Tumor Nasofaring [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Nasofaring merupakan lubang sempit yang terdapat pada rongga hidung. Bagian atap dan dinding belakang dibentuk oleh basi sphenoid, basi occiput dan ruas pertama tulang belakang. Bagian depan berhubungan dengan rongga hidung melalui koana. Orificium dari tuba Eustachian berada pada dinding samping dan pada bagian depan dan belakang terdapat ruangan berbetuk koma yang disebut dengan torus tubarius. Bagian atas dan samping dari torus tubarius merupakan reses dari nasofaring yang disebut dengan fossa Rosenmuller. Nasofaring berhubungan dengan orofaring pada bagian soft palatum. Nasofaring sendiri merupakan bagian nasal dari faring yang mempunyai struktur berbentuk kuboid. Banyak terdapat struktur anatomis penting di sekitarnya. Banyak syaraf kranial yang berada di dekatnya, dan juga pada nasofaring banyak terdapat limfatik dan uplai darah. Struktur anatomis ini mempengaruhi diagnosis, stadium, dan terapi kanker tersebut. Nasofaring terletak tepat di belakang cavum nasi, di bawah basis cranii dan di depan vertebrae cervicalis I dan II. Nasofaring membuka di bagian depan ke dalam cavum nasi dan ke bawah ke dalam orofaring. Tuba auditorius (Eustachius) membuka ke dalam dinding lateralnya pada setiap sisi. Tonsil nasofaring adalah bantalan jaringan limfe pada dinding posteriosuperior nasofaring. Tumor nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai di antara tumor ganas THT di Indonesia, dimana karsinoma nasofaring termasuk dalam lima besar tumor ganas dengan frekuensi tertinggi, tumor ini berasal dari fossa Rosenmuller pada nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa. Penanggulangan tumor nasofaring sampai saat ini masih merupakan suatu masalah, hal ini karena etiologi yang masih belum pasti, gejala dini yang tidak khas serta letak nasofaring yang tersembunyi, sehingga diagnosa sering terlambat.



1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum - Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien dengan 1.2.2



tumor nasofaring Tujuan Khusus



-



Mahasiswa mampu memahami pengertian nasofaring dan tumor nasofaring Mahasiswa mampu memahami epidemiologi tumor nasofaring Mahasiswa mampu memahami etiologi tumor nasofaring Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala tumor nasofaring Mahasiswa mampu memahami patofisiologi tumor nasofaring Mahasiswa mampu memahami komplikasi dan prognosis tumor nasofaring Mahasiswa mampu memahami pengobatan tumor nasofaring Mahasiswa mampu memahami pencegahan tumor nasofaring Mahasiswa mampu memahami pathways tumor nasofaring Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan tumor nasofaring



1.3 Implikasi Keperawatan Sebagai tenaga kesehatan, seorang perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan mengenai konsep anatomi, fisiologi dan patofisiologi manusia utamanya pada sistem respirasi sebagai dasar pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem respirasi seperti tumor nasofaring. Selain itu, pengalaman dan keterampilan seorang perawat juga diperlukan dalam melakukan pengkajian dasar pada pasien .Seorang perawat juga dituntut untuk mampu memberikan layanan asuhan keperawatannya secara prima, baik itu kepada pasien maupun kepada keluarga pasien. Seorang perawat yang mampu memberikan layanan asuhan keperawatannya dengan tepat dan baik mulai dari pengkajian, mendiagosa, memberikan intervensi dan implementasi serta evaluasi, maka dapat mempertahankan kondisi kesehatan pasien dan mempercepat kesembuhannya. Layanan asuhan keperawatan yang diberikan mulai dari pengkajian hingga evaluasi, didalamnya terdapat pemeriksaan fisik yang menjadi indikator penting dalam mengevaluasi keadaan fisik pasien dengan penyakit system respirasi khususnya tumor naofaring. Jika seorang perawat mendapatkan tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya tumor nasofaring pada seorang individu ataupun pasien, perawat dapat segera memvalidasi dengan data yang didapatkan kemudian menganalisanya. Analisa yang tepat dapat memudahkan perawat mengambil masalah keperawatan yang ada pada pasien dengan penyakit tumor nasofaring, sehingga diagnosa dapat segera ditegakkan berdasarkan data yang ada. Seorang perawat dapat membuat perencanaan asuhan keperawatan dari diagnosa yang telah ditegakkan dengan tujuan dan kriteria hasil masing-masing diagnosa. Perencanaan asuhan keperawatan dibuat diharapkan dapat menyelesaikan masalah keperawatan pasien berupa keluhan-keluhan mengenai penyakit tumor nasofaring yang pasien alami, baik itu dapat teratasi sebagian atau keseluruhan. Jika pelaksanaan asuhan keperawatan telah



dilakukan, maka perawat dapat membuat evaluasi untuk mengetahui efektifitas tindakan keperawatannya terhadap pasien dengan tumor nasofaring, hingga kriteria hasilnya dapat tercapai.