Yesus Sebagai Mediator Dalam Perjanjian Anugerah - Anak Agung Bayu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SATYABHAKTI



KRISTUS SEBAGAI MEDIATOR DALAM PERJANJIAN ANUGEREAH



MAKALAH DISERAHKAN KEPADA SOERONO TAN, M.TH. UNTUK MEMEBUHI PERSYARATAN MATA KULIAH TEOLOGI SISTEMATIKA



OLEH ANAK AGUNG BAYU SAMODRA



MALANG, INDONSIA 01 MEI 2019



Pendahuluan Ketika berbicara mengenai manusia, tentu tidak bisa tidak bericara mengenai dosa. Namun pemahaman tentang dosa tidak bisa lengkap tanpa mengetahui menenai penebusan oleh Yesus Kristus. Agar bisa dipahami sepenuhnya, dosa harus dilihat bukan hanya dalam terang hukum tapi juga dalam terang Injil. Kabar baik ini merupakan niscaya justru karena manusia telah melanggar hukum Allah. Setiap manusia layak mendapat murka Allah, namun pernyataan murka Allah ditunjukkan di salib Kristus. Injil tidak hanya berbicara mengenai kebobrokan dosa manusia, tetapi juga berbicara mengenai jalan keluarnya.1 Ini adalah sebuah anugerah terbesar yang Allah berikan bagi manusia. Perbuatan Tuhan membebaskan manusia dari dosa tanpa ada andil dalam perbuatan manusia. Hanya iman lah alat supaya manusia menerima perjanjian keselamatan itu. 2 Alkitab menyebutkan bahwa Kristus adalah Pengantara perjanjian itu3. Pemahaman ini tidak hanya tertulis dalam Perjanjian Baru, namun sudah digaungkan sejak Perjanjian Lama. Makalah ini akan membutikan bahwa konsep pengantara itu sudah ada sejak zaman Perjanjian Lama dan digenapi oleh Yesus Kristus.



Konsep Mediator dalam Perjanjian Lama Karena YHWH kerap menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang lekas marah dalam Perjanjian Lama, bertemu dan membangun hubungan dengna-Nya tidak pernah mudah, jelas, dan dapat diprediksi. Sejauh pertemuan itu berbahaya, atau sejauh pertemuan itu tidak hanya untuk individual saja namun kelompok, data menunjukkan bahwa pertemuan itu secara rutin distilasi dan dirutinkan, untuk memungkinkan kelangsungan hubungan antara YHWH kepada komunitas. Untuk itu data mengenai pertemuan pribadi dingan YHWH memang penting,



1



Anthony A. Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah, (Surabaya:Momentum,2018),219 Louis Berkhof, Teologi Sistematika, vol. 2 : Doktrin Manusia, (Jakarta : Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1994),194 3 Ibid 214 2



namun juga sangat sedikit. 4 Jika dilihat dari lukisan Mchelangelo, jelas bahwa dalam keadaan normal, YHWH di sorga dan manusia di bumi tidaklah bersentuhan. YHWH—dalam relasi, bagaimanapun juga, bukan lah YHWH—dalam relasi kecuali ada hubunggan yang sesungguhnya—kecuali mereka bersentuhan. Segala kesaksian bangsa Israel tentang YHWH yang bergantung pada hubungan ini tidak hanya mungkin tapi juga efektif, diketahui, dan dipercaya di Israel.5 Jadi harus disadari bahwa cara yang paling sering dan paling memungkinkan YHWH berkomunikasi kepasa Israel adalah dengan mediasi. Taurat, Raja, Nabi, Budaya, dan Orang-orang bijak menghasilkan, merupakan, memediasi, dan membuat YHWh tersedia bagi bangsa Israel. Taurat menempati tempat utama dalam kepentingan, pengaruh, dan otoritas dalam mediasi dari tujuan, kehadiran, dan kuasa Allah bagi Israel. Sistem kerajaan adalah mediasi berikutnya yang Tuhan ijinkan ada di Israel, berkaitan dengan kehidupan politik di lingkungan dimana Israel ada, tentang ketertiban, kekuasaan, dan keadilan. Kenabian sebagia cara mediasi dimulai dalam penampilan, yang tidak dapat dijelaskan, dari individu yang mengaku berbicara tentang pewahyuan, dan dia juga diterima oleh beberapa orang memang membawa pewahyuan tersebut. Budaya—tempat dan kegiatan publik dalam penyembahan—mengambil banyak tempat dalam kisah di Perjanjian Lama. Untuk itu teologi Perjanjian Lama harus memperhitungkan bahwa komunitas yang berbudaya ini menyaksikan tentang YHWH. Orang-orang bijak selalu ada dalam keempat bidang di atas. Mereka bekerja secara meyakinkan untuk memastikan bahwa Israel hidup dalam “dunianya” YHWH dan bukan “dunia” yang lain. Ornag-orang bijak ini berkerja dalam keluarga, sekolah, lingkungan kerajaan, dan kehidupan bermasyarakat. Mereka mengamati kehidupan dan menerapkan hasil pengamatan itu dalam kehidupan. 6



4



Walter Brueggemann, Theology of the Old Testament: Testimony, Dispute,Advocacy, (USA: Fotress Press),572 Ibid, 576 6 Ibid, 575-685 5



Yesus Sebagai Mediator Kedatangan Kristus sebagai perantara sudah tersirat sejak zaman Perjanjian Lama. Dalam Septuaginta kata mesites (pengantar) muncul satu kali dalam Ayub 9:33.7 Ayub mengharapkan adanya keadilan dari kondisi yang diterimanya. Namun lebih dalam, dia sedang mencari pemulihan hubungan. Dapat dilihat disini sebuah nubuat tersirat mengenai inkarnasi dan penebusan dosa, meskipun hal ini ditolak oleh Davidson.8 Wahyu tentang perjanjian itu juga sudah terdapat dalam Kejadian 3:15. “Keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya” menggambarkan akan ada penderitaan di pihak keturunan perempuan itu akan tetapi keturunan itu membawa kematian bagi ular itu. Kematian Kristus—keturunan perempuan—sama dengan kekalahan iblis. Ayat ini merupakan nubuatan Mesianik.9 Sebelum Yesus datang, tidak ada seorang pun yang dapat menghampiri Allah. Yesus adalah jalan masuk bagi manusia kepada Allah. Roma 5:2 menjelaskan hal ini. Kata “jalan masuk” berasal dari bahasa yunani “prosagoge”. Kata ini biasa dipakai untuk memperkenalkan atau mengantar seseorang ke hadapan raja. Dan kata ini juga menerangkan sikap ketika datang beribadah kepada Allah. Selain itu, dalam bahasa Yunani yang lebih modern kata ini digunakan untuk menunjuk tempat kapal berlabuh, yaitu pelabuhan atau tempat persinggahan untuk kapal. Karena Yesuslah setiap orang peraya telah sampai ke hadapan Raja di atas segala raja dan ke pelabuhan kasih karunia Allah.10 Ibrani 8:6 mengatakan bahwa Yesus mendapatkan pelayanan yang jauh lebih agung, karena Yesus menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia. Perjanjian Baru adalah Perjanjian yang lebih superior, perjanjian yang lebih unggul karena isinya adalah perjanjian hidup. Allah meletakkan Firman-Nya pada hati setiap orang yang percaya kepada Kristus



7



Berkhof, 194 Rowley, The New Century Bible Commentary: The Book of Job, (USA : Wm. B Eerdmand Publ. , 1980)82 9 Berkhof, 239 10 William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Roma, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1986),111-113 8



sehingga Ia menjadi Allah mereka. Selain itu, Perjanjian Baru memiliki Pengantara yang lebih indah dari pengantara Perjanjian Lama—nabi, hakim,atau imam. Pengantara Perjanjian Lama adlaah tokoh-tokoh yang tidak sempurna. Namun Yesus adalah Pengantara yang sempurna.11 Dengan jelas Ibrani7:22 mengenakan “pengantara” pada Yesus sendiri. Yesus menjadi penanggung jawab antara kedua belah pihak, menjadi jaminan bagi manusia. Dia telah menjamin kepada Allah bahwa umat Kristen yang telah menerima keselamatan-Nya, memperoleh hidup kekal dan dapat menjadi anak-anak Allah. Dalam sejarah umat manusia, hanya Yesus Kristus yamg memiliki syarat sebagai pengantara antara Allah dan manusia, dan tidak ada pengantara ke dua.12 1 Timotius 2:5-6 juga menunjukkan arti yang lebih pas dari kata mesites dalam konteks penebusan dosa manusia. “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.” Penggunaan kata ini berhubungan dengan keuniversalan dosa manusia yang mmbutuhkan bantuan dari luar untuk mempernbaiki hubungan dengan Tuhna yang sudah ditolak manusia. Inti dari ayat ini bukan hanya berbicara tentang manusia yang membutuhkan mediator dengan Allah, namun juga Allah sudah menyediakan mediator itu bagi manusia. Yesus Kristus menjadi pengantara manusia dengan Allah, memperbaiki kejatuhan manusia kepad satu-satunya Allah, Dia lah yang menjadi sarana bagi Allah dan manusia.13 Injil Yohanes melihat kesamaan Yesus dengan para nabi, namun menekankan juga bahwa Yesu lebih dari mereka. Allah mempercayakan berita utusan-Nya kepada para nabi,



11



Peter Wongso, Surat Ibrani:Eksposisi Doktrin Alkitab,(Malang:SAAT),397-398 Ibid, 379 13 Gordon D. Fee, New International Biblical Commentari : 1 & 2 Timoty, Titus,(USA: Hendrickson Publ.1984),65 12



Yesus juga dengan setia meneruskanberita yang diterima-Nya dari Bapa. Sama seperti para nabi tidak mengambil inisiatif, tapi menaati prakarsa Allah, demikian Juga yang diperbuat Yesus. Yoh 15:13 mengatakan bahwa tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memnberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Yesus menggenapi Firman ini. Dengan memberikan hidup-Nya, setiap manusia yang percaya kepadanya memperoleh hidup dan memperolehnya dalam segala kelimpahan.14



Kesimpulan Setiap manusia sudah jatuh dalam dosa. Untuk itu semua manusia butuh yang namanya penolong untuk bisa lepas dari maut, uoah dosa itu. Manusia membutuhkan mediator antara dia dan Allah. Berbicara tentang dosa manusia bisa lengkap jika berbicara tentang solusi dari dosa itu, yakni penebusan oleh Kristus. Penebusan Kristus bukanlah suatu hal yang baru bagi sejarah manusia. Sejak zaman Perjanjian Lama hal ini sudah diaungkan. Bahkan sejak Kejadian sudah terdengar gaungnya. Mediator antara Allah dan manusia sudah tergambar melalui Taurat, Kerajaan, Nubuat, Kultus, dan Orang-orang berhikmat. Yesus adalah mediator yang sejati. Dia adalah mediator yang sempurna. Semua mediator di atas memiliki kelemahan dan doa, namun tidak dengan Yesus. Yesus memediasi antara manusia dengan Allah memalui jalan sulit, yakni kematian. Melalui kematian Yesus, iblis dikalahkan dan manusia yang percaya kepadanya memiliki jalan keluar dari dosa menuju kepada hubungan intim dengan Allah Bapa.



DAFTAR PUSTAKA 14



Christoph Bart dan Marie Claire Barth, Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta:BPK Gunung Mulia2010),424



Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Roma.Jakarta: BPK Gunung Mulia.1986 Bart , Christoph dan Marie Claire Barth. Teologi Perjanjian Lama 2.Jakarta:BPK Gunung Mulia.2010 Berkhof, Louis. Teologi Sistematika, vol. 2 : Doktrin Manusia. Jakarta : Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1994 Brueggemann, Walter. Theology of the Old Testament: Testimony, Dispute,AdvocacyUSA: Fotress Press.1997 Fee, Gordon D. New International Biblical Commentari : 1 & 2 Timoty, Titus.USA: Hendrickson Publ.1984 Hoekema, Anthony A. Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah. Surabaya:Momentum. 2018 Rowley, The New Century Bible Commentary: The Book of Job.USA : Wm. B Eerdmand Publ. .1980 Wongso, Peter . Surat Ibrani:Eksposisi Doktrin Alkitab.Malang:SAAT