Urban Geography [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Geografi Kota, Perencanaan Kota dan Peremajaan Kota



Pengantar Geografi Kota, Perencanaan Kota, dan Peremajaan Kota



1. Pengantar Geografi Kota, Perencanaan Kota, dan Peremajaan Kota A. DEFINISI KOTA B. KLASIFIKASI KOTA



C. ELEMEN PERKOTAAN



A. Definisi Kota



berikut ini pengertian kota yang dikemukakan oleh beberapa ahli.



A. Definisi Kota



Kota merupakan sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alamiah yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistik dibandingkan dengan daerah di sekitarnya. (R. Bintarto)



A. Definisi Kota



Kota merupakan suatu permukiman dengan kepadatan penduduk yang lebih besar daripada kepadatan wilayah nasional, dengan struktur mata pencarian nonagraris, dan sistem penggunaan tanah yang beraneka ragam, serta ditutupi oleh gedunggedung tinggi yang lokasinya sangat berdekatan. (Grunfeld)



A. Definisi Kota



Kota adalah suatu pemusatan keruangan dari tempat tinggal dan tempat kerja manusia. Kegiatan utamanya bergerak di sektor sekunder (industri dan perdagangan) dan tersier (jasa dan pelayanan masyarakat), pembagian kerja yang khusus, pertumbuhan pen-duduknya sebagian besar disebabkan tambahan kaum pendatang, serta mampu melayani kebutuhan barang dan jasa bagi wilayah yang jauh letaknya. (Burkhard Hofmeister)



A. Definisi Kota Pada dasarnya kota merupakan wilayah di permukaan bumi yang sebagian besar wilayahnya ditutupi oleh fenomena hasil rekayasa manusia, serta merupakan areal konsentrasi penduduk dengan mata pencarian di luar sektor agraris.



DEFINISI KOTA Menurut PBB, kota dapat didefinisikan sebagai berikut: “Tempat dimana konsentrasi penduduk lebih padat dari wilayah sekitarnya karena terjadinya pemusatan kegiatan fungsional yang berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas penduduknya”



DEFINISI KOTA Sedangkan menurut Pemerintah, melalui Permendagri No. 2 Th. 1987, kota didefinisikan sebagai: “Pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundangan, serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan”



DEFINISI KOTA Selain dua definisi sebelumnya, kota dapat didefinisikan secara parsial dari aspek-aspek berikut: ▫ ▫ ▫ ▫ ▫ ▫



Fisik Demografis Sosial Statistik Ekonomi Administrasi



DEFINISI KOTA ASPEK FISIK Kota adalah suatu wilayah dengan wilayah terbangun (built up area) yang lebih padat dibandingkan dengan area sekitarnya.



DEFINISI KOTA ASPEK DEMOGRAFIS Wilayah dimana terdapat konsentrasi penduduk yang dicerminkan oleh jumlah dan tingkat kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan di wilayah sekitarnya.



DEFINISI KOTA ASPEK SOSIAL Suatu wilayah dimana terdapat kelompok-kelompok sosial masyarakat yang heterogen (tradisional – modern, formal – informal, maju – terbelakang, dsb.)



DEFINISI KOTA ASPEK STATISTIK Suatu wilayah yang secara statistik besaran atau ukuran jumlah penduduknya sesuai dengan batasan atau ukuran untuk kriteria kota.



DEFINISI KOTA ASPEK EKONOMI Suatu wilayah dimana terdapat kegiatan usaha yang sangat beragam dengan dominasi di sektor nonpertanian, seperti perdagangan, perindustrian, pelayanan jasa, perkantoran, pengangkutan, dll.



DEFINISI KOTA ASPEK ADMINISTRASI Suatu wilayah yang dibatasi oleh suatu garis batas kewenangan administrasi pemerintah yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan tertentu.



Kota Kota Terbesar Dunia



Perbedaan Pemukiman Urban dan Rural 1. Perkotaan adalah sebuah pemukiman di mana populasinya sangat banyak dan memiliki lingkungan terbangun. Pedesaan adalah wilayah geografis yang terletak di bagian luar kota. 2. Kehidupan di daerah perkotaan cepat dan rumit, sedangkan kehidupan pedesaan sederhana dan santai. 3. Daerah perkotaan terisolasi dari alam karena keberadaan lingkungan buatan. Sebaliknya, daerah pedesaan berhubungan langsung dengan alam, karena unsurunsur alam memengaruhi mereka. 4. Orang-orang perkotaan terlibat dalam pekerjaan non-pertanian, yaitu perdagangan, perdagangan atau industri jasa. Sebaliknya, pekerjaan utama masyarakat pedesaan adalah pertanian dan peternakan. 5. Dari segi penduduk, daerah perkotaan padat penduduk karena urbanisasi. Sebaliknya, populasi pedesaan jarang penduduk. 6. Wilayah perkotaan dikembangkan secara terencana dan sistematis, sesuai dengan proses urbanisasi dan industrialisasi. Pembangunan di daerah pedesaan berdasarkan ketersediaan vegetasi alami dan fauna di wilayah tersebut. 7. Mobilisasi orang-orang perkotaan sangat tinggi karena penduduk kota sering mengubah pekerjaan atau tempat tinggal mereka untuk mencari peluang yang lebih baik. Sebaliknya, di daerah pedesaan mobilitas pekerjaan atau tempat tinggal orang relatif rendah. 8. Pembagian kerja dan spesialisasi selalu ada di perkotaan. Berbeda dengan daerah pedesaan dimana tidak ada pembagian kerja.



B. Klasifikasi Kota MEGAPOLITAN (>5 juta jiwa)



BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK



METROPOLITAN (1-5 juta jiwa)



KOTA BESAR (500.000- 1juta jiwa)



KOTA SEDANG (100.000 - 500.000 jiwa)



KOTA KECIL (20.000 - 100.000 jiwa)



B. Klasifikasi Kota BERDASARKAN FUNGSI



CENTRAL PLACES



(Harris & Ullman) TRANSPORTATION CITIES



SPECIALIZED-FUNCTION CITIES



break-of-bulk point. a location where transfer is possible from one mode of transportation to another



ELEMEN PERKOTAAN • Sebagai pusat dari berbagai macam kegiatan ekonomi dan masyarakat, tentunya kota akan memiliki elemen-elemen yang menyusun kota tersebut. • Berbagai ahli planologi memiliki pendapat mengenai elemen-elemen yang terdapat pada kota.



C. Elemen Perkotaan (Shirvani)



C. Elemen Perkotaan (Kevin Lynch) PATH



EDGE



DISTRICT



C. Elemen Perkotaan (Kevin Lynch)



NODE



LANDMARK



ELEMEN PERKOTAAN MENURUT DOXIADIS • • • • •



Alam (nature) Individu manusia (Antropos) Masyarakat (Society) Ruang kehidupan (Shells) Jaringan (Network)



ELEMEN PERKOTAAN MENURUT P. GEDDES • Place Adanya tempat-tempat untuk melakukan kegiatan spesifik. • Work Adanya kegiatan-kegiatan spesifik, baik kegiatan ekonomi maupun kegiatan masyarakat. • Folk Ada masyarakat yang menjalankan kegiatan perekonomian dan kemasyarakatan.



ELEMEN PERKOTAAN MENURUT KUS HADINOTO • • • •



Wisma Marga Suka Penyempurna



ELEMEN PERKOTAAN Secara umum, elemen yang terdapat pada perkotaan adalah sebagai berikut: • Pusat kegiatan/pelayanan • Kawasan fungsional • Jaringan



2 .



Perkotaan



Kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan perkotaan juga dapat beraglomerasi membentuk suatu metropolitan.



A. Tata Guna Lahan Perkotaan • Tata tata Guna Lahan (land use) adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, yaitu :



1). Kawasan permukiman



2). Kawasan perumahan



5). Kawasan ruang terbuka hijau



6). Kawasan perdagangan



7). Kawasan industri



8). Kawasan perairan



B. Karakteristik Kota Karakteristik kota dapat di tinjau dari 3 aspek ASPEK FISIK



sebuah kawasan terbagun yang terletak saling berdekatan dan meluas dari pusat hingga ke wilayah pinggiran yang bisa dikatakan wilayah geografisnya di dominasi oleh struktur binaan.



ASPEK SOSIAL



kota merupakan konsentrasi penduduk yang dilihat dari segi mata pencaharian.



ASPEK EKONOMI



memiliki fungsi sebagai penghasil barang dan jasa yang berguna untuk mendukung kehidupan penduduk serta keberlangsungan kota itu sendiri.



C. Perkembangan Kota 1). Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kota a. Faktor Alam Faktor alam relatif statis karena segala bentuk perubahan yang terjadi berlangsung dalam waktu yang relatif lama b. Faktor Kependudukan Faktor kependudukan sangat dinamis terutama apabila ditinjau dari kuantitasnya, yaitu pertambahan penduduk alami dan urbanisasi c. Faktor Budaya Faktor budaya yaitu tingkat kepandaian manusia dalam mengelola lingkungan kehidupannya (tingkat penguasaan teknologi)



2). Tahap Perkembangan Kota (Lewis Munford EOPOLIS



NEKROPOLIS



POLIS



TIRANOPOLIS



METROPOLIS



MEGALOPOLIS



Griffith Taylor (1958) mengemukakan tahapan perkembangan kota sebagai berikut: a. Stadium Infantile • Di dalam stadium ini tak terlihat batas yang jelas antara daerah permukiman dan daerah perdagangan.



b. Stadium Juvenile • terdapat pemisah antara daerah pertokoan dan daerah perumahan. c. Stadium Mature • Di dalam stadium ini banyak ditemui daerahdaerah baru yang telah mengikuti rencana tertentu.



d. Stadium Senile • Stadium kemunduran kota. Hal ini terjadi karena di stadium ini tampak bahwa setiap zona terjadi penurunan dan kemunduran karena kurang adanya pemeliharaan yang dapat disebabkan faktor ekonomi dan politik



D. Teori Struktur, Tata Ruang, dan Perkembangan Kota 1. TEORI KONSENTRIS (BURGESS) • Perkembangan kota berbentuk melingkar, Suatu kota terdiri dari zona-zona yang konsentris dan masing-masing mencerminkan tipe penggunan lahan yang berbeda



Keterangan : a. Zona P : Zona pusat daerah kegiatan (Central Business District) b. Zona 1 : Zona peralihan atau zona transisi c. Zona 2 : Zona permukiman kelas proletar d. Zona 3 : Zona permukiman kelas menengah (residential zone) e. Zona 4 : Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi f. Zona 5 : Zona penglaju (commuters)



2. Teori Sektoral (Hoyt,1939) • Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD memiliki pengertian yang sama dengan yang diungkapkan oleh Teori Konsentris. Namun, perkembangan kota tidak berbentuk melingkar seperti teori konsentris. Kota berkembang menurut sektor tertentu seperti irisan kue.



Keterangan : a. Zona P : Sektor pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan. b. Zona 1: Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan. c. Zona 2: Sektor kaum buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum buruh. d. Zona 3: Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madya wisma. e. Zona 4: Sektor permukiman adi wisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas yang terdiri dari para eksekutif dan pejabat.



3. Teori Inti Berganda/Multiple Nuclei (Harris dan Ullman,1945) Pada Teori Pusat Berganda terdapat banyak DPK atau CBD dan letaknya tidak persis di tengah kota dan tidak selalu berbentuk bundar.



Keterangan : 1. Pusat kota atau Central Business District (CBD). 2. Kawasan niaga dan industri ringan. 3. Kawasan murbawisma atau permukiman kaum buruh. 4. Kawasan madyawisma atau permukiman kaum pekerja menengah. 5. Kawasan adiwisma atau permukiman kaum kaya. 6. Pusat industri berat. 7. Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran. 8. Upakota, untuk kawasan madyawisma dan adiwisma. 9. Upakota (sub-urban) kawasan industri



4. Teori Ketinggian Bangunan (Bergel, 1955) Teori ini menyatakan bahwa perkembangan struktur kota dapat dilihat dari variabel ketinggian bangunan. Semakin tinggi bangunan maka aksesibiltasnya semakin berkurang



4. Teori ketinggian bangunan (Bergel, 1955)



B’ A’



residential



offices



residential



residential



retailing



offices



residential



O



A Commercial zone



B mixed zone



Distance from the center



Inner residential zone



5. Teori Konsektoral (Griffin dan Ford, 1980). Teori Konsektoral dilandasi oleh strutur ruang kota di Amerika Latin. Dalam teori ini disebutkan bahwa DPK atau CBD merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan dan lapangan pekerjaan. Di daerah ini terjadi proses perubahan yang cepat sehingga mengancam nilai historis dari daerah tersebut. Pada daerah – daerah yang berbatasan dengan DPK atau CBD di kota-kota Amerika Latin masih banyak tempat yang digunakan untuk kegiatan ekonomi, antara lain pasar lokal, daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi lemah dan sebagian lain dipergunakan untuk tempat tinggal sementara para imigran.



3.2 Tipe Amerika Latin (Griffin & Ford; 1980)



6 5



4 1



3



2



3



Jalur utama perdagangan



Keterangan: 1. CBD 2. Zona perdagangan 3. Sektor permukiman elit 4. Zone of maturity 5. Zone of insituaccretion 6. Zone of peripheral squatter settlements



6. Teori Historis (Alonso, 1964) • DPK atau CBD dalam teori ini merupakan pusat segala fasilitas kota dan merupakan daerah dengan daya tarik tersendiri dan aksesibilitas yang tinggi.



Daerah yang menjadi pusat kegiatan dalam kurun waktu yang lama akan mengalami kerusakan lingkungan, akibatnya sejumlah penduduk akan pindah ke daerah pinggiran yang masih asri dan alami (lihat garis yang menunjuk keluar). Kerusakan lingkungan di daerah pusat kegiatan ini akan mengundang pemerintah setempat untuk melakukan perbaikan sehingga ketika dirasa telah lebih baik, hal ini akan mengundang sejumlah masyarakat untuk tinggal di dekat wilayah pusat kegiatan.



7. Teori Poros (Babcock, 1932) • Menitikberatkan pada peranan transportasi dalam mempengaruhi struktur keruangan kota. • Faktor utama yang mempengaruhi mobilitas adalah poros transportasi yang menghubungkan CBD dengan daerah bagian luarnya. • Sepanjang poros transportasi akan mengalami perkembangan lebih besar dibanding zona diantaranya.



5. Teori Poros (Babcock, 1932) Keterangan: 1. CBD 2. Transition zone Major roads 3. Low income housing railways 4. Middle income housing



L



M



2



1 3 4



Konsektoral Tipe Eropa • Teori tentang struktur ruang kota yang keempat adalah teori konsektoral (tipe Eropa) yakni teori yang dikemukakan oleh Peter Mann di Inggris pada tahun 1965. Peter Mann mencoba untuk menggabungkan teori konsentris dan sektoral, akan tetapi disini teori konsentris lebih ditonjolkan.



E. Infrastruktur Wilayah dan Kota Infrastruktur (prasarana) kota: ”elemen dasar dari suatu kota; bangunan utama dari suatu kegiatan; bangunan penunjang kegiatan”.



Infrastruktur Wilayah (Nasional dan Regional) 1) Transportasi: pelabuhan hub internasional/internasional dan nasional; bandara internasional, nasional, regional; jaringan jalan nasional; jalan tol; terminal regional; Angkutan Sungai dan Penyeberangan; jaringan jalan kereta api dan stasiun 2) Sumber air baku (Sistem DAS) dan sistem irigasi 3) Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu 4) Jaringan distribusi listrik, energi, gas 5) Jaringan telekomunikasi nasional dan regional 6) Infrastruktur kawasan perumahan 7) Tempat Pembuangan Sampah Akhir 8) Infrastruktur perindustrian skala internasional/nasional/regional 9) Infrastruktur perdagangan dan jasa skala regional



• Infrastruktur Kota 1) Transportasi: jaringan jalan perkotaan; jalan tol; terminal/subterminal perkotaan; sistem angkutan umum massal 2) Sistem distribusi air bersih perkotaan 3) Sistem drainase perkotaan 4) Sistem air limbah perkotaan 5) Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu 6) Jaringan distribusi listrik perkotaan 7) Jaringan telekomunikasi 8) Tempat Pembuangan Sampah Sementara/Akhir 9) Infrastruktur kawasan perumahan 10) Infrastruktur kawasan industri 11) Infrastruktur kawasan perdagangan dan jasa



F. Penduduk Kota Karakteristik Penduduk Kota: 1. Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial, karena adanya keterbukaan terhadap pengaruh dari luar. 2. Masyarakat kota bersifat gesellschaft (patembayan), di mana kepentingan individu lebih menonjol, sedangkan solidaritas dan kegotongroyongan semakin lemah. 3. Adanya pelapisan sosial ekonomi, seperti perbedaan tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. 4. Adanya jarak sosial dan kurangnya toleransi sosial antar-warganya. 5. Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip ekonomis. 6. Masyarakat kota lebih mengenal hukum negara dibanding hukum adat.



3 .



Perencanaan dan Peremajaan Kota



Perencanaan kota merupakan proses penyusunan rencana tata ruang kota, yang didalamnya terkandung arahan penataan ruang kota.



A. Pentingnya Perencanaan



Untuk dapat menyelesaikan permasalahan sebagai berikut ENVIRONMENTAL DEGRADATION



ADMINISTRAVTIVE ORGANIZATION



OVERCROWDING



URBAN EXPANSION



LOSS OF AGRICULTURAL LAND



SHORTAGE OF URBAN SERVICES



SLUMS AND SQUATTER SETTLEMENTS



UNEMPLOYMENT



TRAFFIC CONGESTION



RACIAL AND SOCIAL ISSUES



Urban Heat Island



Slum



Kemacetan



Polusi



B. Tahapan Perencanaan



IDENTIFIKASI PERSOALAN



PERUMUSAN TUJUAN, SASARAN, DAN TARGET PROYEKSI KEADAAN DI MASA AKAN DATANG



PENCARIAN DAN PENILAIAN ALTERNATIF



PENYUSUNAN RENCANA TERPILIH



C. Teori Lokasi dan Pola keruangan



1). Hoover dan Giarratan (2007) • Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti: • • • •



bahan baku lokal (local input). permintaan lokal (local demand). bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred input). permintaan luar (outside demand).



2). Von Thunen (1826) Teori ini mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar.



TEORI LOKASI PERTANIAN (VON THUNEN) ▫ Pasar merupakan hal utama yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan budi-daya komoditas pertanian secara komersial. ▫ Semakin mudah rusak suatu komoditas pertanian maka semakin dekat seharusnya ke pasar, sebaliknya semakin tahan lama suatu komoditas pertanian maka dapat semakin jauh dari pasar.



▫ Asumsi yang dipergunakan adalah lahan bersifat homogen.



3). Weber (1909) • Menurut Teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimalisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi.



4). Teori Christaller (1933) Teori tempat pusat (Central Place Theory) Christaller menjelaskan mengenai susunan dari besaran kota, jumlah kota dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller menggambarkan area pusat-pusat kegiatan jasa pelayanan yang cenderung tersebar di dalam wilayah dan membentuk pola heksagonal. Dimana persebaran tersebut dapat memberikan keuntungan optimalpada kegiatan tersebut. Tempat-tempat pusat merupakan tempat yang menyediakan barang dan jasa bagi penduduk daerah.



Central Place • Adalah pemukiman yang menyediakan barang dan layanan. • Sangat mungkin untuk mempunyai variasi dalam ukuran dari desa hingga konurbasi



The conurbation: Paris



e. August Losch • Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar • Teori Lokasi Market Area dan mendasarkan analisis pemilihan lokasi optimal pada luas pasar yang dapat dikuasi dan kompetisi antar tempat. Artikel ini menekankan pada Teori Lokasi Market Area, yang mendasarkan pandangan bahwa produsen akan memilih tempat sebagai lokasi yang optimal berdasarkan kekuatan persaingan antar tempat dan luas pasar yang dapat dikuasainya. Model Market Area yang dikemukakan Losch dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam penetapan lokasi pembangunan pasar tradisional (pasar pembantu) dalam suatu perkotaan.



D. Aspek Kebancanaan dalam Perencanaan



Untuk daerah yang sudah terbangun dilakukan dengan : • Peningkatan akses ke kawasan-kawasan kota yang sangat rentan terhadap bencana • Pelaksanaan peremajaan kota dan/atau pembangunan kembali kawasan-kawasan kumuh sekaligus melengkapi prasarana, sarana dan fasilitas-fasilitas ketahanan terhadap bencana yang memadai. • Penambahan Ruang Terbuka (Open Space) yang ada dalam rangka memfasilitasi terbentuknya fungsi-fungsi integrasi sosial antar semua golongan masyarakat sekaligus menyiapkan (mencadangkan) sebagai tempat evakuasi, bila terjadi bencana.



kajian-kajian kebencanaan: • a. kajian kerentanan bencana, yang menilai perbedaan suatu wilayah dengan kriteria indeks kerentanan tertentu sehingga intensitas kegiatan di dalam kawasan tersebut akan diatur sedemikian rupa untuk meminimalisasi biaya resiko yang muncul dari bencana yang datang • b. kajian mitigasi bencana, yang memberikan perlakuan khusus pada bangunan ataupun lahan yang dinilai layak untuk dijadikan sebagai tempat evakuasi sementara yang aman, aksesibel, dan kapasitas yang cukup • c. Kajian transportasi darurat, yang memberikan arahan jalur distribusi logistik lain yang tidak menggunakan jalur transportasi yang biasa digunakan.



ASPEK KEBENCANAAN DALAM PERENCANAAN PERKOTAAN



• Secara umum, para ahli bersepakat bahwa Risiko bencana (R) merupakan fungsi dari Bahaya (H), Kerentanan (V), dan Kapasitas (C) R = (H x V) / C • Perencanaan dapat berperan untuk mengurangi kerentanan ataupun meningkatkan kapasitas terhadap kejadian bencana. Dalam hal ini, perspektif yang perlu dibangun ialah perencanaan sebagai cara pengurangan risiko bencana (mitigasi bencana). • Perencanaan sendiri dapat berperan di dalam menentukan item mitigasi bencana struktural (misal: pembangunan bangunan evakuasi tsunami, banjir kanal, dll) maupun mitigasi non-struktural (misal: pendidikan kebencanaan, penguatan komunitas, dll).



ISU KESEHATAN DAN LINGKUNGAN PERKOTAAN • Millennium Development Goals di bidang kesehatan dan keterkaitannya dengan perencanaan kota: ▫ Peningkatan kualitas hidup di kawasan padat penduduk, termasuk di dalamnya slum upgrading ▫ Isu penyediaan fasilitas kesehatan perkotaan.



ISU KESEHATAN DAN LINGKUNGAN PERKOTAAN • Isu – isu lingkungan perkotaan



▫ Kota sebagai sumber emisi yang memperparah kejadian perubahan iklim → perlunya mitigasi perubahan iklim (berbeda dengan mitigasi pada konteks bencana), yang dimaksud ialah usaha pengurangan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan berbagai kegiatan di perkotaan; misalnya usaha mitigasi di sektor transportasi, industri, persampahan, bangunan, dll. ▫ Kota sebagai area yang akan terpapar dampak dari perubahan iklim → perlunya adaptasi perubahan iklim, yang dimaksud ialah usaha untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi pada suatu kota; misalnya usaha untuk mengatur perumahan di tepi pantai agar tidak terpapar kenaikan muka air laut, dll (dalam hal ini, adaptasi perubahan iklim sangat beririsan dengan konsep mitigasi pada manajemen bencana). ▫ Pencemaran udara, air, dan tanah di kawasan perkotaan.



MASA DEPAN PERKOTAAN • Tantangan dan implikasi masa depan perkotaan (Devas dan Rakodi, 1992): ▫ Pertumbuhan kota yang sangat pesat ▫ Implikasi pertumbuhan kota terhadap kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan ▫ Mengapa pertumbuhan kota-kota terus berlanjut ? ▫ Apakah pertumbuhan kota-kota sesuatu yang baik atau buruk ? ▫ Dapatkah pertumbuhan perkotaan dikendalikan ? ▫ Apa dan bagaimana pemerintah melakukan intervensi dalam pembangunan perkotaan?



• Tantangan akibat pertumbuhan penduduk di perkotaan yang terus berlanjut



E. Perencanaan Partisipatif



Secara garis besar perencanaan partisipatif mengandung makna adanya keikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, mulai dari melakukan analisis masalah mereka, memikirkan bagaimana cara mengatasinya, mndapatkan rasa percaya diri untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan sendiri tentang alternatif pemecahan masalah apa yang ingin mereka atasi.



F. Peremajaan Kota



Peremajaan kota merupakan suatu konsep dan strategi pembangunan kota untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan mengantisipasi proses ekologi perubahan keruangan.



1). Esensi peremajaan kota : ▪ Peningkatkan vitalitas kota; ▪ Peningkatan dan pembangunan infrastruktur ▪ Menjaga agar kekumuhan tidak meluas; ▪ Memberikan kepastian hukum;



2). Prinisp - Prinsip Peremajaan Kota • Prinsip-prinsip peremajaan kota antara lain : • Sebagai bagian pembangunan kota yang menyeluruh; • Peningkatan kualitas kehidupan yang lebih baik; • Terprogram secara sistematis; • Peningkatan produktivitas dalam menunjang ekonomi kota; • Peningkatan nilai visual tatanan kota; • Memacu pemerataan dalam kehidupan kota bagi semua lapisan



3). Tipologi Peremajaan Kota a. Rehabilitasi • Pada umumnya merupakan perbaikan kembali fungsi kawasan dengan pembangunan infrastruktur. Contoh : perbaikan kampung, perbaikan lingkungan, perbaikan pusat perbelanjaan. b. Renovasi • Umumnya hanya terbatas pada peningkatan struktur dan kualitas fisik dengan tampilan bangunan yang tetap. Contoh : perbaikan bangunan-bangunan bersejarah.



c. Preservasi • Upaya pelestarian struktur yang telah ada dengan cara memelihara dan mengamankan. Contoh : pelestarian bangunan atau kawasan yang bernilai sejarah. d. Konservasi • Upaya perlindungan dari kemungkinan kerusakan oleh alam maupun manusia. Pada konservasi dimunkinkan untuk menghilangkan atau menambah struktur demi menjaga keamanan dan kelestarian. Contoh : pengamanan tebing dalam kota, normalisasi DAS, penghutanan kota. e. Gentrifikasi • Peningkatan fungsi sebagai kompensasi atau pengganti bagi suatu bagian wilayah kota yang telah mengalami degradasi.



4). Produk Perencanaan untuk Peremajaan Kota 1.Rencana Fisik; rencana tata letak peruntukan dan tata letak bangunan dan non bangunan, serta lansekap 2. Rencana pembiayaan; Dirinci pembiayaan setiap tahap pelaksanaan pembangunan, sumber pembiayaan, estimasi investasi, pendapatan dan tingkat inflasi, masalah pembebasan dan penggantian lahan



3. Rencana Relokasi; Relokasi penduduk maupun kegiatan, tempat relokasi dan pelaksanaan relokasi (permanen atau temporer) 4. Rencana Pelaksanaan; Tahapan - tahapan pelaksanaan kegiatan



INFRASTRUKTUR PERKOTAAN Beberapa permasalahan pengembangan infrastruktur wilayah dan kota: a) Kesulitan dalam praktik untuk memastikan pembangunan infrastruktur sesuai dengan perencanaan wilayah dan kota. b) Adanya permasalahan kewenangan, koordinasi, dan pemberlakukan rencana tata ruang sebagai landasan bagi pembangunan infrastruktur. c) Persoalan pendanaan yang timbul akibat pendekatan sektoral di dalam penganggaran. d) Persoalan territorial dan jangkauan pelayanan serta sinergi rencana tata ruang dengan masingmasing sektor infrastruktur. e) Kecepatan pembangunan dan pengembangan.



URBANISASI Fenomena urbanisasi mencakup hal-hal berikut ini: • Pertumbuhan persentase penduduk yang bertempat tinggal di perkotaan, baik secara mondial, nasional, maupun regional; • Berpindahnya peduduk ke kota-kota dari perdesaan; • Bertambahnya penduduk bermatapencaharian nonagraris di perdesaan; • Tumbuhnya suatu permukiman menjadi kota; • Mekarnya atau meluasnya struktur artefaktialmorfologis suatu kota di kawasan sekitarnya; • Meluasnya pengaruh suasana ekonomi kota ke perdesaan; • Meluasnya pengaruh suasana sosial, psikologis, dan kultural kota ke perdesaan.



Trend dan Distribusi Perkembangan Kota • Urbaniasai sudah dimulai 4 abad sebelum masehi • Estimasi pada tahun 1800 an hanya 3 % jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan • Data PBB 48 % pada tahun 1998 • Dan diperkirakan 60 persen tahun 2025



Urbanisasi secara cepat terjadi 2 kali • Pada abad ke 19 atau tahun 1800 an Ketika revolusi industry (developed Country) • 1950 negara negara yang secara ekonomi kurang maju>> urbanisasi meningkat karena pertumbuhan penduduk yang tinggi



• Urbaniasi cepat bertumbuh di daerah amerika latin dan jepang-korea • Kota denga urbanisasi tercepat terjadi di negara berkembang • Lebih dari 70 kota di china jumlah penduduknya • Kota kota di eropadan amerika utara menunjukkan penurunan



URBAN SPRAWL •



Proses perluasan/perembetan kawasan terbangun kota ke arah luar sebagai dampak dari meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan perkotaan.



• Fenomena urban sprawl ditandai oleh adanya alih fungsi lahan menjadi wilayah pemukiman, komersial, dan jaringan jalan di sekitar kota (urban periphery) yang tidak terkontrol. Semakin bertambahnya penduduk kota menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap lahan, maka untuk memenuhinya diperlukan suatu pengembangan atau perluasan wilayah ke daerah-daerah disekitar kota tersebut. • rban sprawl sering ditandai dengan adanya perumahan dengan kepadatan rendah, single use zoning, dan meningkatnya ketergantungan pada mobil pribadi untuk transportasi. Fenomena ini juga dikaitkan dengan peningkatan penggunaan energi, polusi, kemacetan lalu lintas dan penurunan keramah-tamahan di antara masyarakat sekitar.



URBAN SPRAWL



Primate City • Primate city adalah sebuah pola dimana kota terbesar di suatu daerah/negara populasinya jauh lebih besar dari kota terbesar berikutnya. Model ini pertama kali diusulkan oleh Mark Jefferson pada tahun 1939. Ia mendefinisikan primate city sebagai “setidaknya dua kali lebih besar dari kota terbesar berikutnya dan lebih dari dua kali lebih penting.” •



Karakteristik 1.Primate City mendominasi pengaruh politik negara tersebut dan merupakan pusat pembangunan nasional. 2.Ukuran yang besar dan aktivitas yang ada menjadi faktor penarik yang kuat, menyebabkan arus urbanisasi lebih besar jika dibandingkan kota kota lainnya. 3.Mayoritas terdapat di LEDC dengan pengecualian di Inggris dan Perancis 4.Populasi lebih besar dari 2 kali populasi kota terbesar selanjutnya



Contoh negara dengan Primate City • Perancis memiliki Paris dengan 9,6 juta penduduk sedangkan kota terbesar setelahnya, Marseilles hanya memiliki 1,3 juta penduduk. • Inggris memiliki London dengan 7 juta penduduk sedangkan kota terbesar kedua, Birmingham hanya memiliki populasi satu juta orang. • Mexico City dengan 8,6 juta penduduk jauh lebih besar dari Guadalajara yang berpopulasi 1,6 juta penduduk.



Contoh negara tanpa Primate City • Kota dengan penduduk terbesar di India adalah Mumbai dengan 16 juta penduduk, kedua adalah Kolkata dengan lebih dari 13 juta penduduk. • Cina, Kanada, Australia, dan Brasil adalah contoh lain dari negara-negara tanpa primate city. • Amerika Serikat memiliki metropolitan New York City dengan populasi sekitar 21 juta penduduk, peringkat kedua dengan Los Angeles 16 juta penduduk, dan Chicago peringkat ketiga dengan 9 juta penduduk.



ASIA TENGGARA • Semua kota besarAsia Tenggara memiliki ciri primate cities (kota utama) yang sangat menonjol (Chong, 1976). • Semua ibukota negara di Asia Tenggara pastilah: ▫ Terbesar di negaranya; ▫ Penduduknya beberapa kali lipat dari jumlah penduduk di kota kedua; ▫ Memiliki pelabuhan terbesar; ▫ Merupakan tempat kedudukan kantor pusat bisnis dan pemerintahan; ▫ Sebagai pusat kebudayaan dan sosial; ▫ Merupakan lokasi utama bagi produksi industri.



Rank-size rule Rank-size rule menyatakan bahwa dalam model hierarki perkotaan, populasi suatu kota akan berbanding terbalik dengan peringkatnya dalam hierarki perkotaan. Jadi, jika kota terbesar memiliki 12 juta orang, kota terbesar kedua akan memiliki sekitar 6 juta (yaitu, setengah populasi kota terbesar), kota ketiga akan memiliki 4 juta (sepertiga), kota keempat 3 juta, dan seterusnya. Rank-size rule tidak berlaku di semua negara, terutama di negara dengan satu kota dominan. Sebuah negara seringkali memusatkan pembangunan di satu kota tertentu, khususnya di ibu kota. Sehingga, menghasilkan kota yang populasinya jauh lebih besar dibanding kota kota lainnya di negara tersebut.



Case Study Geografi Kota, Perencanaan Kota dan Peremajaan Kota



Lahar Flood, 2010



Kampung Code terletak di bawah jembatan Gondolayu yang menghubungkan dua sisi jalan Jenderal Soedirman Yogyakarta. Dahulu kampung ini berupa semak belukar dan menjadi tempat pembuangan mayat korban kejahatan sehingga daerah ini dikenal dengan nama Gondolayu atau dalam bahasa Indonesia berarti bau mayat.



Sebagai kampung ilegal, dengan kondisi masyarakat yang buruk, dan sukar direlokasi, maka seorang arsitek yaitu YB Mangunwijaya berinisiatif untuk membangun wilayah kampung Code tersebut, dengan partisipasi warga Kampung Code itu



sendiri.



Kampung Code, dengan rumah penduduknya yang berupa kardus dan plastik dan tidak sehat, kemudian diubah oleh Rama Mangun pada 1980 menjadi kampung yang sehat, bersih, dan berbudaya.



Kampung Code kemudian memenangkan



The Aga Khan Award for Architecture pada tahun 1992



Balai Rt Kampung Code



Kampung Code Nowadays



KSK 2020



OSK 2019



OSK 2019



OSK 2019



OSP 2019



OSK 2018



OSK 2018



OSK 2018



OSP 2017