Volume Oksigen Maksimal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Volume Oksigen Maksimal (VO2max) 1.



Hakikat VO2max VO2max adalah volume oksigen maksimum yang dapat digunakan



permenit. Menurut Guyton dan Hall dalam Giri Wiarto (2013:13) VO2max adalah kecepatan pemakaian oksigen dalam metabolisme aerob maksimum. Menurut Suranto (2008:118) VO2max merupakan daya tangkap aerobik maksimal menggambarkan jumlah oksigen maksimum yang di konsumsi per satuan waktu oleh seseorang selama latihan atau tes, dengan latihan yang makin lama makin berat sampai kelelahan, ukurannya disebut VO2max. Menurut Suharjana (2013: 51) kapasitas aerobik maksimal atau VO2max adalah pengambilan oksigen secara maksimal dan sering disebut konsumsi oksigen yang dilakukan secara terus-menerus dalam setiap menit. Menurut Don Gordon (2009: 143) VO2max adalah tingkat dimana seseorang dapat mengambil dan mengkonsumsi oksigen dari atmosfer untuk aerobik respirasi dan index memberitahu ketahanan VO2max dibatasi dengan jumlah oksigen yang dihubungkan ke otot. Menurut Sugiharto (2014: 82) VO2max adalah ambilan oksigen maksimal dan VO2max dinyatakan dalam liter/menit/kilogram berat badan. VO2max juga dipengaruhi oleh latihan, tetapi faktanya latihan juga mempengaruhi pasokan energi, sehingga lebih aerobik ketika latihan ditingkatkan. Volume VO2 max dengan demikian adalah suatu tingkatan kemampuan tubuh yang dinyatakan dalam liter permenit atau milliliter/menit/kg berat badan. Setiap sel dalam tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk mengubah zat



makanan menjadi ATP (adenosine triphosphate) yang siap dipakai untuk kerja tiap sel, yang paling sedikit mengkonsumsi oksigen adalah otot dalam keadaan istirahat. Sel otot yang berkontraksi membutuhkan banyak ATP, akibatnya otot yang dipakai dalam latihan membutuhkan lebih banyak oksigen dan menghasilkan CO2 dan H2O. 2.



Faktor-Faktor yang Mempengaruhi VO2max Menurut Kathleen Liwijaya Kuntaraf dan Jonatan Kuntaraf (1992:35-36)



faktor-faktor yang mempengaruhi VO2max diantaranya adalah : a)



Jenis kelamin, Setelah masa pubertas wanita dalam usianya yang sama dengan pria pada umumnya mempu nyai konsumsi oksigen maksimal yang lebih rendah dari pria.



b) Usia, Pada usia 13–19 tahun perkembangan VO2max anak akan lebih cepat karena hormon pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan usia diatas 19 tahun. c)



Keturunan, Seseorang yang memiliki keturunan dari orang tua yang memiliki kapasitas paru-paru yang besar maka akan menurun ke generasi selanjutnya.



d) Ketinggian, Semakin tinggi tempat latihan maka tekanan oksigen yang ada semakin sedikit sehingga apabila berlatih pada dataran tinggi akan berbeda dengan berlatih pada dataran rendah. e)



Latihan : Jenis latihan akan mempengaruhi perbedaan peningkatan VO2max.



f)



Gizi: kualitas gizi yang baik akan mempengaruhi kualitas latihan.



Faktor-faktor lain yang mempengaruhi VO2max menurut Jeanne Wiessem (1992) antara lain : a)



Kapasitas Paru, Semakin tinggi volume paru, akan semakin mudah darah (Hb) dalam mengikat oksigen dan melepaskan carbon dioksida di paru.



b) Kadar Hb, Kadar Hb akan berfungsi untuk mengikat oksigen, yang kemudian diedarkan ke jaringan seluruh tubuh. c)



Kualitas dan Elastisitas Pembulu Darah, Pembuluh darah yang bersih dan elastis akan menentukan kualitas sirkulasi darah.



d) Jantung, Jantung yang mempunyai volume atau ruang yang besar pada atrium maupun ventrikel akan menghasilkan volume denyut yang lebih besar. e)



Besar dan Jumlah Mitokondria, Mitokondria sebagai tempat untuk berlangsungnya siklus krebs dan sistem transport elektron atau posporilasi oksidatif. Semakin banyak dan besar mitokondria pada setiap sel otot, maka penggunaan oksigen untuk membuat ATP akan dapat semakin cepat.



B. Dampak/Manfaat VO2maks pada kesehatan dan kebugaran Sadoso Sumosardjuno (1996: 9), menyatakan bahwa bagi mereka yang terlatih olahraga aerobik secara teratur akan mendapat keuntungan, antara lain : 1. Berkurangnya resiko ganguan pada jantung dan pendarahan darah. 2. Tekanan darahnya yang sebelumnya tinggi akan menurunsecara teratur. 3. Terjadi penurunan kadar lemak yang membahayakan didalam darah dan terjadi kenaikkan kadar lemak yang baik dan bermanfaat bagi badan. 4. Tulang-tulang, persendian, dan otot-otot menjadi lebih kuat (tergantung macam laatihannya). Berdasarkan penelitian yang dikemukakan Rusli Lutnan, dkk (2000: 46) manfaat pembinaan daya tahan kardiorespirasi dapat mengurangi resiko :



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Tekanan darah tinggi Penyakit jantung koroner Kegemukan Diabetes Kanker Masalah kesehatan orang dewasa Seperti yang telah dikemukakan diatas, betapa besar manfaat kebugaran



kardiorespirasi bagi setiap orang dan khususnya pada seorang atlet. Dengan demikian kebugaran respirasi yang baik maka seorang atlet akan meningkatkan kebugaran jasmaninya sehingga terhindar dari resiko penyakit dan meningkatkan prestasi. C. Pengukuran dan Tes VO2max Tes dan pengukuran adalah sarana untuk mengumpulkan informasi terhadap evaluasi performa selanjutnya dan dibuat keputusan (Mansur dkk, 2009:147). Tes merupakan instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang individu atau objek (Ismaryati, 2008: 1) Sebagai alat pengumpul informasi atau data, tes harus dirancang secara khusus. Seperti untuk mengukur Vo2max, ada beberapa tes yang lazim digunakan. Tes ini dapat diukur dan mudah dilaksanakan, serta tidak membutuhkan keterampilan khusus untuk melakukannya. Berikut beberapa tes yang berhubungan dengan penelitian ini. Menurut Fox dalam Sugiharto (2014: 84) menjelaskan pengukuran VO2max mensyaratkan sebagai berikut : a) b) c) d)



Kelelahan Denyut nadi lebih besar dari 190 denyutan/ menit R.Q (Respiratory Quatient) lebih besar dari 1 Kadar asam laktat dalam darah lebih dari 100 mg% (10 mmol/1)



Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam pengukuran dan penilaian. Menurut Ismaryati (2008: 1), tes adalah instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang individu atau objek. Dalam pengukuran tingkat kebugaran/VO2max seseorang dapat dilakukan dengan beberapa tes kebugaran jasmani : a) b) c) d) e)



Tes Multistage Fitness Tes Cooper 12 menit Tes Jalan-Lari 15 menit (Tes Balke) Tes Harvard Test Yoyo Intermittent Recovery Test (YYIR).



a.



Multistage Fitness Test



a)



Pengertian Multistage Fitness Test Menurut Sukadiyanto (2009: 85) Jenis tes Multistage Fitness Test



dikembangkan di Australia, yang berfungsi untuk menentukan efisiensi fungsi kerja jantung dan paru petenis. Pada awalnya tes ini merupakan salah satu alat yang digunakan untuk program penelusuran bibit olahragawan di Australia. Berdasarkan hasil penelitian tes ini memiliki validitas (kesahihan) yang tinggi untuk mengukur seseorang menghirup oksigen secara maksimal dalam waktu tertentu. Tes ini bersifat langsung dan dilakukan di lapangan terbuka dengan panjang lintasan 20 meter dan lebar lintasan 1 hingga 1,5 meter untuk setiap testi. Tes ini menggunakan serangkaian nada untuk menentukan irama setiap shuttlenya. Rangkaian nada tersebut berupa nada “tut’ yang telah direkam dan dirangkai secara sistematis dalam kaset atau media penyimpanan lain.



Gambar 1. (Multistage Fitness Test) b) Peralatan Multistage Fitness Test Peralatan yang digunakan untuk melakukan tes multistage fitnes yaitu : 1) Lapangan 2) Stopwatch 3) alat pencatat 4) daftar tabel konversi hasil lari untuk membantu memudahkan Testi ini c)



Cara Melakukan Tes Berikut ini adalah cara melakukan multistage fitness test : 1) Hidupkan Tape atau CD panduan tes MFT. 2) Selanjutnya akan terdenganr bunyi “TUT” tunggal dengan beberapa interval yang teratur. 3) Pada awal tes irama akan berjalan lambat, tetapi secara bertahap irama akan lebih cepat sehingga semakin akhir sesi akan semakin cepat irama shuttle yang harus dilakukan testi. 4) Peserta tes diharapkan untuk sampai ke ujung yang bertepatan dengan sinyal “TUT” yang pertama berbunyi untuk kemudian berbalik dan berlari kearah yang berlawanana.



5) Selanjutnya setiap satu kali sinyal “TUT” berbunyi perserta tes harus dapat mencapai disalah satu lintasan yang ditempuhnya. 6) Setelah mencapai interval satu menit disebut level atau tingkatan satu yang terdiri dari tujuh balikan atau shuttle. 7) Selanjutnya mencapai interval satu menit akan berkurang sehingga menyelesaikan level selanjutnya perserta harus berlari lebih cepat. 8) Setiap kali peserta tes menyelesaikan jarak 20m salah satu kaki harus menginjak atau melewati batas atau garis 20m. 9) Setiap peserta harus berusaha untuk berlari selama mungkin sesuai dengan irama yang telah diatur oleh kaset atau CD. 10) Jika peserta gagal mencapai garis pembatas 20m sebanyak 2 kali berturutturut maka akan dihentikan atau telah dinyatakan tidak kuat dalam melaksananakan tes MFT, dan tahap ini menunjukan tingkat konsumsi oksigen maksimal testi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian tes ini memiliki validitas yang tinggi untuk mengukur kemampuan seseorang menghirup oksigen secara maksimal dalam waktu tertentu (Sukadiyanto, 2011: 85). Vo2max dinyatakan sebagai volume total oksigen yang digunakan permenit (ml/menit). Semakin banyak massa otot seseorang, semakin banyak pula oksigen



(ml/menit)



yang



digunakan



selama



latihan



maksimal.



Untuk



menyesuaikan perbedaan ukuran tubuh dan massa otot, Vo2max dapat dinyatakan sebagai jumlah maksimum oksigen dalam mililiter, yang dapat digunakan dalam



satu menit per kilogram berat badan (ml/kg/menit). Satuan ini yang akan dipergunakan dalam pembahasan selanjutnya. d) Blangko Penilaian dan Norma Multi Stage Test



Gambar. Blangko penilaian multistage fitness test Tabel. Norma multy stage test (Kenneth H. Copper)



b. Tes Cooper 12 menit a)



Pengertian Cooper Test Merupakan tes lari selama 12 menit dimana dalam tes Cooper ini



menggunakan istilah aerobic karena program dan standar penafsiran hasil tes disusun berdasarkan prediksi langsung terhadap Vo2 Max (Rusli Lutan, 2000: 4546).



Gambar 2. Lintasan lari (Kenneth H.Cooper)



b)



Indikasi Tes Harus Dihentikan



Beriringan dengan kontraindikasi yang ada, selama palaksanaan tes mungkin saja terjadi hal-hal yang dapat membahayakan kondisi bagi sampel, walaupun sebelum pelaksanaan pasien telah dipastikan tidak tergolong dalam kontraindikasi tes. Berikut adalah indikasi kapan tes harus dihentikan, untuk mencegah resiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan (Cheevers & Pettersen, 2007) : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) c)



Pusing/mual/sakit kepala Masalah Jantung (seperti gejala angina) Debar jantung tidak teratur Subjek yang meminta untuk berhenti Kelelahan jelas terlihat secara fisik dan verbal Sesak nafas Reaksi orthosympathetic (berkeringat/pucat) Kaki keram Kegagalan/kerusakan dari komponen/alat tes Persiapan Pelaksanaan Cooper Test Hal penting dalam pelaksanaan Cooper Test adalah penjelasan prosedur



kepada subjek dan memastika subjek mengerti akan prosedur tes yang akan dilakukan. Selain kemampuan subjek dalam mengerti prosedur, kemampuan pendamping/assistant dalam memberikan instruksi dan mengamati subjek saat pelaksanan tes sangatlah di perlukan. Terdapat hal yang harus disampikan kepada subjek sebelum pelaksanaan tes yakni subjek dihimbau agar tidak melakukan aktivitas berat selama 24 jam sebelum pelaksanaan tes dan harus mengindari makan berat, kafein atau nikotin selama 2-3 jam sebelum pelaksanaan tes. Segala bentuk pengobatan yang dilakukan sebelum tes harus dicatat. (Cheevers & Pettersen, 2007). d)



Peralatan Cooper Test



Dalam pelaksanaan Cooper Test diperlukan alat-alat sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) e)



Trek lari sepanjang 400 meter Stopwatch Peluit Alat Tulis



Cara Melakukan Cooper Test Berikut ini adalah cara melakuakan cooper test : 1) Sikap pemulaan 2) Peserta berdiri dibelakang garis start 3) Pada aba-aba “SIAP” peserta mengambil sikap berdiri, siap untuk lari. 4) Pada aba-aba “YA” peserta lari semaksimal mungkin sampai waktu menunjukan 12 menit. 5) Setelah waktu mencapai 12 menit stopwatch dimatikan dan pelari disuruh berhenti ditempatnya masingmasing. 6) Yang diukur adalah berapa meter dapat ditempuh selama berlari selama 12 menit. Bila berhenti dianggap gagal. 7) Pencatatan hasil. Tes ini menuntut subjek untuk berlari sejauh mungkin dalam waktu 12



menit. Sebelum pelaksanaan tes subjek diharuskan melakukan pemanasan selama 10 menit, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tes yakni subjek berlari mengelilingi trek sepanjang 400 meter, mencapai jarak sejauh-jauhnya selama 12 menit. Jarak yang di peroleh kemudian dicatat oleh asisten dan kemudian dapat di interpretaskan berdasarkan data normatif untuk tes cooper sebagai berikut (Mackenzie, 2005) :



Tabel. Normative Data Cooper Test for Male



Sumber : (Mackenzie, 2015) Tabel. Normative Data Cooper Test for Female



Sumber : (Mackenzie, 2015)



Sedangkan, untuk menghitung nilai VO2max berdasarkan hasil Cooper Test dapat dihitung dengan rumus (Mackenzie, 2005) : VO2max = (Jarak tempuh dalam meter – 504,9) : 44,73



Hasil perhitungan nilai VO2max dapat diinterpretasikan berdasarkan data normatif nilai VO2max, sebagai berikut :



Tabel. Normative Data VO2max for Male



Sumber : (Mackenzie, 2015) Tabel. Normative Data VO2max for Female



Sumber : (Mackenzie, 2015) c.



Balke Test (lari 15 menit) Balke test adalah salah satu tes kebugaran yang dirancang oleh Bruno



Balke, adalah salah satu dari uji lapangan yang dirancang untuk mengukur kebugaran aerobik. Tes ini memiliki rumus untuk memprediksi VO2max dari jarak dijalankan. Adapun caranya olahragawan berlari selama 15 menit, kemudian dicatat hasil jarak tempuh yang dicapai olahragawan saat berlari selama waktu 15 menit tersebut (Sukadiyanto, 2011: 85).



Tes ini tergolong mudah pelaksanaannya karena memerlukan peralatan yang sederhana, antara lain (http://www.brianmac.demon.co.uk) : a) Peralatan Balken Tes 1) Lapangan atau lintasan lari 400 m yang jaraknya jelas atau tidak terlalu jauh, maksudnya adalah lintasan dapat dilihat dengan jelas oleh pengetes. 2) Penanda jarak atau bendera kecil untuk menandai jarak lintasan. 3) Stopwatch atau alat pengukur waktu dalam satuan menit. b) Adapun protokol pelaksanaan tesnya adalah sebagai berikut : 1) Peserta tes berdiri di garis start dan bersikap untuk berlari secepat cepatnya selama 15 menit. 2) Bersamaan dengan aba-aba “Ya” Peserta tes mulai berlari dengan pencatat waktu mulai meng-“ON”kan stopwatch. 3) Selama waktu 15 menit, pengetes memberi aba-aba berhenti, di mana bersamaan dengan itu stopwatch dimatikan dan peserta menancapkan bendera yang telah disiapkan sebagai penanda jarak yang telah ditempuhnya. 4) Pengetes mengukur jarak yang ditempuh peserta tes yang telah ditempuh selama 15 menit, dengan meteran. Selanjutnya hasil jarak tempuh lari selama 15 menit dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut : VO2max = 33.3 + Jarak tempuh/15 – 133 x 0.172



Gambar (Balken Tes) d. Tes Harvard Test Tes ini adalah pengukuran yang paling tua untuk mengetahui kemampuan aerobik yang dibuat Brounha pada tahun 1943, inti dari pelaksanaan tes ini adalah dengan cara naik turun bangku selama 5 menit. Dengan perlengkapan stopwatch, metronom, bangku setinggi 20 feet (45cm) dan alat pencatat. Cara Pelaksanaan : a) Irama langkah pada pada waktu naik turun bangku (NTB) adalah 30 langkah permenit. Jadi satu langkah setiap dua detik. b) Satu langkah terdiri dari empat gerakan/hitungan. c) Ganti langkah diperbolehkan tetapi tidak lebih dari tiga kali. d) NTB dilakukan selama 5 menit. Saat aba-aba stop, tubuh harus dalam keadaan tegak, kemudian duduk di bangku tersebut dengan santai selama satu menit. e) Hitung denyut nadi (DN) orang coba selama 30 detik. Dicatat sebagai DN 1.



f) 30 detik kemudian hitung kembali DN orang coba selama 30 detik. Dicatat sebagai DN 2. g) 30 detik kemudian hitung kembali DN orang coba selama 30 detik. Dicatat sebagai DN 3. h) Setelah mendapatkan DN 1, DN 2, dan DN 3 maka data tersebut dimasukan dalam rumus indeks kebugaran yang selanjutnya dikonversikan sesuai rumus yang dipilih. i) apabila orang coba tidak kuat saat melakukan NTB selama 5 menit, maka waktu lama NTB tersebut dicatat, lalu DNnya diukur/dihitung sesuai dengan petunjuk pengambilan DN tersebut. j) Indeks kesanggupan : ( Lama naik turun ( Detik ) x 100 ) / 2 x ( N1+N2+N3).



Gambar (Harvard step test) e.



Tes Yoyo Intermittent Recovery Test (YYIR) Yo-yo intermittend recovery test merupakan variasi dari multistage fitness



test. Tes ini menuntut peserta tes untuk berlari sesuai perintah cd audio di lintasan sepanjang 20 meter dan peserta diharuskan kembali ke garis start setelah



mendengar perintah lanjutan dari cd audio. Menurut Castagna et. al. (2006: 320), kecepatan dimulai dari 10 km/h dan setelah stage 3 kecepatan akan bertambah 0.5 km/h per stage, peserta tes akan diberhentikan jika peserta tidak dapat mengikuti aba-aba dari audio dan memiliki istirahat aktif selama 10 detik setiap melewati 2 shuttle. Istirahat aktif pada yo-yo intermittend recovery test merupakan perbedaan yang paling dapat dilihat jika dibandingkan dengan multistage fitness test yang tidak memiliki jeda istirahat aktif. Kecepatan pada masing-masing tes juga menjadikan perbedaan yang mencolok seperti pada yo-yo intermittend recovery test kecepatan dimulai dari 10km/h sedangkan multistage futness test dimulai dari kecepatan 5 km/h. Salah satu tes yang digunakan untuk mengukur daya tahan fisik (VO2max) adalah tes YYIR tahap pelaksanaan tes sebagai berikut :



Gambar . Tata cara pelaksanaan Tes Yoyo Setelah peserta tes diberikan penjelasan, orang coba ditempatkan di kerucut A dan B atau ditempat istirahat, dan peserta siap untuk melakukan tes. Tata cara tes sebagai berikut : a)



Peserta mulai tes dari kerucut B



b) Ketika mendengar instruksi dari audio, peserta harus berlari menuju kerucut C (harus sampais ebelum sinyal bip berikut) dan segera kembali ke kerucut B sebelum sinyal berikutnya berbunyi. c)



Setelah sampai dikerucut B, peserta memiliki waktu istirahat 10 detik dan jogging kekerucut A. setelah itu peserta kembali lagi ke kerucut B untuk melanjutkan level berikutnya.



d) Tes ini peserta hanya diperbolehkan dua kali gagal sebeulm mereka dinyatakan keluar dari tes. e)



Setelah ditarik dari tes, skor individu harus dicatat.



f)



Tes ini biasanya berlangsung selama 5-15 menit.



Gambar. Blangko penilaian yoyo intermitten recovery test – level 1



DAFTAR PUSTAKA



Castagna, C., Impellizzeri, F. M., Chamari, K., Carlomagno, D., & Rampinini, E. (2006). Aerobic Fitness and Yo-yo Continuous and Intermittent Tests Performances in Soccer Players: A Correlation Study. Journal of Strength & Conditioning Research 20 (2): 320-325. Gordon, D. (2009). Coaching science. Britain : TJ International Ltd, Padstow, Cornwall. Ismaryati. (2008). Tes dan pengukuran olahraga. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press Jeanne Wiessem. (1992). Conditioning and menthodology of training. London: Publishing Company. Kathleen Liwijaya, Kuntaraf J. (1992). Olahraga Sumber Kesehatan. Bandung: Advent Indonesia. Mansur dkk. (2009). Materi pelatihan pelatih fisik level dua. Jakarta. Asdep pengembangan tenaga dan pembina olahraga. Rusli Lutan. (2000). Pengukuran dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta: Dirjen Olahraga Depdiknas. Sadoso Sumosardjuno. (1996). Petunjuk Praktis Kesehatan Olahraga. Jakarta: Pustaka KGU. Sugiharto. (2014). Fisiologi olahraga teori dan aplikasi pembinaan olahraga. Malang : Universitas Negeri Malang. Suharjan. (2013). Kebugaran jasmani. Yogyakarta: Jogja Global Media. Sukadiyanto. (2009). Metode Melatih Fisik Petenis. Yogyakarta: FIK UNY. Sukadiyanto & Muluk, Dangisna. (2011). Pengantar Teori Dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung: CV.LUBUK AGUNG. Suranto. (2008). Dasar Olahraga untuk Pembinaan Dan Atlet. Jakarta: CV Haji Masagung. Wiarto, G. (2013). Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu.