Uji Pengaruh Empedu Terhadap Lemak, Uji Gmelin, Dan Uji Saliva [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM



ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA “UJI PENGARUH EMPEDU TERHADAP LEMAK, UJI GMELIN, DAN UJI SALIVA”



Nama Penulis



: Vallenchesa Susanto Theo - 20180311036



Kelompok



: 02



Ketua kelompok



: Maria Christanti Mariance - 20180311039



Anggota



: Siti Julaeha - 20180311033 Wagena Eliata - 20180311035 Vallenchesa Susanto Theo - 20180311036 Difasari Putri Ramadhani - 20180311037 Firli Ediarlin - 20180311038



PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS ESA UNGGUL TA 2018/2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME). Di mana Tuhan YME telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga saya dapat melaksanakan sebuah praktikum dan menyelesaikannya dengan baik. Laporan ini telah saya susun sesuai hasil praktikum di laboratorium. Hal ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia. Dengan selesainya laporan resmi praktikum ini, maka saya tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan praktikum ini. Khususnya kepada : 1.



Kepada Ibu Inherni Marti Abna, selaku dosen pengampu mata kuliah



Anatomi dan Fisiologi Manusia. Demikian laporan praktikum ini saya buat. Disadari atau tidak, mungkin dalam penulisan laporan praktikum ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Saya mohon maaf apabila masih ada banyak kekurangan pada laporan ini. Semoga laporan praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia yang telah saya susun berdasarkan hasil pengamatan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Khususnya juga bermanfaat bagi saya dalam mata kuliah ini.



Jakarta, 4 Juli 2019 Penyusun,



Vallenchesa Susanto Theo



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................................................2 DAFTAR ISI..................................................................................................................................3 BAB I : PENDAHULUAN ………...............................................................................................4 1.1. Tujuan .....................................................................................................................................4 1.2. Tinjauan Pustaka .....................................................................................................................4 BAB II : METODOLOGI …………………………………………………….…………………6 2.1. Alat dan Bahan .......................................................................................................................6 2.2. Prosedur Kerja ........................................................................................................................7 BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………………..10 3.1. Hasil ......................................................................................................................................10 3.2. Pembahasan ..........................................................................................................................12 BAB IV : PENUTUP …………………………………………………………………………16 4.1. Kesimpulan ………………………………….....................................................................16 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Praktikum



1. Mahasiswa mampu membuktikan pengaruh empedu terhadap lemak. 2. Mahasiswa mampu membuktikan adanya kandungan pigmen empedu dalam empedu



3. Mahasiswa mampu menguji kemampuan enzim amylase pada saliva (air liur) dalam memecah pati/gula.



1.2. Tinjauan Pustaka Cairan yang terdapat dalam tubuh pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu cairan yang terdapat di dalam sel (intra sel) dan di luar sel (ekstra sel). Cairan intra sel berfungsi sebagai medium bagi reaksi-reaksi metabolism yang berlangsung dalam sel ; sedangkan cairan ekstra sel berfungsi memberikan zat-zat yang diperlukan oleh sel, baik cairan dalam sel maupun cairan luar sel harus selaalu dalam kondisi konstan, artinya masing-masing mempunyai zat-zat yang diperlukan dan dalam konsentrasi yang tepat. Fungsi tubuh yang utama ialah menjaga kondisi cairan tubuh agar dalam kondisi yang wajar dan konstan atau disebut homeostatis. Air liur dan empedu adalah salah satu cairan tubuh yang berguna dalam proses pengubahan makanan dari awal hingga menjadi berbentuk molekuler yang siap untuk diserap melalui dinding usus, disebut pencernaan makanan dan proses ini berlangsung dalam system pencernaan makanan yang terdiri atas beberapa organ tubuh, yaitu mulut, lambung, dan usus dengan bantuan pangkreas dan empedu (Poedjiadi : 1994). Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik (Smith et al, 1997). Zat-zat yang diuraikan oleh reaksi disebut substrat, dan yang baru terbentuk dari reaksi disebut produk. Spesifisitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya, dan enzim mempercepat reaksi kimia spesifik tanpa pembentukan produk samping. Enzim ini bekerja dalam cairan larutan encer, suhu, dan pH yang sesuai dengan kondisi fisiologis biologis. Aktivitas enzim disebut juga sebagai kinetik enzim. Kinetik enzim adalah kemampuan enzim dalam membantu reaksi kimia. 4



Tubuh manusia menghasilkan berbagai macam enzim yang tersebar di berbagai bagian dan memiliki fungsi tertentu. Salah satu enzim yang terdapat dalam saliva adalah enzim amilase. Amilase adalah suatu enzim dari golongan hidrolase yang mengkalatalisis peristiwa hidrolisis ikatan α-1,4-glucosidic dalam polisakarida, secara sederhana amilase memecah ikatan pati menjadi bentuk yang lebih sederhana disakarida maupun monosakarida (Dorland, 2002). Saliva merupakan hasil sekret kelenjar yang penting bagi tubuh. Saliva terdiri dari 99,5 % H2O serta 0,5 % protein, glikoprotein dan elektrolit. Protein yang terpenting dari saliva yaitu amilase, mukus, dan lisozim yang berperan penting dalam fungsi saliva. Air liur (saliva) mempermudah proses penelanan dengan membasahi partikelpartikel makanan, sehingga mereka saling menyatu serta dapat menghasilkan pelumasan karena adanya mukus yang kental dan licin. Selain itu, saliva juga berfungsi untuk menjaga higiene mulut karena mampu membersihkan residu-residu makanan dalam mulut karena berfungsi sebagai penyangga bikarbonat yang berfungsi untuk menetralkan asam dalam makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di mulut sehingga membantu mencegah karies (Sherwood, 2001). Karbohidrat adalah polimer aldehid atau polihidroksi keton dan meliputi kondensat polimer-polimernya yang terbentuk. Nama karbohidrat digunakan pada senyawa-senyawa tersebut mengingat rumus empirisnya yang berupa C nH2nOn yaitu mendekati Cn(H2O)n yaitu karbon yang mengalami hidroksi. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang menyediakan 4 kalori (kilojoule) energi pangan per gram. Karbohidrat juga mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya, rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketois, pemecahan tubuh protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein. Karbohidrat adalah sumber kalori terbesar dalam makanan sehari-hari dan biasanya merupakan 40-45% dari asupan kalori kita. Uji benedict adalah untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan benedict. Misalnya semua golongan monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O 5



berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan CuCO3 pada larutan natrium karbonat (reagen benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan benedict. (Windaaryanir, 2015) Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan, yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Empedu dihasilkan secaraterus-menerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam sebuah alat penampungan yaitu kantung empedu diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum, lepasnya kolesistokinin akan merangsang kontraksi kantung empedu dan keluarnya empedu akan dihimpun ke dalam duodenum. Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu (Mayes, 1985). Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu. Batu kandung empedu bisa menyumbat aliran empedu dari kandung empedu, dan menyebabkan nyeri (kolik bilier) atau peradangan kandung empedu (kolesistitis). Batu juga bisa berpindah dari kandung empedu ke dalam saluran empedu, sehingga terjadi jaundice (sakit kuning) karena menyumbat aliran empedu yang normal ke usus. Penyumbatan aliran empedu juga bisa terjadi karena adanya tumor (Murray, 2003). Dalam empedu terdapat senyawa-senyawa yang penting, diantaranya garam empedu, zat warna empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam anorganik. Garam empedu merupakan berperan dalam absorpsi lemak dan vitamin-vitamin A, D, E dan K, yang larut dalam lemak. Garam empedu merendahkan tegangan permukaan dan memperbesar daya pengemulsi lemak. Dengan demikian akan memudahkan kerja lipase. Lebih lanjut garam empedu bereaksi dengan asam lemak senyawa



menghasilkan



kompleks yang lebih mudah larut dan mudah terabsorpsi sebagai hasil



proses lipolisis.



6



BAB II METODOLOGI



2.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Mortar dan stamper 2. Tabung reaksi 3. Rak tabung reaksi 4. Penjepit tabung reaksi 5. Pipet tetes 6. Pipet mohr 5ml 7. Indicator pH universal 8. Beaker glass 9. Gelas ukur 10. Batang pengaduk 11. Kain lap 12. Alat tulis 13. Spatula 14. Penangas air 15. Hot plate



B. Bahan 1. Empedu ayam 2. Minyak goreng’ 3. HNO3 pekat 4. Aquadest 5. Roti tawar 6. 50 ml air ludah (saliva) 7. Larutan benedict 8. Larutan lugol



7



2.2. Prosedur Kerja A. Kegiatan Praktikum 1 : UJI PENGARUH LEMAK TERHADAP EMPEDU (EMULSI) DAN UJI GMELLIN



1. Pengamatan sifat-sifat fisik empedu dan penyiapan sampel a. Amatilah empedu dan catatlah warna bau dan konsistensinya b. Tentukan PH empedu tersebut c. Tumbuk empedu dengan mortar dan alu sambil ditambahkan sedikit air hingga terbentuk larutan empedu 2. Percobaan adanya emulsi dengan empedu a. Siapkan dua tabung reaksi b. Ke dalam tabung reaksi 1 : masukan 1ml minyak dan 10ml air c. Ke dalam tabung reaksi 2 : masukkan 1ml minyak, 9ml air, dan 1ml empedu. d. Kedua tabung reaksi dikocok kuat kemudian dibiarkan 10 menit di rak dalam tabung reaksi e. Perhatikanlah emulsi yang terjadi 3. Percobaan untuk membuktikan adanya pigmen bilirubin dalam empedu (Gmellin Test) a. Masukkan asam nitrat (HNO3) pekat sebanyak 3 ml ke dalam tabung reaksi b. Turunkan empedu sebanyak 3 ml secara hati-hati melalui dinding tabung reaksi sehingga terbentuk lapisan atas bawah c. Perhatikan warna cincin yang terbentuk pada batas antara kedua lapisan tersebut.



B. Kegiatan Praktikum 1 : UJI SALIVA PEMECAH PATI/GULA 1. Menyiapkan 4 buah tabung reaksi 2. Siapkan sampai ludah di dalam wadah kecil kemudian disaring menggunakan kain kasa. 3. Roti ditumbuk sampai berbentuk bubur sambil ditambahkan sedikit air. 4. Masukkan pada masing-masing tabung reaksi 3 ml bubir roti, kemudian dilanjutkan dengan perlakuan-perlakuan berikut : a. Tabung A : 3 ml larutan amilum + 3 tetes larutan Benedict, aduk dengan spatula, panaskan di dalam penangas air suhu 37°C. 8



b. Tabung B : 3 ml larutan amilum + 15 tetes larutan saliva, + 3 tetes larutan Benedict, aduk dengan spatula, panaskan di dalam penangas air suhu 37°C. c. Tabung C : 3 ml larutan amilum + 3 tetes larutan lugol, aduk dengan spatula, panaskan di dalam penangas air suhu 37°C. d. Tabung D : 3 ml larutan amilum + 15 tetes larutan saliva, + 3 tetes larutan lugol, aduk dengan spatula, panaskan di dalam penangas air 37°C. 5. Mengamati perubahan warna yang terjadi.



9



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN



3.1. Hasil dan Pembahasan a. Hasil 1. Pengamatan Empedu



2. Uji Emulsi Empedu



3. Uji Gmellin



10



4. Uji Saliva



11



b. Pembahasan 1. Pengamatan Fisik Empedu Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik empedu dengan memeriksa warna, bau, keadaan wujudnya, derajat keasaman (pH) serta berat jenis empedu. Untuk mengetahui warna, bau, dan wujud empedu terlebih dahulu cairan empedu di keluarkan dari kantong empedu. Dari pengamatan di peroleh bahwa empedu berwarna hijau, berbau amis, dan agak kental. Warna hijau empedu dihasilkan oleh hati, warna hijau ini disebabkan adanya pigmen biliverdin, yaitu pigmen kehijauan yang dibentuk melalui oksidasi bilirubin yang merupakan zat warna empedu yang berasal dari pemecahan hemoglobin pada butir darah merah. Empedu berbau amis hal ini dikarenakan empedu banyak mengandung garam-garam anorganik, kolesterol, lemak dan pigmenpigmen yang bercampur menjadi satu sehingga menghasilkan bau yang amis. Keadaan wujud dari empedu adalah cair dan kental, banyaknya zat-zat yang terkandung dalam empedu mengakibatkan cairan empedu kental. Derajat keasamannya 7, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pH dari empedu berkisar antara pH 6,9-7,7.



2. Uji Emulsi pada Empedu Emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat yang tidak tercampur atau tidak homogen, seperti air dan minyak, pengemulsian adalah zat yang menstabilkan emulsi yang biasanya berupa protein. Emulsi dapat pula diartikan sebagai dispersi atau suspensi menstabil suatu cairan lain yang keduanya tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil maka diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Pada pengamatan yang dilakukan, pada tabung I yang diisi dengan air atau aquadest lalu ditambahkan minyak goreng. Dapat terlihat pada gambar bahwa kedua cairan ini tidak larut (tidak menyatu), dengan minyak berwarna kuning berada diatas permukaan air yang bening



12



dibawah. Hal ini disebabkan karena air merupakan suatu senyawa polar dan minyak merupakan senyawa non polar sehingga kedua lautan tidak akan bercampur sesuai dengan teori like dissolve like dimana pelarut polar hanya akan melarutkan senyawa polar, begitu pula sebaliknya dengan pelarut dan senyawa non polar. Pada tabung II yang diisi dengan air atau aquadest lalu ditambahkan minyak goreng, serta cairan empedu dan kemudian diaduk dan didiamkan, terlihat bahwa larutan air yang berada di bagian bawah tabung sedikit larut dengan minyak sehingga warnanya agak kekuningan dan di bagian permukaannya terdapat sisa minyak yang tidak terlarut dan sedikit busa-busa yang timbul dari hasil pencampuran. Hal ini menandakan bahwa campuran kedua larutan tersebut dapat membentuk emulsi karena cairan empedu memiliki gugus polar dan non polar pada struktur kimianya maka ia dapat mengikat air dan minyak sehingga cairan empedu dapat dikatakan sebagai emulgator minyak dalam tubuh kita.



3. Uji Gmelin pada Empedu Uji Gmelin pada empedu merupakan sebuah metode pengujian yang digunakan untuk menganalisis ada atau tidaknya pigmen pewarna bilirubin pada empedu. Bilirubin merupakan zat warna kuning pada empedu yang dihasilkan dari perombakan eritrosit di dalam hati. Pada percobaan ini, ke dalam tabung reaksi ditambahkan larutan HNO3 pekat, kemudian cairan empedu yang telah diencerkan dimasukkan ke dalam tabung reaksi secara perlahan melalui dinding tabung reaksi untuk mengurangi reaksi terjadi langsung lalu diamkan selama beberapa saat hingga terbentuk sebuah cincin berwarna kuning kehijauan diantara dua lapisan cairan asam nitrat dan cairan empedu. Pada hasil percobaan, cincin bilirubin yang terbentuk sangat lebar dan pudar sehingga tidak terlihat seperti cincin segaris. Hal ini diduga disebabkan karena cairan empedu yang digunakan konsentrasi nya sangat cair sehingga cincin yang terbentuk menjadi lebih pudar. Terbentuknya cincin berwarna kuning dikarenakan penambahan asam



13



nitrat yang mengoksidasi zat warna empedu sehingga ini membuktikan bahwa pada cairan empedu terdapat zat warna bilirubin. Berikut reaksi kimia yang terjadi :



4. Uji Saliva Pemecah Gula Pada praktikum ini, dilakukan percobaan yang bertujuan untuk menguji sifat fisik dan kimia cairan tubuh. Dalam praktikum kali ini, cairan tubuh yang digunakan adalah air liur atau saliva. Cairan liur adalah campuran hasil sekresi berasal dari kelenjar submaksilaris, sublingualis, parotis serta kelenjar pipi. Kelenjar kadar zat lendirnya sedikit akan tetapi kaya akan enzim amilase yang dikenal dengan nama ptialin. Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Zat-zat yang diuraikan oleh reaksi disebut substrat, dan yang baru terbentuk dari reaksi disebut produk. Spesifisitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya, dan enzim mempercepat reaksi kimia spesifik tanpa pembentukan produk samping. Enzim ini bekerja dalam cairan larutan encer, suhu, dan pH yang sesuai dengan kondisi fisiologis biologis. Tubuh manusia menghasilkan berbagai macam enzim yang tersebar di berbagai bagian dan memiliki fungsi tertentu. Salah satu enzim yang terdapat dalam saliva adalah enzim amilase. Saliva yang disekresikan oleh kelenjar liur selain mengandung enzim amilase juga mengandung 99,5% air, glikoprotein, dan musin yang bekerja sebagai pelumas pada waktu mengunyah dan menelan makanan. Amilase adalah suatu enzim dari golongan hidrolase yang mengkalatalisis peristiwa hidrolisis ikatan α-1,4-glucosidic dalam polisakarida, secara sederhana amilase memecah ikatan pati menjadi bentuk yang lebih sederhana disakarida maupun monosakarida. 14



Pada praktikum kali ini, digunakan 2 metode pengujian untuk menganalisa rekasi sampel roti dengan air liur yaitu dengan uji benedict dan uji larutan lugol. Kedua pengujian memiliki prinsip yang sama, yang membedakannya hanya zat yang akan diuji. Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)



pereduksi.



Gula



pereduksi



meliputi



semua



jenis



monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Uji lugol digunakan untuk mengetahui adanya kandungan pati/amilum dengan menunjukkan perubahan warna menjadi keunguan. Pada praktikum ini, disediakan 4 tabung reaksi A,B,C, dan D yang masing-masing berisi sampel berupa jus roti. Pada tabung A dan B larutan uji berupa larutan benedict menyebabkan perubahan warna menjadi biru muda yang menandakan adanya karbohidrat dan pada tabung C dan D larutan uji berupa lugol yang menyebabkan larutan berubah warna mejadi ungu menandakan adanya kandungan pati didalamnya. Kemudian, pada tabung B dan D ditambahkan saliva untuk membandingkan apakah terdapat perubahan pada sampel yang diberikan enzim amylase dan yang tidak. Keempat tabung kemudian dipanaskan pada suhu optimal yaitu 37oC yang merupakan suhu dimana enzim tersebut dapat bekerja secara maksimal. Apabila suhu melebihi suhu optimal suatu enzim, maka akan menyebabkan terjadinya denaturasi pada enzim tersebut, sedangkan apabila enzim berada pada suhu yang lebih rendah daripada suhu optimal, maka enzim akan mengalami inaktivasi sehingga tidak mampu bekerja sebagaimana mestinya. Pada saat pemanasan dilakukan pengamatan di setiap menitnya. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa warna larutan pada tabung reaksi yang ditambahkan air liur menjadi lebih memudar, hal ini menandakan bahwa kandungan karbohhirat dan pati pada sampel berhasil dipecah oleh enzim amylase. Larutan terus memudar hingga berhenti berubah warna dan mencapai titik akromatis pada menit ke 5.



15



BAB IV PENUTUP



4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa cairan empedu dan air liur dalam tubuh manusia terbukti memiliki fungsi dan peran yang sangat penting bagi tubuh. Cairan empedu merupakan cairan yang dihasilkan oleh kantung empedu yang diketahui dapat berperan sebagai emulgator dalam tubuh untuk mencerna minyak lemak dalam tubuh dan memiliki kandungan zat warna bilirubin. Air liur atau saliva merupakan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar saliva dan dialirkan dalam rongga mulut. Saliva mengandung enzim pencernaan yaitu enzim amylase yang berfungsi sebagai pemecah gula (karbohidrat) menjadi gula yang lebih sederhana dari makanan saat dikunyah di dalam rongga mulut.



DAFTAR PUSTAKA Dorland, W.A. Newman. 2002. “Kamus Kedokteran Dorland, alih bahasa Huriwati Hartanto, dkk., edisi 29”. Jakarta : ECG Mayes P, Granner, Rodwell, Martin, 1985. “Biokimia Harper. Edisi 20”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Murray,Robert K,et al. 2003. “Biokimia Harper ed. 25”. Jakarta : EGC. P.236-239 Poedjadi, Anna. 1994. “Dasar-Dasar Biokimia”. Jakarta : UI. Sherwood,Lauralee. 2001. “Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem”. Jakarta : EGC Soewolo, Soedjono Basoeki & Titi Yudani. 2005. “Fisiologi manusia”. Malang: Universitas Negeri Malang.



16