Uraian Umum Proses Pembuatan Pulp Di PT Toba Pulp Lestari, TBK Porsea [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

2.4.



Uraian Umum Proses di PT Toba Pulp Lestari PT Toba Pulp Lestari merupakan sebuah pabrik kraft Pulp yang berlokasi di Porsea kira-kira kurang lebih 220 km dari kota Medan Sumatera Utara, Indonesia. Pada awalnya sumber serat terutama berasal dari Pinus Merkussi dan kayu alam tropis dan untuk masa yang akan datang akan menggunakan kayu Eucalyptus. Perusahaan memiliki departemen kehutanan dimana tanamannya ditanami dengan tanaman Eucalyptus pada area yang begitu luas dan akan dewasa kira-kira 7-8 tahun kemudian. Pada dasrnya ada 2 golongan Pulp yang diproduksi, menggunakan proses Sulphate dalam suasana alkali: 1. Pre-Hydrolisis Kraft Pulp (NDKP dan LDKP) sebanyak 330 MT/hari (atas dasar kering) 2. Fully Bleached Kraft Pulp (NBKP dan LBKP) sebanyak 750 MT/hari ( atas dasar kering) LDKP : Pre-Hydrolisis Kraft Pulp bersumber dari serat pendek (Hardwood dari Eucalyptus) NDKP : Pre-Hydrolisis Kraft Pulp bersumber dari serat panjang (Pinus Merkussi) LBKP : Fully Bleached Kraft Pulp bersumber dari serat pendek (Hardwood Tropis dan Eucalyptus) NBKP : Fully Bleached Kraft Pulp bersumber dari serat panjang (Pinus Merkussi). Kayu dibawa ke lokasi pabrik dengan menggunakan truk-truk pengangkut kayu, kayu-kayu tersebut berasal dari konsesi hutan yang dikelola oleh perusahaan kemudian kayu tersebut dibongkar dengan menggunakan sebuah Goliath Crane yang besar di wood yard, selanjutnya



mengumpankan gelondongan-gelondongan kayu tersebut ke wood room atas



dasar



“pertama



datang-pertama



digunakan”.



Gelondongan-



gelondongan kayu tersebut selanjutnya dikuliti, dipotong-potong, disaring dan disimpan pada tumpukan serpihan kayu yang disebut dengan chip, dipisahkan antara kayu yang berserat pendek dengan kayu yang berserat panjang. Sebuah alat pengolah kayu yang baru dengan kapasitas 250 m3/jam telah beroperasi sejak tahun 1993. Serpihan kayu tersebut kemudian dikirim ke tungku pemasakan yang lazimnya disebut dengan Digester Batch menggunakan sebuah belt conveyor. Dirancang untuk 14 digester yang digunakan untuk memproduksi BKP/DKP dan 1 digester dimanfaatkan untuk menyerap panas yang dihasilkan selama proses pemasakan kayu berlangsung. Setelah siklus pemasakan selesai pulp dihembuskan menuju tanki penampungan (Blow Tank). Dari Blow Tank dipompakan melewati unit pemisahan mata kayu yang disebut dengan Pressure Knotter kemudian menuju unti pencucian tiga tahap, kemudian dikirim ke unit penyaringan (Screening) dan sesudah itu dikirim ke unit pencucian tahap ke-empat. Bubur kertas coklat setelah melewati unit pencucian tahap yang ke-empat disimpan didalam High Density Unbleached Storage Tower dengan konsistensi 12%. Operasi pemutihan (Bleaching) terdiri dari 4 tahap yaitu untuk 2 tahap yang pertama pada BKP dan DKP adalah sama, tahap pertama adalah perlakuan pengolahan terhadap pulp dengan menggunakan Kholrine Dioksida yang diikuti dengan Ekstraksi oleh Caustic/Oksigen pada tahap yng kedua. Pemutihan (Bleaching) pada tahap yang ketiga dan keempat pada BKP adalah perlakuan dengan Khlorine Dioksida. Untuk DKP tahap yang ketiga adalah perlakuan pengelolaan dengan Khlorine Dioksida yang diikuti dengan Sodium Hypo-Khlorite pada tahap yang terakhir. Pulp dari bagian pemutihan (Bleaching) disimpan di dalam Bleach High Density Storage Tower dengan konsistensi 12%. Pulp tersebut



kemudian dikirim ke unit penyaringan dan Centri-Cleaner sebelum dijadikan ke dalam bentuk lembaran. Pada Pulp Machine dan dikeringkan di dalam sebuah alat pengeringan dengan nama Air Borne Flakt Drier, sesudah itu, lembaran tersebut dipotong-potong, ditimbang, dibungkus, diikat dengan kawat, dan diberi tanda serta disimpan di gudang. Chemical Plant memproduksi semua bahan kimia yang dibutuhkan pada proses pemutihan. Chemical Plant ini sebahagian sudah mengalami proses integrasi. Dari tahap permulaan bahan baku dapur (NaCL), diikuti bahan kimia lainnya yang memprodukso Caustic, Khlorine dioksida, HCL dan Sodium Hypo-Khlorit dengan Elektolisis sell yang menggunakan membran. Khlorine Dioksida Plant adalah salah satu yang sudah mengalamai integrasi menggunakan proses HCL (modifikasi dari proses munich) untuk memproduksi Khlorine Dioksida dari garam melalui elektrolisis sel Sodium Khlorat. Sulphur dioksida dari bahan baku belerang. Oksigen cair dan nitrogen cair dihasilkan di pabrik kimia dengan PSA sistem. Air dengan temperatur dibawah temperatur normal (Chilled Water) juga dihasilkan di Chemical Plant. Cairan lindi hitam (Black Liqour) berkonsentrasi rendah yang berasal dari unit pencucian dipekatkan dengan menggunakan Evaporator jenis Falling Film Plate dan konsentrator. Cairan yang sudah dipekatkan dengan konsentrasi 65% padatan selanjutnya dikirim ke Recovery Boiler untuk dibakar didalam sebuah ketel uap dan pemulih bahan kimia. Uap air tekanan tinggi diproduksi dengan membakar bahan organik yang terdapat di dalam cairan, ini digunakan untuk menghasilkan sumber proses. Bahan kimia anorganik yang diperoleh dalam bentuk massa yang bergabung (menyatu) disebut sebagai “smelt” ini kemudian dilarutkan di dalam dissolver dan dipompakan ke seksi Recausticizing. Cairan lindi hijau (Green Liqour) tersebut selanjutnya mengalami pemisahan dan pengapuran dengan menggunakan kapur bakar untuk



menghasilkan cairan lindi putih (White Liqour) yang akan digunakan sebagai bahan kimia pemasak didalam tungku pemasakan kayu. Endapan kapur dari unit pemisahan adalah pekat dan dikeraskan (calcining) dengan menambahkan batu kapur ke dalam sebuah tungku kapur yang berputar guna memproduksi kapur bakar kembali yang akan digunakan untuk proses Recausticizing dari cairan lindi hijau. Ketel uap beroperasi dengan menggunakan bahan bakar kulit kayu dan minyak menghasilkan uap air yang berlebihan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pabrik. Sumber tenaga untuk pabrik disalurkan oleh Double Extraction Condensing Turbine dengan kapasitas terpasang sebesar 33 megawatt. Kebutuhan air untuk pabrik dipompakan dari sungai asahan menuju unit pengolahan air, dimana zat-zat pengotor tersuspensi akan mengendap dan kemudian disaring melalui Gravity Filter terlebih dahulu sebelum digunakan dipabrik sebagai Clarified Water atau Filtered water sesuai dengan kebutuhan. Air yang akan digunakan pada ketel uap diolah terpisah dengan tujuan menghilangkan semua kandungan mineral dengan melewatkannya melalui suatu resin penukar ion. Air yang dihasilkan disebut sebagai air yang tidak bermineral yang digunakan di ketel uap untuk menghasilkan uap air dengan tekanan tinggi. Limbah pabrik diolah untuk menghilangkan semua zat-zat pengotor yang berbahaya sebelum dikembalikan kesungai Asahan, dilewatkan melalui kolam pengendapan dan diproses secara biologi dengan menggunakan sistem lumpur aktif (Deep Tank Air Activated Sludge) untuk menjaga semua parameter-parameter yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dalam kaitannya dengan syarat-syarat terhadap BOD dan zat tersuspensi.