Ukm Irfana Efendi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

F3. MEMPERKENALKAN INISIASI MENYUSUI DINI DAN ASI EKSKLUSIF Latar belakang ASI eksklusif diberikan sejak bayi lahir ke dunia hingga berusia enam bulan. Selama periode tersebut, disarankan untuk hanya memberi ASI pada bayi, tanpa tambahan asupan apa pun. Sebab, ada banyak manfaat ASI eksklusif yang bisa didapatkan oleh bayi. Data Kementerian Kesehatan mencatat, angka inisiasi menyusui dini (IMD) di Indonesia meningkat dari 51,8 persen pada 2016 menjadi 57,8 persen pada 2017. Kendati meningkat, angka itu disebut masih jauh dari target sebesar 90 persen. Kenaikan yang sama juga terjadi pada angka pemberian ASI eksklusif, dari 29,5 persen pada 2016 menjadi 35,7 persen pada 2017. Angka ini juga terbilang sangat kecil jika mengingat pentingnya peran ASI bagi kehidupan anak. Permasalahan Rendahnya angka Inisiasi menyusui dini dan pemberian eksklusif pada bayi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu diantaranya kurang pengetahuan, sikap yang dimiliki masyarakat kurang sehingga masyarakat memiliki perilaku yang rendah dalam melakukan pemberian asi ekslusif yang sesuai standard pada si bayi. Pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode edukasi merupakan cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan kepada orang tua tentang pentingnya dilakukan inisiasi menyusui dini dan pemberian asi esklusif selama 6 bulan bagi pertumbuhan dan perkembangan si bayi. Rencana Metode yang digunakan adalah dengan edukasi kesehatan pada orang tua yang baru saja melahirkan di Ruang bersalin Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. Hasil yang diperoleh adalah pasien aktif bertanya dan terdapat peningkatan pengetahuan pasien mengenai pentingnya inisiasi menyusui dini dan pemberian asi eksklusif selama 6 bulan untuk pertumbuhan perkembangan si bayi.



Pelaksanaan Kegiatan edukasi ini dapat dilakukan secara rutin kepada ibu hamil yang sedang memeriksakan kehamilannya maupun yang baru melahirkan di puskesmas. Tujuan edukasi ini agar meningkatkan pengetahuan orang tua terhadap pentingnya asi bagi pertumbuhan dan perkembangan si bayi.



Monitoring Evaluasi terhadap ibu yang baru melahirkan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu terhadap penting nya asi bagi pertumbuhan dan perkembangan di bayi. Ibu juga langsung mempraktekkan inisiasi menyusui dini terhadap anak nya setelah dilakukan edukasi terhadap ibu.



F5. PENYULUHAN MENGENAI TB PARU TERHADAP PASIEN BARU TERKONFIRMASI TB PARU LATAR BELAKANG Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Dalam 20 tahun World Health Organitation (WHO) dengan negara-negara yang tergabung di dalamnya mengupayakan untuk mengurangi TB Paru. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang di sebabkan oleh infeksi menular oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA positif melalui droplet yang dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan kematian akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh penderita di dunia PERMASALAHAN Pentingnya edukasi mengenai TB PARU mulai dari etiologi hingga tatalaksana yang tepat. RENCANA Metode penyuluhan ini merupakan alternatif edukasi ke Pasien baru TB Paru. Pasien TB Paru harus mengetahui apa yang menjadi penyebab tb paru hingga bagaimana pengobatan yang benar serta bagaimana pencegahan yang akan dilakukan untuk kedepan nya. PELAKSANAAN Pelaksanaan dilakukan di POLI PM PKC Jagakarsa. Penyuluhan ini dilakukan dihadapan pasien TB Paru yang baru terkonfirmasi. Materi yang terkandung di dalam penyuluhan terdiri dari definisi, etiologi, cara penaran, cara pencegahan, tatalaksana serta efek samping dari pengobatan TB. Masyarakat diharapkan memahami mengenai TB Paru ini sehingga anger kejadian TB Paru di PKC Jagakarsa bisa menurun. MONITORING Evaluasi pengobatan TB Paru mulai dari fașe awal hingga fase lanjutan. Evaluasi dilakukan dengan mengecek kembali dahak dan rontgen thoraks evaluasi hingga hasil benar-benar sembuh terhadap TB Paru.



F1. EDUKASI MENGENAI VAKSINASI COVID-19 BAGI PASIEN YANG BATAL/DITUNDA UNTUK DI VAKSIN COVID-19 LATAR BELAKANG Pada Desember 2019, kasus pneumonia misterius pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei. Sumber penularan kasus ini masih belum diketahui pasti, tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di Wuhan. Tanggal 18 Desember hingga 29 Desember 2019, terdapat lima pasien yang dirawat dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Sejak 31 Desember 2019 hingga 3 Januari 2020 kasus ini meningkat pesat, ditandai dengan dilaporkannya sebanyak 44 kasus. Tidak sampai satu bulan, penyakit ini telah menyebar di berbagai provinsi lain di China, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan. Sampel yang diteliti menunjukkan etiologi coronavirus baru. Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel coronavirus (2019-nCoV), kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori lainnya. Pada 12 Maret 2020, WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik. Hingga tanggal 29 Maret 2020, terdapat 634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh dunia. Sementara di Indonesia sudah ditetapkan 1.528 kasus dengan positif COVID-19 dan 136 kasus kematian. Semakin meningkatknya angka kejadian COVID-19 ini, memberikan dampak yang sangat nyata dalam berbagai sektor sosial, pariwisata dan Pendidikan. Perlunya dilakukan intervensi segera dan tidak hanya dari sisi penerapan protokol kesehatan, namun juga diperlukan intervensi lain yang efektif melalui upaya pemberian vaksinasi. PERMASALAHN Meningkatnya angka kejadian COVID-19 dan kurangnya kesadaran masyarakat mengenai vaksin COVID-19, baik dari kegunaan vaksin ini, manfaat dan KIPI dari vaksin COVID-19 ini sendiri dan masih banyaknya berita bohong yang tersebar luas mengenai vaksin COVID-19 ini termasuk mengapa masyarakat/pasien bisa batal/ditunda vaksin dikarenakan kondisi pasien yang tidak memenuhi syarat. RENCANA Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan cara edukasi secara langsung terhadap masyarakat/pasien terutama yang sedang berobat di Poli Umum PKC Jagakarsa mengenai manfaat, fungsi, efek samping dan KIPI dari vaksin COVID-19 serta mengapa pasien/masyarakat bisa di tunda untuk di vaksin covid-19. PELAKSANAAN Pelaksanaan dilakukan pertemuan langsung terhadap masyarakat/pasien di ruang poli umum PKC Jagakarsa dan dilakukan edukasi serta sesi tanya jawab seputar vaksinasi COVID19. MONITORING Evaluasi dan monitoring berupa : - Adakah perubahan kondisi pasien yang memenuhi syarat agar bisa dilakukan vaksin covid19



- Masyarakat diharapkan mengerti mengapa masyarakat bisa ditunda/batal untuk di vaksin dikarenakan kondisi yang belum memenuhi syarat. - Masyarakat yang ditunda Vaksin Bisa berobat terlebih dahulu sehingga kondisi pasien memenuhi syarat untuk di vaksin covid-19



F6. Upaya Pengobatan Dasar Poliklinik Umum 29/06/2021 total 75 Pasien LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan mempunyai visi “Indonesia Sehat“, diantaranya dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan oleh puskesmas dan rumah sakit. Puskesmas telah melaksanakan kegiatan dengan hasil yang nyata, status kesehatan masyarakat makin meningkat, ditandai dengan makin menurunnya angka kematian bayi, ibu, makin meningkatnya status gizi masyarakat dan umur harapan hidup (Kepmenkes, 2004). Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas berperan dalam pelayanan publik yang berkualitas kepada masyarakat dengan melakukan berbagai upaya untuk memenuhi segala harapan, keinginan, kebutuhan serta kepuasan bagi masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan pelayanan medik di tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satu kegiatan yang penting adalah intervensi farmakoterapi yaitu pemberian obat kepada pasien. Pengobatan atau farmakoterapi merupakan suatu proses ilmiah yang dilaksanakan oleh dokter berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan fisik. MASALAH Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor kualitas hidup yang mencerminkan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Peningkatan bidang kesehatan sangat penting untuk diperhatikan karena bidang ini sangat erat kaitannya dengan pembangunan, khususnya pembangunan yang menyangkut sumber daya manusia. Tanpa adanya kondisi yang sehat maka kualitas sumber daya manusia yang tinggi sulit untuk tercapai. Usaha-usaha meningkatkan kesehatan penduduk Indonesia lebih banyak dikerahkan pada pelayanan kesehatan yang merupakan penanganan orang sakit, atau lebih tepat disebut sebagai pengobatan. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang dilaksanakan melalui peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu dan lembaga pelayanan kesehatan lainnya. RENCANA Sebelum memulai kegiatan terlebih dahulu meminta persetujuan dan kesediaan pasien untuk mengikuti alur upaya pengobatan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pengobatan dasar. PELAKSANAAN Setelah dilakukan anamnesis meliputi keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit pasien, dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, maka diagnosis dapat ditegakkan. Terapi diberikan sesuai dengan diagnosis yang telah ditegakkan.



MONITORING Upaya pengobatan dasar yang telah dilakukan perlu monitoring dan evaluasi terhadap terapi yang telah diberikan, pasien dapat dimintra kontrol kembali apabila terapi yang diberikan masih belum dapat mengatasi keluhan yang dialami oleh pasien. Bahkan dalam kondisi tertentu, apabila masih jauh dari target pengobatan maka dapat dilakukan rujukan lanjut ke dokter spesialis agar dapat penganganan yang lebih baik sesuai disiplin ilmu.