WPP 714 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • iki
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

WPP 714 Laut Banda sebagai kesatuan ekosistem merupakan perpaduan dari 3 keistimewaan, yaitu merupakan laut kontinen yang sempit, memiliki perairan oseanik (laut dalam), dan terletak di daerah tropis. Dengan demikian menghasilkan kondisi oseanografi sangat dinamis dan secara hidrografis memberikan sifat-sifat ekologis yang sangat menguntungkan bagi habitat ikan pelagis terutama ikan Tuna dan Cakalang. Kondisi ekologis yang menguntungkan itu antara lain ditopang oleh masa air samudera, suhu yang hangat dan ketersediaan pakan yang melimpah pada lahan yang relatif sempit. Upaya penangkapan ikan tuna dan cakalang dengan menggunakan pancing tonda dan pancing ulur yang bayak ditemukan di Bandaneira serta Huhate oleh nelayan Kendari, juga dengan pukat cincin cakalang dan tuna dengan system payaos (dibantu dengan lampu). Jenis ikan pelagis kecil yang cukup penting antar lain ikan layang, teri, dan lemuru. Sedangkan daerah penangkapan ikan denagn pukat cincin mini di Laut Banda tidak jauh dari basis operasional di Kendari dengan hasil tangkapan yang dominan afalah ikan layang dan tongkol. Status pengusahaan ikan pelagis kecil dan besar masih dalam tahap moderate. Perairan yang dalam menyebabkan perikanan demersal dan udang tidak berkembang. Pembangunan kelautan dan perikanan berbasis Laut Banda sangat memiliki peran penting bagi Provinsi Maluku dimana Provinsi ini lagi memperjuangkan sebagai kawasan Lumbung Ikan Nasional (LIN).Selain merupakan bagian dari Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-RI) 714, Laut Banda juga termasuk dalam wilayah Inisiatif Segitiga Terumbu Karang dunia, yang dikenal kaya dengan keanekaragaman hayati laut yang tinggi. Pemerintah telah menetapkan Laut Banda sebagai Kawasan Konservasi Perairan Nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No.69/2009, karena Laut Banda dikenal memiliki SDA hayati dan non hayati yang sangat potensial untuk dimanfaatkan. Kawasan Close area Laut Banda sendiri berada pada titik kordinat 126–132 BT:4-6 LS telah ditetapkan sebagai bagian dari WPP-RI 714 yang dilarang untuk dijadikan wilayah penangkapan merujuk pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:4/PERMEN-KP/2015 atau dengan kata lain akan dijadikan kawasan Close Area pada bulan Oktober–September untuk penangkapan ikan Tuna Sirip Kuning (Yellowfin Tuna). Oleh karena itu maka Pengelolaan kawasan tersebut harus secara bertanggung jawab, sehingga SDA di Laut Banda dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan tanpa mengenyampingkan masalah sosial ekonomi masyarakat setempat. RASIONALITAS Laut Banda yang merupakan salah satu wilayah lintasan massa air dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia (Arlindo), karakteristik dan dinamika perairannya sangat dipengaruhi oleh tropografi dan konfigurasi pulau-pulau yang ada serta tiupan angin muson yang terjadi pada wilayah tersebut. Variasi dasar perairan serta konfigurasi pulaupulau dapat menyebabkan terjadinya percampuran massa air, perubahan arah arus serta upwelling menyebabkan terjadinya defleksi arus akibat adanya sill dan gunung laut. Pola angin muson yang bertiup di Laut Banda, seperti halnya di perairan Indonesia pada umumnya adalah angin Muson Barat Laut selama bulan Desember-Pebruari dan angin Muson Tenggara selama bulan Juni–Agustus (Wyrtki, 1961). Fenomena upwelling di Laut Banda terjadi selama musim timur dan diindikasikan dengan suhu permukaan laut yang sangat dingin. Penyebab upwelling di Laut Banda adalah Ekman Pumping. Ekman pumping adalah proses transpor Ekman yang disebabkan oleh bertiupnya angin Muson Tenggara di perairan Indonesia. Pada saat bertiupnya angin Muson Tenggara massa air permukaan Laut Banda bergerak ke arah barat. Kondisi ini menyebabkan terjadinya kekosongan massa air permukaan di sebagian besar wilayah bagian timur Laut Banda. Upwelling menyebabkan terjadinya pengkayaan nutrien pada lapisan permukaan. Tingginya nutrien memicu pertumbuhan fitoplankton dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produktivitas primer. Kondisi seperti ini akan berdampak terhadap keberadaan ekosistem dan sumberdaya perairan Laut Banda.



Karateristik kondisi lingkungan perairan laut Banda sangat diperlukan untuk menganalisa ketersediaan stock sumberdaya pada waktu dan musim yang berbeda dan juga dipengaruhi oleh berbagai fenomen alam yang terjadi di Laut Banda misalnya upwelling, front, dll.



Wilayah Pengelolaan Perikanan 714 meliputi



 















Perairan Laut Banda dan Teluk Tolo. Secara administratif, WPP 714 di sebelah utara berbatasan dengan Kab. Banggai, Prov. Sulawesi Tenggara, Kab. Kepulauan Sula dan Kab. Buru, Prov. Maluku Utara; di sebelah timur berbatasan dengan Kab. Maluku Tenggara dan Kota Tual, Prov. Maluku Utara; di sebelah selatan berbatasan dengan Kab. Alor, Prov. NTT dan Kab. Maluku Tenggara Barat, Prov. Maluku Utara; dan di sebelah barat berbatasan dengan Kab. Flores Timur, Kab. Sikka, Prov. NTT, Kab. Selayar, Prov. Sulawesi Selatan dan Kab. Bombana Sulawesi Tenggara. Secara umum, WPP 714 di sebelah utara berbatasan dengan Tanjung Botok di Kab. Luwu, Prov. Sulawesi Tengah, ke arah P. Bangkalan Utara dilanjutkan sepanjang pantai Utara dan Tenggara P. Peleng hingga tanjung paling Utara P. Banggai, batas dilanjutkan dari Tanjung Balas di P. Banggai ditarik ke arah Tanjung Marikasu P. Taliabu, menyusuri pantai Utara P. Taliabu hingga ujung Timur Laut pulau ini, dilanjukan ke ujung Barat Laut P. Mangoli, dari Tanjung Batu di bagian Selatan P. Mangoli dihubungkan sebuah garis ke Tanjungh Kuma di sasana, Tanjung Wakal di Sasana, Tanjung Wakal di Sasana dihubungkan dengan Tanjung Palpetu di P. Buru ke Tanjung Toadaru Besar, dilanjutkan dengan menyusuri pantai Selatan P. Seram hingga bagian paling Tenggara P. Seram, dari bagian Tenggara P. Seram ditarik garis yang menghubungkan ujung terluar bagian Utara pulau-pulau kecil di Tenggara P. Seram hingga ke ujung P. Gorong, P. Watubela hingga ke Tanjung Berang di P. Nuhucut; di sebelah timur berbatasan dengan pantai Barat P. Nuhucut hingga Tanjung Weduar di bagian Baratdaya P. Nuhucut, kemudian ditarik garis ke Tanjung Waarlangler di P. Molu, menyusuri pantai Barat P. Molu hingga bagian paling Selatan pulau ini kemudian ditarik garis ke Selatan menuju tanjung paling Utara P. Larat, menyusuri pantai Utara P. Larat hingga tanjung di ujung baratnya; di sebelah selatan berbatasan dengan P. Kemirian ditarik garis ke perbatasan Kab. Situbondo dengan Kab. Banyuwangi, Prov. Jawa Timur, batas selanjutnya mengikuti garis pantai Utara Jawa sampai Kab. Serang, Jawa Barat; dan di sebelah barat berbatasan dengan tanjung di ujung Barat P. Larat ditarik garis menuju tanjung di bagian Timurlaut P. Yamdena yang kemudian menyusuri pantai Barat P. Yamdena hingga tanjung di ujung barat daya pulau ini yang merupakan titik untuk menarik garis ke bagian Timur P. Anggarmasa menyusuri pantai barat P. Yamdena hingga tanjung di ujung barat daya pulau ini yang merupakan titik untuk menarik garis ke bagian Timur P. Anggarmasa.



Berdasarkan analisis terhadap semua parameter, diperoleh penilaian kondisi ekosistem WPP 714 pada masingmasing indikator yaitu:    



habitat 175.00 (sedang), sumberdaya ikan 233.33 (baik), teknis penangkapan ikan 250.00 (baik), sosial ekonomi 171.42 (sedang) dan kelembagaan 166.67 (sedang).



Hasil analisis komposit agregat semua indikator menunjukkan nilai 199.28, dimana kondisi ekosistemnya adalah ‘SEDANG’ atau warna flag kuning. Kemudian analisis lebih detail, dapat dilihat pada masing-masing WPP berdasarkan indikatornya.



















Perikanan rakyat pada WPP 714, merupakan pelaku ekonomi penting untuk memasok ikan pada Unit Pengolah Ikan dan Cold Storage di Kota Tual dan Kota Kendari. Armada perikanan rakyat di Kota Tual dan Kota Kendari masing-masing mencapai 98,2% dan 95% dari seluruh armada perikanan yang terdapat pada lokasi tersebut. Peran perikanan rakyat pada WPP 714 yang berbasis di Kota Tual dan Kota Kendari dalam memanfaatkan peluang ekonomi pada kawasan itu belum optimal. Armada perikanan rakyat di Kota Kendari dan Kota Tual yang memanfaatkan modal sendiri dan modal pedagang tidak dapat melakukan pemupukan modal untuk pengembangan usaha. Potensi modal yang ada pada masyarakat dan pedagang tersebut dapat dimobilisasi melalui kelembagaan permodalan. Kelembagaan permodalan tersebut harus dikelola oleh professional dengan memberi insentif keuntungan dan saham kepada pemilik modal. Modal tersebut selanjutnya digunakan untuk mempercepat transformasi armada perikanan rakyat Perahu Tanpa Motor, Perahu Motor Tempel menjadi Kapal Motor ukuran 10 GT melalui sistim pinjaman tanpa agunan dan kepemilikan saham. Tranformasi armada penangkapan ikan menjadi ukuran e”10 GT dilakukan melalui autonomous investment oleh pemerintah dilengkapi dengan pembangunan berbagai infrastruktur. Strategi ini diharapkan pada jangka panjang swasta akan tertarik berinvestasi langsung pada armada perikanan rakyat di WPP 714