Tutorial - Jiwa II [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tutorial Keperawatan Jiwa II



Dosen Pembimbing : Yudi Abdul Majid, S.Kep, Ns.,M.Kep. Di Susun Oleh: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Windah Anisah Windy Puspita Utami Wisma Wardani Yeni Septiani Yola Alfina Yolanda Dwi Nita Yosa Nanda Fermata Yuli Nopita Sari Yuti Sartika



(21117134) (21117135) (21117136) (21117137) (21117138) (21117139) (21117140) (21117141) (21117142)



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN AJARAN 2019



Kasus Tutorial Jiwa II Ny.E usia 42 tahun dibawa ke RSJ X oleh keluarga. Klien adalah seorang guru SD yang ditinggal menikah oleh suaminya dan mempunyai 4 orang anak perempuan. Menurut adik klien alasan suaminya menikah lagi adalah keinginanan mendapatkan anak laki-laki. Adiknya juga mengatakan bahwa klien suka keluyuran, dan baru ditemukan kembali ke rumah setelah 3 hari. Klien mudah marah dan tersinggung. Terkadang sering dilampiaskan kepada anaknya serta anak didiknya dengan suara keras dan membentak serta melemparkan barang. Saat dikaji oleh perawat tampak wajah tegang pasien , mata melotot , bicara kasar . ketika ditanya klien hanya menjawab “ saya benci dengan ahmad. Dia jahat “ . tidak hanya itu , menurut adiknya klien juga sering menyakiti diri sendiri dengan memukul-mukulkan tangannya ketembok , mengigit kukunya sampai berdarah. Begitu pun saat dirawat di RS klien menolak tindakan pengobatan dan perawatan , serta suka memaki-maki perawat, atau orang yang datang menjenguknya.



Tahap Tutorial : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Klarifikasi istilah (Do & Ds) Perumusan masalah Menjawab pertanyaan Pathway (pohon masalah) Menentukan learning outcome (tujuan pembelajaran) Belajar mandiri Menjawab learning outcome



1. Tahap Pertama Klarifikasi Istilah (Do & Ds) No 1.



Data Objektif Wisma: wajah tampa ktegang, mata Windah:



2.



melotot, bicarakasar Yola: klien muda tersinggung



Data subjektif klien mengatakan



ahmad (suami) hmarah, Yuli: Adik klien mengatakan klien suka keluyuran dan baru ditemukan kembali di rumah setelah 3 hari Yeni: klien menolak



3.



membenci



perawatan,



dan



suka



pengobatan



dan



memaki-maki



perawat/orang yang dating menjenguknya 2. Tahap Kedua Perumusan Masalah 1) Windah: Bagaimana pasien dapat mengendalikan emosi yang kuat dan cara terbaik untuk bertingkah laku mengendalikan emosi pasien? 2) Yuli: Bagaimana cara agar klien tidak melampiaskan kekesalannya pada anaknya? 3) Windy: Apa akibat dari kasus tersebu tjika klien tidak mendapatkan penanganan secara baik? 4) Yolanda: Bagaimana tindakan perawat untuk mengatasi prilaku klien 5) 6) 7) 8)



yang sering menyakiti diri sendiri? Yeni: Apa factor predisposisi pada kasus tersebut? Yosa: Apa masalah utama pada kasus tersebut? Wisma: Sebutkan tahap rentang respon marah? Yola: Bagaimana cara perawat membujuk pasien agar mau



melakukan pengobatan dan terapi? 9) Yuti: Apa peran perawat yang harus di lakukan untuk pasien yang mengalami perilaku kekerasan pada kasus tersebut?



3. Tahap Ketiga Menjawab Pertanyaan No 1.



Pertanyaan Windah Annisah: Bagaimana



Jawaban Yuli Nopita Sari:



pasien



dapat mengendalikan emosi yang kuat dan cara



terbaik



untuk



bertingkah



laku



 



Mengungkapkan emosi secara terbuka dan tenang Jangan memusatkan perhatian pada prilaku orang







tersebut, karena akan membuat klien tidak nyaman Mengungkapkan perasaan pada saat yang tepat,







jangan memancing emosi klien Pisahkan antara perasaan dari reaksi (memukul)



mengendalikan emosi 2.



pasien? Yuli Nopita Sari:



Windah Annisah:



Bagaimana cara agar klien kekesalannya



pada



anaknya? Windy Puspita Utami: Apa akibat dari kasus tersebut tidak



jika



Wisma Wardani: 



klien



Pasienakan melakukan kekerasan pada diri sendiri, orang lain bahkan pada lingkungan



secara



baik? Yolanda Dwi Nita: Bagaimana perawat



tindakan untuk



mengatasi klien



  



dengan cara memukul bantal, Ajarkan teknik nafas dalam Mengontrol prilaku kekerasan secara spiritual Mengontrol prilaku kekerasan dengan obat



mendapatkan



penanganan 4.



Ajarkan klien untuk melampiaskana emosinya



tidak



melampiaskan



3.







yang



prilaku sering



menyakiti diri sendiri?



Yeni Septiani:   



Cari tau soal kebiasaan melukai diri sendiri Bersikap positif terhadap klien Menyediakan waktu untuk mendengarkan keluh



   



kesah klien Jangan membuat klien merasa bersalah Jangan mengancam klien Ajak klien untuk memcari bantuan professional Menenangkan emosi klien dan member motivasi pada klien agar mengikhlaskan suaminya menikah



5.



Yeni Septiani:



lagi Yolanda Dwi Nita:



Apa



factor



predisposisi 6.



pada



kasus tersebut? Yosa Nanda Fermata: Apa masalah utama



7.



pada kasus tersebut? Wisma Wardani:



Di tinggalkan oleh suami menyebakan munculnya harga diri rendah



Yola Alfina: 



Prilaku kekerasan



Yuti Sartika:



 Asertif  Frustasi rentang respon marah?  Pasif  Agresif  Amuk Yola Alfina: Windy Puspita Utami: Sebutkan



8.







tahap



Bagaimana perawat



cara







Bina hubungan saling percaya



membujuk



pasien



agar



mau



melakukan pengobatan 9.



dan



terapi? Yuti Sartika: Apa



peran



Yosa Nanda Fermata: perawat



yang harus di lakukan untuk



pasien



mengalami



yang



perilaku



    



Membangun hubungan terapetik dengan klien Mengkaji prilakuklien yang berpotensi kekerasan Membuat perencanaan Memberikan kenyamanan pada klien Membantu klien meredakan emosi



kekerasan pada kasus tersebut? 4. TahapKeempat Pathway (Pohon Masalah) Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain, danlingkungan Prilaku kekerasan



Akibat Core problem



Harga diri rendah Berduka disfungsional



Sebab



5. Tahap Kelima Learning Outcome 1) Wisma Wardani: Mahasiswa mampu dan mengetahui definisi dari prilaku kekerasan? 2) Windah Annisah: Mahasiswa mampu



dan



mengetahui



etiologi



dari



prilaku



kekerasan? 3) Yuli Nopita Sari: Mahasiswa mampu dan mengetahui tanda dan gejala dari prilaku kekerasan? 4) Yola Alfina: Mahasiswa mampu dan mengetahui masalah yang muncul dari prilaku kekerasan? 5) Windy Puspita Utami: Mahasiswa mampu dan mengetahui terapi pada prilaku kekerasan? 6) Yuti Sartika: Mahasiswa mampu dan mengetahui diagnose dari prilaku kekerasan? 7) Yolanda Dwi Nita: Mahasiswa mampu dan mengetahui intervensi (SP) dari prilaku kekerasan? 8) Yeni Septiani: Mahasiswa mampu dan mengetahui tahap rentang respon dari prilaku kekerasan? 9) Yosa Nanda Fermata: Mahasiswa mampu dan mengetahui pengendalian emosi dari prilaku kekerasan? 6. Tahap Keenam Belajar mandir 7. Tahap Ketujuh Menjawab Learning Outcome No



LO



Jawaban



1.



Wisma Mahasiswa dan



Wardani: Yuli Nopita Sari : mampu







Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk



mengetahui



perilaku agresi atau kekerasan yang ditunjukkan



definisi dari prilaku



secara verbal, fisik atau keduanya kepada suatu



kekerasan?



objek, orang atau diri sendiri yang mengarah pada potensial untuk destruktif atau secara aktif menyebabkan kesakitan,bahaya dan penderitaan (Djatmiko, 2008; Bernstein & Saladino , 2007). Sumber : Jurnal Penurunan Perilaku Kekerasan Pada Klien Skizoprenia Dengan Assertiveness Training (AT) oleh Dyah Purwaningsih Windah Anisyah : 



Perilaku kekerasan menurut Kusumawati dan Hartono (2011) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan



amuk dan aduh, gelisah yang tidak terkontrol. Sumber Jurnal: Yuti Sartika: 



Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, maupun non verbal. Di arahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan (Dermawan, 2013). Sumber: Mental Nursing Care Of Ms. W With Violent Behavior In Srikandi Regional Mental Hospital Of Surakarta



Yola Alfina: 



Prilaku kekerasaan merupakan suatu keadaan dimana seseorang malakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri orang lain mauoun lingkungan. (Stuart Dan Sundeen,1995)







Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dpat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Towsend,1998)







Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk oenag lain, dan barangbarang. (Maramis,1998)



Sumber: Yeni Septiani 



Perilaku kekerasanmenurut Stephan & Stephan (1985) adalah menjadikan orang lain menderita dan adanya penolakan secara hukum maupun norma terhadap perilaku tersebut. Sumber : (Jurnal Perilaku Kekerasan, Moh.



As’ad) Yosa Nanda Fermata: 



Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. (Sumber : Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Pengaruh



Relaksasi



Progresif



Terhadap



Penurunan Perilaku Kekerasan, Volume 7, No 1,Mei 2018)



2.



Windah Mahasiswa



Annisah: Windah Anisyah : mampu







mengetahui



Faktor predisposisi Faktor predisposisi adalah faktor yang mendasari



etiologi dari prilaku



atau mempermudah terjadinya perilaku yang



kekerasan?



terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai



dan



kepercayaan



maupun



pengalaman



yang



keyakinan



dialami



berbagai



setiap



orang



merupakan faktor predisposisi artinya mungkin terjadi mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan (Direja, 2011). 1. Faktor biologis Beberapa hal yang dapat mmpengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan yaitu sebagai berikut: a. Pengaruh neurofisiologi, komponen mempunyai



sistem



beragam neurulogis



implikasi



dalam



memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. b. Pengaruh



biokimia



yaitu



berbagai



neurotransmiter (epineprin, noreineprin, dopamin,



asetilkolin



dan



serotonin



sangat berperan dalam menfasilitasi dan mengahambat impuls negatif). c. Pengaruh genetik menurut



riset



Murakami (2007) dalam gen manuasia terdapat doman (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal. d. Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan gangguan sistem serebral, tumor otak, trauma otak, penyakit enchepalits epilepsi terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan. 2. Faktor psikologis menurut Direja (2011)



Yosa Nanda Fermata  Faktor predisposisi : Teori Biologik 1. Neurologic factor, beragam komponen dari sistem



syaraf



seperti



synap,



neurotransmitter, dendrite, axon terminalis mempunyai



peran



memfasilitasi



atau



menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan mempengaruhi sifat agresif. Sistem



limbik



menstimulasi



sangat



terlibat



timbulnya



dalam perilaku



bermusuhan dan respons agresif. 2. Genetic factor, adanya factor gen yang di turunkan melalui orang tua, menjadi potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakhmi (2007) dalam gen manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang



tidur



dan



akan



bangun



jika



terstimulasi oleh factor eksternal. Menurut penelitian genetic tipe karyo type XYX, pada umumnya di miliki oleh gen penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang yang tersangkut hokum akibat perilaku agresif. 3. Cyrcardian Rhytm (irama sirkardian tubuh), memegang peranan pada individu. Menurut penelitian pada jam- jam tertentu manusia mengalami peningkatan cortsiol terutama pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk bersikap agresif. 4. Biochemistry factor (faktor biokimia tubuh) seperti



neurotransmitter



di



otak



(epinephrine, norephinephrine, asetilkolin,



Yola Alfina : 



Faktor presdiposisi 1. Teori biologik a. Pengaruh neurofisiologik, b. Pengaruh biokimia c. Pengaruh genetic d. Gangguan otak 2. Teori psikologik a. Teori psikoanalitik b. Reori pembelajaran 3. Teori sosiokultural Kontrol masyarakat yang rendah dan kecendurangan menerima prilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan







Faktor presipitasi 1. Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan, merunnya percaya diri , rsa takut sakit, hilang kontrol ,dll. 2. Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan ornag di cintai, krisis,dll.



3.



Yuli Nopita Sari: Mahasiswa



Yuti Sartika :



mampu







Menurut



Yosep



(2011),



perawat



dapat



dan mengetahui tanda



mengidentifikasi danmengobservasi tanda dan



dan



gejala perilaku kekerasan: Fisik : Muka merah



gejala



prilakuke kerasan?



dari



dantegang, mata melotot atau pandangan mata tajam, tangan mengepal, rahangmengatup, postur tubuh kaku, jalan mondar mandir. Verbal : Bicara kasar,suara tinggi, membentak, atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik,mengumpat dengan kata-kata kotor. Perilaku : Melempar atau memukul benda atau orang lain, menyerang orang



lain



atau



melukai



diri



sendiri,



merusaklingkungan, amuk/ agresif. Emosi : Tidak



adekuat,



dendam



dan



jengkel,



tidakberdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, Intelektual



menyalahkan :



Cerewet,



danmenuntut. kasar,



berdebat,



meremehkan, sarkasme.Spiritual : Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat oranglain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar. Social : Menarik diri, pengasingan,



penolakan,



kekerasan,



ejekan,



sindiran. Sumber: Mental Nursing Care Of Ms. W With Violent Behavior In Srikandi Regional Mental Hospital Of Surakarta



Windah Anisyah : Tanda dan gejala perilaku kekerasan menurut Direja (2011) sebagai berikut : 



Fisik Mata



melotot,



pandangan



tajam,



tangan



mengepal, rahang mengatup, wjah merah dan 



tegang, serta postur tubuh kaku. Verbal Mengancam, mengumpat dengan



kata-kata



kasar, bicara dengan nada keras, kasar, dan 



ketus. Perilaku Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang







lain, merusak lingkungan, amuk/agresif. Emosi Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan,







mengamuk,



ingin



berkelahi,



menyalahkan, dan menuntut. Intelektual Mendominasi, cerewet, kasar,



berdebat,



meremehkan, dn jarang mengeluarkan kata-kata 



bernada sarkasme. Spiritual Merasa dirinya berkuasa, merasa dirinya benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas







terhambat. Sosial Menarik diri, pengasingan, penolakan, ejekan,







dan sindiran. Perhatian Bolos, melarikan penyimpangan seksual. Sumber Jurnal:



diri,



dan



melakukan



Yola Alfina:  Mata melotot/pandangan tajam  Tangan mengepal  Rahag mengatup  Wajah memerah dan tegang  Postur tubuh kaku  Mengancam/ mengumpat dengan kata-kata kotor  Berbicara dengan nada kasar dan ketus  Menyerang orang lain  Melukai diri sendiri/orang lain  Merusak lingkungan 4.



Yola Alfina: Mahasiswa dan



mampu mengetahui



masalah yang muncul dari kekerasan?



prilaku



Yola Alfina:  Perilaku kekerasan  Resiko menciderai diri sendiri dan lingkungan  Perubahan persepsi sensori:halusinasi  Harga diri rendah  Isolasi diri  Berduka disfungsional  Koping keluarga inefektif



5.



Windy Puspita Utami: Mahasiswa



mampu



dan mengetahui terapi pada kekerasan?



prilaku



Yeni Septiani :  



Terapi aktvitas kelompok (TAK) Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu



terapi



aktivitas



kelompok



stimulasi



persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensoris, terapi aktivitas kelompok sosialisasi dan terapi aktivitas kelompok orientasi realitas (Yosep, 2013). Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi



yang



sering



bergantung,



saling



membutuhkan dan menjadi tempat klien berlatih perilaku baru yang adiktif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.Terapi diberikan secara



berkelompok



dan



berkesinambungan



dalam hal ini khususnya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi perilaku kekerasan (Keliat &Akemat, 2012). Lancester mengemukakan beberapa aktivitas digunakan pada



terapi



aktivitas



kelompok,



yaitu



menggambar, membaca puisi, mendengarkan musik, mempersiapkan meja makan dan kegiatan sehari-sehari



lainnya.



Birckhead



(1989)



menyatakan bahwa beberapa keuntungan yang diperoleh individu untuk klien melalui terapi yang dapat diperoleh individu oleh klien melalui terapi aktivitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkat pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Direja, 2011). Menurut Wibowo (2013) dalam



penelitian



yang



telah



dilakukannya



menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan



6.



Yuti Sartika: Mahasiswa dan



Windah Anisyah : mampu







mengetahui



Strategi perilaku



preventif



untuk



kekerasan



mencegah



berupa



terjadi



peningkatan



diagnose dari prilaku



kesadaran diri perawat, edukasi klien, dan



kekerasan?



Assertiveness Training adalah salah satu terapi spesialis



melatih



kemampuan



komunikasi



interpersonal dalam berbagai situasi (Stuart & 



Laraia,2005) Sumber: Jurnal



7.



Yolanda Dwi Nita: Mahasiswa dan



mampu



Wisma Wardani: 



Mengingat



komunikasi



terapeutik



adalah



mengetahui



komunikasi yang direncanakan secara sadar,



intervensi (SP) dari



mempunyai tujuan, serta kegiatannya dipusatkan



prilaku kekerasan?



untuk kesembuhan pasien, dan kegunaannya untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama melalui hubungan tenaga medis spesialis jiwa dengan pasien, sehingga kualitas hubungan ini akan memberikan dampak terapeutik yang mempercepat proses penyembuhan pasien. maka komunikasi terapeutik sangat efektif untuk menurunkan resiko perilaku kekerasan dengan cara mengajarkan SP 1 sampai dengan SP 4. SP 1 latih cara mengontrol marah dengan tarik nafas dalam dan pukul bantal, SP 2 latih cara mengontrol marah dengan obat SP 3 latih mengontrol marah dengan verbal, SP 4 latih cara mengontol marah engan cara spiritual (Chandra, 2008) Sumber:



8.



Yeni Septiani: Mahasiswa



mampu



Yosa Nanda Fermata:  Perilaku kekerasan diangggap suatu akibat yang



dan mengetahui tahap



ekstrem dari marah. Perilaku agresif dan perilaku



rentang



kekerasan sering di pandang sebagai rentang di



respon



dari



prilaku kekerasan?



mana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, frisutasi, dan marah. Hal ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut kadang perilaku agresif atau melukai karena menggunakan koping yang tidak baik. Keterangan: 1. Asertif : Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan. 2. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah



dan tidak dapat



menemukan alternative. 3. Pasif : Individu tidak dapat mengungkapkan perasaanya. 4. Agresif : Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol. 5. Kekerasan : perasaan



marah



dan



bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol. (Sumber : Asuhan Keperawatan, Redza Nanda Pratama, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015)



9.



Yosa Nanda Fermata:



Mahasiswa dan



mampu mengetahui



pengendalian dari kekerasan?



emosi prilaku