123laporan Manajemen KLMPK 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS MANJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG ICU



DI SUSUN OLEH KELOMPOK V



1. Wa Ice



: N2020-01-115



6. Meylani Amir



: N2020-01-060



2. Fifi Herdiyanti : N2020-01-026



7. Ida Angresti



: N2020-01037



3. Liarti Ndai



: N2020-01-052



8. Ni Nyoman Sri Astuti : N2020-01-037



4. Nuraeni



: N2020-01-074



9. Adriansah



5. Nasraeni



: N2020-01-069



PROGRAM STUDI PROFESI NERS UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI 2021



: N2020-01-004



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Proses manajemen berlaku untuk semua orang yang mencari cara untuk mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Proses ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses manajemen dengan melibatkan semua anggota untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Selain itu, pelayanan keperawatan merupakan faktor penentu baik buruknya mutu dan citra dari rumah sakit, oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan hingga tercapai hasil yang optimal. Dengan memperhatikan hal tersebut, proses manajemen yang baik perlu diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga dicapai suatu asuhan keperawatan yang memenuhi standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati. Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Gillies, 1986). Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling terkait serta saling berhubungan dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan konseptual yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada klien. Dengan alasan tersebut, manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2002). Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan sangat penting dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan, salah satunya adalah penyelenggara pelayanan asuhan keperawatan senantiasa memberikan pelayanan yang memuaskan kepada klien maupun keluarganya (Depkes, 1987). Oleh karena itu, diperlukan cara pengelolaan pelayanan keperawatan yang mengikuti prinsip-prinsip manajemen. Rumah Sakit Umum daerah (RSUD) bahteramas kota kendari sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat, maka rumah sakit perlu didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang baik dengan berorientasi pada mutu pelayanan



bagi masyarakat. Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial yang dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak cara. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan ketrampilan manajerial yang handal selain didapatkan di bangku kuliah juga harus melalui pembelajaran di lahan praktik. Mahasiswa Program Studi profesi ners universitas mandala waluya kendari dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerialnya di Ruang ICU RSUD bahtermas kota kendari yang berlangsung selama 3 minggu yaitu tanggal 26 Agustus 2021 - 22 September 2021 dengan arahan dari pembimbing lapangan maupun dari pembimbing pendidikan yang intensif. Adanya praktik manajemen ini diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses manajemen. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 3 minggu di Ruang ICU RSUD bahteramas , mahasiswa mampu memahami manajemen keperawatan baik pengelolaan sarana maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan klinik 2. Tujuan Khusus Secara kelompok dan individu mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan dalam hal manajemen keperawatan baik pengelolaan sarana maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan klinik. Kemampuan managemen diantaranya meliputi : a. Mengaplikasikan keterampilan dalam mengorganisasi dan mengkoordinasi kegiatankegiatan keperawatan secara efektif dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen. b. Menjalin kerjasama yang baik dalam tim. c. Menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, pendekatan dan strategi untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk melakukan perubahan yang positif dan pencapaian tujuan. d. Menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah yang efektif dan konstruktif. e. Menggunakan konsep penjaminan mutu dan penampilan kerja dalam melakukan asuhan keperawatan C. Waktu Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan ini dilakukan di Ruang ICU RSUD bahteramas berlangsung selama 3 minggu mulai tanggal 26 Agustus 2021 – 22 september 2021.



D. Peserta Mahasiswa tahap profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan universitas mandala waluya kendari yang sedang menjalani tahap profesi manajemen periode 26 Agustus 2021 - 22 september 2021 di Ruang ICU RSUD Bahteramas dengan anggota : Wa Ice : N202001115 Fifi herdiyanti : N202001026 Nuraeni : N202001074 Nasraeni :N202001069 Liarti Ndai : N202001052 Meylani Amir : N202001060 Ida Angresti : N202001037 Ni nyoman sri astuti : N202001070 Adriansah : N202001004



BAB II HASIL KAJIAN A. Profil/gambaran umum ruang keperawatan Ruang ICU merupakan bagian dari Instalasi Rawat Inap DI RSUD yang berlokasi di lantai I di rumah sakit bahteramas . Ruang ICU digunakan sebagai ruang rawat inap yang memberikan pelayanan Insentif. Kapasitas ICU adala 30 tempat tidur (TT) dengan tingkat pelayanan 8 klien dengan keperawatan minimal 10 klien dengan perawatan persiel total dan 10 orang dengan perawatan total. Ruang ICU rumah sakut bahteramas dipimpin oleh seorang kepala ruang yang dibantu dengan jumlah tenaga keperawatan sebanyak 20 orang. dengan 12 Nurse dan 8 orng D3 keperawatan. Ruang ICU merupakan ruang rawat inap yang memberikan pelayanan rawat inap insentif bagi pasien umum, pasien BPJS serta pasien dengan jaminan kesehatan lainnya. Spesifik pelayanan ruang ICU adalah tempat pendidikan, praktek dan penelitian bagi calon dokter spesialis, calon dokter umum, calon perawat DIII, calon perawat DIV, calon ners, dan calon ahli gizi. B. Unsur Input 1. Pasien rumah sakit bahteramas sebagai rumah sakit rujukan untuk provinsi sulawesi tenggara . rumah sakit bahteramas merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan kelas A .Badan Layanan Umum (BLU). BLU adalah institusi dilingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan atau dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Ruang ICU adalah ruang yang merawat pasien yang membutuhkan pelyanan secara insentif. pasien-pasien khusus yang mengalami keparahan kondisi yang tidak dapat di rawat diruang rawat inap umum jumlah pasien masuk di ruang ICU Rumah Sakit Bahteramas Periode Agustus –september 2021 : No 1. Jumlah



Ruang perawatan Ruang ICU 34 pasien



Tahun 2021



jumlah penyakit terbanyak yang masuk ruang ICU periode agustus – september 2021 : No 1 2. 3 4



Jenis penyakit Jumlah Pneumonia sepsis 18 Diabetes melitus 7 Dyspnea 5 Penurunan kesadaran 3 Rata-rata jumlah pasien di ruang ICU periode Agustus – september 2021 adalah sebanyak 34 orang perbulan Semua data pasien masuk sudah tercatat didalam buku register ruang ICU dan di rekap setiap bulan. Kasus terbanyak di Ruang ICU periode agustus – september adalah pneumonia sepsis sebanyak 18 orang . 2. Mahasiswa Pendidikan dan praktik keperawatan profesional merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan calon perawat profesional secara komprehensif dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengetahuan yang didapat dari pendidikan, baik di kelas maupun di laboratorium akan digunakan pada situasi nyata di lapangan/klinik, sehingga keselarasan antara pendidikan dan praktik klinis sangatlah penting rumah sakit bahteramas merupakan rumah sakit tipe A pendidikan yang digunakan sebagai lahan praktik klinik untuk mahasiswa keperawatan dan kedokteran serta mahasiswa bidang kesehatan lain. Pendidikan dan praktek keperawatan profesional merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam mengembangkan calon perawat, bidan, dan dokter secara komprehensif dalam hal pengetahuan (Sardjito, 2000). Mahasiswa praktikan berhak mendapatkan bimbingan yang optimal dari pembimbing, baik pembimbing klinik maupun pembimbing akademik (Pusdiknakes). Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI) yang dikutip oleh Aditama (2003) menyatakan bahwa untuk menjadi rumah sakit pendidikan perlu memiliki sumber daya yang profesional seperti:Organisasi ,Sarana dan fasilitas medik maupun penunjang , Jumlah dan variasi teaching material ,Budaya profesional dan atmosfer akademik ,Transformasi perilaku pada peserta didik Perpustakaan Komitmen segenap pihak yang terkait. di ruang ICU selama ini digunakan sebagai lahan praktek bagi mahasiswa S1,D3 Keperawatan Dan profesi ners . pada periode agustus – september mahasiswa prakter dari univesitas mandala waluya kendari 3. instrument input a. Ketenagaan (MAN) 1) Kuantitas Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan suatu proses membuat perencanaan untuk menentukan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan dan dengan kriteria seperti apa pada suatu unit untuk setiap shiftnya. Untuk penetapan ini ada beberapa rumus yang dikembangkan oleh para ahli. Selain untuk menetapkan rumus ini juga dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan apakah tenaga yang ada saat ini cukup, kurang atau berlebih.



Berikut akan di jelaskan dalam tabel, mengenai jumlah tenaga, tenaga keperwatan : No Kualifikasi 1 Nurse



Jumlah 18 orang



Masa kerja Jenis > 20 Tahun: 12 PK 3 orang PK 3 > 10 Tahun: 2 PK 1 orang < 5 Tahun: 2 orang 2 D3 –Keperawatan 8 orang > 20 Tahun: 1 PK 3 orang PK 3 > 10 Tahun: 2 PK 2 orang PK 1 5 – 9 Tahun: 2 PK 0 orang 1 – 4 Tahun: 2orang < 1 Tahun: 1 orang Secara keseluruhan jumlah perawat yang ada pada tabel di atas adalah sebanyak 20 orang yang terbagi atas PK0 sebanyak 1 orang PK1 sebanyak 4 orang , PK2 sebanyak 2 orang, dan PK3 sebanyak 13 orang. Sehingga dari data tersebut diperoleh bahwa sebagian besar perawat adalah PK3 . b. Sarana dan Prasarana (M2-Material) Sebesar 73 % mengatakan bahwa lokasi dan denah ruangan masih kurang baik, sehingga perlu diadakan/direncanakan untuk renovasi ruangan. Salah satu ruangan yang perlu diperbaiki berdasarkan observasi yaitu Toilet pasien yang terlalu jauh dengan kamar pasien. Sementara itu dari hasil observasi Papan Denah yang ada di ruangan perlu diganti dan dilengkapi dengan keterangan, karena Denah yang ada di ruangan sudah tidak memadai.



Daftar Inventaris Alat Kesehatan No. 1.



Nama Alat Tensimeter Nova



Jumlah 3



2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.



Stetoskop Thermometer Nebulizer Kursi Roda Suction Unit Brancard + Transfer Bed Infus Pump Alat tes gula darah Aqu Check Pube Oxymetri Syringe Pump



4 2 2 2 1 1 4 1 1 2



No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.



Daftar Inventaris Kebutuhan Keperawatan Nama Alat Jumlah Tempat Tidur Elektrik 24 Meja Pasien/Bedside Table 24 Kursi Pasien 30 Lemari Pasien 24 Kursi Roda 2 Brankard 1 Troli Balutan 1 Troli Obat 2 Troli Obat Emergency 1 Troli Makanan/Minuman 1 Kereta Linen Bersih 1 Kereta Linen Kotor 1 Lemari Dokumen 1 Lemari Obat 1 Lemari Bahan Perawatan 1 Lemari Linen 1 Rak Pot/Urinal 1 Rak Status 1 Light Box 1 Standar Infus 33 Interkom 1 Lampu Baca 1 Lampu Emergency 1



Keterangan 2 baik, 1 Rusak Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik



Keterangan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik



24.



Jam Dinding



8



Baik



25.



Televisi



8



Baik



26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.



Kursi dan Meja Teras Papan Nama Pasien di Bed Kulkas Obat Standar Kom Double Standar Kom Single Kom Mandi Hair Dryer Kotak Saran Senter AC Sofa Tamu Daftar Inventaris Linen Nama Barang



24 1 8 2 25 25 1 1 1 7 2



No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.



Jumlah 50 50 50 50 18 10 10 5 10/10 2 4 25 8 40 4 2 6



Laken Boven Steek Laken Sarung Bantal Selimut wol Alas Kepala Alas Bokong Ikat-Ikat tangan Perlak B/K Celemek Keset Kaki Baju Pasien Gorden Jendela Gorden Tempat Tidur Gorden Vitrage Kantong Linen Kotor Alas Sonde



No. 1.



Daftar Inventaris Fasilitas Kantor Nama Alat Jumlah Meja Kantor 2



Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Keterangan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik



Keterangan Baik



2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.



Kursi Kantor Kursi Futura Computer Lemari Dokumen Lemari Status Rak Arsip Intercom Pesawat Telepon Jam Dinding Box Tempat Bolpen



16 16 2 1 1 1 1 2 1 1



Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik



Mengenai fasilitas, 60 % perawat mengatakan bahwa peralatan yang ada sudah lengkap untuk perawatan pasien. 40 % perawat tidak berencana untuk menambah peralatan perawatan pasien. 53 % perawat mengatakan bahwa jumlah alat yang tersedia sudah sesuai dengan rasio pasien. 73 % perawat sudah mengerti cara menggunakan semua alat-alat perawatan pasien. Selain itu, administrasi penunjang yang tersedia di ruangan sudah memadai. a. Metode (M3-Method) 1. Penerapan MAKP Dari hasil pengumpulan data tentang Model Asuhan Keperawatan yang digunakan saat ini didapatkan bahwa model yang digunakan adalah modifikasi Metode Tim Primer. Sebanyak 20 perawat Pelaksanaan model asuhan keperawatan dengan metode modifikasi tim primer telah mendukung terlaksananya komunikasi adekuat antar perawat dan tim kesehatan lain. 87 % perawat mengatakan bahwa kontinuitas rencana keperawatan terlaksana dengan baik. 53 % perawat mengatakan bahwa mereka sering mendapat teguran dari ketua tim jika ditemui ada kesalahan tindakan atau pendokumentasian asuhan keperawatan. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan pada perawat di ruang ICU Bahteramas didapatkan bahwa seluruh perawat yang ada telah menjalankan kegiatan sesuai standar. Secara keseluruhan perawat sudah mengenal dan mengetahui kondisi pasien.



2. Overan Berdasarkan pengumpulan data diperoleh bahwa overan dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu dari malam ke pagi pukul 07.00 WIB, dari pagi ke sore pukul 14.00 WIB, dan dari sore ke malam pukul 21.00 WIB. Berdasarkan observasi overan dilaksanakan sudah lebih dari 30 menit dan seringkali selesai tidak tepat waktu. Hal ini disebabkan karena saat overan berlangsung, ada perawat yang langsung memberikan tanggapan tentang masalah yang dioverkan, sehingga waktu overan menjadi semakin panjang. Sebaiknya kesempatan untuk memberikan tanggapan/masukan nanti seluruh kegiatan overan selesai, sehingga dapat menghemat waktu overan. Di samping itu, penyebab overan berlangsung lama yaitu adanya visite dokter bertepatan dengan waktu overan, sehingga kegiatan overan sering terganggu. Overan dipimpin oleh Kepala Ruangan dan dihadiri oleh semua perawat yang berkepentingan. Sebelum operan dilaksanakan para perawat yang ada mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pasien seperti status pasien, list pasien, terutama rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap masing-masing pasien. Seluruh perawat yang ada telah mengetahui hal-hal apa yang harus disampaikan saat pelaporan operan. Semua yang dilaporkan saat overan, baik sebelum maupun sesudah overan, semuanya dicatat dalam buku laporan. 70 % perawat mengatakan bahwa tidak ada kesulitan dalam mendokumentasikan laporan. Setelah melakukan overan di Kantor Perawat, masingmasing tim langsung menuju ke ruang perawatan pasien untuk melakukan interaksi dengan pasien (visite keperawatan).



Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam Overan menurut Nursalam (2012) adalah informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat itu. Informasi tersebut dapat diperoleh dari Perawat Pelaksana. Berikut adalah data-data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mengenai overan dan rencana harian perawat pelaksana. 1) Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi kelompok pada tanggal 26 agustus – 22 september 2021, ditemui bahwa setiap hari seringkali di Tim 1 dan Tim 2 terdapat 2 – 3 orang perawat pelaksana di masing-masing Tim baik di overan pagi maupun overan sore (5060 %) tidak menyimak/tidak memperhatikan dengan baik hal-hal penting yang disampaikan saat overan berlangsung dan sering berdiskusi serta kurang menghargai orang yang menyampaikan overan. Berdasarkan observasi, perawat pelaksana tidak memiliki keseragaman format catatan rencana harian untuk mendokumentasikan perkembangan pasien kelolaan masing- masing.



2)



Hasil Wawancara Adapun hasil wawancara yang diperoleh pada tanggal 16 september 2021 adalah sebagai berikut: a) Kepala ruangan Hal-hal yang perlu dipersiapkan saat pelaporan overan yaitu rencana kerja, jumplah pasien, ketenagaan cukup atau tidak, kesiapan masing-masing perawat, hal-hal apa saja yangperlu diingatkan seperti hal-hal prioritas atau masalah pasienpasien yang membutuhkan observasi lebih. Sementara itu metode yang digunakan saat penyampaian overan yaitu menggunakan metode SBAR untuk semua pasien. Mengenai rencana harian, perawat pelaksana memang telah memiliki buku catatan masing-masing. Tetapi untuk format rencana harian belum digunakan. b) Ketua Tim I Sebagai seorang ketua tim hal yang perlu dipersipkan saat pelaporan overan yaitu status pasien, list obat, list asuhan keperawatan dan buku tugas. Dalam penyampian overan biasanya menggunakan metode S BAR namun dalam pelaksanaannya di ruang ICU belum maksimal. c) Ketua Tim II Menurut saya hal yang perlu dissiapkan saat pelaporan overan selaku ketua tim II pertama yaitu kesiapan diri sendiri apakah sudah selesai atau belum, sehingga tidak ada yang ketinggalan saat penyampaian overan. Adapun kesiapan overan yang perlu diperhatikan yaitu overan yang dilaksanakan pada masingmasing shift baik dari malam ke pagi, pagi ke sore dan sore ke malam. Sebenarnya dalam menyampaikan overan harus menggunakan S BAR tetapi selama ini belum 100% dilaksanakan. Menurut saya metode tersebut baru telaksana sekitar 70-80%.



d) Perawat Pelaksana Masing-masing perawat pelaksana ternyata mempunyai caranya sendiri dalam melakukan persiapan sebelum overan berlangsung. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum overan adalah berdoa, persiapan diri baik fisik maupun mental, peralatan tulis-menulis termasuk buku kecil/buku catatan pribadi, status dan list pasien, buku laporan masingmasing tim. Selain itu pastikan juga bahwa program-program/tindakan sudah terlaksana, kita harus membaca kembali status pasien membuka kembali status keperawatan untuk melihat tindakan yang akan diberikan, mengecek obat apakah sudah diberikan atau belum, apakah obat tersedia atau tidak serta kita harus tahu apa yang perlu dioverkan seperti instruksi-instruksi yang disampaikan harus jelas. Di samping itu diperlukan juga ketelitian, konsentrasi yang baik dan kesiapan untuk mendengar serta tidak boleh diskusi saat overan berlangsung agar supaya tidak ada informasi yang terlewatkan. Pada saat menyampaikan overan hal-hal yang perlu disampaikan yaitu nama pasien, umur pasien, diagnosa medis, diagnosa keperawatan, hari perawatan, dokter penangung jawab, tindakan yang sudah dilakukan, hasil pemeriksaan lab, tindakan yang belum dilaksanakan, dan program atau tindakan selanjutnya. Pada dasarnya saat menyampaikan overan harus dengan komunikasi yang efektif yaitu menggunakan metode SBAR (Situation, Background, Accessment, Recomendation), namun sebagian besar perawat pelaksana mengatakan bahwa belum maksimal pelaksanaannya. Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh kelompok tersebut, baik Perawat Pelaksana, Ketua Tim dan Kepala Ruangan telah mempunyai buku tugas/catatan pribadi untuk mendokumentasikan perkembangan pasien kelolaan masing-masing. Namun catatan pribadi Perawat Pelaksana tidak ada keseragaman antara satu dengan yang lainnya. Di samping itu, Perawat Pelaksana juga tidak memiliki format rencana harian untuk dilaksanakan pada shift-nya. Adapun dampak dari tidak adanya rencana harian perawat, yaitu kegiatan yang dilaksanakan sepanjang shift tidak akan terarah dengan baik, kegiatan yang berjalan tidak terstruktur, dan perawat tidak mengetahui apa saja kegiatan yang akan dilakukan sepanjang shift-nya. Sedangkan dengan adanya rencana harian perawat, akan sangat membantu perawat dalam mengarahkan kegiatan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien, serta akan menjadi bahan penilaian akan kinerja dari perawat pelaksana itu sendiri. Sehingga berdasarkan data tersebut, maka kelompok mengangkat masalah mengenai tidak optimalnya rencana harian Perawat Pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut dipandang perlu untuk dibuat sebuah format rencana kegiatan harian Perawat Pelaksana.



b.



Ronde Keperawatan Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim. Berdasarkan angket yang disebarkan, 100 % perawat mengatakan bahwa ruangan mendukung kegiatan ronde keperawatan. 93 % perawat mengatakan bahwa telah mengerti dengan pelaksanaan ronde keperawatan. 73 % perawat menyatakan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan belum optimal. 67 % perawat menyatakan bahwa keluarga pasien belum mengerti adanya ronde keperawatan. Tim ronde keperawatan di ruangan telah tersedia, namun belum melaksanakan ronde secara optimal.



c.



Sentralisasi Obat Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,2002). Terdapat 87 % perawat mengatakan bahwa sudah mengetahui tentang sentralisasi obat. 80 % perawat menyatakan bahwa sudah pernah diberi wewenang dalam urusan sentralisasi obat. 100 % perawat menyatakan bahwa sudah ada format daftar pengadaan tiap-tiap macam obat seperti: oral, injeksi, supositoria, infus, insulin, dan obat gawat darurat. Mengenai format persetujuan sentralisasi obat dari pasien/keluarga pasien, 73 % perawat menyatakan bahwa di ruangan telah menggunakan format tersebut. Selama ini juga proses penerimaan obat dari pasien/keluarga pasien sudah berjalan dengan baik. Di ruangan telah tersedia lemari khusus untuk penyimpanan/sentralisasi obat, bahkan obat- obatan untuk pasien telah diletakkan dalam kotak obat dan dikelompokkan berdasarkan kamar dan bed pasien yang bersangkutan. Selain itu, untuk meminimalisir kesalahan pemberian obat, obatobatan tersebut telah diberi label/barcode. Semua perawat sudah mengetahui cara penyimpanan obat secara baik dan benar atau sesuai dengan SOP Rumah Sakit



Dalam memberikan obat kepada pasien, 93 % perawat mengatakan bahwa harus selalu menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang telah digunakan. Selain itu, setiap jenis obat yang diberikan pada pasien mempunyai format masingmasing. Setelah memberikan obat kepada pasien, keluarga/pasien wajib menandatangani form terapi pengobatan/medik yang sudah diberikan pada pasien. d. Pembiayaan (M4-Money) tidak di kaji e. Mutu (M5-Machine) Dari hasil Audit pada Bulan September – Desember 2016, mutu asuhan keperawatan berdasarkan persepsi pasien memiliki nilai rata-rata 73,27 %. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan mutu pelayanan dari tahun sebelumnya. Sedangkan berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, diperoleh bahwa 78 % pasien mengatakan bahwa perawat memperkenalkan diri pada pasien. Dalam melayani pasien, perawat selalu bersikap sopan dan ramah. Saat menerima pasien baru, perawat selalu menjelaskan peraturan dan tata tertib Rumah Sakit, fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit, dan tempat-tempat mana yang paling penting untuk kelancaran perawatan seperti kamar mandi, ruang perawat, administrasi. Perawat juga selalu menjelaskan tujuan perawatan yang akan dilakukan pada pasien, sehingga pasien/keluarga dapat mengerti mengenai tindakan yang akan diberikan. Kepala ruang maupun perawat pelaksana lainnya wajib memberikan informasi kepada pasien tentang perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien. 91 % pasien mengatakan bahwa perawat memperhatikan keluhan pasien dan selanjutnya menanggapi keluhan yang dirasakan oleh pasien. Di samping itu juga, perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi oleh pasien. Saat melaksanakan tindakan keperawatan, pasien mengatakan bahwa perawat selalu memberikan penjelasan sebelum tindakan keperawatan diberikan. Selanjutnya perawat meminta persetujuan kepada pasien/keluarga sebelum melakukan tindakan. Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan sebelum tindakan keperawatan diberikan berupa prosedur tindakan, risiko atau bahaya dari suatu tindakan, dan lain-lain. Semua itu menurut pernyataan pasien melalui angket, telah dijelaskan oleh perawat dengan lengkap dan jelas. Perawat selalu memantau atau mengobservasi keadaan pasien secara rutin, berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Menurut pernyataan pasien dalam angket, selain cleaning service perawat juga turut membantu dalam hal kebersihan dan kerapihan Rumah Sakit. 91 % pasien mengatakan bahwa perawat melakukan tindakan keperawatan dengan terampil dan percaya diri, serta berhati-hati. Pasien juga menyatakan bahwa setelah melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu menilai keadaan dari pasien, misalnya perasaan pasien setelah diberikan tindakan, reaksi pasien setelah tindakan, dan perubahan-perubahan lainnya. Setelah tindakan diberikan, perawat wajib mencatat atau mendokumentasikan dalam buku laporan, status pasien, atau list pasien.



C. Unsur Proses 1. Proses Asuhan Keperawatan Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling mendukung. Menurut Suyanto (2008) manajemen adalah sebagai suatu proses dapat dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh seorang manajer. Adapun yang dimaksud fungsi manajemen adalah langkah-langkah penting yang wajib dikerjakan oleh seorang manajer untuk mencapai tujuan. Masing-masing pakar mengidentifikasi fungsi manajemen yang berbeda-beda. Keperawatan lebih sering mengadopsi fungsi manajemen menurut George Terry, yaitu : a.



Planning (Perencanaan) Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan tugas – tugas staf. Dengan tugas – tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas – tugasnya. b. Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi. c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau Penggerakkan Penggerakan sebagai proses manajemen adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas – tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.



d.



Controling (Pengawasan, Monitoring) Pengawasan adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.



1. Instrumen A Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Proses asuhan keperawatan adalah metode ilmiah dalam pemberian asuhan keperawatan. Proses asuhan keperawatan juga merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, keluarga dan atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989 cit Keliat 1999). The Washington State Board Of Nursing (Swansburg, 1996) menyebutkan definisi legal praktek keperawatan meliputi observasi, pengkajian, diagnosis, asuhan atau konseling, dan penyuluhan kesehatan kepada individu yang sakit, cedera, atau pemeliharaan kesehatan atau pencegahan sakit yang dilaksanakan oleh perawat berlisensi. Pelaksanaannya diterima dan disepakati oleh profesi keperawatan dan kedokteran. UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dalam penjelasan pada Pasal 93 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai “pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik” atau secara singkat dapat dikatakan standar adalah pedoman kerja agar pekerjaan berhasil dan bermutu. Berdasarkan alasan ini maka kehadiran Standar Asuhan Keperawatan yang identik dengan standar profesi keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu asuhan keperawatan.SAK terdiri dari 6 standar: a. Standar Pengkajian Keperawatan b. Standar Diagnosis Keperawatan c. Standar Perencanaan Keperawatan d. Standar Pelaksanaan / Intervensi e. Standar Evaluasi f. Standar Catatan Asuhan Keperawatan (Depkes RI, 1998). Standar Asuhan Keperawatan tidak harus baku, melainkan sewaktu-waktu dapat ditinjau kembali dan disesuaikan dengan perkembangan IPTEK Kesehatankhususnya keperawatan, serta sistem nilai masyarakat yang berlaku. Sistematika penyusunan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) sebagai berikut: Standar Pengkajian Keperawatan Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi:



1. Pengumpulan data dengan kriteria: a. Menggunakan format yang ada b. Sistematis c. Diisi sesuai item yang tersedia d. Aktual (baru) e. Absah (valid) 2. Pengelompokan data dengan kriteria: a. Data Biologis b. Data Psikologis c. Data Sosial d. Data Spiritual 3. Perumusan masalah dengan kriteria: a. Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan. b. Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan. c. Standar Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien dengan kriteria: 4. Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien. a.Di buat sesuai dengan wewenang perawat. b.



Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/tanda (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).



c.Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi. d.



Bersifat potensial apabila kemungkinan besarakan terjadi.



masalah



kesehatan



pasien



e.Dapat ditanggulangi oleh perawat. 5. Standar Perencanaan Keperawatan Perencanaan Keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan meliputi:  Prioritas masalah dengan kriteria: a. Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan priorias pertama



b. Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua c. Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga 6. Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria; a. Spesifik b. Bisa diukur c. Bisa dicapai d. Realistik e. Ada batas waktu 7. Rencana tindakan dengan kriteria; a. Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan b. Melibatkan pasien/keluarga c. Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga d. Menentukan alternatif tindakan yang tepat e. Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien f. Kalimat perintah ringkas, tegas dengan bahasanya mudah dimengerti. 8. Standar Intervensi Keperawatan Intevensi keperawatan adalah pelaksaaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya dengan kriteria: a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan b.



Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepadapasien/keluarga



c. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan d. Menggunakan sumberdaya yang ada e. Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptic f. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan mengutamakan keselamatan pasien



g. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien h.



Merujuk dengan keselamatanpasien



segera



bila



ada



masalah



yang



mengancam



i. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan j. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan k. Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan. Intervensi keperawatan berorientasi pada 14 komponen keperawatan dasar yang meliputi : 1.



Memenuhi kebutuhan oksigen



2.



Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit



3.



Memenuhi kebutuhan eliminasi



4.



Memenuhi kebutuhan keamanan



5.



Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik



6.



Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur



7.



Memenuhi kebutuhan aktivitas dan kegiatan jasmani



8.



Memenuhi kebutuhan spiritual



9.



Memenuhi kebutuhan emosional



10. Memenuhi kebutuhan komunikasi 11. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis 12. Memenuhi kebutuhan pengobatan dam membantu proses penyembuhan 13. Memenuhi kebutuhan penyuluhan 14. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi Standar Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencanauntuk menilai perkembangan pasien, dengan kriteria; a. Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi b. Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan c. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan d. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan e. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar



9. Standar Catatan Asuhan Keperawatan Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual dengan kriteria: Dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan a. Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan b.



Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku



c. Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan d.



Setiap pencatatan harus mencantumkan initial/ paraf/ nama perawat yang



e. Melaksanakan tindakan dan waktunya f. Menggunakan formulir yang baku g. Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Depkes RI, 199) b. Unsur Out Put Proses Managemen Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan Kajian Teori Pendidikan dan praktik keperawatan profesional merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan calon perawat profesional secara komprehensif dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pengetahuan yang telah didapat dari pendidikan, baik di kelas perkuliahan maupun di laboratorium akan digunakan pada situasi nyata di lapangan/klinik, sehingga keselarasan antara pendidikan dan praktik klinik keperawatan (PKK) sangatlah penting. Praktik klinik keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya (Nursalam, 2002). Praktik klinik keperawatan merupakan proses transformasi dari mahasiswa yang akan menjadi perawat professional. Pada fase ini mahasiswa mendapat kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat professional dalam masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan atau asuhan keperawatan. Model bimbingan praktik adalah upaya menumbuhkan kemampuan profesional (intelektual, teknikal, dan interpersonal) peserta didik melalui upaya integrasi berbagai konsep, teori dan prinsip keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar klien secara komprehensif. Jenis metode pengajaran klinik antara lain eksperensial, konferensi, bedside teaching, observasi, ronde keperawatan, dan proses insiden. Dengan metode tersebut memungkinkan identifikasi masalah, penentuan tindakan yang akan diambil, implementasi pengetahuan ke dalam masalah klinik, dan diskusi untuk menggali proses berfikir dalam menanggapi situasi. Pembimbing klinik memiliki peran utama bagi pelakasanaan bimbingan di ruangan. Tugas pembimbing praktik klinik keperawatan, yaitu:



a. Mengorientasi mahasiswa di unit menyangkut karakteristik unit, klien, protap, alat, dan lain-lain. b. Memonitor pelaksanaan dinas mahasiswa. c. Menyerahkan dan membimbing mahasiswa dalam rangka mencapai kompetensi yang diharapkan. d. Memotivasi minat dan semangat untuk peningkatan kemampuan mahasiswa e. Berusaha mengatasi masalah yang ditemukan dan mengadakan hubungan serta pelaporan kepada pihak terkait. f. Mengevaluasi bimbingan praktik yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. g. Menyampaikan masalah yang berhubungan dengan praktik mahasiswa dengan kesatuan yang terkait. h. Mengikuti rapat yang diikuti satuan kerja yang terkait yang ada di rumah sakit dan institusi pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan praktik. i. Memeriksa, mengoreksi, dan memberikan umpan balik asuhan keperawatan yang telah dibuat pada evaluasi keterampilan. j. Membimbing mahasiswa dengan melaksanakan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien. k. Mengevaluasi mahasiswa terkait pencapain kompetensi saat awal dan akhir meliputi pelaksanaan pre dan post test saat praktik klinik keperawatan di ruangan. Evaluasi adalah stimulasi untuk menentukan keberhasilan suatu proses kegiatan yang dalam hal ini bimbingan PKK oleh clinical instructure (CI) terhadap mahasiswa yang praktik. Evaluasi merupakan proses yang berlangsung terus menerus selama kegiatan belajar mengajar. terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. a. Evaluasi Formatif Evaluasi yang dilakukan sepanjang proses belajar. b. Evaluasi Sumatif Dilakukan pada akhir unit peserta belajar atau akhir proses belajar. Terkait dengan mutu bimbingan praktik klinik keperawatan, terdapat empat hal utama yang dapat digunakan dalam menjamin mutu proses bimbingan yang diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi mahasiswa maupun pembimbing terhadap bimbingan klinik yang diberikan di ruangan. Empat hal tersebut meliputi: a. Dokumentasi pelaksanaan bimbingan praktik klinik yang telah dilakukan oleh pembimbing klinik. b. Persepsi mahasiswa praktik klinik keperawatan terhadap mutu bimbingan yang diberikan pembimbing klinik melalui angket. c. Kepatuhan pembimbing klinik terhadap prosedur pembelajaran yang diberikan pada mahasiswa praktik klinik keperawatan yaitu bed side teaching, ronde keperawatan, pre dan post conference. d. Pencapaian kompetensi mahasiswa praktik klinik keperawatan melalui pengukuran pre dan post test di ruangan terkait. rumah sakit bahteramas sebagai



rumah sakit pendidikan yang digunakan sebagai lahan praktik dari berbagai institusi pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan keperawatan, memiliki peran yang tidak sedikit terhadap kualitas lulusan peserta didik keperawatan. Kajian Data : a. Dokumentasi Pelaksanaan Praktik Klinik Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan yang disusun oleh Kelompok Kerja Keperawatan tahun 2004 menyebutkan pada poin tugas pembimbing klinik keperawatan, yaitu pembimbing klinik memiliki wewenang untuk melaporkan hasil bimbingan ke Divisi Pendidikan dan SDM. Ruang ICU digunakan sebagai tempat praktik mahasiswa keperawatan, namun saat dilakukan observasi pada mahasiswa keperawatan yang sedang praktik di ruang ICU . Hasil wawancara dengan CI DI ICUmenyebutkan bahwa kegiatan bimbingan klinik tidak didokumentasikan dalam buku khusus bimbingan yang dimiliki oleh bangsal, hanya terdapat buku absensi dan buku pembagian jadwal dinas mahasiswa. Dokumentasi juga dilakukan pada buku praktik yang dibawa oleh setiap praktikan. Rumah Sakit Bahteramas adalah rumah sakit pendidikan, namun hal tersebut bukan menjadi pengkajian utama saat akreditasi hospital teaching JCI. Sehingga hal tersebut tidak ditekankan untuk dijalankan setelah akreditasi berakhir. b. Kepatuhan Pembimbing Klinik terhadap Prosedur Pembelajaran Pada Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan Dari hasil wawancara dengan CI, menunjukkan metode kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan yaitu pre conference yang dijadwalkan dilakukan pada hari pertama atau hari kedua minggu pertama mahasiswa praktikan masuk bangsal. Dari hasil wawancara, didapatkan bahwa kegiatan ronde keperawatan dan bedside teaching tidak pernah dilakukan. c. Pencapaian Mahasiswa melalui Pre dan Post Test Pre dan post test tidak dilaksanakan di Dahlia 5. Hal ini disebabkan karena memang tidak ada aturan atau panduan teknis yang mengatur kegiatan tersebut. Analisis Data Data menunjukkan bahwa berdasarkan pemenuhan komponen mutu dari pembelajaran keperawatan klinik, pendokumentasian kegiatan bimbingan klinik terdapat pada buku oleh pembimbing klinik sendiri. Dari hasil observasi tidak ditemukan buku dokumentasi bimbingan PKK 1. Efisiensi ruang rawat Kajian Teori Efisiensi pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan kesehatan yang meliputi (BOR, LOS, TOI, BTO) a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur) BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-90% (Depkes RI, 2005).



Rumus BOR HP X 100 TT X PER 30 X 100 = 34% 30 X 30 b. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat) AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005). c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran) TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran BOR = Jumlah hari perawatan x 100% Jumlah TT x hari perawatan LOS = Lama hari perawatan x 100% Jumlah pasien keluar hidup atau mati tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. d. BTO (Bed Turn Over) BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali 9. Kajian Teori Kajian Teori Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang terlaksananya pelayanan keperawatan. Peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan adalah semua bentuk alat kesehatan yang dipergunakan dalam melaksanakan tindakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan, sehingga diperoleh tujuan keperawatan yang efisien dan efektif. 10. Kajian Data Kajian Data ICU merupakan ruangan untuk kasus perawatan insentif . Ruang ICU terdapat 20 tenaga kesehatan 12 nurse dan 8 D3 keperawatan dengan memberikan pelayanan Rawat Inap bagi pasien umum, bpjs maupun kartu kesehatan lain. BOR =



BAB III PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN A. Permasalahan Pengumpualan data dilakukan dengan memberi angket tentang M1 (Manusia/ketenagaan), M2 (material/sarana dan prasarana), M3 (metode), M5 (mutu); dan mengobservasi situasi serta kondisi diruangan, terkait dengan manajemen keperawatan yang dilaksanakan di ruang ICU. Untuk lebih memfokuskan masalah, kelompok melakukan wawancara dengan kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana sehingga kelompok menemukan beberapa masalah tentang manajemen keperawatan. Dari beberapa masalah tersebut kelompok menyusun prioritas masalah terkait manajemen keperawatan. Prioritas masalah yang telah tersusun, kelompok diskusikan dengan kepala ruangan untuk menentukan masalah mana yang implementasinya paling dibutuhkan oleh ruangan. Hasil diskusi dengan kepala ruangan adalah prioritas masalah yang akan diangkat oleh kelompok yaitu: adanya penekanan pada kerja perawat pelakasana Belum optimalnya Catatan Perencanan harian perawat. karena metode yang di gunakan adalah dengan model kepemimpinan maternalitis. di mana kerja perawat di bawah penekanan kepala ruangan. 1 Identifikasi Masalah a Unsur Input Material : data peralatan lengkap Machine : data peralatan lengkap - Metode : masih terdapat beberapa penyakit yang belum memiliki SAK, SAK masih berfokus pada 5 besar penyakit TAHUN 2021. lembar balik masih perlu pembaruan. b Unsur Proses 1 Proses asuhan keperawatan a Instrumen A Standar Asuhan Keperawatan Persentase proses asuhan keperawatan di Ruang Dahlia 5 sebesar 93,57%. Berdasarkan data yang didapat, maka dapat dilakukan analisis sebagai berikut: Diagnosa keperawatan secara umum sudah berdasarkan NANDA, namun diagnosa aktual masih belum ditegakkan bersama etiologinya. Perencanaan sudah ditetapkan sesuai dengan diagnosa dengan tujuan belum terukur (jika dinilai berdasarkan SMART) yang ditetapkan maksimal 1x24 jam, namun rencana tersebut belum mampu mengukur sejauh mana masalah terselesaikan. b. Instrumen C



Observasi terhadap tindakan yang dilakukan di ruang iCU, rata-rata penilaian tindakan sebesar 90,58 %. Hal tersebut menunjukkan hasil yang sangat baik. 1. Kewaspadaan standar Berdasarkan observasi kepatuhan petugas dalam hand hygiene keseluruhan ratarata tergolong dalam kategori sangat baik (85,72 %). Beberap hal seperti penempatan tisu pengering dan penempatan sampah medis di dekat linen bersih perlu diperhatikan ulang. Kewaspadaan standar dalam merawat pasien dengan tujuan mencegah dan memutus rantai infeksi berjalan baik. 2 Keselamatan Pasien Pelaksanaan patient safety dengan menggunakan indikator 9 Solusi Live Saving Patient Safety termasuk dalam kategori baik (75%). Hal yang perlu dioptimalkan terletak pada pemberian label pada cairan infus belum semua perawat melakukan, belum semua perawat melakukan 6 langkah cuci tangan, belum ada papan nama di atas tempat tidur pasien, belum ada monitoring balance cairan selama 24 jam. 3 Komunikasi terapeutik Hasil observasi pelaksanaan komunikasi terapeutik termasuk dalam kategori sangat baik (90,47%). Beberapa item yang perlu mendapat perhatian pada tahap preinteraksi, yaitu Membuat rencana pertemuan dengan klien/keluarga klien. Untuk tahap orientasi, yaitu memperkenalkan diri dan menjelaskan, menanyakan nama panggilan kesukaan klien/keluarga klien, dan penjelasan waktu yang dibutuhkan. Tahap orientasi sangat penting terutama untuk membangun hubungan yang saling percaya terlebih dahulu dengan pasiennya. Tahap terminasi yang perlu mendapatkan perhatian adalah menyimpulkan hasil kegiatan: evaluasi proses dan evaluasi hasil. B. Rencana Kegiatan Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh kelompok dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan membuat format rencana kerja harian perawat pelaksana dengan tujuan akan sangat membantu perawat dalam mengarahkan kegiatan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien serta menunjang dalam serah terima dengan ketua tim. Implementasi dilakukan selama 2 hari yang dimulai dengan mensosialisasikan format rencana kerja harian perawat pelaksana dan meminta masukan untuk perbaikan format agar sesuai dengan keperluan perawat pelaksana. Hari kedua dilanjutkan dengan membagikan format rencana kerja harian perawat pelaksana dan memberikan petunjuk penggunaan format tersebut pada perawat dinas pagi, sore dan malam. Evaluasi dilakukan pada hari ketiga.



Planning Of Action (POA) No



Masalah



Pokok



Uraian



Tujuan Sasaran



Target



Waktu



Penanggu Ora



kegiata n 3 SAK,Pneumon ia sepsis (15), Diabetes meliteus (7) Dyspnea (5) Penurunan kesadaran (3)



kegiatan



Menyusu a. SAK n sak melakuk tersusu an n koordina si dengan karu b. mengum pulkan materi dari karu c. mencari literatur d. menyusu n SAK yang belum ada e. melakuk an konsulta si dengan karu f. mengada kan SAK g. menyosi alisasika n bersama karu.



SAK tersusu n



SAK tersusu n 100%



pelaksan aan



ng jawab



26 agustus22 septemb er 2021



Ketua Tim



ng terk ait Kep ala ruan gan



BAB IV PELAKSANAAN DAN EVALUASI A. Pelaksanaan Prioritas masalah yang ditemukan di ruang ICU adalah masih terdapat beberapa penyakit yang belum memiliki SAK. Pengumpulan data dilakukan sejak tanggal 2 6 a g u s t u s 2 2 s e p t e m b e r 2 0 2 1 , pembuatan SAK Implementasi berupa sosialisasi dan penggunaan format untuk p e l a k s a n a a tanggal 26 agustus 2021 22 september 2021. Evaluasi dilakukan pada tanggal 22 september 1. Serah Terima Serah terima dilakukan tiga kali sehari yaitu pada setiap pergantian Shift. Serah terima seharusnya dilaksanakan 30 menit namun yang dilaksanakan di ICU lebih dari waktu yang ditentukan. Menurut Nursalam (2012) yang perlu diperhatikan dalam serah terima adalah informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat itu. Informasi tersebut dapat diperoleh dari Perawat Pelaksana. Berdasarkan hasil observasi, 100% Perawat pelaksana diruang icu hanya memiliki catatan pribadi yang berbeda antara perawat yang satu dengan yang lain sehingga Informasi yang disampaikan Ketua Tim kepada Anggota Tim kurang dipahami dan diperlukan pengulangan informasi yang membutuhkan waktu untuk menjelaskan kembali. Hal ini dikarenakan perawat belum memiliki format rencana kerja yang seragam yang akan mempengaruhi juga dalam pelaksanaan serah terima sebagai bentuk komunikasi antar perawat. B. Implementasi Implementasi dimulai pada tanggal 26 Agustus- 22 september 2021 dengan sosialisasi SAK penyelesaian masalah penyakit terbanyak pneuomonia. Implementasi selanjutnya telah di berikan SAK sesuai dengan Planning Of Action sehingga penyakit terbanyak telah memiliki SAK.



C. Evaluasi Tabel 4.1 Presentase perawat pelaksana yang menggunakan SAK terbanyak pada saat implementasi. Perawat pelaksana Shift Menggunakan Presentase Tidak Presentase Sore



7



100%



0



0%



Malam



6



100%



0



0%



Pagi



7



100%



0



0%



Jumlah



20



100%



0



0%



Tahap evaluasi dilakukan selama 1 hari yaitu pada tanggal 23 september 2021 (shift sore, shift malam dan pagi). Dari keseluruhan perawat pelaksana yang berjumlah 20 orang.Dengan Pemberian implementasi maka kelompok mendapatkan hasil sebagai berikut : 1. Tersedianya SAK. Setelah dilakukan implementasi dengan memberikan SAK oleh perawat pelaksana yang dinas pada saat dilakukan implementasi maka kelompok menyimpulkan bahwa telah dilakukan SAK di ruangan ICU. 2.



Serah terima Setelah diberikan SAK oleh perawat pelaksana di ruang ICU, serah terima yang dilaksanakan berjalan lancar dan selesai tepat pada waktunya.



3.



Ketua tim lebih mudah mengevaluasi SAK yang telah dilaksanakan oleh perawat pelaksana.



D. Hambatan Disebabkan karena format yang diberikan masih baru sehingga masih perlu penyesuaian perawat pelaksana dalam penggunaannya dan perlu diberikan sosialisasi, motivasi, supervisi setiap hari dari ketua tim dan kepala ruangan.



BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan kasus diatas pada pasien penyakit pneumonia diruang ICU RS Bahteramasi 1. Implementasi Dimulai pada tanggal 26 Agustus- 22 september 2021 dengan sosialisasi SAK penyelesaian masalah penyakit terbanyak pneuomonia. Implementasi selanjutnya telah di berikan SAK sesuai dengan Planning Of Action sehingga penyakit terbanyak telah memiliki SAK. 2. Evaluasi Tahap evaluasi dilakukan selama 1 hari yaitu pada tanggal 23 september 2021 (shift sore, shift malam dan pagi). Dari keseluruhan perawat pelaksana yang berjumlah 20 orang.Dengan Pemberian implementasi maka kelompok mendapatkan hasil sebagai berikut : a. Tersedianya SAK. Setelah dilakukan implementasi dengan memberikan SAK oleh perawat pelaksana yang dinas pada saat dilakukan implementasi maka kelompok menyimpulkan bahwa telah dilakukan SAK di ruangan ICU.



b.



Serah terima Setelah diberikan SAK oleh perawat pelaksana di ruang ICU, serah terima yang dilaksanakan berjalan lancar dan selesai tepat pada waktunya.



c.



Ketua tim lebih mudah mengevaluasi SAK yang telah dilaksanakan oleh perawat pelaksana.