalam jumlah besar atau tidak material. Prosedur analitis biasanya dianggap memadai untuk beban dibayar di muka dan aset tak berwujud. Dalam audit tertentu, beberapa aset ini jumlahnya signifikan. Di bagian ini, kita akan membahas beberapa jenis pengendalian internal dan pengujian audit yang biasanya dikaitkan dengan beban dibayar di muka. Dalam diskusi berikut ini, asuransi dibayar di muka digunakan sebagai contoh pembahasan dalam kelompok ini karena: 1. Asuransi dibayar di muka banyak ditemukan dalam audit, bahkan hampir setiap perusahaan memiliki beberapa jenis asuransi. 2. Permasalahan yang biasanya muncul dalam audit asuransi dibayar di muka bila klasifikasinya mirip. 3. Tanggung jawb auditor dalam menelaah cakupan asuransi ini merupakan pertimbangan yang tidak ditemukan atas akun lain dalam kategori ini.



Telaah Asuransi Dibayar di Muka Figur 18-3 menggambarkan akun yang biasanya digunakan untuk asuransi dibayar di muka dan hubungan antara asuransi dibayar di muka dan siklus akuisisi dan pembayaran dengan mendebet akun asuransi dibayar di muka. Oleh karena sumber pendebetan akun aset adalah jurnal akuisisi, maka pembayaran premi asuransi sebagian telah diuji dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif untuk transaksi akuisisi dan pengeluaran kas.



Pengendalian Internal Pengendalian internal untuk asuransi dibayar di muka dan biaya asuransi dapat dibagi menjadi tiga kategori: pengendalian akuisisi dan pencatatan asuransi, pengendalian register asuransi, dan pengendalian pencatatan beban asuransi. Pengendalian akuisisi dan pencatatan asuransi merupakan bagian dari siklus akuisisi dan pembayaran. Konsisten dengan prosedur yang didiskusikan dalam siklus tersebut, otorisasi yang tepat untuk kebijakan asuransi baru dan pembayaran premi asuransi merupakan pengendalian penting. Register asuransi adalah pencatatan kebijakan asuransi dan masa berlaku masing-masing kebijakan. Auditor menggunakan register asuransi untuk mengidentifikasi kebijakan sehubungan dengan akun asuransi dibayar di muka. Jangka waktu dan jumlah pembayaran untuk mengidentifikasi kebijakan dimasukkan dalam register. Oleh karena jangka waktu dan jumlah menjadi dasar penentuan jumlah asuransi dibayar di muka, maka auditor secara independen melakukan verifikasi jangka waktu dan jumlah tersebut ke kebijakan asuransi atau kontrak yang mendasarinya. Perusahaan kadang-kadang mempunyai jurnal standar bulanan untuk mengklasifikasikan asuransi dibayar di muka sebagai beban asuransi. Jika terdapat jurnal berjumlah material



yang diharuskan menyesuaikan saldo asuransi dibayar di muka pada akhir tahun, maka artinya terjadi potensi salah saji dalam pencatatan akuisisi asuransi selama tahun tersebut atau dalam klasifikasi saldo akhir tahun dalam ausransi dibayar di muka.



Pengujian Audit Melalui audit asuransi dibayar di muka dan beban asuransi, auditor harus selalu berpikir bahwa jumlah dalam beban asuransi adalah nilai sisa (residual). Residual ini berasal dari saldo awal pada asuransi dibayar di muka, pembayara premi selama tahun tersebut dan saldo akhirnya. Satu-satunya pengujian dalam akun beban yang harus dilakukan adalah prosedur analitis dan pengujian untuk memastikan bahwa seluruh tagihan untuk beban asuransi mencul dari kredit atas asuransi dibayar di muka. oleh karena pembayaran premi diuji sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi dan prosedur analitis, maka penekanan pada pengujian perincian saldo adalah pada asuransi dibayar di muka. Dalam audit asuransi dibayar di muka, auditor memiliki sebuah skedul yag diperoleh dari klien atau membuatnya sendiri yang berisi tentang kebijakan tertentu. Misalnya, skedul tersebut memasukkan informasi tentang kebijakan asuransi, nomor polis, cakupan suransi untuk setiap polis, jumlah premi, periode premi, beban asuransi untuk tahun tersebut dan asuransi dibayar di muka pada akhir tahun. Saldo awal dan saldo akhir asuransi dibayar di muka biasanya tidak material dan hanya terdapat sedikit transaksi didebet dan dikredit atas saldo tersebut selama tahun berjalan, sebagian besar berjumlah kecil dan mudah dipahami. Oleh karena itu, auditor hanya perlu menggunakan sedikit waktunya dalam melakukan verifikasi saldo atau transaksi. Jika auditor memutuskan untuk tidak melakukan verifikasi perincian saldo tersebut, maka prosedur analitis menjadi penting untuk mengidentifikasi potensi salah saji material. Auditor biasanya melakukan prosedur analitis ini untuk asuransi dibayar di muka dan biaya asuransi: • Membandingkan total asuransi dibayar di muka dan beban asuransi dengan tahun-tahun sebelumnya. • Membandingkan rasio asuransi dibayar di muka ke beban asuransi dan membandingkannya dengan tahun-tahun sebelumnya. • Membandingkan masing-masing cakupan polis asuransi pada skedul asuransi yang diperoleh dari klien dengan skedul tahun sebelumnya sebagai pengujia pengurangan kebijakan tertentu atau perusahaan cakupan asuransi. • Membandingkan perhitungan saldo asuransi dibayar di muka untuk tahun berjalan berdasarkan masing-masing polis dengan tahun sebelumnya sebagai pengujian atas kesalahan perhitungan.



• Menelaan kewajaran cakupan asuransi pada skedul asuransi dibayar di muka bersama pegawai klien atau pegawai asuransi. Auditor tidak dapat menjadi ahl asuransi, tetapi pemahaman auditor atas akuntansi dan penilaian aset diperlukan untuk memastikan bahwa perusahaan tidak kurang diasuransikan. Dalam banyak audit, tidak terdapat tambahan prosedur substantif yang diperlukan kecuali jika hasil penilaian risiko pengendalian mengindikasikan kemungkinan besar terjadi salah saji material. Prosedur audit lainnya, yang akan dibahas berikutnya, perlu dilakukan hanya jika ada alasan khusus. Pembahasan untuk pengujian tersebut menggunakan tujuan audit-terkait saldo untuk melakukan pengujian perincian saldo aset (nilai realisasi tidak diterapkan).



Polis Auransi Terdapat dalam Skedul Asuransi Dibayar di Muka dan Polis Asuransi yang Ada Telah Didaftar (Keberadaan dan Kelengkapan) Pengujian atas keberadaan dan penghapusan polis asuransi dari skedul klien dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Menguji sampel faktur asuransi dan polis sebagai perbandingan dengan skedul. 2. Melakukan konfirmasi atas informasi asuransi dari agen asuransi perusahaan. Auditor biasanya lebih senang mengirimkan konfirmasi kepada agen asuransi klien karena pedekatan ini biasanya tidak memakan waktu lama dibandingkan dengan pengujian bukti transaksi dan konfirmasi ini dapat menghasilkan verifikasi 100 persen.



Klien Memiliki Hak atas Seluruh Polis Asuransi dalam Skedul Asuransi Dibayar di Muka (Hak) Pihak yang akan menerima keuntungan bila klaim asuransi diajukan dinyatakan sebagai pihak yang memiliki hak. Biasanya, penerima klaim yang tertulis dalam polis adalah klien, tetapi apabila ada hipotek atau kewajiban lain, maka klaim asuransi bisa saja terutang kepada kreditur. Telaah atas polis asuransi yang klaimnya dimiliki pihak lain selain klien merupakan pengujian yang kuat atas tidak tercatatnya utang dan aset yang dijaminkan.



Jumlah Dibayat di Muka pada Skedul adalah Akurat dan Totalnya Ditambahkan dengan Benar dan Sesuai dengan Buku Besar (Akurasi dan Kecocokan Perincian) Pengujian audit untuk melakukan verifikasi terhadap akurasi asuransi dibayar di muka juga meliputi verifikasi jumlah premi asuransi, lama periode asuransi, dan alokasi premi atas asuransi yang belum jatuh tempo. Jumlah premi atas polis tertentu dan masa berlakunya dapat diverifikasi bersamaan dengan memeriksa faktur premi atau konfirmasi dari agen asuransi. Setelah keduanya diverifikasi, perhitungan klien atas asuransi yang belum jatuh tempo dapat



diuji melalui perhitungan ulang. Skedul asuransi dibayar di muka dapat dijumlahkan dan totalnya ditelusuri ke buku besar untuk melengkapi kecocokan perinciannya.



Beban Asuransi Terkait dengan Asuransi Dibayar di Muka Diklasifikasikan dengan Benar (Klasifikasi) Klasifikasi pendebetan yang benar atas akun beban asuransi yang berbeda perlu ditelaah sebagai pengujian laporan laba/rugi. Dalam beberapa kasus, akun beban yang benar jelas terlihat karena jenis asuransinya, seperti polis untuk mengasuransikan sebuah peralatan. Dalam kasus lain, alokasi perlu dilakukan. Misalnya, asuransi kebakaran atas bangunan memerlukan alokasi ke beberapa akun yang berbeda, termasuk biaya-biaya tak langsung atas manufaktur (manufacturing overhead). Pembebanan pada akun yang benar dan konsistensi dengan tahun-tahun sebelumnya merupakan pertimbangan utama dalam evaluasi klasifikasi.



Transaksi Asuransi Dicatat pada Periode yang Benar (Pisah Batas) Pisah batas untuk akuisisi asuransi biasanya bukan masalah penting karena jumlah polis tidak banyak dan jumlahnya tidak material. Jika auditor mengecek pisah batas untuk akuisisi asuransi, maka mereka melakukannya sebagai bagian dari pengujian pisah batas untuk utang dagang.



D. Audit Utang Akrual Kategori ketiga dalam siklus akuisisi dari pembayaran adalah utang akrual, yaitu estimasi kewajiban yang belum dibayarkan atas jasa atau keuntungan yang telah diterima sebelum tanggal neraca. Banyak utang akrual merupakan utang masa depan untuk jasa yang belum dibayarkan, tetapi sebenarnya belum berutang pada tanggal neraca. Mislanya, keuntungan dari menyewakan aset yang terutang selama tahun berjalan. Oleh karenanya, pada tanggal neraca, porsi tertentu dari total biaya sewa yang belum dibayarkan harus menjadi akrual. Utang sejenis lainnya adalah : 1. Utang Gaji 2. Pajak atas Utang Gaji 3. Bonus Karyawan Akrual 4. Komisi Akrual 5. Honor Profesional Akrual 6. Sewa Akrual 7. Utang Bunga



Jenis akrual yang kedua adalah estimasi jumlah kewajiban yang jatuh temponya tidak pasti, seperti kewajiban pajak penghasilan daerah dimana kemungkinan jumlah yang tercantum dalam pengembalian pajak akan berubah setelah petugas pajak mengaudit pengembalian tersebut. Biaya garansi akrual dan biaya pensiun akrual juga merupakan akrual yang sama. Verifikasi beban akrual bervariasi bergantung pada sifat akrual dan kondisi klien. Pada kebanyakan audit, akrual menghabiskan waktu cukup banyak. Dalam kondisi lain, akun-akun tertentu seperti pajak penghasilan akrual, biaya garansi, dan biaya pensiun kadang-kadang material dan memerlukan pertimbangan audit. Pembahasan berikut mengenai pajak properti akrual merupakan contoh audit yang akrual.



Audit atas Pajak Properti Akrual Sumber pendebetan adalah jurnal pengeluaran kas, maka pembayaran pajak properti sudah diuji melalui pengujian transaksi siklus akuisisi dan pembayaran. Dengan biaya asuransi, saldo biaya pajak properti merupakan jumlah residual yang dihasilkan dari saldo awal dan saldo akhir dalam pajak properti akrual dan pembayaran pajak properti. Oleh karena itu, penekanan dalam pengujian harus dilakukan atas saldo akhir utang dan pemberian pajak properti. Saat auditor melakukan verifikasi pajak properti akrual, keseluruhan delapan tujuan audit terkait saldo adalah relevan kecuali nilai realisasi. Dua hal di bawah ini merupakan hal penting, yaitu : 1. Properti yang diperhitungkan pajak akrualnya berada dalam skedul akrual. Kesalahan salam memasukkan properti dimana pajak seharusnya dihitung akrual akan terjadi kurang saji pada utang pajak properti (kelengkapan). Salah saji material dapat terjadi, misalnya jika pajak properti tidak dibayarkan sebelum tanggal neraca dan tidak termasuk sebagai pajak properti akrual. 2. pajak properti akrual dicatat secara akurat. Auditor perlu memperhatikan konsistensi perlakuan akrual dari tahun ke tahun (akurasi). Auditor menggunakan dua pengujian utama yang memasukkan seluruh akrual. Auditor melakukan verifikasi akrual bersamaan dengan audit pembayaran pajak properti tahun berjalan. Dalam audit, hanya terdapat sedikit pembayaran pajak properti, tetapi setiap pembayaran sering kali material, sehingga bisa diverifikasi satu sama lain. Auditor juga membandingkan akrual dengan tahun-tahun sebelumnya. Auditor biasanya memulai pekerjaannya dengan membuat skedul pembayaran pajak properti dari klien dan membandingkan setiap pembayaran dengan skedul tahun sebelumnya untuk menentukan apakah seluruh pembayaran dimasukkan dalam skedul klien. Skedul aset tetap juga harus diperiksa bila terjadi penambahan dan penghentisn aset yang bisa memengaruhi pajak properti akrual. Seluruh properti dipengaruhi oleh aturan pajak properti lokal seharusnya termasuk dalam skedul, bahkan jika pembayaran pajak tidak dilakukan.



Setelah auditor menemukan bahwa seluruh pajak properti telah dimasukkan dalam skedul klien, mereka mengevaluasi kewajaran pajak properti pada setiap properti yang digunakan klien untuk mengestimasi akrualnya. Dalam banyak hal, jumlah total sudah disusun oleh otoritas pajak dan dikirimkan kepada klien, sehingga memungkinkan untuk diverifikasi jumlahnya. Hal ini diperoleh dengan membandingkan jumlah dalam skedul denggan tagihan pajak. Dalam kasus lain, total pembayaran tahun berikutnya harus disesuaikan dengan peningkatan tarif pajak properti. Auditor dapat melakukan verifikasi pajak properti akrual dengan menghitung kembali porsi total pajak yang diaplikasikan pada tahun berjalan untuk setiap properti. Bahan pertimbangan utama adalah dengan menggunakan porsi yang sama untuk setiap pembayaran pajak atas akrual yang digunakan dalam tahun sebelumnya, kecuali jika ada kondisi perubahan khusus. Setelah pajak properti akrual dan beban pajak properti untuk setiap properti sudah dihitung kembali, total harus ditambahkan dan dibandingkan dengan buku besar. Dalam banyak kasus, pajak properti dibebankan ke lebih dari satu akun. Dalam kasus ini, auditor harus menguji benar tidaknya klasifikasi dengan mengevaluasi apakah sudah dibebankan dengan jumlah yang benar.



E. Audit Akun Pendapatan dan Beban Untuk menentukan apakah akun pendapatan dan beban dalam laporan keuangan sudah disajikan dengan wajar sesuai GAAP, Auditor harus mengecek apakah masing-masing dari total pendapatan dan beban sudah dimasukkan dalam laporan laba/rugi dan laba bersih tanpa salah saji material. Dua konsep berikut dalam audit akun pendapatan dan beban merupakan hal penting dalam mempertimbangkan tujuan laporan laba/rugi: 1. Kesesuaian antara periode pendapatan dan beban diperlukan untuk menentukan hasil yang benar. 2. Penerapan prinsip akuntansi yang konsisten dalam beberapa periode penting untuk perbandingan. Kedua konsep tersebut harus diterapkan dalam pencatatan masing-masing transaksi dan penggabungan akun buku besar dalam penyajian laporan.



Pendekatan Audit atas Akun Pendapatan dan Beban Audit akun pendapatan dan beban langsung terkait dengan neraca dan bukan bagian terpisah dari proses audit. Audit akun pendapatan dan beban berkaitan dengan audit pada bagian lain. Bagian dari audit yang langsung memengaruhi akun-akun ini adalah: • Prosedur Analitis.



• Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. • Pengujian perincian saldo.



Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi Baik pengujian pengendalian maupun pengujian substantif atas transaksi berdampak simultan terhadap verifikasi akun neraca dan laporan laba/rugi. Sebaliknya, pengendalian dan salah saji yang tidak memadai dapat ditemukan melalui pengujian pengendelian dan pengujian substantif atas trasaksi dan mengindikasikan kemungkinan salah saji baik pada laopran laba/rugi maupun neraca. Tujuan terpenting dalam melakukan verifikasi akun laporan laba/rugi dalam setiap siklus transaksi adalah untuk mendapatkan pemahaman mengenai pengendalian internal dan pengujian terkait pengendalian dan substantive atas transaksi.



Pengujian Perincian Saldo Akun-Analisis Beban Auditor harus menganalisis jumlah yang termasuk dalam akun laporan laba/rugi meskipun pengujian telah dilakukan. Analisis akun beban melibatkan penyelidikan auditor terhadap dokumen pendukung untuk masing-masing transaksi dan perincian atas total akun beban Jenis dokumen tersebut sama dengan yang digunakan untuk memeriksa transaksi sebagai bagian dari pengujian transaksi akuisisi, yaitu terdiri atas faktur, laporan penerimaan, pesanan pembelian, dan kontrak. Dalam anlisis beban dan akun laporan laba/rugi lainnya, auditor melakukan verifikasi transaksi dalam akun yang spesifik untuk menentukan apakah transaksi tersebut benar, diklasifikasikan dengan benar, dan dicatat secara akurat.



Pengujian Perincian Saldo-Alokasi Beberapa akun beban dihsilkan dari alokasi atau akuntansi, bukan transaksi riil. Contohnya adalah beban depresiasi, deplesi, dan amortisasi hak cipta dan biaya catalog. Alokasi biaya overhead manufaktur antara persediaan dan harga pokok penjualan adalah contoh jenis lain dari alokasi yang memengaruhi beban. Jika klien salah dalam mengikuti GAAP atau salah menghitung alokasi, maka laporan keuangan bisa salah saji secara material. Dua prosedur audit terpenting dalam audit alokasi adalah pengujian untuk keseluruhan kewajaran dengan prosedur analitis dan perhitungan kembali atas hasil perhitungan klien. Auditor biasanya melakukan penh=gujian tersebut sebagai bagian dari audit aset dan utang terkait. Hal ini meliputi verifikasi beban depresiasi sebagai bagian dari audit asset tetap. Pengujian amortisasi sebagai bagian dari verifikasi paten atau penghentian yang lama, dan



verifikasi alokasi antara persediaan dan harga pokok penjualan sebagai bagian dari audit persediaan.