4 0 358 KB
WOC APENDISITIS Faktor predisposisi
2. Infeksi kuman dari kolon (E. Coli dan Streptococuc).
1. Obstruksi Lumen : a. Hiperplasia dari folikel limfoid
IDIOPATIK
3. Infeksi kuman.
b. Fekolit dalam lumen APENDIKS
4. Jenis Kelamin 5. Bentuk dari Appendiks
c. Adanya benda asing (biji2an). d. Striktura lumen
Tersumbat fekolit atau benda asing
INFLAMASI APENDIKS
EDEMA
Meningkatnya tekanan intraluminal
Nyeri Abdomen
APPENDISITIS
B1 (BREATH)
B2 ( BRAIN)
Anxietas
B3 (BLOOD)
B4 (BLADDER)
B5 (BOWEL)
B6 (BONE)
Kuman menetap di dinding usus
Anatomi ujung appendiks dekat dengan ureter
Infeksi epigastrium
Pergerakan menurun akibat nyeri
MK : Kurang pengetahuan
Radang Pada dinding usus
Nyeri saat BAK
Inflamasi dan perforasi pada apendiks
MK: Intoleransi aktifitas
MK : MK : Hipertermi Mual dan Muntah
Nyeri MK : Resiko tinggi terhadap infeksi
anorexia MK : Volume cairan kurang dari kebutuhan
MK : Nutrisi kurang dari kebutuhan
Komplikasi Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami perdindingan sehingga berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan letak usus halus (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004). Komplikasi usus buntu juga dapat meliputi infeksi luka, perlengketan, obstruksi usus, abses abdomen/pelvis, dan jarang sekali dapat menimbulkan kematian (Craig, 2011). Selain itu, terdapat komplikasi akibat tidakan operatif. Kebanyakan komplikasi yang mengikuti apendisektomi adalah komplikasi prosedur intraabdomen dan ditemukan di tempat-tempat yang sesuai, seperti: infeksi luka, abses residual, sumbatan usus akut, ileus paralitik, fistula tinja eksternal, fistula tinja internal, dan perdarahan dari mesenterium apendiks (Bailey, 1992). Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai 32%. Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu (Smeltzer C.Suzanne, 2002).
Sumber: Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2004.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta : EGC Smeltzer C, Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth, (Edisi 8 vol 2). Alih Bahasa Agung Waluyo. Jakarta :EGC Craig, S., 2011. Appendicitis Treatment & Management. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/773895-treatment [Accessed 2 April 2011]. Bailey, H., 1992. Apendisitis Akut. Dalam: Dudley, H.A.F., ed. Ilmu Bedah Gawat Darurat. Edisi 11. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 441- 452.