Uts - Sasp - Irfan D0nofan - 17043016 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UJIAN TENGAH SEMESTER SEMINAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK



Oleh : Irfan Donofan 2017/17043017



Dosen Pengampu: Vita Fitria Sari, SE., M.Si., Ak 19870515 201012 2 009



JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2020



Bagian I : Review Artikel dan Rekomendasi Penelitian Berikutnya. A. Judul Pengaruh Dukungan Atasan dan Proteksi Terhadap Keputusan Pengungkapan Kecurangan Pada Pemerintah Daerah Di Indonesia Penulis&Penerbit : Priyastiwi dan Abdul Halim, Simposium Nasional Akuntansi XX,Jember 2017 B. Latar Belakang Yang menjadi latar belakang dari penelitian ini adalah suatu dukungan terhadap seseorang yang mengungapkan kecurangan yang terjadi di pemerintah daerah (whistleblower) yaitu adalah kecurangan terhadap laporan keuangan atau biasa disebut dengan korupsi. Dalam organisasi pemerintahan, secara proposional korupsi banyak terjadi pada pemerintah daerah. Hal ini terbukti dari data KPK tahun 2004 sampai dengan bulan Mei 2016 yang menunjukkan bahwa kepala daerah yang telah terjerat kasus di KPK berjumlah 56 orang. Berdasarkan data KPK di atas, penanganan korupsi yang terjadi di instansi pemerintah daerah menduduki peringkat 2 terbanyak (acch.kpk.go.id). Namun demikian penelitian pengungkapan kecurangan di organisasi pemerintah masih sedikit. Hasil penelitian juga menunjukkan anteseden yang komplek yang mempengaruhi pengungkapan kecurangan. Penelitian whistleblowing sebagian besar difokuskan pada tiga faktor yang mempengaruhi pelaporan: (a) faktor individu (b) faktor situasional (c) faktor organisasi Sedangkan pada penelitian ini lebih menekankan pada faktor individu yang mempengaruhi keputusan whistleblowing (Vandekerkhove, 2010). Akan tetapi sebenarnya, pengaruh faktor organisasi pada proses whistleblowing merupakan hal yang lebih penting. Hal ini disebabkan karena organisasi memiliki kontrol atas lingkungan kerja daripada nilainilai atau perkembangan moral individu. Vandekerkhove (2010) menyatakan bahwa penelitian saat ini melalaikan aspek penting dalam managemen whistleblowing. Penelitian terperangkap pada fokus whistleblower dan bukan pada proses penanganan masalahnya. Hal ini mengakibatkan perlunya penelitian yang berkonsentrasi pada proses whistleblowing yang efektif daripada meneliti faktor individu yang melakukan whistleblowing, Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh dukungan atasan dan proteksi terhadap keputusan whistleblowing pada organisasi pemerintah daerah dengan



menggunakan metoda eksperimen berdasarkan teori pertukaran sosial. Berdasarkan teori reaktansi sosial, penelitian ini juga menguji pengaruh jenis pekerjaan auditor dan non-auditor dalam organisasi pemerintah daerah terhadap keputusan pengungkapan kecurangan. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk pengembangan teori mengenai Whistleblowing dan diharapkan juga memberikan kontribusi dalam desain prosedur whistleblowing yang efektif dalam mengungkapkan kecurangan keuangan pada organisasi pemerintahan di Indonesia. C. Landasan Teori Pada penelitiaan ini peneliti mengunakan landasan teori sebagai berikut : a. Teori Pertukaran Sosial Teori pertukaran sosial atau social exchange theory menjelaskan hubungan antara pegawai dan organisasinya merupakan suatu hubungan pertukaran (Eisenberger et al., 1986). Dalam teori pertukaran sosial, orang yang telah menerima suatu keuntungan tertentu akan mempunyai rasa kewajiban untuk membalas apa yang telah diterimanya (Eisenberger et al., 1986). Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh karyawan dipandang sebagai balasan dari tindakan yang dilakukan organisasi. Perilaku managemen dan kebijakan-kebijakan organisasi merupakan dasar bagi pegawai untuk menginterpretasikan mengenai dukungan organisasi. Bagi karyawan, dukungan organisasi mencerminkan sejauh mana pimpinan mempunyai komitmen untuk kepentingan mereka. Bell dan Menguc (2002) menyatakan bahwa terdapat pengaruh dukungan organisasi terhadap kinerja kontekstual yang mencakup berbagai perilaku OCB (Organizational Citizenship Behavior), seperti membantu orang lain atau membela organisasi mencapai tujuan. Sedangkan penelitian lain juga melaporkan adanya pengaruh positif secara langsung antara POS (Perceive Organizational Support) dan OCB (Masterson et al., 2000). b.Teori Reaktansi Psikologis Teori reaktansi psikologis (Brehm 1966; Brehm & Brehm 1981) mengemukakan bahwa upaya untuk membujuk individu agar bertindak dengan cara tertentu sering kontraproduktif, karena hal ini mengancam kebebasan individu. Menurut perspektif ini, individu yang ditekan untuk bertindak dengan cara tertentu memandang perilaku kebebasan mereka dikurangi. Sesuai dengan teori tekanan sosial (social pressure theory), sesorang melakukan sesuatu bukan keinginan pribadi, tapi karena ada tekanan sosial (Dezoort & Lord, 1997). Dalam organisasi pemerintah, seseorang melakukan tindakan ilegal dan tidak bermoral, mungkin bukan karena motivasi pribadi, tetapi kemungkinan karena adanya tekanan sosial dari kelompok atau pimpinan organisasi. Menurut teori reaktansi psikologis, tekanan bisa menimbulkan reaktansi psikologis terjadi ketika sebuah



kebebasan dieliminasi atau diancam dengan eliminasi (Brehm & Brehm, 1981). Reaktansi mempertimbangkan keadaan yang tidak menyenangkan, terdiri dari komponen emosi (mis., perasaan marah) dan komponen kognitif (misalnya, sikap menolak terhadap otoritas; Rains, 2013). Reaktansi juga memerlukan perilaku kecenderungan untuk menolak perilaku terlarang (Brehm, 1966).



c. Dukungan Atasan Karyawan melihat atasan bertindak menguntungkan dirinya sebagai indikasi dari dukungan organisasi (Eisenberger et al., 2002). Selain itu, karyawan memahami bahwa evaluasi atasan terhadap bawahan sering disampaikan kepada top managemen, yang akhirnya berkontribusi terhadap hubungan dukungan atasan dengan kinerja karyawan. Dukungan dari atasan juga telah dinilai terkait dengan pengukuran kinerja yang melibatkan pertukaran pemimpin-anggota dan pertimbangan atasan. Sebagian besar teori menjelaskan hubungan organisasi dengan kepercayaan karyawan yaitu bahwa karyawan melihat atasan sebagai agen organisasi. Misalnya, teori kontrak psikologis (Rousseau, 1989, 1998) mengasumsikan bahwa karyawan menganggap janjijanji dari atasan merupakan janji dari organisasi (Eisenberger et al., 2002; Eisenberger et al., 1986). Oleh karena itu, karyawan mengeneralisasi hubungan pertukaran mereka dengan atasan sebagai pertukaran dengan organisasi karena mereka melihat atasan sebagai wakil organisasi. d.Proteksi Robertson at al. (2011) menemukan bahwa auditor lebih memilih untuk melaporkan secara anonim ketika yang pelaku kesalahan memiliki reputasi yang tidak baik, tetapi lebih memilih untuk melaporkan menggunakan outlet non-anonim ketika pelaku kesalahan memiliki reputasi yang baik. Salah satu cara untuk mengurangi rasa takut terhadap pembalasan dan untuk meningkatkan kesediaan karyawan melaporkan, organisasi telah menyertakan jenis proteksi dalam kebijakan hotline whistleblower (Wainberg & Perreault, 2016). Artinya, selain menyediakan saluran pelaporan, rahasia dan anonim, juga memasukkan bentukbentuk proteksi khusus dari pembalasan (seperti pelecehan, kehilangan pekerjaan, kehilangan promosi, profesionalisme yang jatuh, dan hukuman, serta konsekuensi keuangan). e. Jenis Pekerjaan Tekanan dari manajer untuk menyimpang dari pedoman profesional menyebabkan individu tegas menentang perilaku tersebut dan menempatkan pada peran baru mereka sebagai orang yang profesional dan independen. Dalam kasus perilaku kecurangan



terdapat kemungkinan, pelaku berbalik untuk melaporkan karena reaksi mereka terhadap tekanan sosial, sehingga akuntan managemen akan lebih mempunyai tanggungjawab yang lebih tinggi untuk melaporkan kecurangan dibanding auditor. HIPOTESIS H1 : Dukungan atasan berpengaruh positif terhadap keputusan pengungkapan kecurangan. H2 : Proteksi berpengaruh positif terhadap keputusan pengungkapan kecurangan. H3 : Pada kondisi dukungan atasan rendah, maka proteksi yang tinggi akan berpengaruh positif terhadap keputusan pengungkapan kecurangan. H4 : Pada kondisi dukungan atasan rendah, maka proteksi yang tinggi akan berpengaruh positif lebih tinggi terhadap keputusan pengungkapan kecurangan oleh non-auditor dibandingkan auditor. D. Metodologi Penelitian a. Sampel dan Pengumpulan Data Partisipan dalam penelitian adalah mahasiswa Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM angkatan tahun 2015. Total akhir partisipan berjumlah 48 orang setelah 1 mahasiswa yang tidak mengisi lengkap instrumen eksperimen dan 7 mahasiswa gagal manipulasi. Partisipan bekerja pada organisasi pemerintah yaitu Kementrian Keuangan 20 mahasiswa (41,7%), BPKP 8 mahasiswa (16,7%), pemerintah daerah kabupaten atau kota 16 mahasiswa (33%), dan sisanya 4 mahasiswa (8,9%) dari departemen lain yang ada di Indonesia. Partisipan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 58,3% dan perempuan 41,7%. Partisipan berumur 30 sampai dengan 40 tahun sebanyak 70,8%, sedangkan yang di atas 40 tahun hanya 2,1%. Pengalaman partisipan antara 5 sampai dengan 10 tahun sebesar 66,7 %, sedangkan yang kurang dari 5 tahun sebanyak 22,9%. Partisipan yang berprofesi sebagai auditor pemerintah berjumlah 22 orang (45,8%). Sedangkan 54,2% berprofesi sebagai non auditor yang bekerja di bagian keuangan di lembaganya masing-masing. b..Prosedur Eksperimen Proses eksperimen dilakukan dengan laboratorium eksperimen yang mana Eksperimenter mendistribusikan bahan eksperimen secara acak. Sketsa kesalahan meliputi manipulasi dalam proses pengadaan barang/jasa, penyimpangan prosedur pengadaan. Kemudian partisipan diberi manipulasi dukungan atasan yang rendah dan tinggi dan proteksi yang rendah dan tinggi. Sketsa kasus diilustrasikan dengan kalimat yang pendek dan gambar, sehingga memudahkan partisipan dalam mengingat dan memahami. Instrumen eksperimen telah diuji pada mahasiswa sebanyak 6 kali, sampai peserta dapat lolos cek manipulasi.



Pada akhir kasus peserta diminta untuk menjawab 2 pertanyaan yang digunakan untuk memeriksa pemahaman peserta terhadap kasus yang diberikan dengan skala 1-10. Peserta yang menjawab benar kurang dari rata-rata jawaban peserta, maka dikeluarkan dari analisis. c. Pengukuran Hipotesis penelitian Ini diuji dengan 2 x 2 x 2 faktorial desain eksperimental betweensubject yang terdiri dari: (1) dukungan atasan dan (2) proteksi (3) jenis pekerjaan: auditor dan non auditor. Sketsa disajikan dalam fokus orang ketiga untuk meminimalkan self reporting bias dan subyek diukur dari kemungkinan bahwa fokus orang pertama dan orang ketiga akan melaporkan sebuah kecurangan. Eksperimen menggunakan sketsa kasus untuk memanipulasi variabel dukungan atasan dan proteksi secara konsisten (Mesmer-Magnus & Viswesvaran, 2005; Miceli et al., 2008). Sedangkan pengukuran dilakukan pada variabel jenis pekerjaan untuk auditor dan non auditor.



d.Variabel -Variabel Independen : Variabel independen penelitian ini terdiri dari dukungan atasan, proteksi dan jenis pekerjaan (auditor dan non auditor). -Variabel Dependen : Variabel dependen pada penelitian ini adalah keputusan partisipan untuk melakukan whistleblowing. -Variabel Kontrol : Pada penelitian ini Karakteristik demografi karyawan digunakan sebagai variabel kontrol untuk menyingkirkan alternatif penjelasan hubungan antara dukungan organisasi dan proteksi dengan keputusan whistleblowing. Karakteristik ini meliputi umur, pendidikan, gender, pengalaman. Selain itu, terdapat pula variabel kontrol untuk faktor situasional yaitu tipe kecurangan. e. Cek Manipulasi Cek manipulasi adalah untuk menguji partisipan dalam memahami tentang konsep tentang kecurangan, dukungan atasan, proteksi yang dikataegorikan dalam kondisi tinggi atau rendah yang mana Partsipan diminta menjawab pertanyaan manipulasi cek dengan skala jawaban dari 1 sampai dengan 10 (1 = sangat rendah sampai 10 = sangat tinggi). E. Hasil & Pembahasan a. Hasil dari pengujian H1, main effect dukungan atasan menunjukkan nilai F (1,429)=10,025, p