Uts Pai [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UNIVERSITAS BUDI LUHUR FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2020/2021 Nama MataUjian Dosen



: Shintia Maulina : Pendidikan Agama Islam : Muhammad Shaufi, S.Pd.I., M.Pd.I



NIM Kelompok Tanggal



: 1871501969 : YB : Jum’at, 23 April 2021



Jawaban : 1. Menurut saya, agama adalah suatu kepercayaan yang dianut oleh sebagian kelompok manusia yang diyakini bisa membawa hidupnya ke arah kebaikan, islam adalah menerima segala perintah dan larangan Allah yang dibawa oleh Rasulullah. Sedangkan agama islam adalah ajaran mengenai suatu kaidah hidup yang berisi tuntunan yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia baik spiritual maupun material yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw sebagai penutup atas segala syariat para nabi dan rasul terdahulu. Al-Quran merupakan sumber hukum islam pertama karena Al-Qur’an berisi tentang akidah, ibadah, peringatan, kisah-kisah yang dijadikan acuan dan pedoman hidup bagi umat Islam dan tercantum juga dalam firman Allah pada surat An-Nisa ayat 59. ۟ ‫ُوا ٱهَّلل َ َوأَ ِطيع‬ ۟ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامنُ ٓو ۟ا أَ ِطيع‬ ‫ُول إِن ُكنتُ ْم‬ ِ ‫ُوا ٱل َّرسُو َل َوأُ ۟ولِى ٱأْل َ ْم ِر ِمن ُك ْم ۖ فَإِن تَ ٰنَ َز ْعتُ ْم فِى َش ْى ٍء فَ ُر ُّدوهُ إِلَى ٱهَّلل ِ َوٱل َّرس‬ َ ‫ك َخ ْي ٌر َوأَحْ َسنُ تَأْ ِوياًل‬ َ ِ‫تُ ْؤ ِمنُونَ بِٱهَّلل ِ َو ْٱليَوْ ِم ٱلْ َءا ِخ ِر ۚ ٰ َذل‬ “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”



2. Saya sangat yakin dengan agama yang saya yakini, yaitu agama islam. Karena saya percaya bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa, segala penciptaan yang Dia buat tidak ada satupun yang bisa menandingi-Nya, Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki dan karena 1 dari 1



kesempurnaan itulah hanya milik Allah. Saya selalu kagum dan selalu membuat hati saya berdebar ketika melihat segala keindahan yang dibuat oleh-Nya atas segala penciptaanNya di alam semesta ini. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang sangat teratur dan sempurna baik ditinjau dalam segi aspek manapun, dalam penciptaan Yang Maha Kuasa inilah membuat saya semakin yakin akan kebenaran bahwa Allah adalah Dzat yang patut disembah, bukan yang lainnya. Dan juga hampir sekitar seperenam atau sepertujuh dari keseluruhan pada ayat yang terdapat dalam Alquran membahas alam semesta dan isinya, hal ini juga lah yang membuktikan bahwa tanda kebesaran Allah itu nyata. Adapun bukti bahwa tanda-tanda kekuasaan Allah itu nyata, terdapat dalam firman Allah dalam surat Al-Anbiya ayat 30-33. ‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ مٰ ِن ال َّر ِحي ِْم‬ ٣٠ َ‫ض َكانَتَا َر ْتقًا فَفَتَ ْق ٰنهُ َم ۗا َو َج َع ْلنَا ِمنَ ْال َما ِء ُك َّل َش ْي ٍء َح ۗ ٍّي أَفَاَل ي ُْؤ ِمنُوْ ن‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬ ِ ‫أَ َولَ ْم يَ َر الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا أَ َّن السَّمٰ ٰو‬ “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?” ٣١ َ‫اس َي أَ ْن تَ ِم ْي َد بِ ِه ۖ ْم َو َج َع ْلنَا فِ ْيهَا فِ َجاجًا ُسبُاًل لَّ َعلَّهُ ْم يَ ْهتَ ُدوْ ن‬ ِ ‫ض َر َو‬ ِ ْ‫َو َج َع ْلنَا فِي اأْل َر‬ ”Dan Kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh agar ia (tidak) guncang bersama mereka, dan Kami jadikan (pula) di sana jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.” ۚ ٰ ٣٢ َ‫ْرضُوْ ن‬ ِ ‫َو َج َع ْلنَا ال َّس َما َء َس ْقفًا َمحْ فُوْ ظًا َوهُ ْم ع َْن ا ٰيتِهَا ُمع‬ “Dan Kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, namum mereka tetap berpaling dari tanda-tanda (kebesaran Allah) itu.” ٣٣ َ‫ك يَّ ْسبَحُوْ ن‬ َ َ‫َوه َُو الَّ ِذيْ خَ ل‬ ٍ َ‫س َو ْالقَ َم ۗ َر ُك ٌّل فِ ْي فَل‬ َ ‫ق الَّ ْي َل َوالنَّهَا َر َوال َّش ْم‬ “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masingmasing beredar pada garis edarnya.”



3. Ijtihad adalah suatu cara untuk mengetahui suatu hukum tertentu yang telah diturunkan oleh Allah melalui Rasulullah dan telah ditetapkan oleh ulama lewat sumber nash (alQur’an dan al-Sunnah) dengan cara istinbath. Berikut adalah pengertian mengenai ijtihad yang terdapat dalam firman Allah pada surat An-Nisa ayat 105. ِّ ‫َاب بِ ْال َح‬ ‫صي ًما‬ َ ‫إِنَّا أَ ْنزَ ْلنَا إِلَ ْي‬ َ ‫ك ْال ِكت‬ ِ َ‫اس بِ َما أَ َراكَ هَّللا ُ ۚ َواَل تَ ُك ْن لِ ْلخَائِنِينَ خ‬ ِ َّ‫ق لِتَحْ ُك َم بَ ْينَ الن‬ 2 dari 1



“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat,”. Adapun dalam metodenya, Ijtihad terbagi menjadi tiga metode, yaitu: a. Qiyas (reasoning by analog), yaitu menerapkan hukum perbuatan tertentu kepada perbuatan lain yang memiliki kesamaan. b. Istihsan, yaitu menetapkan hukum suatu perbuatan berdasarkan prinsip-prinsip umum ajaran Islam, seperti prinsip keadilan dan kasih sayang. c. Masalihul mursalah, yaitu menetapkan hukum berdasarkan tujuan kegunaan atau kemanfaat-annya sesuai dengan tujuan syari’at. Contoh dari salah satu metode Ijtihad pada Qiyas adalah mengenai larangan meminum khamr (minuman yang memabukkan). Sebab minuman yang memabukkan, dari apapun ia dibuat, hukumnya sama dengan khamr yaitu dilarang untuk diminum. Dan untuk menghindari akibat buruk meminum minuman yang memabukkan itu, maka dengan qiyas pula ditetapkan semua minuman yang memabukkan, apapun namanya, dilarang diminum dan diperjualbelikan untuk umum. Hal ini terdapat dalam firman Allah pada surat AlMaidah ayat 90: َ‫صابُ َوااْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّشي ْٰط ِن فَاجْ تَنِبُوْ هُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬ َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َوااْل َ ْن‬ “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.” 4. Syariat adalah hukum atau tata aturan yang disampaikan oleh Allah untuk hambaNya yang tidak pernah berubah. Adanya Syariat Islam memiliki perananan penting dalam kehidupan bermasyarakat khususnya bagi keberagamaan seseorang karena Syariat Islam berperan sebagai aturan yang mengikat hubungan setiap muslim, baik dengan sesama muslim, nonmuslim, maupun lingkungan sekitarnya yang diharapkan dapat menciptakan kehidupan yang penuh dengan harmoni dan kedamaian. Sesuai dengan peranannya yang penting, 3 dari 1



Syariat Islam dijadikan sebagai media pengatur atau fungsi kontrol yang mengatur hubungan dalam bermasyarakat untuk mewujudkan keadlian sosial. Dengan adanya fungi kontrol dan pengatur ini dapat memberikan petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan, mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan harapan segala sesuatunya berjalan dengan tertib dan teratur. Namun tidak hanya berisi perintah dan larangan, tetapi juga berisi ajaran-ajaran untuk membentuk pribadi-pribadi muslim sejati, berahlak mulia, berhati suci, berjiwa tinggi (tidak kerdil) serta mempunyai kesadaran akan segala tanggung jawab. Termasuk di dalamnya kewajiban menjalin hubungan yang erat dan harmonis antar sesama manusia dan pencipta-Nya dengan cara yang sangat sempurna. Hal mengenai syariat termaktub dalam firman Allah pada surat Al-Ahzab ayat 36. ‫وما َكانَ لم ْؤمن َّواَل م ْؤمنَ ٍة ا َذا قَضى هّٰللا ُ ورسُوْ لُ ٗ ٓه اَمرًا اَ ْن يَّ ُكوْ نَ لَهُم ْالخيرةُ م ْن اَمرهم ۗوم ْن يَّع هّٰللا‬ ‫ض ٰلاًل ُّمبِ ْينً ۗا‬ َ ‫ض َّل‬ َ ‫ْص َ َو َرسُوْ لَهٗ فَقَ ْد‬ ْ َ َ َ ِ ِ ُ ٍ ِ ُِ َ َ ِْ ِ ْ ِ َ َِ ُ َ َ ِ “Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.” Dalam prinsipnya, Syariat Islam mengandung nilai-nilai tauhid, keadilan, amar ma'ruf dan nahi munkar, ebebasan/kemerdekaan, persamaan, tolong menolong, dan toleransi antar seluruh insan manusia khusunya antar umat beragama. Adapun sumber-sumber Syariat Islam sebagai berikut: 



Al-Quran, wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad saw, baik lafad, makna, dan gaya bahasa yang termaktub dalam mushaf yang disalin secara mutawatir.







Hadis, segala sesuatu yang dikaitkan kepada nabi Muhammad saw, baik ucapan, perbuatan, dan ketetapannya.







Ijma, kesepakatan para ulama pada waktu tertentu tentang suatu masalah tertentu







Qiyas, yaitu menerapkan hukum perbuatan tertentu kepada perbuatan lain yang memiliki kesamaan.







Istihsan, menetapkan hukum suatu perbuatan berdasarkan prinsip-prinsip umum ajaran Islam, seperti prinsip keadilan dan kasih sayang.







Masalih al-Mursalah. menetapkan hukum berdasarkan tujuan kegunaan atau kemanfaatannya sesuai dengan tujuan syari’at. 4 dari 1







‘Urf, kebiasaan/tradisi masyarakat yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.



5. Kebudayaan lahir secara alamiah melalui kebiasaan seseorang berprilaku terhadap lingkungan hidup disekitarnya sehingga mempengaruhi kebiasaan manusia itu dalam berperilaku dan berfikir terhadap lingkungan disekitarnya. Mengenai agama dan budaya, secara umum dapat dikatakan bahwa agama bersumber dari Allah, sedangkan budaya bersumber dari manusia. Agama adalah “karya Allah”, sedangkan budaya adalah “karya manusia”. Melalui agama, yang dibawa oleh para nabi dan rasul, Allah Sang Pencipta menyampaikan ajaran-ajaran-Nya mengenai hakekat Allah, manusia, alam semesta, serta hakekat kehidupan yang harus dijalani oleh manusia. Ajaran-ajaran Allah, yang disebutkan agama, mewarnai corak budaya yang dihasilkan oleh manusia-manusia yang memeluknya. Dalam kebudayaan pula tidak terlepas dari prinsip-prinsip yang digariskan oleh ad-dîn, yaitu kemanusiaan. Kemanusiaan itu merupakan hakikat manusia (bersifat statis). Kemanusiaan itu sama saja dahulu, sekarang, dan yang akan datang. Tetapi perwujudan kemanusiaan yang disebut aksidensi itu tumbuh, berkembang, berbeda dan diperbaharui. Perubahan demi perubahan terus terjadi, namun asasnya tetap, yaitu asas yang dituntun, ditunjuki, diperingatkan, dan diberitakan oleh al-Qur’an dan al-Hadits.



6. Islam dan tasawuf merupakan perwujudan dari ihsan dalam syariat Islam. Tasawuf adalah ilmu yang berfokus pada membangun diri untuk menjauhi segala hal yang bersifat duniawi. Sebagai umat Islam, tasawuf adalah ilmu yang penting untuk diketahui karena tasawuf adalah salah satu ilmu yang mengajarkan tentang upaya untuk mendekatkan diri pada Allah namun tetap hidup sederhana dan jauh dari hal-hal duniawi. Hal ini terdapat pada firman Allah pada surat Al-A’la ayat 14-15.



‫قَ ْد أَ ْفلَ َح َمن تَ َز َّك ٰى‬ "Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)," ‫صلَّ ٰى‬ َ َ‫َو َذ َك َر ٱ ْس َم َربِّ ِهۦ ف‬ "Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang."



5 dari 1



Dan H.R. Al-Bukhari dan Muslim ْ َ‫ فَقَال‬.‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َكانَ يَقُوْ ُم ِمنَ الَّي ِْل َحتَّى تَتَفَطَّ َر قَ َد َماهُز‬ ُ ‫ لِ َم تَصْ نَ ُع هَ َذا يَا َرسُوْ َل هَّللا ِ َوقَ ْد َغفَ َر هَّللا‬: ُ‫ت عَائِ َشة‬ َ ِ ‫أَ َّن نَبِيَّاهَّلل‬ )‫ (رواه البخاري و مسلم‬.‫ أَفَاَل أُ ِحبُّ أَ ْن أَ ُكوْ نَ َع ْبدًا َش ُكوْ َرا‬: ‫ قَ َل‬.‫ك َو َما تَأ َ َّخ َر‬ wَ ِ‫لَكَ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنب‬ ”Adalah Nabi SAW. bangun shalat malam (qiyam al-lail), sehingga bengkak kakinya. Aku berkata kepadanya, ‘Gerangan apakah sebabnya, wahai utusan Allah, engkau sekuat tenaga melakukan ini, padahal Allah telah berjanji akan mengampuni kesalahanmu, baik yang terdahulu maupun yang akan datang? ‘Beliau menjawab, ‘Apakah aku tidak akan suka menjadi seorang hamba Allah yang bersyukur?”. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim) Adapun aliran-aliran dalam Tasawuf sebagai berikut: 



Qodiriyah, aliran ini memuliakan pendirinya yaitu Syekh Abdul Qodir Jaelani (1116 M).







Rifa’iyyah, didirikan oleh Muhammad Al-Rifa’i (1183 M) tarekat ini dikenal dengan amalannya yang suka menyiksa diri dengan senjata tajam diiringi dengan amalan tertentu.







Samaniyah, didirikan oleh Syekh Mumammad Saman, (1718) cara pencapaian tujuan akhirnya adalah lewat berdzikir dengan suara lantang.







Naqsabandiyah, didirikan oleh Muhammad An-Naqsabandi (1388 M) mereka berdzikir dengan sirr (terdiam).



Adapula tahapan atau tingkatan tasawuf dalam mendekati Allah sebagai berikut: 1. Syari’at, adalah hukum yang telah diturunkan oleh Allah lewat Rasulullah dan telah ditetapkan oleh ulama lewat sumber nash (al-Qur’an dan al-Sunnah) dengan cara istinbath. Tujuannya yaitu untuk menghilangkan segala najis lahir dan maksiat yang nyata dengan sebutan takholli dan mengisi hidup dengan kebajikan dan kebaikan tahalli. 2. Tarekat, adalah pengamalan syari’at, yaitu pengamalan ibadah dengan tekun dan menjauhkan diri dari sikap meremehkan ibadah. Kata “tarekat” dapat dilihat dari dua sisi: yaitu dari sisi amaliah ibadah dan sisi sisi organisasi perkumpulan. Beberapa



6 dari 1



maqomat diantaranya: taubah, zuhd, wara’, faqr, shobr, tawakal, ridha, dan lain sebagainya. 3. Hakikat, adalah suasana kejiwaan seorang salik, ketika ia mencapai suatu tujuan sehingga ia dapat menyaksikan tanda-tanda ke-Tuhan-an dengan mata hatinya. Terdapat tiga tingkat keyakinan para sufi: a) ‘ainul yaqin, tingkatan keyakinan yang ditimbulkan oleh pengamatan indera terhadap alam semesta. b) ‘ilmul yaqin, keyakinan yang muncul akibat analisis pemikiran ketika melihat kebesaran Allah pada alam ini. c) Haqqul yaqin, keyakinan yang didominasi oleh hati nurani sufi tanpa melalui ciptaan-Nya, maka kebenaran Allah langsung disaksikan oleh hati tanpa membutuhkan kebenaran akal. 4. Ma’rifat, hadirnya kebenaran Allah pada seorang sufi dalam keadaan hatinya selalu berhubungan dengan nur ilahi. Ma’rifat membuat ketenangan dalam hati, sebagaimana ilmu membuat ketenangan pada akal-pikiran. Tanda-tanda ma’rifat pada seorang sufi: a) Memancar cahaya ma’rifat pada sikap dan tingkah lakunya (wara). b) Keputusan tidak disandarkan kepada hal yang nyata, karena yang nyata belum tentu benar adanya. c) Tidak menginginkan nikmat Allah yang berlebihan, karena bisa membawanya pada keterpurukan.



*Salam Budi Luhur*



7 dari 1