Vektor Dan Vektor Penyakit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

VEKTOR DAN VEKTOR PENYAKIT 1.



Caril Pengertian dari: a. Vektor b. vector penyakit c. Teknik Pengendalian Vektor Penyakit Jawab: a. Pengertian Vektor Pengertian vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lainnya. Vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari suatu hewan ke hewan lain atau manusia. Vektor adalah



jenis



serangga



dari



filum



Arthropoda



yang



dapat



memindahkan/ menularkan suatu penyakit (infectiuous agent) dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan (susceptible host). Peraturan



Pemerintah



No.374



tahun



2010



menyatakan



bahwa vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan



atau



menjadi



sumber



penularan



penyakit



pada



manusia. Menurut Nurmaini (2001), vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan dan menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit. seperti



yang sudah diartikan di atas.



Menurut WHO(1993), Vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekor binatang atau seorang manusia kepada binatang lainnya atau manusia lainnya. Menurut KBBI, Vektor adalah hewan (serangga dan sebagainya) yang menjadi perantara menularnya (pembawa dan penyebar) penyakit.



Chandra



(2006)



menyebutkan



bahwa



vektor



adalah



organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari suatu



hewan



ke



hewan



lain



atau



manusia.



Arthropoda



merupakan vektor penting dalam penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik. b. Vektor Penyakit Vektor penyakit adalah organisme hidup yang dapat menularkan agent penyakit dari satu hewan ke hewan lain atau ke manusia. Penularan penyakit pada manusia melalui vektor berupa serangga dikenal sebagai vectorborne disease (Chandra, 2007). Vektor penyakit merupakan arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne diseases yang merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian. Vektor



penyakit



adalah



arthropoda



yang



dapat



memindahkan/menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan (Susceptible Host). Contohnya: Nyamuk Anopheles, Nyamuk Aedes, Lalat, Pinjal, dll. c. Teknik Pengendalian Vektor Penyakit



Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau pemberantasan



penyakit



yang



ditularkan



atau



gangguan



(nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut. Menurut WHO (Juli Soemirat,2009:180), pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan : Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya,



1.



seperti hamper semua penyakit yang disebabkan oleh 2.



virus. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja



3.



obat tadi belum efektif, terutama untuk penyakit parasiter Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain



4. 5.



manusia, sehingga sulit dikendalikan. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang bersayap



Ada



beberapa



cara



pengendalian



vektor



dan



binatang



pengganggu diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Pengendalian kimiawi Cara



ini



pestisida/rodentisida



lebih untuk



mengutamakan peracunan.



penggunaan



Penggunaan



racun



untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah



gangguan



kesehatan



karena



penyebaran



racun



tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada



tahun



kesehatan



1960-an secara



ditetapkannya



yang



nasional



menjadi (juga



titik



tolak



kegiatan



merupakan



tanggal



Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan



dimulainya



kegiatan



pemberantasan



vektor



nyamuk



menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk seluruh rumah penduduk pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas nyamuk



secara drastis, namun efek



sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya nyamuk saja yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena memakan nyamuk yang keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan ayam, kemudian kucing dan ayam tersebut keracunan dan mati, bahkan manusia jugs terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak dengan bahan kimia tersebut melalui makanan tercemar atau makan ayam yang keracunan. Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada nyamuk sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia tersebut



dilarang



digunakan.



Penggunaan



bahan



kimia



pemberantas serangga tidak lagi digunakan secara missal, yang masih dgunakan secra individual sampai saat ini adalah jenis



Propoxur



(Baygon).



Pyrethrin



atau



dari



ekstrak



secara



missal



tumbuhan/bunga-bungaan. Untuk



memberantas



Nyamuk



Aedes



dilakukan fogging bahan kimia jenis Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate yang dilarutkan dalam air. Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan racun arsenic dan asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa dilakukan



pada



gudang-gudang



besar



tanpa



mencemai



makanan atau minuman, juga dilakukan pada kapal laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan kedua jenis racun



ini harus sangat berhati-hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik terhadap tubuh manusia khususnya melalui saluran pernafasan. Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant dan repellent. Bahan Attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus masuk dalam perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga atau tikus tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan ke tubuh manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang menimbulkan getaran ultrasonic untuk mengusir tikus (fisika). 2. Pengendalian Fisika-Mekanika Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat penangkap mekanis antara lain : a. b. c.



Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga Pemasangan jarring Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak



(to attrack and to repeal) d. Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh e.



vektor dan binatang penganggu. Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas



f.



jentik nyamuk. Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor



dan binatang pengganggu. g. Pembunuhan vektor dan menggunakan



alat



binatang



pembunuh



dengan umpan, dll) h. Pengasapan menggunakan



pengganggu



(pemukul,



jepretan



belerang



untuk



mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus peracunan.



Pembalikan tanah sebelum ditanami. Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant



i. j.



untuk membunuh vektor dan binatang pengganggu (perangkap



serangga



dengan



listrik



daya



penarik



menggunakan lampu neon). 3. Pengendalian Biologis Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni : a. Memelihara musuh alaminya Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya. Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya. b. Mengurangi fertilitas insekta Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat menetas. Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih perlu dikaji.