WLN Penaatan Uji Udara Emisi Dan Ambien-Res [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENAATAN UJI UDARA EMISI DAN AMBIEN RICOH SUTRISNO PROJECT SPECIALIST | AIR & EMISSION



• Peraturan Terkait Pengendalian Pencemaran Udara • Pemantauan Kualitas Udara • Metode Referensi • Emisi Sumber Tidak Bergerak • Peralatan Pengendalian Pencemaran Udara



• • • •



UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup PP 27/2012 Izin Lingkungan PP 41/99 tentang pengendalian Pencemaran Udara Kepdal 205/96 tentang Petunjuk Teknis Pengendalian Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak



Kepmen/Permen spesifik yang mengatur BME lainnya : • Permen LH No. 07/2007 ttg BME Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap • Permen LH No. 21/2008 ttg BME Sumber Tidak Bergerak Bagi Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal • Permen LH No. 13/2009 ttg BME STB bagi Usaha dan/Kegiatan Minyak dan Gas Bumi • Permen LH No. 12/2012 ttg Pedoman Penghitungan Beban Emisi bagi Kegiatan Migas • Permen LH NO. 4/2014 ttg BME keg. Pertambangan • Kepmen LH No. 133/2004 ttg BME Pupuk • Kepmen LH No. 17/2008 ttg BME Keramik • Kepmen LH No. 18/2008 ttg BME Carbon Black • Kepmen LH No. 7/2012 ttg BME Rayon • Permen LH No. 70/2016 ttg Pengolahan Sampah Secara Termal • Permen LH No. 19/2017 ttg BME Usaha dan/atau kegiatan Industri Semen



Definisi : Serangkaian kegiatan atau prosedur yang ditujukan untuk mengambil sampel udara emisi dan ambien sesuai dengan suatu kaidah teknis tertentu. Tujuan : Untuk mendapatkan data yang handal.



UDARA



EMISI



SB Zat/energi yang diemisikan dari transportasi (kendaraan bermotor, pesawat,kapal,dll)



Pemantauan Manual



AMBIEN



STB Zat./energi yang diemisikan dari setiap kegiatan yang mengeluarkan emisi



Fugitive Emission – Emisi yang Keluar Dari Ruang Proses Produksi ( Exhaust) – Dari kebocoran Pipa Gas/Bahan Kimia – Pengolahan Air Limbah – Penyimpanan Bahan Baku/Kimia



RUANGAN Udara dalam ruangan (Hyperkes)



Pemantauan Kontinyu



Gangguan LINGKUNGAN



Udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfer, yang dibutuhkan dan dapat mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya



Kebauan Kebisingan Getaran



Industri Ambien



Pemukiman Roadside



Pemantauan Kualitas Udara Sumber Tdk Bergerak Emisi Sumber Bergerak



Industri (Cerobong)



Metode Referensi : Emisi 1. SNI 7117.13.2009 atau US-EPA Method 1 2. SNI 7117.14.2009 atau US-EPA Method 2 3. SNI 7117.15.2009 atau US-EPA Method 3 4. SNI 7117.15.2009 atau US-EPA Method 3A 5. SNI 7117.16.2009 atau US-EPA Method 4 6. SNI 7117.17.2009 atau US-EPA Method 5 7. SNI 7117.20.2009 atau US-EPA Method 29 8. US-EPA 26 9. US-EPA 26 10.US-EPA Method 6C 11.US-EPA Method 7E 12.SNI 19-7117.11 2005 13.US-EPA 207.1 14.US-EPA 11 15.US-EPA 0051



Parameter Lokasi & Titik Lintas Kecepatan linier & Laju Alir Bobot Molekul Gas (O2& CO2) CO Kadar Uap Air Partikulat Logam (As, Cd, Cr, Pb, Hg & Tl) HCl HF SO2 NOx Opasitas NH3 H2S Cl2



No 1



Nomor SNI SNI 19-7117.1-2005



Judul Indonesia Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 1: Penentuan kecepatan alir Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 2: Penentuan lokasi dan titik-titik lintas pengambilan contoh uji partikel



2



SNI 19-7117.2-2005



3



SNI 19-7117.3.1-2005



4



SNI 19-7117.3.2-2005



5



SNI 19-7117.4-2005



6



SNI 19-7117.5-2005



7



SNI 19-7117.6-2005



Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH3) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer



8



SNI 19-7117.7-2005



Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H2S) dengan metode biru metilen menggunakan spektrofotometer



9



SNI 19-7117.8-2005



Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metode merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer



10



SNI 19-7117.9-2005



Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 9: Cara uji kadar hidrogen fluorida (HF) dengan metode kompleks lanthanum alizarin menggunakan spektrofotometer



11



SNI 19-7117.10-2005



Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 10: Cara uji konsentrasi CO, CO2, dan O2 dengan peralatan analisis otomatik



12



SNI 19-7117.11-2005



13



SNI 19-7117.12-2005



Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SOx) - Seksi 1: Cara uji dengan metode turbidimetri menggunakan spektrofotometer Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SOx) - Seksi 2: Cara uji dengan metode netralisasi titrimetri Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 4: Cara uji kadar uap air dengan metode gravimetri Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 5: Cara uji oksida-oksida nitrogen dengan metode phenol disuphonic acid (PDS) menggunakan spektrofotometer



Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 11: Cara uji opasitas menggunakan skala Ringelmann untuk asap hitam Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik



Persyaratan umum cerobong (sumber tidak bergerak) : • Tinggi cerobong sebaiknya 2 – 2,5 kali tinggi bangunan sekitarnya sehingga lingkungan sekitarnya tidak terkena turbulensi. • Kecepatan aliran gas dari cerobong sebaiknya lebih besar dari 20 m/detik sehingga gas-gas yang keluar dari cerobong akan terhindar dari turbulensi. • Gas-gas dari cerobong dengan diameter lebih kecil dari 5 feet dan tinggi kurang dari 200 feet akan mengakibatkan konsentrasi di bagian bawah akan menjadi tinggi. • Konsentrasi maksimum bagian permukaan tanah dari cerobong gas-gas (agar terjadi difusi) biasanya terjadi pada jarak 5 - 10 kali tinggi cerobong downwind. • Konsentrasi maksimum zat pencemar berkisar antara 0,001 - 1 % dari konsentrasi zat pencemar dalam cerobong. • Konsentrasi di permukaan dapat dikurangi dengan menggunakan cerobong yang tinggi. Variasi konsentrasi pencemar pada permukaan akan berbanding terbalik dengan kwadrat tinggi cerobong efektif. • Warna cerobong harus mencolok sehingga mudah terlihat. • Cerobong dilengkapi dengan pelat penahan angin yang melingkari cerobong secara memanjang ke arah ujung atas. • Puncak cerobong sebaiknya terbuka, jika pihak industri menganggap perlu untuk memberi penutup (biasanya cerobong kecil/rendah) maka penutup berbentuk segitiga terbalik (terbuka keatas). • Setiap cerobong diberi nomor dan dicantumkan dalam denah industri.



BEBERAPA CATATAN TENTANG CEROBONG 1. Kecepatan gas emisi (vs) dan suhu mempengaruhi tinggi efektif stack. 2. Kecepatan angin (u) yang rendah menyebabkan gas emisi turun ke bawah sepanjang stack (downwash). 3. Agar tidak terjadi downwash, vs) ≥ 1,5u. 4. vs yang baik ≈ 15 m/detik agar mampu: • mencegah downwash karena umumnya u > 14 km/jam = 10 m/detik. • menaikkan tinggi efektif dari bangkitan emisi (plume rise). • membawa emisi debu ke luar stack dengan cukup tinggi, terutama jika terjadi kegagalan operasional perangkat pembersih udara. • mencegah hujan masuk ke dalam stack karena umumnya kecepatan hujan juga ≈2000 fpm (10 m/s). 4. Stack harus lebih tinggi dari bangunan sekitar atau halangan. 5. Bentuk stack terbaik adalah silinder yang lurus. 6. Penutup hujan sebaiknya tidak digunakan karena dapat mengarahkan udara ke arah bawah, meningkatkan potensi masuk kembali, dan menyebabkan paparan pada personil yang melakukan pemeliharaan.



Sampah > 1000 ton/hari Boiler > 25 MW Terus menerus (CEMs)



Utilitas yang menggunakan LB3 Sumber Emisi Industri Semen, Migas, Pupuk, Pulp & Paper, besi baja,



Pemantauan Emisi



Sampah ≤ 1000 ton/hari Manual



Boiler ≤ 25 MW, dgn kand. S >2% Selain SE yg diukur dgn CEMS



Ketentuan Umum Persyaratan Fasilitas Titik Sampling : Aliran : Lokasi sampel yang ideal akan memiliki karakteristik aliran sedemikian rupa sehingga gas mengalir dalam pola linier sejajar dengan sumbu cerobong atau duct, memiliki profil kecepatan yang seragam dan tidak mengalir dalam pola siklon atau berputar.



Diameter cerobong/duct: Diameter yang dimaksud adalah diameter dalam. Mengukur diameter cerobong a. Hitung diameter cerobong pada lobang ini, D = Lfw – Lnw b.



D



Untuk bentuk kotak, gunakan 2 = +



Lnw



Lfw L



De = Diameter ekivalen L = Panjang kotak W = Lebar kotak



W



W



2De



2D Posisi Titik Sampling: Dalam kondisi ideal, titik sampling terletak pada 8 kali Diameter Dalam (8D) dari gangguan terakhir Hulu dan 2D dari gangguan terakhir Hilir aliran. Yang dimaksud dengan gangguan adalah berupa belokan, cabang, kontraksi maupun ekspansi saluran/duct.



8D 2xLxW De = ---------L+W



8De



2xDxd De = ---------D+d



Ukuran Lubang Sampling: Lubang sampling memiliki ukuran minimum sebesar 3,5 inch (10-11 cm) penampang lingkaran - yang didasarkan pada ukuran probe alat sampling pengukuran total partikulat. Pada pengukuran PM10 dan PM2,5 diperlukan ukuran lubang sampling 6 inch (18-19 cm) - penampang lingkaran. Ketentuan mengenai ukuran lubang sampling pada dimensi cerobong < 10 cm akan diatur berdasarkan penetapan kriteria parameter yang wajib ukur, khususnya Total Partikulat. Jumlah Lubang Sampling: Lubang sampling dipasang minimal satu untuk penampang lingkaran dengan diameter hingga 60 cm, dua untuk diameter 60 100 cm, dan empat untuk diameter lebih dari 100 cm. Pada penampang persegi panjang mengikuti ketentuan khusus pada bagian berikut.



Traverse Point: Traverse Point merupakan pendekatan penetapan jumlah titik sampling untuk menentukan representasi laju alir udara/gas di dalam cerobong/duct. Contoh, jika jarak A = 1,7D dan jarak B = 7,5D, maka jarak untuk A akan menunjukkan penggunaan 16 titik traverse dan jarak untuk B memberikan penggunaan 12 titik traverse (Gambar 2).



Gambar 2 : Jumlah minimum titik lintasan untuk pengukuran partikulat



Pilih yang lebih tinggi nilainya dari kedua hasil tersebut. Jadi, pengukuran harus dilakukan pada 16 titik lintasan: 8 titik lintasan untuk masing-masing garis tengah lingkaran yang saling tegak lurus.



Lokasi Titik Lintas pada Cerobong Lingkaran Titik Lintasan



(Jarak dari Dinding Dalam Cerobong ke Titik Lintas) Jumlah Titik Lintas pada Cerobong



Jumlah



2



4



6



8



10



12



1



0.146



0.067



0.044



0.032



0.026



0.021



2



0.854



0.250



0.146



0.105



0.082



0.067



3



0.750



0.296



0.194



0.146



0.118



4



0.933



0.704



0.323



0.226



0.177



5



0.854



0.677



0.342



0.250



6



0.956



0.806



0.658



0.356



7



0.895



0.774



0.644



8



0.968



0.854



0.750



9



0.918



0.823



10



0.974



0.882



11



0.933



12



0.979



Kelengkapan Fasilitas Titik Sampling: Titik sampling harus memiliki fasilitas berupa akses petugas sampling dan alatnya, listrik, dan platform yang dilengkapi dinding pengaman untuk kapasitas hingga beban 500 kg.



PENGERTIAN SAMPLING ISOKINETIK • Sampling partikulat, logam berat dan material semi volatil seperti dioksin/furan dilakukan dengan prinsip isokinetik. • Kata “isokinetik” terdiri dari “iso” yang berarti “sama dengan” dan “kinetik” terkait dengan “gerakan”. • Oleh karenanya, sampling isokinetik adalah sampling gas yang dilakukan pada kecepatan sama dengan kecepatan gas yang ada dalam cerobong atau pipa (duct).



=



Vn = Kecepatan gas masuk nosel (ujung batang sampling) Vs = Kecepatan gas emisi dalam cerobong (duct).



Emission & Sampling • Solid



Isokinetis (Particulate, PM 10)



• Aero Sol Isokinetis (Metals : As, Cd, Cr, Pb, Hg, Tl, Sb, Zn, Ni, Dioxin-Furan, etc.) • Gaseous Non Isokinetis (NOx, SO2, HCl, HF, etc.)



MENGAPA DIPERLUKAN SAMPLING ISOKINETIK? • Mendapatkan sampel yang representatif. • Partikel yang bergerak dalam cerobong umumnya mengikuti garis aliran gas. • Akan tetapi, jika aliran gas tiba-tiba membelok atau ada gangguan terhadap garis aliran gas, tidak semua partikel akan bisa mengikuti arah aliran gas pembawanya.



Partikel dalam aliran gas



• Inersia partikel besar akan bergerak seperti arah semula  mungkin menimbulkan tabrakan (colliding) dengan dinding cerobong atau menembus garis aliran gas.



MENGAPA DIPERLUKAN SAMPLING ISOKINETIK? • Ukuran partikel dalam gas emisi bervariasi: dari 5 µm; • Untuk 5 µm partikel besar. • Inersia atau momentum partikel umumnya tergantung juga pada berat jenisnya (densitas). • Ukuran partikel 1 - 5 µm adalah ukuran sedang (intermediate) dalam kaitan sifatnya (behavior) dalam aliran gas; yaitu tergantung pada densitas dan kecepatan gas. • Jika sampel adalah isokinetik maka distribusi ukuran partikel yang masuk lobang sampling (probe) akan tepat sama dengan distribusi ukuran partikel dalam gas emisi. • Cara ini adalah tujuan utama sampling isokinetik  untuk mendapatkan sampel yang representatif.



BAGAIMANA JIKA SAMPLING TIDAK ISOKINETIK • Jika garis aliran gas terganggu seperti dalam kondisi non-isokinetik:  Partikel besar cenderung bergerak dalam arah awal yang sama  Partikel yang kecil cenderung mengikuti garis aliran gas  Partikel dengan ukuran sedang sedikit terdefleksi •



Jika vn ≠ vs (kondisi non-isokinetik), konsentrasi sampel akan menjadi bias akibat efek inersia partikel.



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1



Measured Sampling Data Traverse Points Ambient Temperature Stack Temperature Meter Temperature Moisture Content Actual Volume Sample Standard Volume sample Actual Oxygen, O2 Carbon Dioxides, CO2 Velocity Linear Dry Molecular Weight Actual Stack Flowrate Percent of Isokinetic Carbon Monoxide (CO)



100±10 -



Emission Air (SATP, 1 atm & 25 C, Actual Oxygen) Total Particulate Sulfur Dioxide (SO2) 800 Nitrogen Oxide (NO2) 1000 Hydrogen Chloride (HCl) 5 Gas Klorin (Cl2) 10 Ammoniak (NH3) 0.5 Hydrogen Fluoride (HF) 10 Opacity 30 Hidrogen Sulfida (H2S) 35 Mercury (Hg) 5 Arsenic (As) 8 Antimon (Sb) 8 Cadmium (Cd) 8 Zinc (Zn) 50 Lead (Pb) 12 Emission Air (SATP, 1 atm, 25 C & Correction to 6% Oxygen) Total Particulate 350



Points 0 C 0 C 0 C % m3 m3 % % m/s g/mol m3/s % mg/Nm3



mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 % mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3



12 29 134,8 28,6 1,1 1,160 1,155 13,6 7,8 8,9 29,8 2,50 109,6 457



• Apakah emisi yang dibuang ke udara sudah dilewatkan cerobong asap? (Kepmen LH No.13/1995, pasal 7 butir a; Kepmen LH No.133/2004 pasal 7 butir a; Kepmen LH No. 129/2003, pasal 6 butir a)



• Apakah cerobong asap telah dilengkapi dengan lubang sampling dan sarana pendukung lainnya seperti lantai kerja (platform), tangga, dan tenaga listrik ? (Kepmen LH No.13/1995, pasal 7 butir a; Kepmen LH No.133/2004 pasal 7 butir a; Kepmen LH No. 129/2003, pasal 6 butir a, Kepdal 205/96)



• Apakah penetapan lokasi lubang sampling sudah sesuai dengan ketentuan ? (Kepdal No. 205/1996, optimum 8 D dari gangguan bawah, 2 D dari atas )



• Apakah cerobong asap sudah dipasang alat pemantauan emisi secara terus menerus (Continuous Emission Monitoring/CEM) ? (Industri Besi dan Baja; Pulp dan Kertas; Pembangkit Listrik Tenaga Uap berbahan bakar Batu bara; Semen; Pupuk serta Minyak dan Gas). • Apakah semua cerobong aktif dipantau sesuai ketentuan? (6 bulan sekali untuk pengukuran manual) • Apakah data pemantauan emisi cerobong asap telah dilaporkan ke Bupati/Walikota, Gubernur dan ke KLH ? ( setiap 3 (tiga) bulan sekali untuk pemantauan emisi menggunakan CEM atau setiap 6 (enam) bulan sekali menggunakan metode manual) ? (Kepmen LH No.13/1995, pasal 7 butir d; Kepmen LH No.133/2004 pasal 7 butir d; Kepmen LH No. 129/2003, pasal 6 butir d) • Apakah emisi gas yang dibuang ke udara memenuhi baku mutu emisi sumber tidak bergerak ? (Sesuai Kepmen LH No.13/1995, dan BME Spesifik)



Peralatan Pengendalian Pencemaran Udara Peralatan Kontrol Partikulat a. Settling chamber b. Siklon c. Bag house d. Electrostatic Precipitator e. Wet collector (Scrubber)



Peralatan Kontrol Gas a. b. c. d.



DeSOx DeNOx Absorber Adsorber



KONTROL PARTIKULAT (1) a. Settling Chamber Keunggulan:



Kelemahan:



• Biaya modal dan energi rendah • Tidak ada bagian yang bergerak



• Efisiensi relatif rendah dan untuk partikel besar



• Perawatan kecil



• Tidak dapat menangani material lengket



• Biaya operasional rendah



• Ukuran fisik yang besar



• Keandalan sangat baik



• Sering bermasalah jika chamber tersumbat dengan debu yang terkoleksi.



• Kehilangan tekanan rendah • Perangkatnya tidak terabrasi • Pengumpulan dan disposal kering



KONTROL PARTIKULAT (2) b. Siklon



Keunggulan : • Harganya cukup murah, • Tidak ada bagian yang berputar, • Dapat operasi dalam segala kondisi suhu • Sedikit perawatan • Kehilangan tekanan kecil • Pengumpulan dan disposal secara kering • Ruangan relatif kecil Kelemahan: • Efisiensinya rendah, • Tidak dapat bekerja untuk material lengket • Jika ingin efisiensi tinggi maka kehilangan tekanannya tinggi



KONTROL PARTIKULAT (3) c. Electrostatic Precipitator (ESP)



Keunggulan: •



Efisiensi yang sangat tinggi.







Volume gas besar dan kehilangan tekanan kecil.







Bisa untuk material kering atau basah (fumes, mists).







Berbagai tingkat suhu operasi.







Rendah biaya operasinya kecuali pada efisiensi yang sangat tinggi.



Kelemahan: •



Biaya kapital tinggi.







Tidak begitu fleksibel; sekali pasang untuk kondisi operasi yang sama.







Tempat yang luas untuk instalasi.







Kurang baik untuk partikulat dengan "electrical resistivity" yang sangat tinggi.



KONTROL PARTIKULAT (4) d. Fabric Filter atau Baghouse Keunggulan •



Efisiensinya cukup tinggi.







Dapat beroperasi pada kondisi partikulat yang berbeda-beda.







Dapat beroperasi dalam laju alir yang berbeda-beda.







Kehilangan tekanan relatip kecil.



Kelemahan: •



Perlu tempat yang luas.







Material filter dapat rusak bila beroperasi pada suhu tinggi, dan juga korosi.







Tidak dapat beroperasi pada keadaan basah (moist).







Bisa terbakar atau meledak.



KONTROL PARTIKULAT (5) e. Scrubber



Keunggulan: •



Mampu menangani debu mudah terbakar dan meledak







Dapat menangani kabut keluaran proses







Pemeliharaan relatif rendah







Sederhana desain dan mudah menginstal







Efisiensi bervariasi







Pendinginan untuk gas panas







Menetralisir gas dan debu korosif



Kelemahan: •



Cairan limbah masalah pencemaran air







Limbah terkumpul dalam keadaan basah







Potensi korosi







Perlu dijaga adanya pembekuan







Gas buang akhir perlu pemanasan untuk menjaga opasitas







Partikel terkoleksi mungkin terkontaminasi







Pembuangan limbah lumpur mahal



KONTROL EMISI GAS (1) a. Kontrol NOx (De-NOx) Ada 3 cara pembentukan NOx dalam ruang pembakaran: 1) Thermal NOx. 2) Fuel NOx. 3) Prompt NOx. Tiga kategori sistem kontrol NOx a. Modifikasi pembakaran. b. Menambahkan pada sistem kontrol dengan masukkan ammonia atau urea yang menurunkan NOx secara kimia menjadi molekul nitrogen pada lokasi setelah furnace. c. Ganti bahan bakar (fuel switching) yang kandungan N rendah.



KONTROL EMISI GAS (2) Kontrol NOx (De-NOx) - FGT 1). Selective Non-Catalytic Reduction. Dalam sistem SNCR , ammonia atau urea diinjeksikan ke dalam zona paska pembakaran 2). Selective Catalytic Reduction. Dalam sistem SCR , ammonia atau urea diinjeksikan ke dalam zona paska pembakaran yang menggunakan katalis



KONTROL EMISI GAS (3) b. Kontrol Sufur dioksida (De-SO2) Flue Gas Desulfurization (FGD)



Tanpa regenerasi (Throw-away)



Sistem Basah



Sistem Kering



Regenerasi



Sistem Basah



Semprotan soda kering



Sodium Sulfat



Injeksi penyerap dalam pipa (duct)



Magnesium Oksida Amina



Lime (Soda)



Injeksi penyerap dalam furnace



Soda diperkaya dg Magnesium



Circulating Fluidized Bed



Oksidasi dengan tambahan kapur Oksidasi tanpa kapur



Air laut



Sodium karbonat



Sistem Kering Karbon aktif



KONTROL EMISI GAS (4) b. Kontrol Sufur dioksida (De-SO2)



KONTROL EMISI GAS (5) c. Absorpsi Gas • Transfer gas ke cairan. • Umumnya cairan yang dipilih adalah air, dan prosesnya disebut scrubbing atau washing. Penerapan proses pemisahan ini a.l.: • Pengambilan dan pemulihan amonia • Pengambilan hidrogen fluorida • Kontrol sulfur dioksida • Pemulihan solven dalam air misalnya aceton dan metanol, • Kontrol gas bau. Diagram absorpsi gas sistem packing



KONTROL EMISI GAS (6) d. Adsorber • • •



Adsorber terutama digunakan untuk mengontrol emisi VOC. Kontrol emisi VOC dapat menurunkan kadar antara 400 dan 2000 ppm menjadi < 50 ppm. Adsorber bisa regenerative atau nonregenerative; walaupun demikian nonregenerative adsorber tidak digunakan karena masalah disposal limbah padatnya.



TERIMA KASIH