180 Soal & Pembahasan Keperawatan 3.0 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ID Soal Kasus (vignete): Bayi perempuan usia 9 hari dirawat di perinatologi dengan post operatif pemasangan kolostomi hari ke-3. Hasil pengkajian: stoma merah muda, kantung stoma paten, feses lunak, skala nyeri ringan, perut tidak distensi. Ibu belum dapat mengganti kantung stoma anaknya. Perawat telah melakukan perawatan pada stoma. Pertanyaan soal Apakah data utama yang perlu dievaluasi pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. B. C. D. E.



Skala nyeri Lingkar perut Karakteristik feses Kondisi kulit sekitar stoma Kemampuan ibu perawatan stoma



Kunci Jawaban



D



Nama Pembuat



Etika Dewi Cahyaningrum



Institusi/bagian



Universitas Harapan Bangsa



Pembahasan Data utama yang perlu dievaluasi mengacu pada masalah keperawatan prioritas. Berdasar data pada kasus tersebut, masalah keperawatan utama adalah risiko gangguan integritas kulit. Perawat perlu memperhatikan ada tidaknya iritasi kulit sekitar sekitar stoma akibat kontak dengan feses. Pasien yang memiliki stoma kolostomi menghadapi masalah perawatan kesehatan yang unik sebab pola defekasi mereka berbeda dengan pasien yang memiliki kolon yang utuh. Individu yang memiliki stoma kolostomi harus mengenakan kantong atau alat untuk mengumpulkan feses yang dikeluarkan dari stoma (Potter & Perry, 2006). Feses yang keluar melalui stoma dapat menyebabkan beberapa masalah pada kulit (Clark & Grover, 2004). Masalah pada kulit ditandai dengan adanya kemerahan (eritema) dan umumnya terjadi karena feses kontak dengan kulit peristomal dan hal ini dapat terjadi jika perawatan stoma tidak tepat (Burch, 2011). Perlindungan kulit peristomal adalah aspek penting dari perawatan stoma (Wong, 2009).



ID Soal Kasus (vignete): Anak perempuan usia 8 tahun dibawa ibunya ke puskesmas karena panas selama 3 hari. Hasil pengkajian: mengeluh sakit kepala, suhu 38,8oC. Perawat akan melakukan uji torniquet. Perawat menjelaskan prosedur dan meminta persetujuan kepada ibunya, mencuci tangan, memasang manset di atas fossa cubiti, mengukur tekanan darah dan diperoleh hasil 110/70 mmHg. Pertanyaan soal Apakah tindakan selanjutnya pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. B. C. D. E.



Melepas manset secara perlahan Menahan tekanan manset selama 10 menit Mencatat jumlah petekhie pada area yang ditandai Menentukan tekanan tengah sistolik dan diastolic Memompa manset sampai tekanan yang telah ditentukan



Kunci Jawaban Pembahasan



D



Urutan tindakan tes uji torniquet: Setelah mengukur tekann darah maka perawat menentukan tekanan sistolik dan diastolik dengan cara menambahkan sistol dan diastole lalu dibagi 2 (110+70 /2) = 90, nilai tersebut menjadi acuan untuk menahan tekanan manset selama 10 menit. Langkah prossedur uji torniquet: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Menjelaskan prosedur dan meminta persetujuan kepad ibunya. Mencuci tangan Memasang manset di atas fossa cubiti Mengukur tekanan darah dan diperoleh hasil 110/70 mmHg Menentukan tekann tengah sitolik dan diastolik Memompa manset sampai tekanan yang telah ditentukan Menahan tekanan manset selama 10 menit Mencatat jumlah petekhie pada area yang ditandai Melepas manset secara perlahan Mencuci tangan



ID Soal Kasus (vignete): Anak perempuan usia 7 tahun dirawat di ruang anak dengan keluhan nyeri saat buang air kecil. Hasil pengkajian: suhu 37,8oC, warna kemerahan di labia minor dan mayor. Perawat telah menyiapkan peralatan, mencuci tangan, menarik tirai, dan menggunakan sarung tangan. Pertanyaan soal Apakah tindakan selanjutnya pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. B. C. D. E.



Memposisikan pasien dalam posisi dorsal recumben Memposisikan pasien dalam posisi trendelenberg Memposisikan pasien dalam posisi genu pectoral Memposisikan pasien dalam litotomi Memposisikan pasien dalam sim



Kunci Jawaban



A



Pembahasan Macam-macam posisi: 1. Sim adalah posisi miring ke kanan atau kiri (memberikan obat supositoria) 2. Litotomi adalah posisi berbaring dengan mengangkat kedua kaki dan menarik ke atas perut (pemeriksaan genitalia) 3. Genu pectoral adalah posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagain atas tempat tidur (pemeriksaan rectum, sigmoid) 4. Trendelenberg adalah posisi kepala lebih rendah dari kaki (memperlancar peredaran darah ke otak) 5. Dorsal recumben adalah posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (diregangkan) di atas tempat tidur



ID Soal Kasus (vignete): Anak laki-laki usia 4 tahun dibawa ibunya ke poli anak dengan keluhan matanya gatal dan merah. Hasil pengkajian: conjunctiva merah dan bernanah. Perawat akan melakukan Pendidikan cara memberikan salep mata. Perawat mencuci tangan, memegang tube salep. Pertanyaan soal Apakah langkah selanjutnya pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. B. C. D. E.



Menarik kelopak mata bawah menggunakan jari telunjuk Menarik kelopak mata bawah menggunakan ibu jari Mengoleskan salep ke dalam kantong mata Membersihkan mata Kedipkan mata



Kunci Jawaban



A



Pembahasan Langkah-langkah memberikan salep mata: 1. Cuci tangan 2. Pegang tube salep mata 3. Menarik kelopak mata bawah menggunakan jari telunjuk membentuk kantong 4. Oleskan salep ke dalam kantong mata sepanjang 1 cm 5. Kedipkan mata secara perlahan 6. Tutup mata selama 1-2 menit 7. Bersihkan salep mata 8. Pasang kembali tutup tube 9. Mencuci tangan ID Soal Kasus (vignete): Anak perempuan dibawa ibunya ke poliklinik tumbuh kembang untuk pemeriksaan. Hasil pengkajian: tanggal lahir 24 November 2015, BB 10 kg, TB 80 cm. Tanggal pemeriksaan 4 Oktober 2017. Perawat akan melakukan skrining perkembangan. Pertanyaan soal Berapakah usia anak pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. B. C. D. E.



1 tahun 9 bulan 9 hari 2 tahun 1 bulan 20 hari 1 tahun 9 bulan 10 hari 2 tahun 9 bulan 10 hari 1 tahun 10 bulan 10 hari



Kunci Jawaban Pembahasan Cara perhitungan usia anak adalah tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir. Maka: 2017 10 04 2015 11 24 1 tahun 10 bulan 10 hari Pada soal tidak terdapat opsi jawaban dalam pembulatan ke dalam “bulan”. Perhitungan umur dengan cara pembulatan (bulan) didasarkan pada pedoman dari CDC (Centre of Diseases



Control) tahun 2000. Untuk “hari”, jika >15 hari maka dibulatkan menjadi 1 bulan, jika ≤ 15 hari dibulatkan menjadi 0 bulan. ID soal 1



6



Kasus (vignete) Seorang perempuan umur 38 tahun dirawat di unit luka bakar. Hasil pengkajian: luka bakar derajat II dengan luas luka bakar 30 %, BB 55 kg, TB 165 cm, TD 110/60 mmHg, frekuensi nadi 60 x/menit, dan frekuensi napas 22 x/menit. Pertanyaan soal Berapakah cairan yang harus diberikan 16 jam berikutnya menurut formula Baxter? Pilihan jawaban A. 6600 ml B. 1650 ml C. 3300 ml D. 1600 ml E. 1500 ml Kunci C Jawaban: Pembahasan: Rumus perhitungan kebutuhan cairan menurut rumus Baxter/Parkland : 4 ml x luas luka bakar x berat badan. Kebutuhan cairan: = 4 ml x 30% x 55 Kg = 6600 ml Pemberian 8 jam pertama adalah 50% dari total kebutuhan cairan sehingga pada 8 jam pertama akan memberikan sebanyak 50% x 6600 ml = 3300 ml dan biasanya diberikan di instalansi gawat darurat. Pemberian cairan 16 jam berikutnya biasanya sudah dipindahkan ke unit luka bakar. Pemberian 16 jam berikutnya adalah 50% dari total keseluruhan cairan sehingga dibagi dalam 25% pada 8 jam kedua dan 25% pada 8 jam ketiga.



ID soal 2



7



Tinjauan



Jabaran



Kasus (vignete) Seorang perempuan berusia 75 tahun dirawat di ruang neurologi dengan diagnose medis stroke haemoragie. Hasil pengkajian stupor dengan GCS 8, kesan hemiparese dextra. TD 200/100 mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi 26 x/menit dan suhu 37 oC, CT Scan menunjukkan adanya gambaran hiperden pada daerah frontotemporal kanan Pertanyaan soal Apakah masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut? Pilihan jawaban



Kunci Jawaban: Pembahasan:



a. b. c. d. e. A



Perfusi jaringan serebral efektif Hambatan mobilitas fisik Pola napas tidak efektif Resiko cedera hipertermi



Data yang menonjol pada kasus baik minor maupun mayor mencirikan adanya perubahan pada jaringan otak. Perubahan neurologis mendadak seperti GCS, hemiparese, tekanan darah



dan didukung lagi dengan CT-Scan menunjukkan adanya tekanan yang meningkat pada otak sehingga perfusi serebral mengalami penurunan.



ID soal 3



8



Kasus (vignete) Seorang laki-laki berusia 65 tahun dirawat di ruang neurologi dengan keluhan penurunan kesadaran. Hasil pengkajian saat diberi rangsang nyeri tampak ekstensi abnormal, pasien membuka mata berespon terhadap nyeri dan suara menggumam, pupil anisokor kanan, reflex cahaya lambat, TD 160/90 mmHg, frekuensi nadi 92x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 36,6oC. Pertanyaan soal Berapakah nilai GCS pada kasus tersebut ? Pilihan jawaban a. 5 b. 6 c. 7 d. 8 e. 9 Kunci Jawaban: B Institusi/bagian Institut Kesehatan Mitra Bunda : Pembahasan:



Pemeriksaan GCS adalah jenis rangsang yang diberikan serta respon yang ditimbulkan dari rangsangan tersebut. Kasus diatas menunjukkan saat diberikan rangsangan nyeri ekstensi abnormal, pasien membuka mata berespon terhadap nyeri dan suara menggumam (2-2-2). Jadi nilai GCS 7. Untuk nilai GCS Motorik(M)= 6: mematuhi perintah; 5: melokalisir nyeri (menjangkau lokasi dan menjauhkan stimulus); 4: fleksi normal (menarik anggota tubuh dirangsang nyeri); 3: fleksi abnormal. dekortikasi (tangan fleksi diatas dada dan kaki ekstensi saat dirangsang nyeri); 2: ekstensi abnormal, deserebasi (tangan ekstensi dan mengepal disisi tubuh, kaki ekstensi saat dirangsang nyeri); 1: tidak bergerak Eye (E) = 4: membuka mata secara spontan; 3: membuka mata dengan rangsangan suara (dipanggil); 2: membuka mata dengan rangsangan nyeri (dicubit,ditepuk), 1: tidak membuka mata Verbal (V) = 5: orientasi baik; 4: berbicara mengacau, binggung; 3: hanya berkata-kata saja ( aduh…ah..auwa); 2: suara tidak jelas (mengerang, menggumam), 1: tidak bersuara



ID soal 4



9



Kasus (vignete) Seorang perempuan berusia 40 tahun dirawat di ruang rawat inap dengan keluhan patah tulang tidak sembuhsembuh. Hasil pengkajian pasien mengalami pada patah tulang tertutup pada daerah lengan kiri sejak 4 bulan yang lalu dan berobat ke dukun patah tetapi tidak kunjung sembuh dan lama kelamaan ototnya mengalami pengecilan, saat dikaji kekuatan otot pasien : pergerakan dapat menahan tahanan tetapi kurang dari normal. Pertanyaan soal Berapakah nilai kekuatan otot pada kasus tersebut ? Pilihan jawaban A. B. C. D. E. Kunci Jawaban: Pembahasan:



ID soal 5



15 2 3 4 5 D Skala kekuatan otot 0 : tidak bergerak 1: tampak gerakan otot, tetapi tidak ada pergerakan sendi 2: terdapat pergerakan sendi tetapi tidak bisa melawan gravitasi 3: pergerakan dapat melawan tahanan tetapi tidak dapat melawan tahanan 4: pergerakan dapat menahan tahanan tetapi kurang dari normal 5: kekuatan otot normal



10



Kasus (vignete) Seorang laki-laki berusia 55 tahun diantar keluarganya memeriksakan diri ke poliklinik penyakit dalam. Hasil pengkajian GDS: 55 mg/dl, pasien lemas, tampak berkeringat dingin, pucat, dan gelisah. Riwayat DM tipe 2 sejak 7 tahun dan keluarga mengatakan pasien tidak mau makan Pertanyaan soal Apakah intervensi yang dapat dilakukan pada kasus tersebut ? Pilihan jawaban A. B. C. D. E. Kunci Jawaban: Pembahasan:



Memberikan dextrose 40% Memantau tanda hipoglikemi Memberikan minuman manis Menganjurkan segera makan nasi Menganjurkan untuk menhentikan obat gula



C Pada kasus tersebut pasein memiliki riwayat DM tipe II dan menderita selama 7 tahun. Hasil pengkajian ditemukan adanya penurunan GDS 55 mg/dl, lemas, berkeringat, pucat dan gelisah, tanda tersebut merupakan tanda hipoglikemia yang harus di intervensi. Intervensi yang tepat untuk meminimalkan hipoglikemia sebaiknya segera diberikan minum manis ( teh manis, sirup, dll)



ID SOAL



11



KASUS (vignete): Seorang laki-laki umur 63 tahun mengeluh batuk dan sesak nafas. Hasil pengkajian pasien tampak sesak dan terdengar suara ronkhi pada lapang paru kanan dan kiri segmen apikal. TD 130/90 mmHg, frekuensi nadi 98x/menit, frekuensi napas 26x/menit, suhu 36oC . Pertanyaan soal: Bagaimana posisi postural drainage yang tepat untuk mengeluarkan secret adalah ? Pilihan jawaban: A. Duduk dengan Posisi fowler tinggi B. Supine dengan posisi Trendelenburg C. Supine dengan kepala tempat tidur dinaikkan 15 derajat D. Berbaring miring dengan sisi kiri dada dinaikkan dengan bantal E. Berbaring miring dengan sisi kanan dada dinaikkan dengan bantal Kunci Jawaban A Pembahasan : Kata kunci pada pertanyaan soal adalah posisi postural drainage yang tepat. Postural drainage bertujuan untuk membantu mengeluarkan secret pada jalan napas. Sedangkan kata kunci pada kasus adalah terdengar suara ronkhi pada lapang paru kanan dan kiri segmen apical, sehingga posisi postural drainage yang tepat adalah duduk dengan posisi fowler.



ID SOAL



12



KASUS (vignete): Seorang laki-laki umur 47 tahun dirawat di ruang interna dengan keluhan utama batuk berdahak. Pasien juga mengeluh dahaknya sulit dikeluarkan. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan perawat saat auskultasi paru adalah ditemukan bunyi napas ronchi pada daerah apeks paru kanan. TD : 120/80 mmHg, frekuensi napas 22x/ menit, frekuensi nadi 80x/ menit, dan suhu 36,8oC Pertanyaan soal: Apakah tindakan keperawatan mandiri yang tepat ? Pilihan jawaban: A. Melakukan fisioterapi dada B. Mengatur posisi semi fowler C. Mengajarkan pasien teknik napas dalam D. Mengajarkan pasien teknik batuk efektif E. Menganjurkan pasien meminum air hangat Kunci Jawaban



A



Pembahasan : Kata kunci pada kasus tersebut adalah keluhan pasien dahaknya sulit dikelularkan dan bunyi ronkhi pada apeks paru kanan, maka tindakan keperawatan yang tepat adalah melakukan fisioterapi dada. Sedangkan tindakan teknik batuk efektif atau meminum air hangat kurang tepat. Karena tindakan tersebut untuk dahak yang sudah terkumpul pada saluran pernapasan yang besar. ID SOAL



13



KASUS (vignete): Seorang laki-laki umur 61 tahun dirawat dengan diagnose medis Stroke infark. Saat dilakukan pengkajian didapatkan data bahwa saat bangun tidur pasien tiba-tiba tidak dapat menggerakan kaki dan tangan kiri serta tidak bisa berbicara. Tekanan darah 160/100 mmHg, frekuensi napas 20x/ menit, frekuensi nadi 100x/ menit, dan suhu 36,8oC, kesadaran komposmentis.



Pertanyaan soal: Apakah prioritas diagnosa keperawatan pada pasien tersebut ? Pilihan jawaban: A. Intoleransi aktivitas B. Defisit perawatan diri C. Kerusakan mobilitas fisik D. Gangguan perfusi cerebral E. Gangguan komunikasi verbal Kunci Jawaban



D



Pembahasan : Kata kunci pada kasus tersebut adalah pasien tidak dapat menggerakkan kaki dan tangan kiri serta tidak bisa berbicara saat bangun tidur. Hal tersebut dapat terjadi ketika aliran darah di otak terhambat, sehingga menyebabkan kerusakan jaringan otak. Kerusakan ini terjadi karena jaringan otak tidak mendapatkan cukup oksigen. Kondisi ini sering terjadi pada pasien dengan stroke infark yang menyebabkan ketika aliran darah di otak terhambat. Sehingga prioritas masalah keperawatan adalah gangguan perfusi serebral. Gangguan komunikasi verbal dapat menjadi diagnose keperawatan pada kasus tersebut, tetapi tidak bisa dijadikan prioritas. Karena salah satu kondisi menentukan prioritas masalah keperawatan adalah masalah keperawatan yang jika tidak diatasi, dapat mengakibatkan ancaman bagi pasien.



ID SOAL TINJAUAN



14 JABARAN



KASUS (vignete): Seorang perempuan umur 43 tahun dirawat di bangsal Medik dengan diagnosa medis Rheumatoid Artritis. Saat dilakukan pengkajian, pasien mengungkapkan nyeri pada persendian. TD : 120/80 mmHg, frekuensi napas 18x/ menit, frekuensi nadi 80x/ menit, dan suhu 36,8oC. Pertanyaan soal: Apakah data pengkajian berikutnya yang dibutuhkan perawat untuk menegakkan diagnosa keperawatan nyeri pada pasien tersebut ? Pilihan jawaban: A. Pasien mengungkapkan nyeri yang dialami terjadi pada persendian di kedua kaki B. Pasien mengungkapkan nyeri yang dialami terjadi pada persendian kaki kanan C. Pasien mengungkapkan nyeri pada sendi lebih sering dialami pada siang hari D. Pasien mengungkapkan nyeri pada sendi lebih sering dialami pada sore hari E. Pasien mengungkapkan nyeri yang dialami menetap Kunci Jawaban



A



Pembahasan : Kata kunci pada kasus tersebut adalah keluhan nyeri dan diagnose medis rheumatoid artritis. Nyeri pada rheumatoid artitis memiliki karakteristik gejala yang simetris. Sehingga nyeri yang dirasakan cenderung melibatkan kedua sisi tubuh.



ID SOAL



15



KASUS (vignete): Seorang laki-laki umur 36 tahun dirawat dengan luka bakar derajat III dan harus mendapat cairan infus RL 12.000 ml dalam 24 jam. TD : 90/70 mmHg, frekuensi napas 22x/ menit, frekuensi nadi 80x/ menit, dan suhu 36,8oC. Saat ini perawat telah selesai memberikan cairan pada 8 jam pertama. Pertanyaan soal: Berapa tetes per menitkah sisa cairan yang akan diberikan kepada pasien tersebut ? Pilihan jawaban: A. 120 tetes per menit B. 125 tetes per menit C. 130 tetes per menit D. 135 tetes per menit E. 140 tetes per menit Kunci Jawaban



B



Pembahasan : Kata kunci pada kasus tersebut adalah jumlah cairan yang akan diberikan sebanyak 12.000 ml dan cairan telah diberikan pada 8 jam pertama. Pada pasien dengan luka bakar, jumlah cairan ditentukan berdasarkan ketentuan Parkland yaitu [4 ml x KgBB x % luka bakar] dalam waktu 24 jam. Pemberian cairan pada pasien luka bakar diberikan sebanyak 50% pada 8 jam pertama, dan 50% pada 16 jam berikutnya. Pada kasus tersebut, cairan telah diberikan pada 8 jam pertama, berarti sebanyak 50% dari total cairan yang dibutuhkan telah diberikan, yaitu 6.000 ml. 6000 ml berikutnya akan diberikan dalam 16 jam kemudian, sehingga rumus yang digunakan untuk mengetahui jumlah tetes per menitnya adalah [jumlah cairan x faktor tetes / waktu (dalam menit)]. Sehingga jawabannya [6.000 x 20 (Faktor tetes orang dewasa) / 16 x 60 menit] = 125 tetes per menit (tpm). ID Soal KASUS (vignete) Pertanyaan soal Pilihan Jawaban



Kunci Pembahasan:



: 16 Seorang laki-laki didiagnosis menderita hernia nukleus pulposus. Saat ini pasien sedang dirawat dan direncanakan untuk operasi. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, RR 20 x/mnt, Suhu 36 C, HR 80 x/mnt. Dokter yang akan merawat meminta dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan lokasi yang akan dioperasi. Apakah pemeriksaan penunjang yang sesuai untuk kasus ini? A EEG B EKG C EMG D MRI E USG D Pada kasus diatas pasien menderita HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yang merupakan gangguan pada tulang belakang. Maka pemeriksaan penunjang yang sesuai untuk gangguan ini adalah pemeriksaan yang dapat memberikan gambaran gangguan pada tulang belakang, yaitu pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging).



ID Soal KASUS (vignete) Pertanyaan soal Pilihan Jawaban



Kunci Pembahasan:



ID Soal KASUS (vignete) Pertanyaan soal Pilihan Jawaban



Kunci Jawaban Pembahasan:



ID Soal KASUS (vignete) Pertanyaan soal Pilihan Jawaban



Kunci Jawaban Referensi Nama pembuat:



: 17 Seorang perempuan dirawat karena mengeluh kesemutan dan lemah pada kaki kanan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, RR 20 x/mnt, Suhu 36 C, HR 80 x/mnt. Pasien mengatakan bekerja di bank sebagai customer service dan setiap hari sering duduk selama bekerja. Apakah masalah utama pasien tersebut? A Ansietas B Nyeri akut C Intoleransi aktivitas D Gangguan citra tubuh E Gangguan perfusi jaringan C Dari data pada kasus diatas yang menjadi masalah adalah data kesemutan dan lemah pada kaki kanan. Dari pilihan jawaban yang tersedia, jawaban yang paling benar adalah intoleransi aktifitas karena kesemutan dan lemah sangat terkait dengan gangguan dalam melakukan aktifitas. : 18 Seorang perempuan usia 50 tahun dirawat karena mengeluh lemah di kaki dan sering kesemutan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, RR 18 x/mnt, Suhu 37 C, HR 70 x/mnt. Pasien mengatakan sudah sebulan mengalami masalah ini. Apakah tindakan utama yang sesuai untuk pasien diatas? A Anjurkan bedrest B Berikan posisi prone C Anjurkan minum air hangat D Berikan oksigen nasal kanul E Ajarkan latihan batuk efektif A Masalah utama pasien diatas adalah terkait dengan aktifitas atau mobilitas karena adanya gangguan berupa lemah di kaki dan sering kesemutan maka tindakan yang sesuai adalah menganjurkan pasien bedrest agar tidak timbul masalah karena gangguan dalam beraktifitas dan sebagai bagian dari tindakan patient safety. : 19 Seorang perempuan usia 29 tahun dibawa ke RS karena ada benjolan di kepala bagian belakang. Hasil pemeriksaan pasien tersebut didapatkan TD 120/80 mmHg, Nadi 77 x/mnt, suhu 37 C, RR 20 x/mnt. Apakah pemeriksaan penunjang yang sesuai untuk pasien tersebut? A EKG B USG C EMG D Rontgen E CT-SCAN E Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta EGC. Bayhakki



Institusi/bagian:



Dept KMB FKp UNRI



Pembahasan:



Gangguan yang dialami pasien diatas berada pada bagian dalam kepala yang dapat dilihat dengan jelas dengan pemeriksaan ct-scan. Pemeriksaan lain pada pilihan jawaban tidak dapat memberikan gambaran bagian dalam kepala dengan jelas.



ID Soal KASUS (vignete) Pertanyaan soal Pilihan Jawaban



kunci Pembahasan:



ID soal 1 Tinjauan



: 20 Seorang pasien perempuan usia 46 tahun dirawat karena mengalami Kanker otak. Pasien saat ini sedang menjalani kemoterapi ke 5. Hasil pemeriksaan lab menunjukkan Hb 13 mg/dl. Dari pemeriksaan fisik diketahui TD 110/70 mmHg, RR 20 x/mnt, Suhu 37 C, nadi 90 x/mnt, berat badan 40 kg tinggi badan 165 cm. Apakah masalah utama pasien diatas? A Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan B Gangguan pertukaran gas C Gangguan pola nafas D Ansietas E Nyeri A Dari data-data yang ada pada kasus diatas yang menjadi masalah adalah data berat badan yang kurang. Jika dihitung IMT pasien akan didapatkan kesimpulan bahwa pasien mengalami gangguan nutrisi. 21 Jabaran



Kasus (vignete) Seorang laki-laki usia 42 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan Gagal Ginjal. Hasil pemerikasaan tekanan darah 110/60 mmHg, frekuensi napas 28x/menit, frekuensi nadi 100x/menit. Hasil pemeriksaan analisa gas darah didapatkan interpretasi Asidosis metabolik terkompensasi penuh dan saturasi oksigen 98%. Pertanyaan soal Manakah nilai analisa gas darah yang menunjukkan interpretasi pada kasus diatas? Pilihan jawaban A. pH 7.36, PaCO2 32 mmHg, HCO3 20 mEq/dL. B. pH 7.46, PaCO2 32 mmHg, HCO3 20 mEq/dL. C. pH 7.34, PaCO2 35 mmHg, HCO3 20 mEq/dL. D. pH 7.46, PaCO2 32 mmHg, HCO3 22 mEq/dL. E. pH 7.36, PaCO2 32 mmHg, HCO3 20 mEq/dL. Kunci A Jawaban: Pembahasan: Nilai normal AGD sebagai berikut: pH : 7.35-7.45 semakin turun semakin asam semakin naik semakin basa. PaCO2 : 35-45 kebalikan dari pH, semakin turun semakin basa semakin naik semakin asam. HCO3- : 22-26 sama dengan pH, semakin turun semakin asam semakin naik semakin basa. Cara Interpretasi AGD: 1. Lihat pH (asam atau basa)  jika asam pasien memngalami asidosis, jika basa pasien mengalami alkalosis 2. Lihat PaCO2, hal ini menunjukkan gangguan pada respiratorik 3. Lihat HCO3-, hal ini menunjukkan gangguan pada metabolik 4. Bandingkan nilai pH dengan PaCO2 dan HCO3- mana yang sama dengan pH (sama-sama asam atau basa), jika pH dan PaCO2 sama-sama asam menunjukkan Asidosis Respiratorik, jika pH dan PaCO2 sama-sama basa maka Alkalosis Respiratorik. Sebaliknya jika pH dan HCO3- sama-sama asam menunjukkan Asidosis Metabolik, jika pH dan HCO3- sama-sama basa maka Alkalosis metabolik. Apakah pasien ini terkompensasi sebagian, penuh atau tanpa terkompensasi ditentukan dari kadar pH,



PaCO2, dan HCO3-, jika yang normal adalah pH maka terkompensasi penuh, tetapi jika yang ditemukan normal adalah salah satu diantara PaCO 2, atau HCO3- maka tanpa terkompensasi. Jika tidak ada yang normal maka terkompensasi sebagian.



ID soal 2 22 Tinjauan Jabaran Kasus (vignete) Seorang perempuan usia 32 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan DHF grade 3. Hasil pengkajian pasien mengeluh lemah, terdapat petekie pada kedua ekstremitas atas, kulit teraba dingin, suhu tubuh pasien 36o C. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 17 g/dl, Hematokrit 60% dan trombosit 45.000/mm3. Pertanyaan soal Apakah masalah keperawatan utama pada pasien tersebut? Pilihan jawaban A. Risiko syok B. Hipertermia C. Risiko perdarahan D. Intoleransi aktivitas E. Gangguan integritas kulit Kunci Jawaban: Pembahasan:



A Pasien dengan DHF menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga menyebabkan kebocoran plasma ke ekstravaskuler dengan ditandai adanya petekie dan trombositopenia, nilai normal trombosit 150.000–400.000/mm3 yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan, hal ini juga di dukung dengan adanya peningkatan kadar hematocrit. Bayi baru lahir: 55%–68% Usia 1 minggu: 47%–65% Usia 1 bulan: 37%–49% Usia 3 bulan: 30%–36% Usia 1 tahun: 29%–41% Usia 10 tahun: 36%–40% Pria dewasa: 42%–54% Wanita dewasa: 38%–46%



ID soal 3 23 Kasus (vignete) Seorang laki-laki usia 48 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis medis AMI. Saat pengkajian didapatkan pasien nyeri dada sebelah kiri seperti tertusuk-tusuk dan tembus ke punggung. Sesuai dengan kolaborasi pasien dilakukan tindakan pemeriksaan EKG. Perawat sudah memasang sampai dengan sandapan V2. Pertanyaan soal Dimanakah lokasi pemasangan elektrode berikutnya? Pilihan jawaban A. ICS ke 4 garis sternal kanan B. ICS ke 4 garis sternal kiri C. ICS ke 5 garis sternal kiri midklafikula D. ICS ke 5 garis sternal kiri anterior axila E. ICS ke 5 garis sternal kiri mid axila Kunci Jawaban: Pembahasan:



C



ID soal 4 24 Kasus (vignete) Seorang perempuan usia 66 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan Gagal Jantung grade IV. Saat pasien masuk RS keluarga sudah meminta kepada perawat untuk tidak dilakukan resusitasi. Saat ini pasien mengalami penurunan kesadaran dan henti jantung, dan perawat tetap melakukan tindakan RJP. Pertanyaan soal Manakah prinsip etik yang dilanggar oleh perawat pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Justice B. Fidelity C. Otonomi D. Beneficience E. Non Maleficience Kunci Jawaban: Pembahasan:



C Prinsip-prinsip etik yang harus dimiliki oleh seorang perawat, meliputi: a. Otonomi (Autonomy) Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. b. Berbuat baik (Beneficience) Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. c. Keadilan (Justice) Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. d. Tidak merugikan (Nonmaleficience) Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. e. Kejujuran (Veracity) Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. f. Menepati janji (Fidelity) Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. g. Kerahasiaan (Confidentiality) Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. h. Akuntabilitas (Accountability) Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.



ID soal 5 25 Tinjauan Jabaran Kasus (vignete) Seorang perempuan usia 28 tahun dirawat di ruang luka bakar. Hasil pengkajian luka bakar grade II dengan luas 45%, BB 50 kg, TB 156 cm, TD 100/60 mmHg, frekuensi nadi 60x/menit, frekuensi nafas 20x/menit. Pasien telah diberikan terapi cairan RL dan NaCl 0.9% selang seling sebanyak 2000 cc. Pertanyaan soal Apakah yang menjadi kriteria keberhasilan terapi cairan pada pasien tersebut? Pilihan jawaban A. Urine output 100 – 125 ml/jam B. Urine output 75 – 100 ml/jam C. Urine output 50 – 75 ml/jam D. Urine output 25 – 50 ml/jam E. Urine output 12,5 – 25 ml/jam Kunci Jawaban:



D



Referensi: Nama pembuat: Institusi/bagian: Pembahasan:



ID soal 1



Ete, G., Chaturvedi, G., & Barreto, E. (2019). Effectiveness of Parkland formula in the estimation of resuscitation fluid volume in adult thermal burns. Chinese Journal of Traumatology, 22(2), 113-116. Masroni, S.Kep., Ns., M.S. STIKES Banyuwangi / Departemen Keperawatan Medikal Bedah The fluid infusion to the patient was adjusted to achieve an hourly urine output of 0.5– 1.0 mL/kg/h.



26



Kasus (vignete) Seorang anak usia 5 tahun di rawat disalah satu Rumah Sakit dengan keluhan Diare, keluar feses sehari 8x/menit konsistensi cair disertai lendir. Hasill pemeriksaan anak didapatkan data anak tampak rewel, anak tampak haus minum lahap, mata cekung. Pertanyaan soal Apakah tindakan yang tepat dilakukan pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. B. C. D. E. Kunci Jawaban: Referensi: Nama pembuat: Institusi/bagian : Pembahasan:



rujuk segera ke Rumah Sakit beri cairan dan tablet zink beri antibiotik beri vitamin beri oralit b Departemen Kesehatan RI (2011)., Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada. Balita, Jakarta. Dwi Hastuti.,S.Kep.,Ners.,M.Kep Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi Didalam Kasus terdapat data yang menjadi kritical dalam menjawab pertanyaan yaitu -



anak tampak rewel anak tampak haus minum lahap mata cekung



Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut :Gelisah, rewel / mudah marah, Mata cekung, Haus, minum dengan lahap, Cubitan kulit perut kembali lambat hal ini jelas menunjukkan diare dengan dehidrasi ringan/sedang, sehingga tindakannya masuk dalam kategori masalah dimana anak secara prioritas memberikan cairan, tablet Zink dan makanan yang sesuai dengan rencana. Jika ditemukan masalah yang lebih berat maka intervensi dilanjutkan untuk Rujuk segera



ID soal 2



27



Kasus (vignete) Seorang anak usia 2 tahun di rawat disalah satu Rumah Sakit sejak 4 hari yang lalu. ibu mengatakan anak tanpak lemes dan tidak mau minum. hasil pemeriksaan ditemukan data Suhu 38°C, Respirasi 35x/menit. Kesadaran anak letargi, mata cekung, Cubitan kulit perut Kembali lambat Pertanyaan soal Apakah klasifikasi masalah yang terjadi pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. B. C. D. E.



diare diare persisten berat diare tanpa dehidrasi diare dengan dehidrasi ringan diare dengan dehidrasi berat



Kunci Jawaban: Pembahasan:



e Didalam Kasus terdapat data yang menjadi kritical dalam menjawab pertanyaan yaitu -



anak tanpak lemes dan tidak mau minum. kesadaran anak letargi mata cekung Cubitan kulit perut Kembali lambat



Hal tersebut sesuai dengan dasar manisfestasi yang menunjukan masalah diare dehidrasi berat adalah Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut : -



ID soal 3



Letargis atau tidak sadar Mata Cekung. Tidak bisa minum atau malas minum. Cubitan kulit perut kembali sangat lambat.



28



Tinjauan



Jabaran



Kasus (vignete) Seorang bayi usia 4 hari lahir normal BBL 2600 gram. Bayi dilakukan rawat inap di ruang perinatologi salah satu Rumah Sakit dengan keluhan bayi tampak kuning, reflek hisap lemah, kulit kering. saat ini bayi diberikan tindakan fototerapy. hasil pemeriksaan BB bayi mengalami penurunan BB 2 ons selama di rawat. Suhu 37°C, R 55x/menit, Nadi 102 x/menit. Pertanyaan soal Apakah masalah keperawatan utama yang muncul pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. B. C. D. E. Kunci Jawaban: Pembahasan:



defisit Nutrisi diskontuinitas pemberian ASI gangguan termoregulasi gangguang integritas kulit gangguan neurologia a Data kasus sebagai kunci dalam menjawab adalah -



reflek hisap lemah



-



Penurunan berat badan



Data tersebut merupakan data utama bayi mengalami masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. data yang lain seperti kulit kering jg memungkinkan muncul masalah gangguan integritas kulit namun lebih prioritas terkait dengan masalah nutrisi



ID soal 4



29



Kasus (vignete) Seorang anak usia 8 bulan di rawat disalah satu Rumah Sakit dengan keluhan demam selama 5 hari dan muntah. selama di rawat anak tampak rewel, anak selalu menangis Ketika melihat perawat. saat melakukan tindakan anak tidak kooperatif. perawat akan melakukan tindakan invasive memasukkan obat secara intravena Pertanyaan soal Apakah prinsip yang harus diperhatikan perawat dalam tindakan tersebut? Pilihan jawaban A. justice B. non-maleficence C. veracity D. fidelity E. accountability Kunci b Jawaban: Pembahasan: Dalam kasus muncul manifestasi dari reaksi hospitalisasi yang menunjukkan bayi rewel, takut. untu melakukan tindakan perawat harus memperhatikan dampak reaksi hospitalisasi tersebut. reaksi hospitalisasi jika tidak teratasi akan menimbulkan dampak merugikan yaitu a nka menjadi trauma dan dapat menghambat fase perkembangan anak kedepan. Dalam hal tersebut prinsip etik yang sesuai untuk dilakukan adalah non-maleficience



ID soal 5



30



Tinjauan



Jabaran



Kasus (vignete) Seorang anak usia 6 tahun dirawat sejak 2 hari yang lalu dengan keluhan batuk, sesek nafas. Hasil pemeriksaan didapatkan pernapasan 60x/menit, Suhu 38,5°C, Nadi 99x/menit. Suara Napas ditemukan wheezing, anak tampak gelisah. Perawat akan melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan oksigen. Pertanyaan soal Apakah persiapan awal yang harus dilakukan perawat terhadap kasus tersebut? Pilihan jawaban A. B. C. D. E. Kunci Pembahasan :



melakukan inform concent memberikan posisisi yang nyaman memberikan O2 sesuai kebutuhan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat bronkodilator memberikan posisi semi fowler untuk melegakan pernapasan anak



a Didalam Kasus terdapat data yang menjadu acuan dalam menjawab, yaitu tindakan. dalam kasus perawat belum melakukan tindakan apapun, disampaikan masuk ke rencana sheingga membutuhkan persiapan sebelum tindakan diantaranya adalah persiapan lingkungan dan inform concent. perawat secara etika keperawatan berprinsip hak asasi manusia. dalam melakuakn tindakan intervensi perawat harus menjelaskan tentang tindakan apa dan apakah disetujui tidaknya, itu yang disebut dengan inform concent



ID soal 1



31



Kasus (vignete) Balita laki-laki usia 2 tahun dibawa ibu ke Puskesmas dengan keluhan batuk selama 3 hari, makan sangat sedikt dan anak tampak lemas. Hasil pengkajian anak tampak sesak, rewel, tidak panas, tidak ada tanda bahaya umum. Perawat akan menentukan derajat batuk dan sukar bernapas dengan pendekatan MTBS. Apakah data utama yang perlu dikaji lebih lanjut pada kasus tersebut? A. B. C. D. E.



Suhu Frekuensi napas Karakteristi batuk Perkusi lapang paru Capillary Refill Time



Kunci Jawaban: Pembahasan:



B Berdasarkan pendekatan MTBS, data penting yang perlu dikaji untuk menentukan apakah anak batuk biasa, pneumonia dan pneumonia berat, yang perlu dikaji selanjtnya jika mendapatkan anak tampak sesak yaitu menghitung frekuensi napas anak selama 1 menit.



ID soal 2



32



Kasus (vignete) Anak laki-laki usia 4 tahun di rawat di ruang anak dengan keluhan penurunan berat badan secara tiba-tiba 6 bulan terakhir. Anak tampak kurus, lemas dan hanya terbaring. Ibu mengatakan anak sulit makan dan jarang komunikasi, ibu tampak cemas. Hasil pengkajian berat badan anak 8Kg, Suhu 36,5˚C, frekuensi napas 30x/menit. Pertanyaan soal Apakah masalah keperawatan pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Cemas B. Kelemahan C. Gangguan mobilitas fisik D. Ketidakseimbangan nutrisi E. Gangguan komunikasi verbal Kunci Jawaban:



D



ID soal 3



33



Kasus (vignete) Seoarng anak perempuan usia 5 tahun di rawat di ruang anak untuk mendapatkan protokol pemberian kemoterapi. Perawat akan melakukan pemasangan infus terlebih dahulu dengan melibatkan orang dan mengajak anak untuk bercerita untuk menglaihkan rasa sakit anak saat pemasangan infus. Pertanyaan soal Prinsip etik apakah yang diterapkan perawat pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Justice B. Fidelity C. Otonom



D. Confidentiality E. Nonmaleficience Kunci Jawaban:



E



ID soal 4



34



Kasus (vignete) Anak laki-laki dibawa ibunya ke Poli tumbuh kembang anak pada tanggal 19 Februari 2021 untuk melakukan tes perkembangan anak. Sebelum melakukan tes perkembangan perawat akan menghitung usia anak untuk menentukan garis umum. Diketuhui anak lahir pada tanggal 29 Mei 2017. Pertanyaan soal Berapakah usia anak pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. 4 tahun 4 bulan B. 4 tahun 3 bulan C. 3 tahun 8 bulan D. 3 tahun 9 bulan E. 2 tahun 7 bulan Kunci Jawaban: D Pembahasan Cara penghitungan usia anak dengan mengurangi tanggal pemeriksaan dengan tanggal lahir anak. 2021(2020)



ID soal 5



02(1) + 12 =13



19+30 = 49



2017



05



29



3



8



20



35



Kasus (vignete) Anak laki-laki usia 6 tahun dirawat di ruang anak dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Anak tampak lemas dan kadang merasakan sakit di daerah abdomen.ibu mengatakan anak sulit makan dan rewel. Hasil pengkajian didapatkan suhu 40˚C, frekuensi napas 30x/menit, frekuensi nadi 100x/menit. Pertanyaan soal Apakah implementasi yang harus dilakukan perawat pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Kompres air hangat B. Observasi intake dan output C. Anjurkan makan sedikit tapi sering D. Ajarkan keluarga manjemen nyeri non farmal E. Bantu anak untuk melakukan aktifitas bertahap Kunci A Jawaban: Pembahasan Berdasarkan data pada kasus terjadi peningkatan suhu yang tinggi yang dapat menyebabkan kehilangan cairan, kelemahan hingga kejang demam. Oleh sebab itu penangan demam terlebih dahulu harus diatasi untuk menghindari akibat lain yang dapat membahayakan anak.



ID Soal



36 Tinjauan



Kasus (vignete)



Jabaran



Seorang laki-laki usia 9 tahun di rawat di ruang perawatan anak hari ke tiga karena fraktur radialis sinistra. Lengan bawah sinistra pasien di pasang gips lengan pendek. Perawat memposisikan lengan sinistra pasien seinggi jantung, mengkaji sistem pengisian kapiler (capiler refeel). Pertanyaan soal Apakah tujuan keperawatan yang tepat pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Mencegah tejadinya sindrom kompartemen B. Mencegah terjadinya tromboemboli C. Mencegah terjadinya delayed union D. Mencegah terjadinya non union E. Mencegah terjadinya malunion Kunci Jawaban:



A



Pembahasan : Sindrom kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot berkurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Untuk mencegahnya perawat harus melakukan dengan mengontrol edema. Beberapa tehnik mengontrol edema seperti di kasus. ID Soal 37 Kasus (vignete) Laki-laki usia 6 tahun dirawat di ruang perawatan anak dengan keluhan wajah moon face, skrotum tampak membesar mengkilat, terdapat pitting edema pada ekstremitas bawah. TD= 115/60 mmHg, frekuensi nadi= 85 x/menit, Frekuensi nafas= 22 x/menit Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan Hb= 11,8, Albumin= 2,8 gr/dL, kolesterol= 450 gr/dL, protein urin= 2+. Pertanyaan soal Apakah implementasi keperawatan prioritas terkait edema pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Diet cukup kalori B. Rubah posisi pasien tiap 3 jam C. Berikan posisi setengah duduk pada pasien D. Berikan alas bantal pada kedua kaki pasien E. Berikan ganjalan pada bagian bawah skrotum pasien Kunci Jawaban:



E



Pembahasan : Ganjalan dibawah skrotum pada anak yang mengalami pembengkakan skrotum yang berat perlu dilakukan. Karena ada kejadian keadaan skrotum begitu besar akhirnya skrotumnya pecah yang menjadi penyebab kematian si pasien. ID Soal



38



Kasus (vignete) Perempuan usia 6 tahun masuk dirawat di ruang perawatan anak hari ke 5 dengan kasus diare. Menurut ibunya, pasien sudah tidak mencret lagi. Namun ibu pasien mengatakan dalam sehari ini pasien tampak cemberut, malas berbicara dengan ibu dan saudaranya yang lain. Perawat melihat tampak pasien hanya duduk sibuk dengan mainannya sendiri.kemudian perawat meminta pasien menyebutkan lima hal yang baik dan lima hal yang buruk yang dirasakan pasien hari ini.



Pertanyaan soal Manakah prinsip tehnik komunikasi yang dilaksanakan pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Tehnik permainan asosiasi kata B. Tehnik respon fasilitatif C. Tehnik saling bercerita D. Tehnik pro dan kontra E. Tehnik orang ketiga Kunci Jawaban:



D



Pembahasan: Salah satu tehnik komunikasi kreatif dengan anak menggunakan tehnik verbal yaitu tehnik pro dan kontra. Tehnik pro dan kontra digunakan untuk mengetahui hal apa saja yang disenangi oleh anak dan hal apa saja yang tidak disenangi oleh anak. ID Soal



39



Kasus (vignete) Perempuan usia 12 tahun dibawa ke poli THT oleh ibunya dengan keluhan telinga sebelah kiri kurang jelas mendengar. Menurut ibunya, pasien sudah satu minggu mengalami kondisi tersebut. Menurut dokter spesialis THT anak tersebut menderita tuli konduktif. Kemudian perawat melakukan pengkajian ketajaman pendengaran dengan menggunakan uji weber. Pertanyaan soal Apakah respon pasien yang dinilai pada uji weber tersebut? Pilihan jawaban A. Pasien mengalami lateralisasi kiri B. Pasien mengalami lateralisasi kanan C. Pasien tidak mengalami lateralisasi D. Pasien mendengar air conduction dua kali lebih lama dari bone conduction E. Pasien mendengar suara air conduction lebih lama dari bone conduction Kunci Jawaban: A Pembahasan: Uji weber merupakan salah satu tes ketajaman pendengaran dengan menggunakan garpu tala. Pada tuli konduksi, hasil uji webernya lateralisasi pada telinga yang mengalami gangguan. Normalnya pasien mendengar suara seimbang antara telinga kiri dan kanan



ID Soal



40



Kasus (vignete) Laki-laki usia 10 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan rasa nyeri terasa di semua bagian kepala, muntah tiba-tiba. Anak tidak mau minum. GCS= 12, TIK= 21 mmHg. Hasil pemeriksaan CT-Scan tampak Ventrikel lateral III dan IV melebar, kesan: hidrosefalus komunikan dengan edema veriventrikel terutama kiri. Pertanyaan soal Apa masalah utama pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Nyeri B. Gangguan mobilitas fisik C. Gangguan integritas kulit D. Kurangnya volume cairan E. Perubahan perfusi jaringan serebral Kunci Jawaban: Pembahasan :



E



CSS tertahan di otak menyebabkan edema serebral, edema serebral dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial karena penambahan volume dalam ruang tengkorak. peningkatan tekanan intra karanial penekanan pada jaringan otak sehingga mengganggu aliran darah di jaringan otak. Aliran darah terganggu maka akan terganggu proses metabolisme di sel otak. Maka timbul masalah gangguan perfusi serebral ID Soal 01 41 Kasus (vignete): Batita usia 2 tahun datang ke Puskesmas bersama orangtua dengan keluhan sukar bernapas. Hasil pengkajian: frekuensi napas 30 x/menit, suhu 36,50 C, tidak ada tarikan dinding dada dan tidak ada suara napas tambahan. Pertanyaan soal: Apakah data yang perlu dikaji lebih lanjut pada kasus tersebut berdasarkan MTBS? Pilihan jawaban: A. Rasio inspirasi dan ekspirasi B. Penggunaan otot napas C. Saturasi oksigen D. Perfusi jaringan E. Tekanan darah Kunci Jawaban Rasional



C Berdasarkan MTBS 2019, anak yang datang dengan keluhan batuk dan atau sukar bernapas maka lakukan pengkajian berikut: 1. Lama keluhan dirasakan 2. Frekuensi napas dalam 1 menit 3. Adakah tarikan dinding dada 4. Adakah wheezing 5. Nilai saturasi oksigen



ID Soal 02 42 Tinjauan Jabaran Kasus (vignete): Seorang anak laki-laki usia 11 tahun dirawat di ruang anak. Hasil pengkajian didapatkan akral teraba hangat, suhu 36,7°C, frekuensi napas 20 x/menit dangkal, terdengar murmur mid-diastolik, TD 100/60 mmHg. Ibu mengatakan bahwa anak cepat lelah setelah beraktivitas. Pertanyaan soal: Apakah data yang perlu dikaji lebih lanjut pada kasus tersebut ?



Pilihan jawaban: A. Saturasi oksigen B. Kefektifan perfusi perifer C. TTV saat perubahan posisi D. TTV sebelum dan sesudah aktivitas E. Aktivitas yang dilakukan selama di rumah sakit Kunci Jawaban Rasional



D Data pada kasus menunjukkan adanya permasalah jantung. Pada pasien dengan permasalah jantung biasanya mengalami permasalahan intoleransi aktivitas yang ditunjukkan adanya keluhan pada saat beraktivitas. Maka untuk memperkuat diagnosa tersebut perlu dikaji TTV sebelum dan sesudah beraktivitas.



ID Soal 43 03 Kasus (vignete): Seorang balita perempuan dibawa ibunya ke Poli Tumbuh kembang. Ibu mengatakan bahwa anak mempunyai riwayat PDA. Perawat akan mengkaji tumbuh kembang anak. Perawat menjelaskan prosedur kepada ibu, menyiapkan alat yang digunakan, dan menanyakan tanggal lahir anak. Pertanyaan soal: Apakah tindakan selanjutnya pada kasus tersebut ? Pilihan jawaban: A. Meminta anak melompat B. Menghitung usia kronologis C. Mengatur posisi yang nyaman D. Menanyakan perkembangan anak E. Membuat garis lurus pada usia kronologis Kunci Jawaban Rasional



B Pada kasus diatas, perawat akan mengkaji tumbuh kembang anak. Tahapan yang telah dilakukan Perawat dalah menjelaskan prosedur kepada ibu, menyiapkan alat yang digunakan, dan menanyakan tanggal lahir anak. Tahapan berikutnya setelah mengetahui tanggal lahir anak adal menghitung usia kronologis anak.



ID Soal 04 44 Kasus (vignete): Seorang anak laki-laki usia 14 tahun, dirawat di ruang anak dengan diagnosa VSD. Hasil pengkajian: pasien merasa sesak nafas, frekuensi napas 28x/menit. Perawat melakukan tindakan kolaboratif pemberian oksigen. Perawat mencuci tangan, menyiapkan alat, menyambungkan selang oksigen dengan tabung oksigen. Pertanyaan soal: Apakah tindakan selanjutnya pada kasus tersebut ? Pilihan jawaban: A. Memeriksa kadar saturasi oksigen B. Menghitung kebutuhan oksigen C. Menyesuaikan dosis oksigen D. Memasang masker ke klien E. Memfiksasi masker Kunci Jawaban Institusi/Bagia n



C Universitas Sari Mulia



Pembahasan



Pada kasus diatas, perawat akan melakukan tindakan kolaboratif pemberian oksigen. Tahapan yang telah dilakukan perawat adalah mencuci tangan, menyiapkan alat, menyambungkan selang oksigen dengan tabung oksigen. Tahapan selanjutnya adalah memastikan oksigen mengalir kemudian menyesuaikan dosis oksigen (kebutuhan oksigen).



ID Soal 45 Tinjauan Jabaran Kasus (vignete): Seorang anak laki-laki usia 6 tahun menunjukkan gejala gangguan pernafasan. Hasil pengkajian didapatkan suara napas rhonki pada lobus kanan, pasien terlihat susah bernapas, dan terdapat sekret pada hidung. Berdasarkan advis dokter direncanakan pemberian nebulisasi. Perawat yang bertugas mempersiapkan alat dan mengatur posisi pasien. Pertanyaan soal: Apakah tindakan selanjutnya yang dilakukan perawat pada kasus diatas? Pilihan jawaban: A. Memasukkan obat kedalam tabung B. Menghidupkan mesin inhalasi C. Menempatkan sungkup oksigen pada mulut dan hidung pasien D. Mengobservasi uap inhalasi E. Mengatur waktu pemberian Kunci Rasional



ID soal 1



A Data pada kasus diatas perawat melakukan tindakan berdasarkan advis dokter berupa pemberian nebulisasi. Perawat telah mempersiapkan alat, dan mengatur posisi pasien. Tindakan selanjutnya yang dilakukan perawat adalah memasukkan obat kedalam tabung, menghidupkan mesin inhalasi, mengobservasi uap inhalasi, menempatkan sungkup pada pasien, dan mengatur waktu pemberian. 46



Kasus (vignete) Klien dirawat di bangsal penyakit dalam dengan diagnosa medis sindrom Guillain-Barre mengalami paralisis pada tubuh bagian atas, sudah dilakukan intubasi dan diberikan ventilasi mekanik. Pertanyaan soal Apakah yang harus dimasukkan perawat pada perencanaan keperawatan untuk menbantu klien menghadapi penyakitnya ? Pilihan jawaban A. Memberikan klien kontrol penuh atas keputusan perawatan dan membatasi pengunjung B. Memberikan umpan balik positif dan mendorong ROM aktif C. Memberikan informasi, memberikan umpan balik yang positif, dan mendorong relaksasi D. Memberikan obat penenang melalui intravena E. Mengurangi distraksi dan membatasi pengunjung



Kunci Jawaban: Pembahasan:



C Klien dengan sindrom Guillain-Barre mengalami ketakutan dan kecemasan akibat paralisis tubuh bagian atas, serta munculnya gangguan yang tiba-tiba. Perawat dapat mengurangi ketakutan dengan memberikan informasi yang akurat tentang kondisi klien, memberikan perawatan lanjut, dan umpan balik positif pada klien, mendorong relaksasi, serta distraksi. Keluarga bisa dilibatkan pada aktifitas tertentu dan memberikan hiburan untuk klien juga



ID soal 2



47



Kasus (vignete) Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas 5 hari yang lalu, kemudian dilakukan operasi kraniotomi 3 hari yang lalu. Ners A mendapat tugas untuk melakukan tindakan evaluasi kondisi klien pasca kraniotomi. Pertanyaan soal Hasil pengkajian apa yang menunjukkan bahwa klien mengalami meningitis sebagai komplikasi dari pembedahan? Pilihan jawaban A. Kerning sign negatif B. Tanda Brudzinski positif C. Tidak ada kaku kuduk D. Skor GCS 15 E. Refleks Babinski negatif Pembahasan: Gejala iritasi meningeal yang cocok dengan meningitis meliputi kaku kuduk, tanda brundzinki positif dan tanda kernig positif. Kaku kuduk ditandai dengan kekakuan dan nyeri pada leher, yang biasanya dikeluhkan saat leher difleksikan. Tanda kernig positif saat klien merasa nyeri dan kaku pada otot hamstring ketika kaki fleksi maksimal pada lutut dan pinggul. Tanda brudzinski positif saat klien merefleksikan pinggul dan lutut sebagai respon dari fleksi kepala dan leher ke dada yang dilakukan oleh perawat. GCS 15 merupakan skor sempurna dan mengindikasikan bahwa klien sadar penuh, tanpa defisit neurologis Kunci Jawaban: B ID soal 3



48



Kasus (vignete) Seorang perawat sedang memberikan penjelasan kepada klien untuk persiapan pulang pada klien dengan kanker prostat setelah tindakan prostatectomy. Penjelasan yang diberikan agar klien tidak mengangkat barang dengan bobot lebih dari 10 kg selama minimal 6 minggu. Pertanyaan soal Apakah diagnosa keperawatan yang relevan dengan rencana tersebut? Pilihan jawaban A. Risiko gangguan cairan B. Risiko Intoleransi Aktivitas C. Hambatan Eliminasi Urin D. Risiko pendarahan E. Hambatan mobilitas fisik Pembahasan; Menyarankan pasien untuk tidak mengangkat beban yang lebih dari 10 kg selama 6 minggu merupakan penjelasan yang tepat bagi klien pasca prostatektomi untuk mencegah risiko pendarahan. Karena dengan beban 10 kg otot bagian perut akan mengencang dan dapat menekan bagian prostat. Kunci Jawaban:



D



ID soal 4



49



Kasus (vignete) Seorang perawat sedang memberikan obat antihipertensi untuk pasien dengan hipertensi. Klien memberitahu perawat bahwa mereka ingin mengonsumsi herbal untuk membantu menurunkan tekanan darahnya. Pertanyaan soal Tindakan apa yang harus dilakukan perawat tersebut? Pilihan jawaban A. Beritahu klien bahwa herbal tidak aman dan seharusnya tidak digunakan sama sekali B. Ajarkan klien bagaimana cara mengukur tekanan darah sehingga bisa memonitor tekanan darahnya mandiri. C. Beritahu klien jika mereka mengonsumsi herbal maka mereka harus sering mengukur tekanan darahnya D. Izinkan klien menggunakan herbal apapun sesuai keyakinannya E. Dorong klien untuk mendiskusikan penggunaan herbal denga dokter Pembahasan: Meskipun beberapa herbal memiliki manfaaf, tapi tidak semua herbal aman digunakan. Klien yang sudah mendapatkan terapi konvensional harus dimotivasi untuk menghindari herbal dengan efek farmakologis yang sama karena kombinasi (dosis, komposisi) kedua hal tersebut dapat memicu reaksi yang berlebihan atau efek interaksi yang belum diketahui. Perawat harus menyarankan klien untuk mendiskusikan penggunaan herbal dengan dokter terkait komposisi obat, komplikasi, dan izin edar obat herbal



ID soal 5



50



Kasus (vignete) Klien dengan kolostomi baru yang dibuat dua hari yang lalu. Perawat A. melakukan tindakan evaluasi terkait kondisi klien, didapatkan hasil area stoma mulai flatus dan berbau busuk. Pertanyaan soal Apa interpretasi perawat yang benar? Pilihan jawaban A. Klien mengalami gajala awal iskemia usus B. NGT klien seharusnya tidak boleh dicabut C. Hal ini menunjukkan persiapan preoperasi usus yang tidak adekuat D. Hal ini menunjukkan hiperperistaltik pada saluran cerna E. Hal ini normal, kejadian yang diharapkan Pembahasan: Kembalinya gerakan peristaltik setelah pembuatan kolostomi, klien mulai mengeluarkan flatus berbau busuk dari stoma. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi usus kembali normal dan sesuai kondisi yang diharapkan. Dalam 72 jam pasca pembedahan, klien harus mulai BAB dari kolosto Kunci Jawaban:



E



ID soal 51 Kasus (vignete) Seorang laki-laki ,usia 60 tahun, sedang di rawat di ruang penyakit dalam. Saat ini pasien mengeluh batuk namun sekret sulit dikeluarkan dan kadang sesak napas terutama saat berbaring. Data hasil pengkajian menunjukkan TD 139/72 mmHg, RR 20x/menit, nadi 80x/menit, suhu 36,80 C, SPO2 98 % tanpa O2 tambahan, terdengar ronkhi. Pertanyaan soal Apa masalah keperawatan utama pada pasien tersebut? Pilihan jawaban A. Gangguan pertukaran gas B. Pola napas tidak efektif C. Bersihan jalan napas tidak efektif D. Gangguan pertukaran gas E. Gangguan ventilasi spontan Kunci B. Bersihan jalan napas tidak efektif Jawaban Pembahasan Keluhan utama pasien adalah batuk namun sekret sulit dikeluarkan. Data hasil pengkajian menunjukkan TD 139/72 mmHg, RR 20x/menit, suhu 36,80 C, SPO2 98 % tanpa O2 tambahan, terdengar ronkhi. Dilihat dari data diatas maka masalah keperawatan utama pada pasien adalah bersihan jalan napas tidak efektif. Data hasil pengkajian yaitu batuk namun sekret sulit dikeluarkan, terdengar ronkhi merupakan tanda mayor dari MK. Bersihan jalan napas tidak efektif.



ID soal 52 Tinjauan Jabaran Kasus (vignete) Seorang perempuan, usia 20 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam akibat kecelakaan lalu lintas. Perawat melakukan penilaian tingkat kesadaran. Hasil penilaian tingkat kesadaran menunjukkan pasien terlihat tidur namun membuka mata saat dipanggil nama, mengeluarkan kata yang sulit dipahami dan melakukan gerakan menarik dari sumber nyeri. Pertanyaan soal Berapa nilai tingkat keasadaran dari pasien tersebut? Pilihan jawaban A. E2V2M3 B. E3V3M3 C. E3V3M4 D. E3V2M2 E. E3V3M2 Kunci Jawaban C. E3V3M4 Pembahasan Penilaian tingkat kesadaran meliputi respon membuka mata (Eye), kualitas pembicaraan (Verbal) dan kemampuan menggerakkan sisi kiri dan kanan (Motorik) Respon membuka mata (E): spontan (4), respon terhadap suara (3), rangsangan terhadap tekanan (2), tidak ada respon (1)



Respon verbal (V): orientasi baik (5), bingung (4), kalimat yang sulit dipahami (3), suara (2), tidak ada respon (1) Respon motorik (M): menuruti perintah (6), melokalisir nyeri (5), menghindari sumber nyeri (4), fleksi abnormal (3), ekstensi (2), tidak ada respon (1)



ID soal 53 Kasus (vignete) Seorang perempuan, usia 35 tahun, sudah 5 hari dirawat di ruang penyakit dalam. Pasien mengeluh nyeri seperti tertusuk-tusuk pada perut dan kadang mengalami mual muntah. Hasil pengkajian fisik menunjukkan pasien tampak meringis kesakitan, TD 120/90 mmHg, nadi 108x/menit, RR 20x/menit, suhu 37,6 0C, skala nyeri 5. Pertanyaan soal Apa masalah keperawatan utama pada pasien tersebut? Pilihan jawaban A. Hipertermi B. Gangguan rasa nyaman C. Nyeri akut D. Nausea E. Risiko defisit nutrisi Kunci C. Nyeri akut Jawaban Pembahasan Tanda dan gejala mayor untuk menegakkan MK. nyeri akut adalah data subyektif berupa keluhan nyeri akut dan data obyektif seperti pasien tampak meringis, posisi menghindari nyeri, gelisah, frekuensi nadi meningkat. Maka, MK. nyeri akut diangkat sebagai masalah keperawatan utama dimana keluhan utama pasien adalah nyeri seperti tertusuk-tusuk pada perut, didukung dengan data hasil pengkajian fisik seperti pasien tampak meringis kesakitan dan skala nyeri 5. ID soal 54 Kasus (vignete) Seorang laki-laki, usia 50 tahun, sedang dirawat di ruang penyakit dalam. Pada saat dikaji pasien mengeluh badan terasa panas dan lemas, TD 130/70 mmHg, RR 25x/menit, nadi 110x/menit, suhu 380C, perabaan akral hangat. Pertanyaan soal Apa masalah keperawatan utama pada pasien tersebut? Pilihan jawaban A. Intoleransi aktivitas B. Hipertemia C. Termoregulasi tidak efektif D. Pola napas tidak efektif E. Hipotermia Kunci Jawaban Pembahasan



B. Hipertermia Dilihat dari data diatas maka masalah keperawatan utama pada pasien adalah hipertermia. MK. hipertermia diangkat sebagai MK. utama karena didukung dengan adanya data mayor berupa



suhu lebih dari normal: 380C dan data minor berupa perabaan akral hangat, takikardi: nadi 110x/menit, takipnea: RR 25x/menit.



ID soal 55 Kasus (vignete) Seorang perempuan, usia 25 tahun, sedang dirawat di ruang penyakit dalam. Pada saat pengkajian pasien mengeluh nyeri pada bagian perut. Pasien juga mengatakan sudah 6 kali BAB dan fesesnya cair. Hasil pengkajian fisik didapatkan TD 100/90 mmHg, nadi 80x/menit, RR 22x/menit, mukosa bibir kering, turgor kulit menurun. Pertanyaan soal Apa masalah keperawatan utama pada pasien tersebut? Pilihan jawaban A. Hipervolemia B. Nyeri akut C. Hipovolemia D. Diare E. Disfungsi motilitas gastrointestinal Kunci C. Hipovolemia Jawaban Pembahasan Tanda dan gejala mayor untuk menegakkan MK. hipovolemia adalah adanya tanda dan gejala mayor pada pasien berupa frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun. Pada kasus diatas MK.hipovolemia diangkat sebagai MK. utama didukung dengan data hasil pengkajian seperti TD 100/90 mmHg, mukosa bibir kering, turgor kulit menurun.



56. Seorang perempuan berusia 38 tahun dirawat di ruang penyakit dalam karena PPO K. Hasil pengkajian pasien tampak sesak, TD 110/70 mmHg, frekuensi napas 28x/ menit, frekuensi nadi 100x/menit, tampak refraksi dada, dan tampak penggunaan otot-otot pemapasan. Hasil pemeriksaan AGD didapatkan nilai pH 7,30, PaCO2 49 mmHg, PaO2 85 mmHg, HcO3 22 mEq/L, saturasi oksigen 97%. Apakah interpretasi hasil AGD pada pasien? A. Asidosis Metabolik terkompensasi B. Alkalosis Respiratorik C. Asidosis Respiratorik D. Alkalosis Metabolik E. Asidosis Metabolik Pembahasan: Pada kasus di atas untuk melakukan interpretasi nilai AGD, langkah yang harus diingat yaitu: Langkah 1 Klasifikasi pH, nilai normal pH: 7,35-7,45, dalam soal Nilai pH 7,30 (menurun) menandakan Asidemia. Langkah 2 Nilai PaCO2 dengan nilai nonnal: 35-45 mmHg, dalam soal nilai PaC02 49 mmHg (meningkat) menandakan adanya



asidosis respiratorik. Langkah 3 Nilai HCO3 dengan nilai normal: 22-26 mEg/dL, dalam soal di atas nilai-nya normal, apabila menurun menandakan adanya asidosis metabolik, dan apabila meningkat menandakan adanya alkalosis metabolik. Langkah 4 Tentukan adanya kompensasi dengan melihat dua komponen yaitu PaCOz dan HCO2, apabila keduanya abnormal (atau hampir abnormal) Dada arah yang berlawanan maka terdapat kompensasi. Apabila nilai salah satu Komponen abnormal, dan komponen lainnya normal maka tidak terdapat kompensasi. Jawaban : C 57. Seorang laki-laki berusia 40 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak napas. Hasil pengkajian : TD 130/80mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas 24x/menit, x-ray toraks menunjukan adanya pleuritis dextra. Saat ini perawat sedang melakukan pemeriksaan flsik paru pada. tahapan, auskultasi Apakah hasil pemeriksaan pada kasus tersebut? A. ronchi B. vesikuler C. wheezing D. bronchial E. Friction rub Pembahasan: Pleuritis adalah peradangan pada area pleura. Friction rub terjadi karena adanya gesekan antar lapisan pluera bagian dalam dan luar yang meradang. Friction Rub akan terdengar saat proses respirasi dan tidak terdengar saat tidak ada respirasi Jawaban : E 58. Seorang laki-laki berusia 64 tahun di rawat di ruang penyakit dalam keluhan nyeri dada sejak 2 jam sebelum MRS. Hasil pengkajian pasien mengatakan dadanya terasa panas, skala nyeri 7, akral dingin, lemah, dan cemas. TD 140/80 mmHg, frekuensi nadi 72x/menit, dan frekuensi napas 20 x/menit. Hasil EKG menunjukan ST elevasi pada lead V3 dan V4. Di manakah lokasi infark yang dialami pasien tersebut? A. posterior jantung B. inferior jantung C. anterior jantung D. lateral jantung E. septal jantung Pembahasan: Sandapan menunjukan arah vektor dari gelombang yang muncul, Lead V3 dan V4 menunjukan adanya gelombang terlambat dan putus pada daerah anterior jantung, Lead V1 dan V2 pada area septum, Lead I, aVL, V5 dan v6 pafla area lateral, Lead II, III, dan aVF area interior dan Lead Resiprokal, VI-V3 area posterior. Jawaban : C



59. Seorang laki-laki berusia 46 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis peritonitis dan mengeluh nyeri perut. Hasil pengkajian skala nyeri 6, tampak wajah menyeringai, TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi napas 24x/menit, suhu 38°C. Apakah pengkajian lanjutan pada kasus tersebut? A. mual B. muntah C. bising usus D. distensi perut E. intake dan output cairan Pembahasan: Peritonitis menghasilkan efek sistemik yang berat, perubahan sirkulasi, perpindahan cairan dan masalah pernapasan serta ketidak seimbangan cairan dan elektrolit. Respon inflamasi mengalihkan aliran darah ekstra ke bagian usus yang mengalami inflamasi untuk melawan infeksi. cairan dan udara. udara tertahan dalam lumen, tekanan dan sekresi cairan dalam usus meningkat. Sehingga aktifltasusus mengalami penurunan dan cenderung berhenti. Proses inflamasi sendiri meningkatkan kebutuhan terhadap oksigen sehingga paru berespon dengan meningkatkan pemanasan. Jawaban : C



60. Balita laki-laki usia 2 tahun dibawa ibu ke Puskesmas dengan keluhan mencret 5x sehari dan anak tampak lemas, Hasil pengkajian: rewel, mata cekung dan mukosa bibir kering. perawat akan menentukan derajat dehidrasi dengan pendekatan MTBS. Apakah data yang perlu dikaji lebih lanjut pada kasus tersebut? A. Capillary Refill Time B. Cubitan kulit perut C. Konsistensi feses D. Berat badan E. Suhu Pembahasan: Berdasarkan pendekatan MTBS, data penting yang perlu dikaji untuk menentukan deraj at dehidrasi adalah cubitan kulit pemt kembali lambat atau sangat lambat, malas minum atau minum dengan lahap, mata cekung, dan gelisah atau rewel. Jawaban : B



61. Anak perempuan dibawa ibunya ke poliklinik tumbuh kembang untuk pemeriksaan. Hasil pengkajian: tanggal lahir 24 November 2015, BB 10 kg, TB 80 cm. Perawat akan melakukan skrining perkembangan pada hari ini tanggal 04 Oktober 2017.  Berapakah usia anak pada kasus tersebut? A. 1 tahun 9 bulan 9 hari B. 2 tahun 1 bulan 20 hari



C. 1 tahun 9 bulan 10 hari D. 2 tahun 9 bulan 10 hari E. 1 tahun 10 bulan 10 hari Pembahasan: Cara penghitungan usia anak adalah dengan mengurangi tanggal pemeriksaan dengan tanggal lahir anak. Urutan cara mengurangi dimulai dari hari (tanggal), bulan, tahun. Prinsip penghitungan apabila hari (tanggal) tidak bisa dikurangi karena lebih kecil maka meminjam pada bulan (dengan menambah 30), apabila bulan tidak bisa dikurangi karena lebih kecil maka mengambil di tahun (menambah 12). Pada kasus diatas cara penghitungannya adalah Tanggal pemeriksaan 04 Oktober 2017 dikurangi tanggal lahir 25 November 2015 maka, usia anak. Jawaban : E



62. Anak laki-laki usia 7 tahun sudah 3 hari dirawat di ruang perawatan anak. Hasil pengkajian: anak tampak murung, tidak mau makan, menolak berbicara dan menolak ketika akan dilakukan tindakan oleh perawat. Ibu mengatakan anak ingin segera sembuh dan kembali ke sekolah. Apakah penyebab utama respon anak pada kasus tersebut? A. Perpisahan dengan teman sebaya B. Adanya lingkungan yang asing C. Cemas terhadap orang asing D. Takut akan cedera tubuh E. Hilang kontrol Pembahasan: Sumber stressor akibat hospitalisasi pada anak usia sekolah adalah Berpisah dengan kelompok sosialnya (teman sebaya), karena dia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial (peer group). Jawaban : A 63. Anak laki-laki usia 5 tahun dirawat di ruang anak dengan keluhan batuk disertai demam. Hasil pengkajian: tidak nafsu makan, rewel, sulit tidur pada malam hari, Sputum kental, terdengar ronchi di kedua lapang paru, frekuensi napas 30x/menit, frekuensi nadi 90x/menit, suhu 37,9°C. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? A. Bersihan jalan napas tidak efektif B. Gangguan pertukaran gas C. Risiko defisit nutrisi D. Gangguan pola tidur E. Hipertermia Pembahasan:



Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan kondisi jalan nafas yang tidak normal akibat adanya penumpukan sputum yang kental atau berlebihan yang sulit untuk dikeluarkan. Bersihan jalan nafas efektif ditandai dengan tidak ada batuk, tidak ada sputum dan bunvi nafas vesikuler. Jawaban : A 64. Seorang perempuan berusia 28 tahun hamil 20 minggu datang ke poliklinik KIA untuk memeriksakan kehamilan. Hasil pengkajian: riwayat persalinan tahun 2000 melahirkan bayi laki-laki usia kehamilan 38 minggu. Pada tahun 2005 melahirkan bayi perempuan usia kehamilan 37 minggu dan pada tahun 2010 mengalami keguguran saat usia kehamilan 12 minggu. Bagaimanakah penulisan status obstetrik pada kasus tersebut? A. G3P1A2 B. G3P2Al C. G4P2Al D. G4P3A0 E. G4P1A2



Pembahasan: Status obstetrik meliputi: ' Gravida (G): adalah jumlah kehamilan, tanpa melihat lamanya termasuk kehamilan saat ini. ' Para/Persalinan/Partus (P): adalah kelahiran setelah gestasi 20 mg, tanpa melihat kondisi bayi hidup / mati ' Abortus (A): adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan batasan gestasi kurang dari 20 minggu. Contoh pencatatan kehamilan: GI PO AO : Gravida 1, para 0, abortus 0 yang artinya pasien hamil anak pertama belum pernah melahirkan ataupun abortus. Jadi pada kasus diatas menunj ukkan kasus obstetri Gravida 4 (saat ini hamil 20 minggu, persalinan tahun 2000 dan 2005, riwayat Keguguran tahun 2010) Partus 2 (persalinan tahun 2000 dan 2005) Abortus l (keguguran tahun 2010) Jawaban : C



65. Seorang perempuan berusia 23 tahun G1 P0 A0 datang ke poliklinik KIA untuk memeriksakan kehamilannya. Hasil pengkajian HPHT 20 April 2018, siklus 28 hari, TD 120/70 mmHg, dan frekuensi nadi 80x/menit. Kapan taksiran persalinan pada pasien tersebut? A. 20 Januari 2019 B. 27 Januari 2019 C. 30 Januari 2019



D. 20 Februari 2019 E. 27 Februari 2019 Pembahasan: Menentukan taksiran persalinan berdasarkan rumus Neagle : Patokan: HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) Rumus (+7-3 +1) untuk HPHT bulan April Desember (hari ditambah 7, bulan dikurangi 3, tahun ditambah 1) (+7 +9 +0) untuk HPHT bulan J anuari Maret (hari ditambah 7, bulan ditambah 9, tahun ditambah 0) Berdasarkan kasus di atas taksiran persalinan pasien adalah: SNeagle: HPHT :20 4 2018 +7 -3 +1 Taksiran Partus: 27 l 2019 Strategi: fokus dalam menghitung taksiran Dari kasus yang menj adi i tambah 9! partus adalah bulan saat HPHT apakah bulan d bulan dikurangi 3 dan tahun ditambah 1 Jawaban : B



66. Seorang perempuan berusia 25 tahun G1 P0 A0 hamil 39 minggu dirawat di ruang bersalin pada pukul 16.00 WIB dengan inpartu. Hasil pengkajian pukul 17.00 WIB pasien tampak gelisah, kontraksi uterus 3 kali dalam 10 menit dengan durasi 40 detik, DJJ 150x/menit, pembukaan serviks 5 cm dan ketuban utuh. Kapankah perawat dapat melakukan pemeriksaan dalam selanjutnya? A. 18.00 WIB B. 19.00WIB C. 20.00 WIB D. 21.00 WIB E. 22.00 WIB Pembahasan: Metode pemantauan persalinan setelah memasuki kaki fase aktif (dimulai dari pembukaan 4 cm) adalah dengan menggunakan partograf. Hal yang dipantau dalam partograf setiap 30 menit sekali adalah denyut jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi. Pemeriksaan dalam idealnya dilakukan 4 jam sekati untuk mengetahui pembukaan serviks, penurunan kepala, ketuban dan penyusupan/molase kepala Disamping itu, pemeriksaan dalam yang tidak terlalu sering bermanfaat untuk mencegah terjadinya infeksi pada ibu dan Jamn. Jawaban : D 67. Seorang perempuan berusia 20 tahun P1 A0 postpartum hari ke7 datang ke poliklinik KIA untuk kontrol paska persalinan. Hasil pengkajian pasien mengeluh nyeri dan keluar cairan kuning dari daerah jahitan episiotomi. Observasi tanda-tanda mmHg vital: TD mmHg, frekuensi nadi 92x/menit, frekuensi napas 20x/menit, suhu 38.5C serta nyeri daerah perineum skala 5. Apakah pengkajian selanjutnya yang tepat dilakukan pada kasus tersebut?



A Pemeriksaan lochea B. Pemeriksaan involusi uteri C. Pemeriksaan tanda Homan D. Pemeriksaan tanda REEDA E. Pemeriksaan diastasis rektus abdominis



Pembahasan: Sebaiknya dalam melakukan pengkajian pada pasien postpartum kita melakukan pemeriksaan head to toe, sehingga perawat  dapat mengetahui perubahan normal atau mengidentifikasi perubahan tidak normal yang teljadi pada masa postpartum. Khusus pada pasien ini mengalami keluhan nyeri pada daerah perineum (yang terdapat jahitan paska persalinan). Karena rasa nyeri erat kaitannya dengan masalah infeksi maka pengkajian selanjutnya yang perlu kita lakukan untuk menemukan masalahnya adalah dengan mengobservasi daerah perineum dengan indikator REEDA. REEDA merupakan indikator yang menunjukan adanya infeksi pada area perineum yang terdapat jahitannya. Jabatan dari REEDA adalah R=Redness (kemerahan), E=Edema(bengkak), E=Echimosis(bercak2 merah/purpura), D=Discharge (cairan yang keluar dari luka), A=Approximate (penutupan kembali jaringan luka). REEDA sebaiknya selalu diidentifikasi pada pasien postpartum dengan luka jahitan perineum. Jawaban : D



68. Seorang perempuan usia 20 tahun, datang ke poli kulit, post luka bakar. Ketika perawat akan melakukan pengukuran TD, pasien menolak dan menutupi tangannya dengan jaket Hasil pengkajian: tangan sebelah kanan berwarna putih bekas luka bakar, pasien banyak menunduk, dan mengatakan tangannya tidak sepati orang lain. Apakah komponen konsep diri yang terganggu pada kasus tersebut? A. penampilan peran B. citra tubuh C. harga diri D. ideal diri E. identitas Pembahasan: Konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu citra,tubuh,ideal diri, harga diri, penampilan peran, dan identitas diri. Citra tubuh merupakan sikap sadar dan bawah sadar terhadap tubuh sendiri. Perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang diakibatkan oleh pembahan struktur, bentuk dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan. Jawaban : B 69. Seorang laki-laki berusia 40 tahun dirawat di RSU karena mengalami patah kaki akibat kecelakaan motor sehingga harus diamputasi. Hasil pengkajian: pasien terlihat banyak diam, menolak dikunjungi, dan mengatakan "andai saja dirinya lebih hati-hati, tentu saat ini ia niasih bisa bekerja seperti biasa". Apakah tahap berduka yang dialami pada kasus tersebut?



A. denial B. anger C. depresi D. bargaining E. acceptance Pembahasan: Proses berduka menurut 'Tahapan Kubler Ross" meliputi: denial (menolak, mengingkari peristiwa yang terjadi, tidak percaya itu terjadi, letih, lesu, mual gelisah, tidak tabu apa yang akan dilakukan), anger (melampiaskan kekesalan, nada suara tinggi, berteriak, bicara kasar, menyalahkan orang lain, menolak pengobatan, agresif, nadi cepat, gelisah, tangan mengepal, susah tidur), bargaining (berusaha kembali ke masa lalu, sering mengatakan "andai saja), depresi (menolak makan bicara, menyatakan putus asa dan tidak berharga, susah tidur, letih) dan Acceptance (menerima kenyataan kehilangan) Jawaban : D 70. Perawat Puskesmas melakukan kunjungan rumah kepada seorang perempuan berusia 16 tahun. Keluarga mengatakan klien tidak mau melakukan kegiatan apapun. Hasil pengkajian: klien mengatakan malu dengan bekas luka bakar pada wajah, tampak sering menutupi wajah, tampak murung, dan banyak menunduk. Apakah kriteria evaluasi pada kasus tersebut? A. Pasien menerima realita B. Pasien menemukan makna hidup C. Pasien mampu mengontrol keadaan D. Pasien mengenal aspek positif yang dimiliki E. Pasien mampu memulai interaksi dengan oranglain Pembahasan: Pembahan pada citra tubuh dapat menyebabkan terjadinya harga diri rendah situasional ditandai dengan data subjektif: menilai diri negatif, merasa malu atau bersalah, melebih lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri, menolak penilaian positif terhadap diri, dan sulit" konsentrasi. Data objektif: bicara pelan dan lirih, menolak interaksi dengan orang lain, jalan dengan menunduk, postur tubuh menunduk, kontak mata kurang, lesu, pasif, dan tidak mampu membuat keputusan. » Jawaban : D 71. Saat kunjungan rumah ditemui anak berusia 1 tahun. Ibunya mengatakan anaknya sering batuk semenjak pindah ke rumah baru beberapa bulan yang lalu. Ibu klien mengatakan anaknya sudah dibawa ke puskesmas dan mendapat obat namun batuknya berulang kembali setelah obat habis. Apakah Komponen pengkajian yang perlu dilakukan pada kasus tersebut? A. fungsi keluarga B. sistem respirasi anak C. pola komunikasi keluarga D. karakteristik tetangga



E. lingkungan rumah Pembahasan: Batuk merupakan respon alami tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari sistem pernafasan. Pada kasus, frekuensi batuk meningkat setelah pindah ke lingkungan yang baru. Hal ini merupakan petunjuk untuk melakukan pengkajian lebih mendalam pada lingkungan sekitar anak (rumah baru) yang dapat memicu terj adinya batuk, sehingga jawaban yang paling tepat adalah E. J awaban yang lain tidak tepat. Jawaban : E



72. Saat kunjungan rumah didapatkan seorang perempuan berusia  39 tahun mengeluh akhir-akhir ini merasa makin lemah, kadang sulit tidur, berat badan turun, dan demam Suami klien meninggal 3 bulan yang lalu karena batuk yang lama dan sulit disembuhkan. Hasil observasi didapatkan : rumah terasa lembab, pencahayaan redup, jendela hanya ada di ruang tamu, TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi 60x/mnt, frekuensi napas 30x/mnt. Apakah pengkajian yang tepat dilakukan selanjutnya pada kasus tersebut? A. pengkajian pola nutrisi klien B. pengkajian pola tidur klien C. pemeriksaan sputum D. pengkajian lingkungan rumah E. pemeriksaan laboratorium dasar Pembahasan: Data pada kasus yang perlu diperhatikan adalah suami klien ,yang meninggal 3 bulan yang lalu karena batuk yang lama dan sulit disembuhkan. Perawat perlu mencurigai terjadinya tuberculosis (TBC) pada suami klien. Lingkungan rumah juga mendukung terjadinya penyakit TBC . Oleh karena itu perawat perlu melakukan pemeriksaan sputum karena klien memmjukkan gejala terjadinya TBC. Jawaban yang paling tepat adalah C. Jawaban : C 73. Seorang perawat melakukan kunjungan pertama pada sebuah keluarga dengan suami yang sedang menjalani rawat jalan setelah terkena serangan stroke 2 bulan yang lalu, Ibu mengatakan, "Saya mulai khawatir memikirkan masa depan keluarga sebab kalau kondisi suami saya seperti ini terus pasti akan diberhentikan dari pekerjaannya. Hasil pemeriksaan fisik klien: hemiplegia ekstremitas kanan, afasia, TD 140/90 mmHg. Apakah pengkajian lanjutan yang tepat dilakukan pada kasus tersebut? A. Struktur peran keluarga B. Fungsi perawatan kesehatan keluarga C. stress-adapatasi dan koping keluarga D. ketersediaan terapi altemative dan komplementer E. hubungan dan interaksi keluarga dengan komunitas Pembahasan: Pada kasus, data yang paling menonjol adalah kekhawatiran



istri klien terhadap kehidupan keluarga akibat penurunan kondisi kesehatan klien. Tekanan darah klien termasuk stabil. Klien merupakan tulang punggung keluarga. Pengkajian yang mendalam untuk menggali tingkat stress serta kemampuan keluarga beradaptasi dan menerapkan koping perlu dilakukan. Oleh karena itu jawaban yang paling tepat adalah  C. Jawaban : C 74. Seorang laki-laki berusia 62 tahun tinggal bersama keluarga dirumahnya, mengeluh pusing, telinga berdengung, penglihatan kabur dan rasa berat di tengkuk pada perawat yang berkunjung Hasil pengkajian genogram, didapatkan data orang tua klien meninggal karena serangan stroke. Apakah pemeriksaan fisik yang tepat dilakukan pada kasus tersebut? A. Mengukur JVP B. Menginspeksi area dada C. Mengukurtekanan darah D. Menghitung frekuensi napas E. Melakukan tes rinne dan swabach Pembahasan: Data berupa keluhan pusing, telinga berdengung, penglihatan kabur, rasa berat di tengkuk, dan riwayat penyakit keluarga mengindikasikan adanya gangguan sistem kardiovaskular khususnya hipertensi. Pemeriksaan flsik yang tepat dilakukan oleh perawat kepada klienadalah mengukur tekanan darah. Jawaban : C 75. Seorang laki-laki berusia 75 tahun tinggal di Panti Wreda. Sejak 4 hari yang lalu mengeluh mual dan muntah, porsi makan hanya dihabiskan 1/4 porsi saja. Klien terbaring lemah di tempat tidur. Aktivitas dan nrtinitas lainnya tidak bisa dilakukan oleh klien. Apakah data yang harus dikaji lebih lanjut pada kasus? A. Kopling Individu B. Kemampuan mobilisasi C. Aktivitas kegiatan sehari-hari D. Jenis dan pola makan E. Pola istirahat Pembahasan: Masalah yang nampak dominan pada kasus di atas adalah terkait pencernaan dan pemenuhan nutrisi. Hal ini nampak dari data: mual-muntah, porsi makan yang dihabiskan V* porsi saja. Untuk bisa menentukan masalah keperawatan yang tepat pada lansia tersebut dibutuhkan pengkajian  lebih lanjut tentang hal-hal yang terkait pemenuhan nutrisi, sepertl apa Jems makanan yang dikonsumsi oleh lansia, apakah ada kesulitan mengunyah atau menelan. Jawaban : D 76. Saat kunjungan rumah perawat menjumpai perempuan berusia 75 tahun tinggal bersama keluarga. Keluarga mengatakan klien lebih banyak memilih diam di kamar, cenderung marah dan tidak ingin keluar kamar semenjak



suaminya meninggal dunia. Keluarga sudah membantu membersihkan kamar dan tempat tidur klien agar tidak berbau. Apakah pengkajian yang tepat pada kasus di atas? A. Tanda-tanda vital B. Skala aktivitas sehari hari C. Kolaborasi untuk pemeriksaan urin D. Tingkat depresi dengan Geriatric Depression Scale E. Status kognitifdengan Mini Mental State Examination Pembahasan: Kehilangan pasangan adalah salah satu tugas perkembangan bagi lansia yang perlu disiapkan, karena kondisi ini dapat menjadi pemicu teijadinya depresi pada lansia. Tanda yang dapat ditemui, pada lansia dengan depresi adalah menarik diri dari ltagkungan, emosi yang tidak stabil dan tidak tertarik melakukah aktivitas. Adanya tanda gejala tersebut perlu di tindaklanjuti dengan melakukan pengkajian depresi. Geriatric Depression Scale (GDS) adalah instrumen pengkajian yang sudah sangat lazim digunakan di berbagai setting baik di rumah, rumah sakit maupun panti untuk mendeteksi masalah depresi. Instrumen ini terdiri dari 30 pernyataan (long form) dan 15 (short form) pernyataan lansia mengenai kondisinya belakangan ini. Jawaban lansia akari di jumlahkan dan di tentukan tingkat depresi yang dialami dengan kategori skor lebih dari 5 dinyatakan sebagai depresi. Jawaban : D 77. Saat evaluasi program DOTS didapatkan data: cakupan pengobatan klien (100%), kegagalan pengobatan (30%). Saat wawancara sebagian besar keluarga berkata,"kami sudah tidak batuk lagi sehingga obat tidak kami minum." Apakah data yang harus dikaji lebih detail pada kasus? A. lama minum obat B. cakupan pengobatan C. penyebab kegagalan pengobatan D. keyakinan klien terhadap pengobatan E. penyebab tidak melanj utkan pengobatan Pembahasan: Pernyataaan klien pada kasus,"kami sudah tidak batuk lagi sehingga obat tidak kami minum. " mencerminkan keyakinan terhadap penyakit dan prosedur pengobatan yang tidak sesuai dengan prosedur pengobatan anti TB. Pengobatan Anti TB harus dilakukan hingga tuntas 6-9 bulan.



78. Perawat melakukan pengkajian di suatu RW dengan membuat peta lingkungan dan menggambarkan lokasi tempat berkumpulnya warga, fasilitas ibadah, tempat bennain anak, sekolah serta lingkungan yang beresiko menimbulkan masalah kesehatan di masyarakat. Apakah metode pengkajian dilakukan oleh perawat pada kasus tersebut? A. kuesioner B. wawancara



C. studi literatur D. wienshieldsurvey E. focus group discussion Pembahasan: Data tentang kondisi peta lingkungan dan menggambarkan lokasi tempat berkumpulnya warga, fasilitas ibadah, tempat bermain anak, sekolah serta lingkungan yang beresiko menimbulkan masalah kesehatan di masyarakat, dapat dikaji melalui metode winshield survey. Metode ini dilakukan untuk mengkaji kondisi lingkungan flsik komunitas melalui observasi. Hasil winshield survey adalah peta topografi suatu wilayah populasi. Jawaban : D 79. Hasil pengkajian di suatu posyandu lansia didapatkan keluhan terbanyak nyeri perut kiri atas. Kader mengatakan, "lansia menganggap hal tersebut adalah biasa dan memiliki kebiasaan makan tidak teratur." Apakah pengkajian lanjutan pada kasus tersebut? A. wawancara kader tentang kesehatan lansia B. data kunjungan lansia ke puskesmas C. windshield survey lingkungan desa D. kuesioner perilaku kesehatan lansia E. pegkajian fisik pada lansia Pembahasan: Data tentang keluhan nyeri perut, lansia menganggap sebagai Penyakit biasa dan kebiasaan makan lansia bersifat subjektif. Data subjektif perlu didukung dengan data objektif berupa hasil Pengkajian fisik pada kelompok lansia. Jawaban: E 80. Perawat mendapatkan gambaran kondisi pasien yang menjadi kelolaannya dari ketua tim saat pre konferensi. Salah satu pasien dalam kondisi kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu, ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali, pemasukan dan pengeluaran intake output cairan diminta untuk dicatat. Perawat diminta untuk segera memberikan asuhan perawatan pada pasien setelah konferensi selesai. Apakah tindakan keperawatan selanjurnya pada masalah tersebut? A. Melanjutkan pengkajian pada pasien B. Membaca prosedur perawatan pasien C. Menentukan tingkat ketergantungan pasien D. Membuat rencana asuhan keperawatan pasien E. Mendiskusikan kondisi pasien bersama dokter



Pembahasan: Pada kasus diatas, setelah mendapatkan gambaran tentang kondisi pasien, maka perawat professional perlu melanj utkan pengkaj ian pada pasien dan melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun oleh ketua tim.



Jawaban : A



81. Perawat baru yang ditempatkan di ruang rawat inap penyakit bedah ditegur oleh ketua tim karena dianggap terlalu lama dalam menyiapkan peralatan tindakan untuk tindakan perawatan luka. Perawat tersebut menjelaskan bahwa ada peralatan yang perlu diperiksa ketersediaannya terlebih dahulu. Apakah tindakan selanj utnya dari ketua tim? A. Melakukan pendampingan B. Mengevaluasi kemampuan perawat baru C. Memberikan orientasi ulang persiapan tindakan D. Menunjuk perawat senior memberikan bimbingan E. Menyusun pregram mentoring untuk perawat baru Pembahasan: Saat rekrutmen, perawat telah melewati berbagai tahapan seleksi termasuk kemampuan melakukan tindakan keperawatan. Di sisi lain set alat-alat untuk tindakan secara prosedural sudah siap untuk di gunakan sehingga apabila ada perawat baru yang lama dalam menyiapkan peralatan maka perlu dikaji ulang kemampuan perawat tersebut. Jawaban : B 82.Hasil survei tentang lama rawat pasien di ruang penyakit dalam didapatkan data 3 pasien dirawat selama 4 hari; 5 pasien dirawat selama 7 hari; 7 pasien dirawat selama 4 hari; 5 pasien dirawat selama 5 hari. Berapakah nilai ALOS pada hasil survei? A. 4 B. 5 C. 6 D. 7 E. 8 Pembahasan: Rata-rata lama rawat inap adalah (3x4) + (5x7) + (7x4) + (5x5) = 100 (3+5+7+5) = 20 Jawaban : B



83. Seorang laki-laki berusia 34 tahun di antar ke UGD karena kecelakaan. Hasil pengkajian: didapatkan jejas di antara dada dan abdomen di ICS 4-5, pasien meringis kesakitan, defans muskular (+), CRT 4 detik, pucat, akral dingin, TD 80/60 mmHg, frekuensi nadi 125 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit dansuhu 37°C. Apakah masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?



A. Nyeri akut B. Resiko infeksi C. Gangguan perfusi D. Defisit volume cairan E. Perubahan pola napas Pembahasan: Trauma abdomen dapat menyebabkan pecahnya (ruptura) organ dalam seperti hati dan lymph dan menimbulkan perdarahan yang ditandai gejala klinis berupa: tampak pucat, akral dingin, frekuensi nadi > 120 x/menit, tekanan darah sistolik < 90 mmHg, dan ditemukan CRT > 2 detik, kondisi ini sudah berada pada fase shock hipovolemik derajat 2-3 yang mengindikasikan adanya masalah kekurangan volume cairan. Jawaban : D 84. Lima orang pasien secara bersamaan diantar ke UGD dengan kondisi: Pasien A : seorang laki-laki berusia 45 tahun, riwayat penyakit jantung dan saat ini mengeluh nyeri dada, Pasien B : seorang perempuan berusia 27 tahun mengalami serangan asma, Pasien C : laki-laki berusia 38 tahun tidak sadarkan diri, dan tidak berespon terhadap nyeri, Pasien D : seorang laki-laki berusia 32 tahun mengalami fraktur tertutup di daerah tibia fibula Pasien E : seorang perempuan berusia 54 tahun terdapat luka di bagian dahinya. Manakah pasien yang harus mendapatkan prioritas Penanganan segera? A. Pasien A B. Pasien B C. Pasien C D. Pasien D E. Pasien E Pembahasan : Pada pasien dengan kondisi tidak sadarkan diri, berpotensi menimbulkan obstruksi/sumbatan jalan napas akibat lidah j atuh ke belakang dan bila penanganannya terlambat dapat menyebabkan kematian. Jawaban : c 85. Seorang laki-laki Berusia 38 tahun diantar ke UGD karena kecelakaan. Hasil pengkajian tampak jejas pada area dada, bunyi jantung menjauh dan JVP meningkat. TD 85/50 mmHg, frekuensi nadi 116 x/menit, dan frekuensi napas 28x/menit Apakah label wama triage pada kasus tersebut? A. Merah B. Kuning C. Hijau D. Biru



E. Hitam Pembahasan: Trauma yang mengenai dada regio sebelah kiri bawah bisa menyebabkan injury di bagian epikardium sehingga terjadi perdarahan yang menumpuk di area pericardium, hal ini akan menyebabkan berkurangnya relaksasi ventrikel sehingga ventrikel fILling tidak optimal. J ika volume terus bertambah, pada fase akut akan terjadi kompensasi berupa peningkatan heart rate dan selanjurnya akan mengalami bradikardi hingga terjadinya henti jantung. Jawaban : A 86. Seorang perempuan berusia 30 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan diagnosis suspect apendisitis. Hasil pengkajian, pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah, nyeri skala 7, mual, muntah, serta tidak nafsu makan, TD 130/80 mmHg, frekuensi napas 26x/menit, dan frekuensi nadi 8x/menit. Apakah pengkajian lanjut pada kasus tersebut? A. auskultasi bising usus B. observasi status nutrisi C. pemeriksaan laboratorium D. observasi tanda-tanda dehidrasi E. palpasi, pada titik mc. burney Pembahasan: Nyeri dan sakit perut pada apendistis terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi pada apendik. Nyeri viseral. akan mengaktifasi nervus vagus sehingga mengakibatkan muntah. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadaran kanan bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis Jawaban : E 87. Seorang laki-laki berusia 65 tahun dirawat di ruang neurologi dengan keluhan penurunan kesadaran. Hasil pengkajian saat diberi rangsang nyeri kedua lengan tampak fleksi abnormal, membuka mata dan suara mengerang, pupil anisokor kanan, refleks cahaya lambat, TD 160/90mmHg, frekuensi nadi 92x/menit, frekuensi napas 20x/menit, dan suhu 36,8°C. Berapakah nilai GCS pada kasus tersebut? A. 5 B. 6 C. 7 D. 8 E. 9 Pembahasan: Gangguan neurologi pada kasus stroke, cedera kepala dan meningitis terjadi karena adanya kerusakan jaringan otak, kerusakan jaringan otak atau edema jaringan otak atau munculnya tekanan infra kranial. Salah satu tanda yang paling mudah dilihat pada mekanisme ini adalah penurunan kesadaran. Semakin rendah nilai GCS menunjukan semakin berat kerusakan atau edema atau tekanan infra kranial. Jawaban : C



88. seorang perempuan berusia 35 tahun dirawat di ruang bedah saraf dengan pasca craniotomi. Hasil pengkajian, pasien tampak hemiparese kanan, lemah dan tidak mampu menggerakan tubuhnya, reflex fisiologi melambat. Saat dilakukan  pemeriksaan otot esktremitas kanan didapat hasil sebagai berikiut tidak mampu mengangkat lengan dan kaki namun masih bisa menggerakannya. Berapakah nilai kekuatan otot pada pasien tersebut? A. 1 B. 2 C. 3 D. 4 E. 5 Pembahasan: Penurunan kekuatan otot merupakan gejala neurologis yang umum tetj adi pada kasus neurologi seperti stroke, meningitis dan cedera kepala. Ada mekanisme gangguan sentral pada pusat motorik otak sehingga kurang'mampu mengkordinasikan gerakan ekstremitas. Kelemahan otot ditentukan dengan skala kekuatan otot yakni; 0: tidak ada tonus, 1; terdapat tonus tapi tidak ada gerakan, 2: terdapat pergerakan sendi tetapi tidak bisa melawan gravitasi, 3: dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan tahanan, 4: pergerakan dapat menahan tahanan ringan sedan g , 5: kekuatan otot normal. Jawaban : B 89. Seorang perempuan berusia 56 tahun dirawat di mang neurologi dengan keluhan sakit kepala. Hasil pengkajian didapat penglihatan kabur, kélemahan kaki, dan tangan pada sisi kanan serta bicara tidak jelas, Untuk memastikan perawat akan melakukan pengkaj ian pada nervus kranial XII . Apakah yang harus dipermtahkan dalam pengkajian tersebut? A. Minta pasien mengucapkan suara "A" B. Meletakkan garam pada lidah bagian depan C. Meletakkan gula pada lidah bagian belakang D. Minta pasien untuk memocongkan mulutnya E. Minta pasien menggerakkan lidah kesatu sisidan kesisi lainnya ' Pembahasan: Defisit neurologi terjadi sebagai akibat dari kerusakan jaringan otak ada tertekannya jaringan otak. Tanda dan gejala yang muncul sangat dipengaruhi juga oleh berat ringannya kerusakan jaringan otak. Kerusakan jaringan ortak pada bagian mid brain dan batang otak atau danya peningkatan tekanan intracranial berdampak terhadap fungsi. XII saraf kranial. Tanda yang muncul memberikan bukti adanya kerusakan saraf bersangkutan seperti munculnya gangguan saraf kranial XII dibuktikan dengan bilangnya fungsi menggerakan lidah, saraf vagus hilangnya fungsi menelan dan sebagainya. Jawaban : E



90. Seorang laki-laki berusia 18 tahun, dirawat di ruang bedah dengan fraktur tibia 1/3 proksimal tertutup 12 jam yang lalu. Perawat melakukan pengkajian neuro vaskular Untuk mengidentifikasi adanya sindrom kompartemen.



Apakah data fokus pada kasus tersebut? A. eritema pada area fraktur B. edema pada sekitar area fraktur C. pembahan warna kulit dari pucat ke sianosis D. nyeri progresif tidak hilang dengan analgetik E. daerah disekitar lokasi fraktur terasa lebih hangat Pembahasan: Compartemen Syndrome adalah suatu kondisi peningkatan tekanan intracompartmental. peningkatan tekanan pada compartemen dapat menhambat aliran darah dan sarap dan aliran perfusi darah ke bagian distal terhambat bila dibiarkan akan terjadi proses iskemi dan nekrosis hal tersebut dapat menimbulkan nyari yang hebat dan cepat Jawaban : d ID soal 1



91



Kasus (vignete) Seorang anak, laki-laki, usia 18 bulan dirawat di rumah sakit dengan diagnosa medis Hidrochepalus. Hasil pemeriksaan fisik : rambut bersih, kepala membesar, sutura melebar, anak sudah bisa bersuara/bicara tetapi tidak jelas. Operasi akan dilakukan besok siang, keluarga sudah setuju, surat persetujuan operasi sudah ditandatangani. Pertanyaan soal Untuk mendukung persiapan operasi, data apakah yang perlu dikaji lebih lanjut pada kepala pasien tersebut? Pilihan jawaban A. kulit kepala B. bentuk mata C. bentuk wajah D. sutura kepala E. lingkar kepala Kunci Jawaban: Pembahasan:



E Kulit kepala sudah ada data rambut bersih. Bentuk mata merupakan data pengkajian di bagian kepala, tetapi kurang mendukung data operasi yang akan dilakukan Bentuk wajah merupakan data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik kepala, wajah khususnya, tetapi kurang mendukung data operasi yang akan dilakukan Sutura sudah ada data dalam vignette Lingkar Kepala menunjukan pembesaran kepala berapa persen. Anak dengan Hidrocephalus ini terjadi karena peningkatan cairan cerebrospinal di otak. Dengan diketahuinya lingkar kepala, bisa diperkirakan cairan yang terkumpul.



ID soal 1



92



Kasus (vignete) Seorang anak, laki-laki, usia 18 bulan, sudah dilakukan operasi pemasangan shunting dengan indikasi Hidrochepalus. Hari ini sudah diijinkan pulang Pertanyaan soal Manakah yg bukan merupakan rencanan pemulangan untuk anak tersebut? Pilihan jawaban A. Jelaskan tanda infeksi B. Jelaskan kontrol ulang C. Ajarkan perawatan balutan D. Jelaskan obat yang diberikan dan efek samping E. Anjurkan orang tua untuk membatasi aktivitas anak. Kunci Pembahasa n



E Karena ada luka operasi, tanda infeksi perlu dijelaskan pada orang tua agar orang tua memahami sehingga orang tua segera ke fasilitas kesehatan terdekat jika tanda muncul. Waktu kontrol ulang perlu dijelaskan, sebagai wujud dari program pengobatan dan keperawatan paripurna. Orang tua wajib tahu tentang obat yang dikonsumsi di rumah, dengan prinsip 5 benar agar orang tua tidak salah dalam memberikan obat. Jika terjadi kesalahan, akan menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan. Aktivitas anak usia 18 tahun, paska operasi memang perlu dilakukan pembatasan dengan manajemen yang baik, sehingga anak bisa berinteraksi dengan yang lain, bisa pengembangan kemampuan motorik dan psikomotor. Kata yang sesuai adalah: ajarkan (dan atau anjurkan) orang tua untuk melakukan manajemen aktivitas bagi anak.



ID soal 1



93



Kasus (vignete) Seorang anak, perempuan, usia 7 tahun dirawat dengan keluhan badan lemas. Diagnosa medis: anemia. Dari pengkajian yang dilakukan diperoleh data : Berat badan: 18 kg. anak tampak pucat, Ibu mengatakan anak sulit makan, apalagi kalau pakai sayur hijau, makan dengan tempe, tahu dan kuah sayur, anak juga tidak berminat dengan daging. anak mengatakan, jika makan cepat merasa kenyang. Pertanyaan soal Apakah masalah keperawatan utama pada anak tersebut? Pilihan jawaban A. Obesitas B. hipovelumia C. Defisit nutrisi D. Intoleransi aktivitas E. Perfusi jaringan tidak efektif Kunci Jawaban: Referensi: Nama pembuat: Institusi/bagian :



C Ngastiyah. (2012) “Perawatan Anak Sakit, edisi 2,” Jakarta: EGC Ns. Titik Anggraeni, S.Kp.,M.Kes. STIKES Estu Utomo



Pembahasan: berdasar tabel tersebut, bisa diketahui: anak dalam kondisi defisit nutrisi dengan data



pendukung: ibu mengatakan anak sulit makan, jika mau makan dengan kuah sayur, tempe dan tahu, tidak mau daging dan sayur. Anak mengatakan cepat merasa kenyang jika makan. Berat badan normal anak perempuan usia 7 tahun: 23 kg. saat ini berat badan 18 kg. kekurangan lebih dari 10%. Jadi masalah yang ditegakan adalah defisit nutrisi data dituliskan: badan lemas. Badan lemas ini bisa menjadi data mayor dari masalah intoleransi aktifitas. Tetapi, data ini kurang mendukung karena tidak ada data peningkatan frekuensi jantung dan oksigenasi jaringan masalah perfusi jaringan tidak efektif juga tidak bisa ditegakkan karena data yang ada kurang mendukung. Data oksigenasi jaringan yang simpel, CRT tidak ada.



ID soal 1



94



Kasus (vignete) Seorang anak, jenis kelamin laki-laki, berumur 2 bulan, dirawat dengan diagnosa medis tetralogi fallot. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan data : anak tampak pucat sampai kebiruan di wajahnya. Saai ini anak menangis, gelisah, badan tampak lemah, kurus, kadang gelisah. capilerry refill time lebih dari 3 detik. keluarga mengatakan sejak lahir An. D sering pucat kalau minum ASI, setelah itu badan lemes. Respirasi 35 x/menit, ada retraksi suprasternal, Nadi 160 x/menit. Pertanyaan soal Apakah masalah keperawatan utama pada anak tersebut? Pilihan jawaban A. Defisit nutrisi B. Intoleransi aktifitas C. Perfusi perifer tidak efektif D. Gangguan pertukaran gas E. Gangguan sirkulasi spontan Kunci J Pembahasan :



E Data menunjukan anak kurus, tetapi tidak ada data berat badan dan tinggi badan yang mendukung masalah defisit nutrisi. Dalam vignette juga tidak ada data input dan output nutrisi Data di vignette: badan tampak lemah. Data ini mendukung masalah Intoleransi aktifitas. masalah intoleransi aktivitas tidak menjadi masalah utama karena ada masalah oksigenasi. Perfusi perifer tidak efektif adalah penurunan sirkulasi darah pada level kapiler, yang dapat menganggu metabolisme tubuh. Dalam vignette soal menunjukan tanda mayor untuk masalah perfusi perifer yaitu CRT lebih dari 3 detik, pucat. Masalah ini tidak menjadi masalah utama karena ada yang lebih utama, yaitu masalah sirkulasi spontan karena masalah perfusi perifer ini bisa terjadi karena adanya gangguan sirkulasi spontan. Gangguan pertukaran gas merupakan bagian dari gangguan oksigenasi, tetapi tidak bisa ditegakan karena dalam vignette tidak ada tanda mayor untuk masalah tersebut: tidak ada data analisis gas darah Gangguan sirkulasi spontan adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat untuk menunjang kehidupan. Data dalam vignette yang mendukung masalah ini adalah: frekuensi nadi 160x/menit(lebih dari 150), respirasi 35 x/menit. Kedua tanda ini merupakan tanda mayor dari gangguan sirkulasi spontan. Pasien dirawat dengan diagnosa medis: tetralogi fallot. Abnormalitas struktur jantung inilah yang menjadi penyebab dari masalah gangguan sirkulasi spontan.



ID soal 1



95



Kasus (vignete) Seorang anak, jenis kelamin laki-laki, berumur 2 bulan, dirawat dengan diagnosa medis tetralogi fallot. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan data : anak tampak pucat sampai kebiruan di wajahnya. Saai ini anak menangis, gelisah, badan tampak lemah, kurus, kadang gelisah. capilerry refill time lebih dari 3 detik. keluarga mengatakan sejak lahir An. D sering pucat kalau minum ASI, setelah itu badan lemes. Respirasi 35 x/menit, ada retraksi suprasternal, Nadi 160 x/menit. Pertanyaan soal Posisi tidur yang harus segera kita atur untuk mengatasi masalah utama pada anak tersebut? Pilihan jawaban A. sim B. fowler C. Semifowler D. Knew chest E. Tendelberg Kunci J Pembahasan :



ID Soal1



D Masalah utama dalam vignette tersebut diatas adalah gangguan sirkulasi spontan. Tujuan utama mengatur posisi tidur pada anak tersebut adalah untuk mengurangi rute sirkulasi pada anak sebelum kolaburasi dengan tim medis. Posisi yang sesuai adalah knew chest. Dengan posisi tersebut, rute sirkulasi akan berkurang sehingga sirkulasi spontan bisa tercapai sebelum tindakan kolaburasi dilakukan.



96



Kasus (vignete) Seorang anak laki-laki umur 7 tahun dirawat dirumah sakit. Keluhan utama sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suara nafas wheezing, dan didiagnosa menderita asma brochiale. Beberapa tindakan keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan pada anak, antara lain dengan mengajarkan keluarga dan anak cara menghindari faktor pencetus periode asma pada anak. Pertanyaan soal Apakah kriteria hasil yang ditetapkan pada kasus tersebut ? Pilihan jawaban A. Anak dapat melakukan batuk efektif B. Anak dan orang tua dapat mengimplemetasikan tindakan dengan tepat C. Anak mampu bernafas dengan mudah D. Anak dan orang tua mampu mengetahui dan mendeteksi tanda episode pencetus asma E. Orang tua dan anak dapat melakukan praktek kesehatan dengan baik Kunci Jawaban: Pembahasan:



D Anak umur 7 tahun dengan diagnosa medis Asma Bronchiale. Banyak intevensi yang dapat dilakukan baik observasi, terapetik dan edukasi ( observasi tandatanda vital, ajarkan nafas dalam, berikan air minum hangat, beri oksigen sesuai indikasi, jelaskan penyebab kekambuhan asma)



Fokuslah kepada tindakan edukasi memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyebab kekambuhan asma, seperti bulu binatang, cuaca yang dingin, debu, aktifitas fisik yang berlebihan dll ) dengan melihat demikian diharapkan orang tua mampu mengatahui dan mendeteksi penyebab episode asma (kekambuhan ) yang merupakan indikator keberhasilan penyuluhan /pendidikan kesehatan yang kita berikan . melihat option jawaban diatas maka jawaban D adalah pilihan yang tepat



ID soal 2



97



Kasus (vignete) Seorang anak laki-laki umur 5 tahun dibawa oleh orang tuanya kepoli anak. Orang tua menceritakan akan kekhawatirannnya dengan perilaku anaknya yang sering memainkan alat kelaminnya. Perawat yang bertugas saat itu, diharapkan orang tua dapat memberikan informasi untuk mengatasi masalahnya Pertanyaan soal Apakah respon yang tepat, yang diberikan perawat kepada orang tua mengatasi masalah anak tersebut ? Pilihan jawaban A. Anak ini terlalu dini melakukan perilaku seperti yang ibu sebutkan, sebaiknya dikonsultasikan ke bagian kesehatan mental B. Rupanya anak ibu mengalami masalah psikososial C. Ibu tidak usah khawatir, ini merupakan perilaku yang normal pada usai itu D. Ini merupakan perilaku tidak normal yang harus segera kita atasi bersama E. Anak biasanya melakukan perilaku ini diusia diatas 7 tahun Kunci J Pembahasa n



C Berdasarkan teori perkembangan psikososial Sigmund Freud, yang membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap infantil (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap infantil yang paling menentukan dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi tiga fase, yakni fase oral, fase anal, dan fase falis (phallic). ini berlangsung pada tahun keempat atau kelima atau usia prasekolah (3-6 tahun ) yakni suatu fase ketika energi libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur ke daerah alat kelamin. Pada fase ini anak mulai tertarik kepada alat kelaminnya sendiri, & mempermainkannya dengan maksud memperoleh kepuasan. Pada fase ini masturbasi menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya yang mengawali berbagai pergantian kateksis obyek yang penting. Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnya Oedipus complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada laki-laki) dan penis envy (pada perempuan). Oedipus complex adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya (ingin memiliki perhatian lebih dari ibunya) dan menyingkirkan ayahnya, sebaliknya anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya. Melihat option diatas maka Jawaban C merupakan pilihan tepat



ID soal 3



98



Kasus (vignete) Anak perempuan usia 12 tahun, dirawat di RS. Handayani. Perawat melakukan pengkajian serta pemeriksaan fisik. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda burdzinski positif. Diagnosa medis menyatakan bahwa anak menderita meningitis (peradangan pada selaput otak). Pertanyaan soal Bagaimana Pemeriksaan burdzinski positif yang ditemukan pada anak tersebut Pilihan jawaban



A. Pasien secara pasif menekuk pinggul dan lutut sebagai respon terhadap fleksi leher dan melaporkan adanya nyeri pada tulang belakang B. Pasien akan mengalami kejang-kejang dan penurunan kesadaran



C. Pasien meluruskan lengannya secara kaku saat supinasi maupun pronasi D. Pasien menekuk kakinya pada pinggul dan lutut, serta mengeluh nyeri pada tulang belakang ketika kakinya diluruskan E. Lengan atas pasien ditekuk dan kaki diluruskan Kunci Jawaban: Pembahasan:



ID soal 4



A Pasien berbaring telentang tanpa bantal kepala.Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien. Letakkan tangan kiri di bawah kepala, tangan kanan di atas dada kemudian lakukan fleksi kepala dengan cepat kearah dada pasien sejauh mungkin.Lakukan Interpretasi : Brudzinski I negatif (Normal) bila pada saat fleksi kepala, tidak terjadi fleksi involunter kedua tungkai pada sendi lutut Brudzinski I positif (abnormal) bila terjadi fleksi involunter kedua tungkai pada sendi lutut keperawatan dari data yang ada, melihat option jawaban diatas maka jawaban A adalah pilihan yang tepat



99



Kasus (vignete) Seorang anak laki-laki umur 9 tahun diantar orang tuanya ke ruang gawat garurat. Orang tua mengatakan anaknya terkena jilatan api pada bagian wajah dan leher. Anak menangis dengan mengeluhkan nyeri. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik oleh perawat didapatkan luka bakar derajat 1 dengan luas 26 %, kulit kemerahan dan tidak terdapat bulae. Pertanyaan soal Apakah intervensi utama yang dilakukan pada anak laki-laki tersebut? Pilihan jawaban A. Kaji adanya kesulitan menelan B. Kaji adanya edema saluran pernapasan C. Penilaian kedalaman luka



D. E.



Pasang Infus Kaji adanya fraktur atau faktor lain yang memperberat luka bakar



Kunci J Pembahasa n



B Ada beberapa derajat luka bakar, pada Luka bakar derajat 1: Tingkat luka bakar yang hanya memengaruhi epidermis atau lapisan kulit luar saja. Secara klinis, tandanya berupa kulit yang tampak merah, kering, dan terasa sakit Penyebab : jilatan api, sinar ultraviolet Kedalaman : ketebalan superfisialis Penampilan : kering, tidak ada gelembung (bulae) oedem minimal Warna merah , terasa sakit Intervensi yang dilakukan adalah 1. Penilaian keadaan umum pasien pertahatikan A : airway (jalan napas), B ;breathing (pernapasan), C ; circulation (sirkulasi) 2. Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara kemungkinan klien mengalami trauma inhalasi 3. Penilaian luas dan kedalaman luka bakar 4. Kaji adanya edema saluran pernapasan 9mungkin klien perlu dilakukan intubasi atau trakheostomi 5. Kaji adanya faktor-faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya fraktur, riwayat penyait sebelumnya seperti diabetes, hipertensi, gagal ginjal 6. Pasang infus (IV line) jika luka bakar > 20 % derajat II /III biasanya dipasang CVP (Central Venous pressure /tekanan vena sental (kolaborasi dengan dokter ) Maka option jawaban fokus pada intervensi utama, lihat data yang muncul pada soal. Klien mengalami luka bakar pada bagian wajah, kemungkinan besar klien juga mengalami luka bakar pada bagian saluran pernapasan, perawat sebaiknya mengkaji apakah pada saluran pernapasan terkena luka bakar. Maka jawaban pada option B adalah yang paling tepat.



ID soal 5



100



Kasus (vignete) Seorang perawat yang sedang merawat pasien anak dengan diagnose Talasemia. Perawat memberikan informasi ini kepada orang tua anak dengan jujur dan jelas dengan penuh perhatian menjelaskan mengenai penyakit yang dialami anaknya Pertanyaan soal Apakah prinsip etis yang dilakukan perawat tersebut ? Pilihan jawaban A. Justice B. Beneficiency C. Confidentiality D. Nonmaleficience E. Veracity



Kunci Jawaban: ID soal 1



E 101



Kasus (vignete) Perawat komunitas melakukan kunjungan pada posyandu lansia di Desa Mawar. Hasil pemeriksaan fisik pada saat itu menunjukkan 65% lansia menderita hipertensi. Sebagian besar lansia tidak memperhatikan dietnya. Pelayanan posyandu 5 meja tidak dijalankan semua. Kader tidak melakukan penyuluhan diet hipertensi untuk lansia. Pertanyaan soal Apakah subsistem komunitas yang dikaji perawat? Pilihan jawaban A. Pendidikan B. Pekerjaan C. Ekonomi D. Jumlah penduduk E. Pelayanan kesehatan Kunci Jawaban: Pembahasan:



E



ID soal 1



102



Data fokus dalam pengkajian di atas adalah sebagian besar lansia menderita hipertensi dan tidak memperhatikan dietnya. Pelayanan posyandu 5 meja tidak dijalankan semua dan tidak ada penyuluhan terkait diet hipertensi untuk lansia. Berdasarkan data tersebut, susistem komunitas yang dikaji perawat adalah susistem pelayanan kesehatan. Subsistem pelayanan kesehatan mengkaji bagaimana karakteristik pelayanan kesehatan di komunitas.



Kasus (vignete) Perawat puskesmas melakukan kunjungan pada keluarga. Hasil pengkajian didapatkan salah satu anggota keluarga mengalami diabetes mellitus terkontrol. Perawat mengajarkan senam kaki diabetik untuk mencegah komplikasi ulkus diabetikum.



Pertanyaan soal Apakah upaya kesehatan yang dilakukan oleh perawat? Pilihan jawaban A. Promotif B. Pencegahan primer C. Pencegahan sekunder D. Pencegahan tertier E. Kuratif Kunci Jawaban: Pembahasan:



D



ID soal 1



103



Tindakan yang dilakukan perawat yaitu mengajarkan senam kaki diabetik untuk mencegah ulkus pada penderita diabetik. Berdasarkan kasus tersebut, tindakan yang dilakukan perawat termasuk dalam pencegahan tertier. Pencegahan tertier bertujuan untuk mencegah kerusakan lebbih lanjut akibat suatu penyakit.



Kasus (vignete) Perawat puskesmas melakukan kunjungan pada keluarga binaan. Saat pengkajian perawat menemukan ada satu anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Perawat merujuk anggota keluarga tersebut ke RSJ terdekat. Pertanyaan soal Apakah peran yang dijalankan oleh perawat tersebut? Pilihan jawaban A. Care giver B. Educator C. Consellor D. Case finder E. Advocator Kunci Jawaban: Pembahasan:



D



ID soal 1



104



Pada saat kunjungan keluarga perawat menemukan masalah kesehatan yang dialamai salah satu anggota keluarga sehingga perawat melakukan perannya sebagai case finder. Case finder adalah melakukan pengkajian melalui wawancara dan pemeriksaan fisik, anamnesa untuk menemukan kasus dan riwayat kesehatan keluarga.



Kasus (vignete) Hasil pengkajian perawat pada sebuah desa didapatkan 61% remaja laki-laki merokok. Remaja yang merokok sebanyak 79% memiliki teman sebaya yang juga merokok. Intensitas merokok pada remaja tersebut 17% tinggi, 45% sedang dan 38% rendah. Para remaja terlihat sering berkumpul di lapangan desa sambil merokok Pertanyaan soal Apakah diagnosa keperawatan komunitas yang tepat pada masalah tersebut? Pilihan jawaban A. Defisiensi kesehatan komunitas B. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan C. Perilaku kesehatan cenderung berisiko D. Defisiensi pengetahuan



E. Ketidakefektifan manajemen kesehatan Kunci Jawaban: Pembahasan:



ID soal 1



C Data fokus pada kasus tersebut adalah sebagian besar remaja merokok dengan intensitas tinggi, sedang dan rendah. Perilaku meroko didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku merokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya berbagai masalah kesehatan. Dengan demikian diagnose keperawatan yang sesuai adalah perilaku kesehatan cenderung berisiko, yaitu hambatan kemampuan dalam mengubah gaya hidup/ perilaku untuk memperbaiki status kesehatan.



105



Kasus (vignete) Perawat komunitas mnegunjungi sebuah desa endemik demam berdarah dengue (DBD). Hasil kunjungna pada satu bulan terakhir terjadi 9 kasus DBD. Hasil pengamatan terdapat genangan air pada selokan dan pot-pot bunga di rumah warga. Pertanyaan soal Apakah tindakan keperawatan prioritas pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Melakukan PSN B. Melakukan fogging pada lingkungan tersebut C. Mengajak warga kerja bakti membersihkan lingkungan D. Membagikan lotion anti nyamuk kepada warga E. Melaporkan kasus tersebut pada dinas kesehatan Kunci Jawaban: Pembahasan:



C Data fokus menyebutkan bahwa DBD masih terjadi di desa endemik tersebut. Pencegahan yang tepat untuk jangka panjang adalah melakukan pemberantasan vector penyebab DBD dengan PSN.



ID soal 1



106



Kasus (vignete) Seorang laki-laki umur 20 tahun dirawat di RS Jiwa sedang berkomunikasi dengan perawat. Setelah berbicara beberapa hal, perawat selanjutnya bertanya: ”Coba sebutkan kembali apa saja cara yang dapat digunakan untuk mengatasi munculnya suara-suara yang tidak nyata yang biasa bapak dengar!”. Pertanyaan soal Apakah tindakan komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat pada kasus diatas? Pilihan jawaban A. Evaluasi subyektif



B. C. D. E. Kunci Jawaban: Pembahasan:



Evaluasi obyektif Rencana tindak lanjut Kontrak yang akan datang Validasi A Evaluasi terdiri dari 2 jenis yaitu subjektif dan objektif. Evaluasi subjektif lebih kepada hal-hal yang secara langsung disampaikan oleh klien, sedangkan evaluasi objektif lebih kepada hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh perawat. Contoh dari evaluasi subjektif diantaranya menanyakan perasaan klien, klien diminta untuk menyebutkan kembali informasi atau ketrampilan yang telah diajarkan oleh perawat. Sedangkan evaluasi objektif diantaranya sikap kooperatif, nada bicara dan motorik klien.



ID soal 1



107



Kasus (vignete) Seorang perempuan umur 25 tahun dirawat di RS Jiwa, sudah 3 hari mendapat terapi Haloperidol. Saat dilakukan evaluasi pasien tampak kekakuan otot, tremor, dan wajah seperti topeng. Selain itu pasien mengalami hipokinesia dan hipoaktivitas. Pertanyaan soal Apakah gejala efek samping obat yang sedang dialami pasien? Pilihan jawaban A. Ekstrapiramidal sindrom



B. C. D. E. Kunci Pembahasan :



Ortostatik hipotensi Efek antikolinergik Efek antihistamin Sedasi A Haloperidol merupakan suatu antipsikotik tipikal. Cara kerja dari antipsikotik ini adalah memblokir reseptor dopamin post sinap. antipsikotik haloperidol terdapat dalam sediaan oral, injeksi intravena, dan intramuskular. Efek samping utama antipsikotik haloperidol adalah terjadinya gejala ekstrapiramidal atau ekstrapiramidal sindrom. Ekstrapiramidal adalah jaringan saraf di dalam otak yang bertugas dalam pengaturan kontrol motorik dan koordinasi. Di dalam ekstrapiramidal, terdapat satuan struktur yang disebut basal ganglia. Basal ganglia membutuhkan dopamin untuk menjalankan fungsi fungsi motorik tubuh. Antipsikotik haloperidol bekerja dengan cara menghambat dopamine, sehingga dopamine dalam basal ganglia berkurang. Sebagai hasilnya, klien akan mengalami gejala yang disebut gejala ekstrapiramidal. Gejala ekstrapiramidal sering disebut juga dengan gangguan pergerakan akibat obat seperti pergerakan yang tidak terkontrol, tremor dan kontraksi atau kekakuan otot.



ID soal 1



108



Kasus (vignete) Seorang perempuan umur 25 tahun, sudah dirawat di RS Jiwa sejak 3 hari yang lalu. pada saat dikaji klien tampak diam di pojok ruangan, tidak mau bicara, tidak mau beraktifitas dan tidak mau makan. Dokter memutuskan untuk dilakukan ECT. Keluarga diberikan informasi singkat tentang ECT oleh Dokter. Setelah itu perawat memberikan selembar pernyataan kepada keluarga untuk tanda tangan. Pertanyaan soal Prinsip etik apa yang dilanggar oleh perawat pada kasus diatas? Pilihan jawaban A. Justice



B. C. D. E. Kunci Pembahasan :



Veracity Beneficience Autonomy Akuntabilitas D Prinsip-prinsip etik terdiri dari otonomi (autonomy), berbuat baik (beneficience), keadilan (justice), tidak merugikan (nonmaleficience), kejujuran (veracity), menepati janji (fidelity), kerahasian (confidentiality) dan akuntabilitas (accountability). Prinsip otonomi (autonomy) didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Prinsip beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Prinsip Justice berarti bersikap adil terhadap sesama klien. Prinsip Nonmalefecience berarti tindakan yang dilakukan perawat tidak menimbulkan bahaya atau cedera. Prinsip Veracity berarti penuh dengan kebenaran. Prinsip Akuntabilitas berarti tindakan yang dilakukan perawat dapat dipertanggungjawabkan. Pada kasus diatas, perawat tidak menggunakan kewenangannya secara mandiri dalam memutuskan sesuatu hal, namun perawat melakukan kewenangannya hanya berdasarkan informasi dari tenaga kesehatan yang lain, sehingga perawat dalam hal ini melanggar prinsip etik otonomi (autonomy).



Kasus (vignete) Seorang perempuan umur 19 tahun dirawat di bangsal psikiatri karena dirumah tidak mau bicara. Hasil pengkajian oleh perawat, keluarga mengatakan bahwa perilaku klien berubah sejak putus dengan pacaranya 3 bulan yang lalu. Pada saat ditanya perawat, klien mengatakan saat ini baik-baik saja. Pertanyaan soal Apakah tahapan kehilangan pada kasus diatas? Pilihan jawaban A. Bergaining



B. C. D. E. Kunci Pembahasan :



Depresi Denial Anger Acceptance



C Tahapan kehilangan menurut Kubler Ross ada 5 tahap atau biasa dikenal dengan istilah DABDA (denial, anger, bargaining, depression, acceptance). Denial atau menyangkal, merupakan pertahanan sementara untuk diri sendiri. Bentuk dari penyangkalan seperti perkataan “Saya merasa baik-baik saja."; "Hal ini tidak mungkin terjadi”, “tidak pada saya” dan lain sebagainya." Anger atau marah, pada tahap ini individu akan menyadari bahwa ia tidak dapat senantiasa menyangkal. Bentuk dari tahap anger seperti perkataan "Kenapa saya? Ini tidak adil!"; "Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi pada saya?"; "Siapa yang harus dipersalahkan?" dan lain sebagainya. Bargaining atau tawar menawar, pada tahap ini individu berupaya melibatkan harapan supaya dapat sedemikian rupa menghambat atau menunda kehilangan. Ungkapan dari tahap bargaining seperti "Biarkan saya hidup untuk melihat anak saya diwisuda."; "Saya akan melakukan apapun untuk beberapa tahun."; "Saya akan memberikan simpanan saya jika...", dan lain sebagainya. Depression atau depresi , pada tahap ini individu seringkali menolak untuk berinteraksi dan menghabiskan banyak waktu untuk menangis dan menyendiri.  Acceptance atau Penerimaan, pada tahap ini individu sudah dapat menerima keadaan yang sesungguhnya terjadi. ungkapan yang sering disampaikan pada taha penerimaan adalah "Semuanya akan baik-baik saja."; dan lain sebagainya.



ID soal 1



110



Kasus (vignete) Seorang perempuan umur 45 tahun dirawat di RSJ sejak 2 hari yang lalu. Pada Saat perawat melakukan pengkajian, klien mengatakan bahwa akan diracuni oleh suaminya. Kemudian perawat berkata kepada klien tersebut “saya mengerti bahwa ibu merasa akan diracuni suami, tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya. Pertanyaan soal Apakah tujuan dari pernyataan perawat pada kasus diatas? Pilihan jawaban A. Berbicara dalam konteks realita



B. C. D. E.



Membina hubungan saling percaya Tidak mendukung atau membantah keyakinan klien Meyakinkan klien bahwa ia dalam keadaan aman Memberi pujian pada kemampuan klien



Kunci J Pembahasan :



C Pada kasus diatas, masalah keperawatannya adalah gangguan proses pikir atau waham. Waham adalah gangguan isi pikir berupa keyakinan yang salah, tidak realistis. Keyakinan yang salah pada pasien waham sangat kuat. Prinsip perawatan pada pasien waham adalah tidak mendukung atau menentang isi dari waham. Karena ketika perawat mendukung keyaninan pasien maka isi waham akan semakin kuat. Sebaliknya apabila menentang keyakinan pasien yang salah maka pasien akan cenderung tidak kooperatif bahkan sampai agresif.



ID soal 1



111



KASUS (vignete): Seorang laki-laki, 75 tahun, dirawat di RS akibat mengalami sesak nafas. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan hasil: TD: 160/ 120 mmHg, Nadi: 88x/ menit, respirasi: 100x/ menit, suhu: 38 oC. Saat dilakukan pengkajian fisik didapatkan ada penumpukan sekret dan klien sulit melakukan batuk efektif sehingga akan dilakukan tindakan suction. Pertanyaan soal: Tindakan apa yang penting untuk dilakukan perawat agar memastikan efektifitas tindakan suction? Pilihan jawaban: A. B. C. D. E.



Posisikan pasien dengan posisi fowler Melakukan inform consent sebelum tindakan Evaluasi suara nafas klien setelah tindakan Berikan terlebih dahulu klien oksigen Memastikan mesin suction berfungsi



Kunci Jawaban



ID soal 2



112



C



KASUS (vignete): Perempuan, 65 tahun, dirawat dengan riwayat penyakit Congestive Heart Failure dan keluhan nyeri dada. Saat dilakukan pemeriksaan TTV pada posisi duduk, klien mengeluh sesak nafas. Hasil pemeriksaan TTV, TD: 200/ 140mmHg, respirasi 88x/ menit, nadi: 94x/ menit, suhu 38,5 oC, saturasi oksigen 88%, pernafasan cuping hidung (+). Pertanyaan soal: Apa yang harus perawat lakukan pertama kali ? Pilihan jawaban: A. B. C. D. E.



Memposisikan klien posisi semi fowler Menghubungi dokter penanggung jawab klien Melakukan pemasangan terapi oksigen Mengajarkan teknik relaksasi kepada klien Melakukan pemeriksaan sistem respirasi



Kunci



A



Pembahasa n



Pasien dengan riwayat penyakit Congestive Heart Failure akan mengalami masalah utama gangguan transportasi oksigen ke seluruh bagian tubuh yang disebabkan oleh terjadinya penurunan curah jantung sebagai akibat dari lemahnya otot jantung untuk memompa darah dengan optimal ke seluruh tubuh. Keluhan utama yang akan sering muncul adalah nyeri dada, sebagai indikator kerusakan jaringan otot jantung, dan sesak nafas, sebagai indikator peningkatan upaya ventilasi pernafasan akibat penurunan curah jantung yang berakibat terhadap rendahnya jumlah oksigen dalam darah. Tindakan yang pertama kali dapat dilakukan oleh perawat adalah membantu pasien untuk berbaring posisi Semi Fowler yang dapat menurunkan beban kerja sistem pernafasan pasien.



ID soal 3 113 Tinjauan KASUS (vignete):



Jabaran



Perawat merencanakan untuk melakukan edukasi kesehatan kepada pasien laki-laki, 65 tahun, dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada sebelah kiri yang intensitasnya akan berkurang saat beristirahat. Klien memiliki riwayat penyakit keluarga, kakek klien meninggal akibat henti jantung. Hasil pemeriksaan TTV: TD: 180/ 150mmHg, respirasi 80x/ menit, Nadi: 80x/ menit, Suhu: 37,5oC. Pertanyaan soal: Apa fokus pengkajian perawat sebagai data penunjang edukasi kesehatan? Pilihan jawaban: A. B. C. D. E.



Riwayat keluarga dengan penyakit jantung Riwayat penyakit masa lalu Hasil pengkajian fisik klien Pola hidup pasien yang beresiko Riwayat pekerjaan klien



Kunci



D



Pembahasa



Pasien dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada sebelah kiri yang intensitasnya akan berkurang



n



saat beristirahat merupakan salah satu indikator terjadinya gangguan pada jantung pasien, dimana ketika pasien beraktivitas, jantung gagal dalam mengkompensasi secara optimal kebutuhan peningkatan curah jantung, sehingga akan muncul sesak nafas dan nyeri dada. Keluhan ini akan berkurang dan/ atau hilang ketika istirahat karena kebutuhan peningkatan curah jantung (peningkatan aliran darah) minimal. Salah satu informasi yang dibutuhkan saat akan memberikan tindakan edukasi kesehatan adalah riwayat pola hidup pasien yang beresiko seperti: merokok aktif, pola konsumsi makanan yang tidah sehat, dan jarang berolahraga. Pola hidup seperti ini yang memicu terjadinya gangguan aliran darah ke otot jantung (penyempitan pembuluh darah jantung), sehingga otot jantung tidak dapat bekerja secara optimal ketika ada kebutuhan dalam peningkatan curah jantung.



ID soal 4 114 Tinjauan KASUS (vignete):



Jabaran



Laki, laki , 50 tahun, dirawat dengan keluhan tidak dapat menggerakkan lengan & tungkai kiri disertai bicara pelo. Hasil pemeriksaan GCS= Compos mentis, Pasien sadar, tidak ada muntah, tidak ada kejang, pasien sulit menelan. Hasil pemeriksaan TTV: TD: 180/ 130mmHg, nadi: 88x/ menit, respirasi: 24x/ menit, suhu: 38 oC. Pertanyaan soal: Apa masalah keperawatan utama pada kasus diatas? Pilihan jawaban: A. B. C. D. E.



Gangguan Mobilitas Fisik Gangguan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan Gangguan Komunikasi Verbal Gangguan perfusi jaringan cerebral Resiko Aspirasi makanan



Kunci



B



Pembahasa n



Pasien dengan tanda bicara pelo mengindikasikan terjadinya gangguan pada proses penghantaran perintah dari otak (umum terjadi akibat Stroke) ke sistem pembentuk komunikasi verbal manusia. Kondisi ini dapat memberikan gambaran bahwa otak gagal berfungsi secara optimal akibat terjadinya gangguan seperti penyakit Stroke. Dalam kasus, pasien juga mengeluhkan sulit menelan, ini juga terjadi akibat sistem pembentukan komunikasi verbal juga berpengaruh dalam proses mastikasi (mengunyah) makanan. Dari pilihan jawaban, masalah keperawatan utama adalah gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan, melihat dari data-data penunjang seperti: bicara pelo, kesulitan menelan, serta pasien tidak dapat menggerakkan lengan dan tungkai kiri.



ID soal 5 115 Tinjauan KASUS (vignete):



Jabaran



Perempuan, 18 tahun, dirawat dengan Post Appendiktomi. Klien mengeluh daerah bekas operasi terasa nyeri dengan skala 5, nyeri seperti disayat-sayat dan timbul saat digerakkan, nyeri menyebar hingga suprapubik. Hasil pengkajian tanda-tanda vital: TD= 120/ 70mmHg, respirasi=26/ menit, Suhu: 38oC, Nadi:80x/ menit. Hasil pemeriksaan laboratorium :Hb=12,3 gr/dl, leukosit=11.000 gr/dl



Pertanyaan soal: Tindakan keperawatan mandiri apa yang dapat dilakukan perawat untuk membantu klien? Pilihan jawaban: A. B. C. D. E. Kunci Jawaban Pembahasan



ID soal



Mengajarkan teknik relaksasi & distraksi Melakukan tindakan perawatan luka Melakukan pemberian terapi analgesik Kolaborasi pemberian diet persorde Kolaborasi pemeriksaan USG abdomen



A Pada pasien yang menerima tindakan Post Appendiktomi keluhan yang muncul adalah nyeri pada area tindakan laserasi pembedahan sebagai respon proses peradangan. Tindakan keperawatan mandiri yang dapat dilakukan adalah dengan mengajarkan teknik relaksasi & distraksi, dimana teknik relaksasi akan membantu menurunkan ketegangan pasien sehingga persepsi terhadap nyeri bisa dikurang, sedangkan ditraksi dilakukan untuk mengalihkan persepsi pasien terhadap nyeri dengan cara memfokuskan pikiran kepada focus point lain.



116



Kasus (vignete) Di satu desa teijadi wabah diare. Hasil pengkajian didapatkan: 38% keluarga tidak memiliki jamban, 20% buang sampah di sungai, 65% BAB di sungai, dan 45% mandi di sungai. Masyarakat menganggap kebiasan tersebut adalah hal biasa dan sudah berlangsung turun temurun. Perawat melakukan pendidikan kesehatan tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. Apakah indikator evaluasi formatif keberhasilan tindakan pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. angka kejadian diare menurun B. masyarakat bisa hidup lebih sehat C. adanya WC umum tiap RT minimal 1 D. masyarakat memahami tentang pentingnya BAB di jamban E. kepala desa berkomitmen untuk memperbaiki kesehatan lingkungan Kunci D Jawaban: Referensi: Achjar, Komang. 2009. Teori dan Praktik Asuhan Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC Rasional Evaluasi formatif adalah penilaian hasil yang diukur dari intervensi dilakukan dapat berupa respon kognitif, afektif dan psikomotor dari klien. Perawat telah melakukan pendidikan kesehatan yang tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan atau pemahaman masyarakat tentang perilaku hidup dan sehat. Sehingga evaluasi keberhasilan yang dapat segera diukur setelah melakukan tindakan adalah pemahaman masyarakat tentang pentingnya BAB di jamban. ID soal



117



Kasus (vignete) Di satu desa terdapat 21 penderita TB Paru yang tersebar di semua RW. Perawat melakukan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan masker dan tempat membuang dahak untuk mencegah penularan. Perawat mengundang seluruh pasien TB Paru dan keluarganya. Apakah indikator evaluasi sumatif keberhasilan tindakan pada kasus tersebut?



Pilihan jawaban A. klien dan keluarga memahami tentang penularan TB Paru B. keluarga mengantar klien untuk periksa sesuai jadwal C. keluarga menyediakan tempat membuang dahak D. klien menggunakan masker setiap hari E. angka kesembuhan TB meningkat Kunci E Jawaban: Referensi: Achjar, Komang. 2009. Teori dan Praktik Asuhan Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC Rasional Evaluasi sumatif adalah merupakan evaluasi yang dilaksanakan pada saat pelaksanaan program sudah selesai. Evaluasi ini bertujuan untuk menilai hasil pelaksanaan program dan capaian dari pelaksanaan program. Asuhan keperawatan pada kasus difokuskan untuk mencegah terjadinya penyebaran tuberculosis pada populasi masayarakat RW. Sehingga indikator akhir keberhasilan tindakan adalah angka kejadian TB tidak bertambah. ID soal 118 Kasus (vignete) Perawat Puskesmas mengunjungi salah satu keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan ODHA.Hasil pengkajian klien mengatakan jarang keluar rumah karena warga masyarakat disekitar tidak mau bergaul dengan klien. Apakah upaya yang tepat dilakukan oleh perawat? Pilihan jawaban A. Upaya Promotif B. Upaya Preventif C. Upaya Kuratif D. Upaya Rehabilitatif E. Upaya Resosialitatif Kunci Jawaban: Referensi: Rasional



e Achjar, Komang. 2009. Teori dan Praktik Asuhan Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC Data fokus masalah klien dengan ODHA, klien jarang keluar rumah karena warga masyarakat disekitar tidak mau bergaul dengan klien. Upaya yang tepat dilakukan oleh perawat adalah dengan melakukan Resosialitatif kepada masyarakat/ warga . hal ini dilakukan untuk mengembalikan klien kedalam lingkungan masyarakat agar diterima sebagai warga dan klien bisa melakukan perannya dalam masyarakat. Upaya Resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus kedalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya.



ID soal 119 04 Tinjauan Kasus (vignete)



Jabaran



Perawat komunitas mengunjungi sebuah pesantren dari hasil kunjungan didapatkan kasus DBD pada 10 % santri , 7 bulan lalu terdapat kejadian yang sama pada 12 % santri. Hasil pengamatan terdapat genangan air disekitar



pesantren dan selokan yang tidak tertutup. Apakah tindakan prioritas yang dilakukan perawat? Pilihan jawaban A. Melakukan P3M B. Melindungi warga pesantren dari gigitan nyamuk dengan menggunakan lotion anti nyamuk C. Bersama warga pesantren membersihkan lingkungan D. Melakukan foging dilingkungan pesantren E. Memberikan kelambu pada warga pesantren Kunci a Rasional Data fokus masalah menunjukkan adanya penanganan penyebab penyakit yang tidak tuntas, yaitu pemberantasan vektor penyebab DBD. Tindakan yang tepat dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan jangka panjang yaitu pemberantasan vektor dengan melakukan P3M ID soal 120 05 KASUS (vignete): Perawat komunitas melakukan kunjungan pada suatu keluarga. Hasil pengkajian terdapat seorang anggota keluarga mengalami gangguan pola tidur. Perawat kemudian memberikan latihan autogenik untuk mengatasi masalah klien tersebut. Apakah peran yang dilakukan perawat dalam kegiatan tersebut? Pilihan jawaban: A. B. C. D. E. Kunci Rasional



Care Giver Penemu Kasus Advokat Manager Kasus Konselor



A Berdasarkan kasus tersebut perawat sedang melakukan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi, melakukan pengkahian dalam upaya mengumpulkan data dan inormasi yang benar, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analiss data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/ cara pemecahan masalah, melaksanakn tindakan keperawatn sesuai dengan rencana yang ada dan melauukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.



ID soal 1



121



Kasus (vignete) Seorang perempuan umur 32 tahun, G2P1A0, hasil pemeriksaan tinggi fundus uterus (TFU) 36 cm, dan kepala berada tepat di atas Hodge III Pertanyaan soal Berapa taksiran berat janin pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. 3465 gram B. 3565 gram C. 3720 gram D. 3820 gram E. 3900 gram Kunci Jawaban: Pembahasan:



C Perkiraan berat janin berdasarkan rumus Jhonson yaitu : (tinggi fundus uterus/ TFU – N) x155 gram N adalah 12 jika vertex berada tepat atau di atas spina ischiadika (sejajar Hodge III) N adalah 11 jika vertex di bawah spina ischiadika. Jadi 36-12x155 : 3720 gram



ID soal 2



122



Kasus (vignete) Seorang ibu datang ke Puskesmas dengan keluhan sudah 2 bulan tidak haid. Ibu mengeluh mual muntah dan pusing. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir (HPHT) adalah tanggal 2 Oktober 2020. Ibu menanyakan kapan ibu melahirkan? Pertanyaan soal kapan taksiran persalinan pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. 1 juli 2021 B. 9 Juli 2021 C. 11 Juli 2021 D. 1 Nopember 2021 E. 9 Nopember 2021 Kunci Jawaban: B Pembahasan: Rumus Naegle merupakan rumus standar yang digunakan untuk mengetahui taksiran persalinan (TP). Caranya adalah : (HPHT + 7 hari) (bulan – 3 bulan) (tahun + 1 tahun) atau (HPHT + 7 hari) (bulan + 9).



ID soal 3



123



Kasus (vignete) Seorang ibu berusia 29 tahun, G1P0A0, hamil 42 minggu, datang ke Puskesmas jam 03.00 wib. Saat dilakukan TFU 34 cm, sudah merasakan mulas–mulas teratur sejak 12 jam yang lalu dan sekarang ingin mengedan. Klien mengatakan mulas terasa 5 x setiap 10 menit selama 50 detik. Saat dilakukan periksa dalam oleh perawat, klien sudah mengalami pembukaan 8 cm, serviks tipis dan mendatar. Pertanyaan soal Berdasarkan informasi tersebut, kondisi pasien tersebut berada pada …. Pilihan jawaban A. Kala I Fase laten B. Kala I Fase aktif C. Kala II D. Kala III E. Kala IV Kunci B Jawaban: Pembahasan:  Fase–fase kala I Tahap ini dibagi menjadi: fase laten dan fase aktif.  Fase laten: Dimulai sejak awal berkontraksi sampai penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap serta berlangsung hingga serviks membuka < 4 cm.



   



Fase aktif: Dari pembukaan 4–10 cm terjadi kecepatan rata–rata 1 cm/ jam Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelahnya.



ID soal 4 Tinjauan



124 Jabaran



Kasus (vignete) Seorang bayi perempuan lahir pada tanggal 21 Pebruari 2021 pukul 17.35 WIB. Bayi langsung menangis kuat, APGAR score 8/9. Setelah dilakukan IMD, bayi dilakukan pengukuran antropometri. Bayi tersebut menangis karena popoknya basah dan tidak segera diganti karena perawat sedang sibuk melakukan pengukuran. Pertanyaan soal Bayi tersebut dapat mengalami kehilangan panas karena …. Pilihan jawaban A. radiasi B. konduksi C. konveksi D. evaporasi E. elaborasi Kunci D Pembahasan Proses kehilangan panas terjadi dari 4 faktor: :  Penguapan/evaporasi: terjadi ketika permukaan yang basah terkena udara (selama mandi, Insensible Water Loose (IWL) artinya kehilangan panas tanpa disadari, linen atau pakaian basah).  Konduksi: terjadi ketika bayi bersentuhan langsung dengan benda–benda padat yang lebih dingin dari kulit mereka (timbangan berat badan, tangan dingin, stetoskop).  Konveksi: terjadi ketika panas dipindahkan ke udara sekitar bayi (pintu/ jendela terbuka, AC)  Radiasi: transfer panas ke benda dingin yang tidak bersentuhan langsung dengan bayi (bayi



ID soal 5



125



Kasus (vignete) seorang ibu setalah menghitung 6 siklus menstruasi, terlihat bahwa siklus terpanjang 36 hari, terpendek 28 hari. Ibu menginginkan menggunakan KB kalender agar tidak hamil. Hari ini tanggal 1 Maret adalah hari pertama haid pertama ibu. Pertanyaan soal Apakah anjuran yang dapat dilakukan pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. suami isteri tidak bersenggama mulai tanggal 2 maret -10 Maret 2021 B. suami isteri tidak bersenggama Mulai tanggal 4 maret -13 Maret 2021 C. suami isteri tidak bersenggama Mulai tanggal 4 maret -13 Maret 2021 D. suami isteri tidak bersenggama Mulai tanggal 8 maret -21 Maret 2021 E. suami isteri tidak bersenggama Mulai tanggal 10 maret -25 Maret 2021 Kunci Pembahasan:



E Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah dicatat. 1. Bila haid teratur (28 hari) Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 dalam siklus haid. 2. Bila haid tidak teratur Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur. Rumus: Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18. Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11.



ID SOAL



126



KASUS (vignete): Seorang perempuan hamil berusia 27 tahun G2P1A0 hamil 37 minggu, datang untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Dari hasil pengkajian Leopold diperoleh pada daerah fundus teraba bokong janin, pada sisi kanan perut ibu teraba punggung janin dan presentasi kepala belum masuk PAP. Pertanyaan soal: Apakah Tindakan selanjutnya pada kasus tersebut ? Pilihan jawaban: A. Melakukan pemeriksaan DJJ B. Mencari daerah punctum maksimum C. Pastikan kembali posisi janin D. Klarifikasi letak kepala janin E. Menilai kontraksi rahim Kunci Jawaban



A



PEMBAHASAN :  Melakukan pemeriksaan DJJ : Pemeriksaan DJJ dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan Leopold I-IV







Mencari daerah punctum maksimum : Pemeriksaan Puctum Maksimum adalah daerah yang harus dicari untuk mendengarkan DJJ yang jelas  Pastikan kembali posisi janin : Memastikan posisi janin dilakukan untuk menilai pemeriksaan puctum maksimum, posisi punggung janin yang menentukan daerah puctum maksimum  Klarifikasi letak kepala janin : Klarifikasi letak kepala janin untuk menentukan posisi janin normal, sungsang, lintang atau obligh  Menilai kontraksi Rahim : Penilaian kontraksi Rahim dilakukan setelah penilaian DJJ selesai ID SOAL 127 KASUS (vignete): Seorang perempuan usia 35 tahun, hamil 34 minggu datang ke poli KIA untuk konsultasi kehamilan. Dari hasil pengkajian didapatkan data pasien memiliki anak hidup empat dan riwayat keguguran pada anak pertama. Pertanyaan soal: Apakah status obstetric pada kasus tersebut? Pilihan jawaban: A. G6P4A1 B. G5P5A1 C. G6P5A0 D. G4P4A1 E. G6P5A1 Kunci Jawaban



A



PEMBAHASAN :  Anak hidup empat (P4), Abortus 1x (A1), Kehamilan ke-6 (G6) : G6P4A1 ID SOAL



128



KASUS (vignete): Seorang perempuan usia 30 tahun P3A0 post partum spontan hari pertama di ruang nifas mengalami keluhan rasa nyeri pada daerah kemaluan. Hasil pengkajian didapatkan data terdapat luka episiotomy, kemerahan, edema. TD 110/70 mmHg, RR 20x/mnt. Pertanyaan soal: Apakah Tindakan utama pada kasus tersebut ? Pilihan jawaban: A. Vulva hygiene B. Edukasi cara perawatan luka C. Rawat luka episiotomy D. Mobilisasi dini E. Berikan nutrisi adekuat Kunci Jawaban



C



PEMBAHASAN :  Vulva hygiene : bertujuan untuk menjaga kebersihan pada daerah vulva  Edukasi cara perawatan luka : pendidikan kesehatan diberikan supaya pasien mengetahui cara perawatan luka  Rawat luka episiotomy : perawatan luka episiotomy dilakukan agar penilaian REE-DA tidak menunjukan infeksi, dan luka episiotomy dapat segera sembuh  Mobilisasi dini : mobilisasi dini bertujuan agar sirkulasi darah daerah perinium lancar  Berikan nutrisi adekuat : nutrisi dianjurkan tinggi kalori dan protein untuk mempercepat pertumbuhan luka



ID SOAL



129



KASUS (vignete): Seorang perempuan usia 25 tahun dirawat di ruang nifas mengeluh demam setelah melahirkan anak pertamanya. Hasil pengkajian menunjukan lochea rubra, sudah memakai dua pembalut penuh dan konsistensi cair. Hasil observasi TD 110/70 mmHg, suhu 39 derajat celcius, RR 22x/mnt, Nadi 90x/mnt. Pertanyaan soal: Apakah masalah utama pada kasus diatas? Pilihan jawaban: A. Hipertermia B. Kekurangan volume cairan C. Risiko infeksi D. Risiko cidera E. Ketidakefektifan termoregulasi Kunci Jawaban



A



PEMBAHASAN :  Hipertermia : hipertermi terjadi sebagai akibat respon tubuh terjadinya infeksi  Kekurangan volume cairan : kekurangan volume cairan terjadi sebagai akibat kenaikan suhu tubuh  Risiko infeksi : risiko infeksi kondisi yang terjadi sebagai akibat adanya peradangan pada tubuh  Risiko cidera : risiko cidera sebagai akibat dari interaksi kondisi lingkungan dengan respon adaptif pertahanan  Ketidakefektifan termoregulasi : ketidakefektifan termoregulasi terjadi karena pusat pengatur panas di hypothalamus terespon akibat peradangan  ID SOAL 130 KASUS (vignete): Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke poli KIA mengeluh perdarahan setelah beberapa kali melakukan hubungan seksual dengan suami. Dari hasil pengkajian didapatkan data pasien sering mengalami keputihan, berbau, berwarna hijau kental dan gata. Apakah pemeriksaan penunjang pada kasus diatas? Pertanyaan soal: Apakah pemeriksaan penunjang pada kasus diatas? Pilihan jawaban: A. Usapan vagina B. USG abdomen C. USG transvaginal D. Biopsi E. Pap Smear Kunci Jawaban



E



PEMBAHASAN :  Usapan vagina : usapan vagina dilakukan pada area organ reproduksi untuk mengetahui penyebab terjadinya infeksi  USG abdomen : merupakan prosedur pemeriksaan menggunakan teknologi gelombang suara frekuensi tinggi untuk memeriksa organ-organ dalam perut  USG transvaginal : USG transvaginal dilakukan  untuk mengetahui kondisi abnormal internal organ reproduksi wanita



 Biopsi : pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan di laboratorium  Pap Smear : pemeriksaan untuk mengetahui adanya sel abnormal pada servik ID soal 1 131 Kasus (vignete) Laki-laki usia 58 tahun, dirawat di ruang penyakit jantung. Pasien mengeluh dada berdebar debar, tubuh terasa lemah dan kepala pening setelah kembali dari kamar mandi. Hasil pemeriksaan didapatkan pasien tampak pucat, Tekanan nadi 120/70 mmHg, frekuensi.nadi 110x/menit dan teraba lemah, Frekuensi pernafasan 24 X permenit. Pertanyaan soal Apakah tindakan utama pada kasus tersebut ? Pilihan jawaban



A. B. C. D. E. Kunci Jawaban: Referensi: Nama pembuat: Institusi/bagian : Pembahasan:



Menganjurkan pasien untuk banyak minum Menganjurkan pasien untuk nafas dalam Menganjurkan pasien untuk istiraht tirah baring Melakukan perekaman ECG Meningkatkan asupan nutrisi C LeMone, P, Burke K, ( 2008 ), Medical Surgical Nursing, Critical Thingking and Client Care, Fourth Edition, Pearsion Education. Mukhamad Rajin, S.Kep. Ns, M.Kes. UNIPDU Jombang Adanya keluhan setelah atau pada saat aktivitas adalah merupakan tanda dan gejala adanya ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai darah atau sirkulasi. Pada saat aktivtas tubuh lenih banyak membtuhkan sirkulasi darah sementara pada pasien dengan gagal jantung, jantung tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Gejala dan tanda yang muncul seperti pada kasus tersebut yaitu: jantung berdebar-debar, tubuh terasa lemah, kepala pening dan terjadi peningkatan frekwensi nadi. Gejala lain yang dapat muncul apabila keteidakseimbanyakan lebih berat adalah nyeri dada dan sesak nafas. Maka tindakan yang paling utama yang harus diberikan adalah menganjurkan pasien untuk istirahat bedrest dengan tujuan utama untuk mengurangi kebutuhan sirkulasi.



ID soal 2



132



Kasus (vignete) Perempuan usia 58 tahun, dirawat di ruang penyakit jantung. Pasien mengeluh dada berdebar debar dan tubuh terasa lemah setelah kembali dari kamar mandi. Hasil pemeriksaan didapatkan pasien tampak pucat, Tekanan nadi 120/70 mmHg, frekuensi.nadi 110x/menit dan teraba lemah, Frekuensi pernafasan 20 X permenit. Pertanyaan soal Apakah masalah utama pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Gangguan pemenuhan nutrisi B. Perubahan pola nafas C. Gangguan aktivitas D. Intoleransi aktivitas E. Gangguan rasa nyaman Kunci Jawaban: Pembahasan:



D



ID soal 3



133



Sesuai tanda dan gejala pada kasus tersebut terdapat tanda mayor adanya ketidakseimbang kebutuhan dan suplai yaitu terdapatnya gejala dan tanda jantung berdebar debar, tubuh lemah, kepala pusing dan peningkatan frekwensi nadi. Maka masalah keperawatan utama yang dapat ditegakkan adalah intoleransi aktivitas.



Kasus (vignete) Laki-laki uisa 56 tahun di rawat di ruang ICCU dengan keluhan nyeri dada berat disertai dengan mual dan muntah. Nyeri menjalar ke bahu dan lengan kiri. Hasil pemeriksaan didapatkan skala nyeri 10, pasien nampak pucat dan lemah, Tekanan nadi 120/70 mmHg, frekwensi nadi 110X/mnt, Frekwensi perbapasan 24X/mnt. Perawat segera melakukan perekaman ECG 12 lead dengan lead 2 panjang. Pertanyaan soal Apakah kelaiinan gambaran ECG utama yang haris diidentifikasi pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. T inversi B. Q patologis C. ST elevasi D. ST depresi E. QRSR” Kunci Jawaban: Pembahasan:



C Nyeri berat dengan sifat khas nyeri menjalar ke bahu dan lengan kiri adalah salah satu tanda bahwa otot jantung mengalami kekurangan oksigen yang berat akibat gangguan sirkulai pada arteri koronaria. Adanya kekurangan oksigen pada otot jantung yang berat (infark miokard) dapat diidentifikasi dengan adanya gelombang ST elevasi. Tingginya ST elevasi menunjukkan semakin beratnya dan dalam nya infrak pada otot jantung.



ID soal 4



134



Kasus (vignete) Laki-laki uisa 55 tahun periksa ke poli penyakit jantung. Tiba-tuba pasien mengeluh nyeri dada. Nyeri dada menjelar ke bahu dan lengan kiri. Pasien mempunyai riwayat penyakit angina pektrois. Hasil pemeriksaan diperoleh: skala nyeri 5, wajah nampak tegang. Tekanan nadi 120/70 mmHg, frekwensi nadi 80X/mnt, Frekwensi pernapasan 18X/mnt. Pertanyaan soal Apakah tindakan utama pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Menenangkan pasien dan memberikan obat analgetik B. Menenangkan pasien dan menganjurkan untuk nafas dalam C. Menenangkan pasien dan memberikan obat ISDN sub lingual D. Menenangkan pasien dan memberikan oksigen dosis tinggi E. Menenangkan pasien dan menganjurkan untuk bedrest Kunci Jawaban: Pembahasan:



C



ID soal 5



135



Nyeri dada khas yang menjalar ke bahu dan lengan disebabkan karena penurunan sirkulasi coroner dan menyebabkan iskemia myokard. Pada serangan angina terjadi sikemia ringan. Tindakan utama yang harus dilakukan kepada pasien adalah dengan menenagkan pasien dan memberikan obat ISDN sublingual. Menenangkan pasien dengan tujuan untuk menurunkan kebutuhan siskulasi/oksigen dan pemberian ISDN dengan tujuan meningkatkan sirkulasi koroner.



Kasus (vignete) Laki-laki uisa 56 tahun di rawat di ruang ICCU dengan keluhan nyeri dada berat disertai dengan mual dan muntah. Nyeri menjalar ke bahu dan lengan kiri. Hasil pemeriksaan didapatkan skala nyeri 10, pasien nampak pucat dan lemah, Tekanan nadi 120/70 mmHg, frekwensi nadi 110X/mnt, Frekwensi perbapasan 24X/mnt. Pertanyaan soal Apakah pemeriksaan penunjang utama yang harus segera dilakukan pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Pemeriksaan saturasi okisgen B. Pemeriksaan analisa gas darah C. Pemeriksaan darah lengkap D. Pemeriksaan foto thoraks E. Perekaman ECG Kunci Jawaban: Pembahasan:



E Nyeri berat dengan sifat khas nyeri menjalar ke bahu dan lengan kiri adalah salah satu tanda bahwa otot jantung mengalami kekurangan oksigen yang bearat akibat gangguan sirkulai pada arteri koronaria. Oleh karena gangguan tersebut harus segera ditegakkan diagnosisnya dengan pemeriksaan penunjang. Adanya kekurangan oksigen pada otot jantung secara cepat dapat ditegakkan dengan pemeriksaan ECG.



ID soal 1



136



Kasus (vignete) Seorang perempuan usia 32 tahun hamil 35 minggu datang ke puskesmas untuk memeriksakan kehamilan. Riwayat persalinan yang lalu 2 kali Caesar, bayi hidup, dan pernah 1 kali keguguran. Tekanan darah 120/70 mmHg, suhu 36’5 0C, nadi 70x/mnt, frekuensi nafas 20x/mnt. Pertanyaan soal Apakah status obstetric dari kasus diatas? Pilihan jawaban A. G3P2A1 B. G3P1A1 C. G4P2A1 D. G4P1A1 E. G4P2A0 Kunci Jawaban: Pembahasan:



C Status Obstetri adalah riwayat kehamilan dan persalinan. G adalah singkatan dari Gravida (jumlah kehamilan) P adalah singkatan dari Partus (Jumlah persalinan yang mencapai variabel) A adalah singkatan dari Abortus (Jumlah Aborsi) Pada kondisi diatas ibu sudah pernah melahirkan 2 kali/Caesar (P=2) dan keguguran 1x (A=1), jadi kehamilan yang sekarang adalah kehamilan yang ke 4 (G=4). Status obstetri pada klien tersebut adalah G4P2A1.



ID soal 2



137



Kasus (vignete) Seorang perempuan, 25 tahun, G1 P0 A0 datang ke rumah sakit bersalin dengan keluhan ada pengeluaran lendir dan darah. Setelah dilakukan pemeriksaan TD=100/70, N= 82x/menit, P= 20x/menit, S= 36,60 C. Palpasi: bokong pada bagian fundus, puki, kepala, divergent 2/5, DJJ 146 kali/menit, his 3 x 10 menit dengan durasi 30 detik pembukaan 2 cm. Pertanyaan soal Berapa seringkah dilakukan observasi DJJ pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Terus menerus B. Setiap dua jam C. Setiap jam D. Setiap 30 menit E. Setiap 15 – 30 menit Kunci Pembahasan



C Kala I Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm) (Saifuddin, 2010). Posisi miring ke kiri dalam kala I dapat mempermudah oksigenasi janin, sirkulasi darah ibu lancar, dan dapat mengurangi laserasi perineum (JPNK-KR, 2008).



Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu: a)



Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung selama 7-8 jam (Sofian, 2012). Yang perlu dicatat di lembar observasi pada kala I fase laten, yaitu: 1) DJJ diperiksa setiap 1 jam. 2) Frekuensi dan lamanya kontraksi diperiksa setiap 1 jam. 3) Nadi diperiksa setiap 30-60 menit. 4) Suhu tubuh, tekanan darah diperiksa setiap 4 jam. 5) Pembukaan serviks dan penurunan kepala diperiksa setiap 4 jam sekali b) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase yaitu: 1) Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm. 2) Periode dilatasi maksimal: berlangsung selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm. 3) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap (Sofian, 2012).



ID soal 3 138 Kasus (vignete) Seorang perempuan, 28 tahun P2A0 dirawat diruang nifas, 4 jam yang lalu melahirkan bayinya. Hasil pengkajian pasien. tampak pucat dan kontraksi uterus lemah, setiap jam 2x mengganti pembalutnya dan belum menyusui, TFU 1 jari dibawah pusat, TD 90/70, frekuensi nadi 82x/menit, frekuensi napas 20x/menit, dan suhu 36,60 C Pertanyaan soal Apakah Intervensi yang tepat pada kasus di atas? Pilihan jawaban A. Berikan drip oksitosin B. Kolaborasi pemberian cairan infus C. Monitor pendarahan D. Lakukan masase uterus E. Anjurkan pasien menyusui bayinya Kunci D Pembahasa Intervensi keperawatan untuk menangani masalah risiko perdarahan mengacu pada SIKI menurut n



PPNI (2018). Intervensi yang direkomendasikan yaitu manajemen perdarahan pervaginam pasca persalinan adalah sebagai berikut: 1) Periksa uterus (mis. TFU sesuai hari melahirkan, membulat dan keras/lembek). 2) Identifikasi penyebab kehilangan darah (misal. Atonia uteri atau robekan jalan lahir). 3) Monitor tanda-tanda vital. 4) Lakukan pijat uterus untuk merangsang kontraksi uterus.



5) Kolaborasi pemeberian oterotonika, antikoagulan jika perlu. Implementasi keperawatan Prosedur masase fundus uteri: 1.



Letakan tangan pada fundus uteri.



2.



Jelaskan tindakan kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin merasa tidak nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik napas dalam dan perlahan serta rileks.



3.



Dengan lembut tapi mantap gerakan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri.



4.



Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh: a.



Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang hilang).



b.



Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada bagian yang terpisah atau hilang.



c.



Periksa plasenta sisi foetal (yang mengadap ke bayi) untuk memastikan tidak adanya kemungkinan lobus tambahan (suksenturiata).



d.



Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.



e.



Periksa kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus berkontraksi. Jika uterus masih belum berkontraksi dengan baik, ulangi masase fundus uteri. Ajarkan ibu dan keluarganya cara melaakukan masase uterus sehingga mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi baik.



f.



Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan 30 menit selama satu jam kedua pascapersalinan



Kasus (vignete) Seorang perempuan berusia 22 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 4 minggu datang ke RS dengan keluhan mual dan muntah setiap kali makan atau minum yang disertai nyeri ulu hati sejak awal kehamilan sampai sekarang sehingga tidak bisa beraktifitas seperti biasanya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD: 90/70 mmHg, frekuensi nadi: 90x/menit, frekuensi napas: 24x/menit, suhu: 37,8°C, tampak sangat lemah, turgor kulit jelek, dan bibir tampak pecah-pecah, BB sekarang 47 Kg (BB sebelumnya 49 Kg). Pertanyaan soal Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Hipertermi B. Hipovolemia



C. Nyeri D. Intoleransi aktivitas E. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Kunci B Jawaban: Hipovolemia (D.0023) 1) Definisi Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan/atau intraseluler. 2) Penyebab: a). Kehilangan cairan aktif b) Kekurangan intake cairan 3) Batasan Karakteristik a)



Data Mayor: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat



b) Data Minor: merasa lemah, mengeluh haus, suhu tubuh meningkat, konsentrasi urin meningkat, berat badan turun tiba-tiba Kondisi Klinis Terkait: muntah ID soal 5 140 Tinjauan Jabaran Kasus (vignete) Seorang perempuan, 23 tahun, datang ke puskemas dengan keluhan tidak haid. Setelah dilakukan pemeriksaan urin, pasien dinyatakan positif hamil dengan usia kehamilan 6 minggu. HPHT: 10 Agustus 2020. Hasil pengkajian TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi : 80x/menit, frekuensi napas: 20/menit, suhu : 36,2 0C. Pasien bertanya tentang kapan tanggal persalinannya Pertanyaan soal Apakah informasi yang seharusnya diberikan oleh perawat berdasarkan situasi tersebut? Pilihan jawaban A. 16-04-2021 B. 16-05-2021 C. 17-04-2021 D. 17-05-2021 E. 17-06-2021 Kunci :



D



Pembahasa



Taksiran persalinan dapat ditentukan dengan menggunakan hukum Naegele. Berdasarkan hukum



n



tersebut, taksiran dapat dilakukan dengan menentukan hari pertama haid terakhir. Angka ini dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir, Periode rumus Hukum Negele adalah untuk HPHT bulan 1-3 Rumusnya: Tanggal +7 Bulan +9 Tahun +0 dan untuk HPHT bulan 4-12 Rumusnya: Tanggal +7 Bulan -3 Tahun +1. Berdasarkan kasus diatas HPHT 10-08-2019, menggunakan rumus HPHT bulan ke 4-12 Tanggal 10 + 7 = 17 Bulan 08 – 3 = 05 Tahun 2020 + 1 = 2021 Tafsiran Partus: 17-05-2021



ID soal 141 Kasus (vignete) : Seorang pasien laki – laki berusia 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis Chusing Syndrome. Hasil pengkajian didapatkan TD 130/80 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit, frekuensi napas 22 x/menit, susah BAK. Pertanyaan soal Apakah kriteria hasil evaluasi utama bagi pasien tersebut? Pilihan ganda A. Haluaran urine 1500 cc/hari B. BB meningkat C. Skala nyeri 1 – 2 D. Sesak napas E. Suhu 36 0C Jawaban A Pembahasa Pasien diatas mengalami chusing syndrome yang akan menyebabkan penurunan haluaran urine n dikarenankan kondisi patologinya,salah satu gejalanya adalah susah BAK, maka yang perlu kita pantau adalah haluaran urine yang terukur sejumlah 1500 cc/hari sebagai kriteria hasil evaluasi yang akan kita tetapkan. Untuk BB meningkat mungkin bisa dijadikan sebagai kriteria hasil,tetapi kita perlu memperhatikan gejala yang sedang dirasakan oleh pasien



ID soal Tinjauan



Untu Skala nyeri,sesak napas, suhu tidak dapat dijadikan sebagai kriteria hasil evaluasi karena pasien tidak mengalami gejala nyeri,gejala sesak napas dan gangguan termoregulasi akibat adanya infeksi atau inflamasi 142 Jabaran



Kasus (vignete) : Seorang laki – laki berusia 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosa medis Diabetes Melitus.



Hasil pengkajian didapatkan pasien memilikki luka pada kaki kanan, tekanan darah 150/95 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas 18x/menit, GDA 450 mg/dl. Pertanyaan soal Apakah intervensi keperawatan yang tepat bagi pasien tersebut? Pilihan ganda A. Pantau pola nafas B. Lakukan perawatan luka C. Pantau intake dan output nutrisi D. Timbang BB setiap hari E. Auskultasi bising usus Jawaban B Pembahasa Pasien ini menderita diabetes melitus yang mempunyai hasil GDA 450 mg/dl. Dari hasil n pengkajian didapatkan adanya luka pada kaki sebelah kanan maka pilihan yang tepat adalah perawatan luka. Karena sudah jelas data menunjukkan adanya luka sehingga perawatan luka ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi yang ditakutkan akan memberikan dampak yang lebih luas seperti munculnya gangren. Untuk intervensi pantau pola nafas memang kurang tepat karena frekuensi napas pasien 18x/menit Untuk intervensi pantau intake dan output nutrisi masih kurang tepat karena memang tidak ada gejala mual muntah yang dirasakan oleh pasien Untuk intervensi timbang BB setiap hari dan auskultasi bising usus masih kurang tepat untuk dijadikan sebagai intervensi utama karena pasien tidak mengalami diare ataupun ada penurunan BB yang drastis



ID soal 143 Kasus (vignete) : Seorang perempuan berusia 50 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosa medis Diabetes Melitus. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh sering kencing terutama pada malam hari, haus dan mudah lapar, tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit, frekuensi napas 18x/menit. Pertanyaan soal Apakah intervensi keperawatan yang tepat bagi pasien tersebut? Pilihan ganda A. Auskultasi bising usus B. Kaji skala nyeri C. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi D. Pantau intake dan output cairan E. Perawatan luka Jawaban D Pembahasa Pasien ini mengalami kelainan Diabetes melitus, gejala yang dialami oleh pasien ialah sering n kencing,mudah lapar dan haus, ini merupakan trias klasik gejala diabetes melitus yang merupakan sebuah siklus berkesinambungan, maka untuk intervensi yang tepat bagi pasien diatas ialah memantau intake dan output cairan. Hal ini bisa menilai seberapa banyak yang diminum dan seberapa banyak yang dikeluarkan, mengingat bahwa pasien memilikki gejala sering kencing dan haus.Jika tidak dilakukan pemantauan ditakutkan akan terjadi dehidrasi, karena frekuensi berkemih pada pasien DM cukup sering



ID soal 144 Kasus (vignete) : Seorang laki – laki berusia 45 tahun post op hernia inguinalis di ruang bedah, pasien mengeluh nyeri karena ada bekas luka operasi. Pada saat pengkajian fisik tekanan darah 150/80 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit, frekuensi napas 22x/menit, skala nyeri 5 Pertanyaan soal Apakah kriteria hasil evaluasi yang tepat bagi keadaan pasien tersebut? Pilihan ganda A. Berat badan turun 1 Kg B. Haluaran urine 1500 cc/hari C. Pemenuhan kebutuhan ADL dengan bantuan minimal D. Suhu 36 C E. Skala nyeri 1 – 2 Jawaban E Pembahasa Pasien post op hernia inguinalis memilikki luka yang mungkin akan meningkatkan spasme otot n abdomen karena bius yang mulai menurun. Untuk menentukan kriteria hasil maka diperlukan analisa terhadap data yang ada pada keluhan utama yang sedang dirasakan oleh pasien. Keluhan tersebut merupakan data untuk menegakkan diagnosa keperawatan yang akan dilanjutkan dengan intervensi keperawatan. Dalam memberikan intervensi tentunya ada kriteria standar evaluasi yang kita gunakan untuk standar tercapainya suatu intervensi. Karenapada kasus diatas, pasien mengeluh nyeri, maka jawaban yang tepat adalah skala nyeri 1 – 2. ID soal 145 Kasus (vignete) : Seorang laki – laki berusia 65 tahun,mempunyai riwayat merokok, dirawat di ruang jantung dengan keluhan sesak napas ketika beraktifitas. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/70 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit, suhu 37,80C, kaki bengkak. Hasil foto rontgen menunjukkan adanya pembesaran pada jantung sebelah kiri Pertanyaan soal Apakah tindakan utama mandiri perawat pada pasien tersebut? Pilihan ganda A. Posisi supinasi B. Pemberian tablet tambah darah C. Pemberian cairan infus 21 tts/menit D. Nebul setiap 2 jam E. Pembatasan asupan cairan Jawaban E Pembahasa Pasien diatas berdasarkan hasil pengkajian menunjukkan adanya pembengkakan pada kaki. Jika n melihat dari hasil foto rontgennya menunjukkan bahwa jantungnya sudah menngalami hiperthropy pada jantung sebelah kiri. Untuk intervensi dengan memberikan posisi supinasi/terelntang,ini merupakan posisi yang tidak dianjurkan bagi pasien yang mengalami gangguan di jantung, posisi yang tepat ialah dengan memberikan posisi semifowler/fowler,supaya aliran darah balik jantung tidak terlalu cepat, yang mengakibatkan peningkatan volume dalam jantung, Jawaban yang tepat untuk soal diatas ialah pembatasan asupan cairan, artinya untuk minum/intake cairan dari luar tubuh pasien harus dibatasi, dimana hal ini berguna untuk menurunkan tekanan hidrostatik pada jantung yang menyebabkan oedem di seluruh tubuh,dengan pencegahan oedem diharapkan akan memberikan dampak yang baik terhadap kondisi dan keadaan pasien ID soal 1



146



Kasus (vignete) Seorang laki-laki usia 55 tahun dibawa ke UGD dengan kondisi luka bakar dalam (parsial) yang mengenai bagian



wajah, leher, tangan dan dada setelah mencoba memadamkan kebakaran. Pertanyaan soal Manakah tindakan keperawatan prioritas yang harus dilakukan perawat? Pilihan jawaban a. Membatasi cairan b. Meninggikan kepala c. Memasang selimut dingin d. Memberikan analgetik per oral e. Mengkaji kepatenan jalan nafas Kunci Pembahasa n



E Tujuan utama perawatan luka bakar adalah untuk mempertahankan patensi jalan napas, memberikan cairan per Intravena untuk mencegah syok hipovolemik dan menjaga fungsi organ vital. Untuk itu tindakan prioritas yang harus dilakukan perawat adalah mengkaji kepatenan jalan napas dan mempertahankan jalan napas agar tetap paten. Perawat perlu melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen. Oksigen diperlukan untuk perfusi



jaringan



dan



organ vital. Selanjutnya pemasangan infus dan melakukan resusitasi cairan. Selanjutnya perlu meninggikan/menaikkan ekstremitas untuk mencegah terjadinya syok. Klien dijaga tetap hangat dan diberi status NPO (puasa) karena fungsi gastrointestinal yang menurun akibat luka bakar.



ID soal 1



147



Kasus (vignete) Seorang perempuan berusia 47 tahun dirawat dibangsal penyakit dalam dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus tipe 2. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan ulkus diabetikum pada kaki kanan pasien. Hasil pemeriksaan laboratorium glukosa darah sewaktu 125 mg/dL, suhu tubuh 39 o C, frekuensi nadi 98x/menit, frekuensi napas 20x/menit, dan tekanan darah 120/80 mmHg. Pertanyaan soal Manakah hasil pemeriksaan yang harus paling perawat perhatikan? Pilihan jawaban A. Suhu tubuh B. Tekanan darah C. Frekuensi nadi D. Frekuensi napas E. Gula darah puasa Kunci Jawaban: Pembahasan



A Untuk kasus ini fokus pada temuan normal dan tidaknya hasil pemeriksaan klien dengan kasus DM tipe 2. Dari beberapa data hasil pemeriksaan hanya suhu tubuh yang menunjukkan data tidak



normal dimana data lain (tekanan darah, ferekuensi nadi dan napas, gula darah sewaktu) dalam batas normal. Data tidak normal inilah yang menjadi perhatian khusus perawat. Peningkatan



suhu



tubuh



dapat mengindikasikan adanya proses infeksi yang bisa memicu munculnya komplikasi pada pasien dengan DM. Hal ini bisa dilihat bahwa pada kasus, pasien mengalami gangrene di kaki kanan. Proses infeksi bisa disebabkan oleh perawatan luka gangrene yang kurang tepat atau tidak sterilnya alat saat melakukan perawatan luka. Infeksi pada DM tipe 2 dapat menimbulkan sindrom nonketotik, hiperosmolar, hiperglikemik, atau ketoasidosis diabetik.



ID soal 1



148



Kasus (vignete) Seseorang perempuan berusia 50 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan tidak bisa BAK spontan 8 jam lalu. Pasien telah terpasang kateter dan sudah dilakukan bladder training dan rencana selang kateter akan dilepas. Perawat sudah mempersiapkan alat - alat, memakai sarung tangan dan mengatur posisi tidur pasien. Pertanyaan soal Apakah langkah prosedur selanjutnya yang dilakukan perawat pada kasus tersebut ? Pilihan jawaban A. Menyuruh tarik nafas B. Mengeluarkan isi balon C. Mencabut selang perlahan D. Membersihkan area perineal E. Melepas selang dari kantong urin Kunci Jawaban: Pembahasan



B Kasus diatas merupakan bentuk pengetahuan prosedural terkait standar operasional prosedur cara melepas selang kateter. Langkah pertama dalam melakukan tindakan melepas kateter yaitu melakukan aspirasi/mengeluarkan isi (cairan) yang ada di dalam balon sebagai pengunci kateter menggunakan spuit, karena jika cairan balon tidak diaspirasi terlebih dahulu, maka pasien bisa mengalami cedera. Langkah selanjutnya menarik kateter dan menganjurkan pasien menarik nafas panjang serta membuang kateter dan selang pada bengkok. Selanjutnya membersihkan area perineal agar terhindar dari infeksi yang disebabkan oleh pemasangan kateter dan merapikan pasien dengan mengenakan pakaian bawah pasien.



ID soal 1



149



Kasus (vignete) Seorang laki-laki usia 61 tahun dirawat di bangsal penyakit dalam dengan diagnosa medis gagal jantung kongestif. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan perawat adalah tungkai bawah pasien mengalami oedem. Ketika perawat menekan daerah oedem terlihat cekungan sedalam 4 mm dengan waktu kembali 10 detik.



Pertanyaan soal Bagaimana perawat menuliskan hasil pemeriksaan fisik tersebut ? Pilihan jawaban A. No pitting oedema B. Piting oedema 1 + C. Piting oedema 2 + D. Piting oedema 3+ E. Piting oedema 4 + Kunci Jawaban: Pembahasan



C Oedema adalah penumpukan cairan yang berlebihan dalam jaringan. Penyebab Oedem adalah peningkatan perneabilitas kapiler, berkurangnya protein plasma, peningkatan tekanan hidrostatik, obstruksi limpa sekunder, peningkatan tekanan koloid osmotic dalam jaringan, retensi natrium dan air. Lokasi pemeriksaaan / daerah terjadinya oedema yaitu di daerah sakrum, di atas tibia, & pergelangan kaki. Pitting Oedema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan dengan ujung jari, baru jelas terlihat setelah terjadi retensi cairan paling tidak sebanyak 4.5 kg. Skala penilaian pitting edema : a.



No pitting Oedema  tidak ada Pitting (0 mm).



b.



Derajat I atau Pitting Oedema 1+  ≤ 2 mm, cekungan sedikit,



tidak ada distorsi



(perubahan) yang terlihat, hilang dengan cepat c.



Derajat II atau Pitting Oedema 2+  Lebih dalam dari Pitting oedema 1+ (2-4 mm), tidak ada distorsi (perubahan) yang langsung terdeteksi, menghilang dalam 10-15 detik



d.



Derajat III atau Pitting Oedema 3+  Cukup dalam (4-6 mm), dapat berlangsung lebih dari 1 menit, ekstremitas yang terkena tampak lebih lebar dan membengkak



e.



Derajat IV atau Pitting Oedema 4+  Sangat dalam (6-8 mm), berlangsung 2-5 menit, ektremitas yang terkena telihat sangat mengalami perubahan



ID soal 1



150



Kasus (vignete) Seorang perempuan berusia 30 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis kolik renal. Pasien mengeluh nyeri di area pinggang terutama ketika akan BAK dengan urin yang keluar sedikit-sedikit tapi jumlahnya normal, nyeri seperti terbakar dan menyebar ke bagian atas simpisis pubis dengan skala 8 dan kadang tampak kemerahan dalam urin. Hasil pemeriksaan tekanan darah 120/80 mmHg, suhu tubuh 37.7 oC, frekuensi nadi 76 x/menit, frekuensi napas 22 x/menit. Hasil USG didapatkan uretrolithiasis. Pertanyaan soal Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Nyeri akut



B. C. D. E.



Hipertermi Retensi urin Defisit volume cairan Gangguan eliminasi urin



Kunci Jawaban: Pembahasan



B Rasional A : Pada kasus ini banyak menyebutkan data yang mendukung pada masalah nyeri akut yaitu keluhan pasien, kualitas, lokasi, dan skala nyeri. Nyeri akut terjadi karena adanya batu pada area ureter. Adanya batu pada saluran kemih (ureter) dapat menyebabkan gesekan dengan pemukaan ureter sehingga dapat mengakibatkan tergoresnya ureter sehingga menimbulkan perlukaan dan perdarahan.



Rasional B : Pada kasus ini terdapat peningkatan suhu namun belum signifikan. Data yang disebutkan dalam kasus masih sedikit untuk mengangkat diagnosa hipertemi. Rasional C: Retensi Urin adalah tertahannya urin di dalam kandung kemih, dapat terjadi secara akut maupun kronis. Pada kasus ini, pasien masih bisa mengeluarkan urin dalam jumlah yang normal, walaupun keluarnya sedikit-sedikit. Rasional D : Jumlah urin tidak menunjukan perubahan volume cairan yang ada di dalam tubuh. Rasional E : Pasien memang mengalami gangguan eliminasi urin yaitu pola BAK keluar sedikitsedikit, namun fokus pertanyaan soal terkait masalah keperawatan utama, data pendukung masalah nyeri akut lebih banyak dibandingkan dengan



data pendukung untuk mengangkat



diagnosa gangguan eliminasi urin. ID SOAL



151



KASUS (vignette): Seorang anak perempuan berumur 5 tahun dirawat hari ke 5 dengan diagnosa medis DHF.Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter terakhir bahwa anak sudah diperbolehkan untuk pulang pada esok hari. Untuk mengatasi kebosanan anak selama di rawat, perawat akan melakukan terapi bermain pada anak tersebut. Pertanyaan / intruksi Apakah jenis permainan yang tepat untuk anak tersebut ? Pilihan Jawaban A. Bola bekel B. Kuda-kudaan C. Boneka Panda D. Alat masak-masakan E. Pensil dan buku gambar Kunci Pembahasa n



C Saat anak masuk dan dirawat di rumah sakit hal ini akan menyebabkan kecemasan dan stress fisik dan psikologis baik bagi anak dan keluarganya. Asuhan Atraumatic adalah sebagai asuhan



terapeutik yang meminimalkan atau menghilangkan distress psikologis dan fisik yang dialami oleh anak dan keluarganya. Salah satu langkah yang dilakukan menurunkan dan mencegah dampak perpisahan anak dari keluarganya dengan memberi kesempatan orangtua menemani saat anak di rawat. Boneka panda merupakan salah satu jenis permainan terapeutik bagi anak usia prasekolah. ID SOAL



152



TINJAUAN



JABARAN



KASUS (vignette): Seorang anak laki-laki berumur 6 tahun dirawat dengan keluhan batuk, demam dan sesak nafas. Berdasarkan pengkajian dan analisa data, ditemukan masalah keperawatan yang ditegakkan yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif dengan intervensi keperawatan yang akan dilakukan adalah fisioterapi dada. Pada saat melakukan fisioterapi dada, perawat melakukan perkusi pada dada atau punggung anak. Pertanyaan / intruksi Bagaimana cara melakukan tindakan tersebut ? Pilihan Jawaban A. Menggunakan alat khusus sehingga lokasi dan pengeluaran slym lebih efektif B. Teknik pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang melekuk C. Dilakukan setelah anak menghirup udara yang dikeluarkan nebulizer D. Melakukan pemukulan dengan posisi telapak tangan terbuka lebar E. Mengganjal bantal terlebih dahulu pada area yang akan diperkusi Kunci Jawaban Pembahasan



B Dengan teknik perkusi tangan melekuk lokasi pukulan lebih focus/tepat dan tindakan ini tidak mengakibatkan anak kesakitan seperti jika kita melakukan perkusi dengan telapak tangan terbuka. Pemukulan ritmik pada dinding dada dan punggung tujuannya melepaskan lender atau secretsekret yang menempel pada dinding pernafasan dan memudahkan mengalir ke tenggorokan. Hal ini memudahkan anak mengeluarkan lendirnya.



ID SOAL



153



KASUS (vignette): 1. Seorang anak perempuan berumur 7 tahun di rawat di ruang anak dengan keluhan sesak nafas. Hasil pengkajian frekuensi nafas 30x/mnt tampak anak menggunakan otot-otot bantu nafas. Masalah keperawatan yang di tegakan adalah perubahan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru. Dari kondisi tersebut anak mendapatkan terapi oksigen dengan nasal kanula. Pertanyaan / intruksi Apakah hal prioritas yang perlu diperhatikan saat prosedur tersebut berlangsung ? Pilihan Jawaban A. Posisikan tidur anak senyaman mungkin B. Pertahankan lingkungan agar tidak berisik C. Perhatikan botol humidifier jangan sampai kosong D. Pasang pengumuman di pintu kamar “pasien perlu istirahat” E. Anjurkan orangtua agar segera melapor jika oksigen sudah habis Kunci Jawaban



C



Pembahasan



Botol humidifier berisikan aquabides yang berfungsi untuk melembabkan oksigen saat di alirkan ke system pernafasan, hal ini dapat mencegah terjadinya iritasi akibat aliran oksigen yang memiliki sifat kering. Oleh karena itu selama prosedur pemberian oksigen botol humidifier harus terisi aquabidest sesuai dengan batasan atas maupun bawah yang tertera pada botol.



ID SOAL



154



TINJAUA N



JABARAN



KASUS (vignette): 2. Seorang bayi perempuan berusia 8 bulan dirawat di ruang anak dengan keluhan diare sebanyak 6 kali dengan konsistensi feses cair, muntah sebanyak 3 kali. Hasil pengkajian suhu 38 C, mukosa bibir dan mulut kering, turgor kulit lambat. Berdasarkan analisa data, masalah keperawatan yang ditegakkan adalah gangguan volume cairan : dehidrasi sedang dengan salah satu intervensi keperawatan memantau hidrasi secara akurat. Pertanyaan / intruksi Manakah tindakan yang sesuai dari tindakan di atas ? Pilihan Jawaban A. Mengukur BB harian B. Mengkaji turgor kulit C. Memeriksa nilai elektrolit D. Mengobservasi tetesan infus E. Memantau asupan dan haluaran Kunci Jaw A Pembahasan Bayi dan anak-anak yang lebih kecil akan mengalami kehilangan caiaran yang tidak tampak. Mengukur BB harian adalah cara yang paling akurat untuk mengukur peningkatan atau kehilangan cairan pada anak. Memantau asupan dan haluaran, memeriksa nilai elektrolit, mengkaji turgor kulit merupakan intervensi penting, namun tidak dapat mengukur atau menghitung kehilangan cairan yang tidak tampak. Sedangkan pengukuran lingkar perut dan lengan atas lebih tepat digunakan untuk mengetahui status nutrisi bayi dan anak. ID soal



155



Tinjauan



Jabaran



Kasus (vignete) Seorang anak laki-laki berumur 2.5 tahun, anak di rawat dengan kejang demam yang pertama kali. Selama 3 hari dirawat suhu tubuh anak tidak pernah meningkat. Hasil pemeriksaan terakhir suhu 36.5 C dan anak sudah diperbolehkan pulang, saudara memberikan edukasi kepada orangtua cara penganan kejang jika terjadi berulang. Pertanyaan soal Apakah tindakan prioritas yang harus dilakukan orangtua pada kasus tersebut ? Pilihan jawaban A. Memakaikan pakaian yang ringan B. Biarkan kejang terjadi dan berakhir tanpa gangguan C. Mengamati dan mendokumentasikan aktivitas kejang D. Menyingkirkan semua objek yang berbahaya dekat anak E. Membaringkan anak pada satu sisi dan tetap bersama anak Kunci J



E



Pembahasa



Prioritas dalam menangani anak kejang adalah menjamin keamanan dan perlindungan dari cedera.



n



Dengan posisi anak ditidurkan miring dan dapat mencegah anak dari aspirasi cairan/sisa makanan yang dapat masuk ke dalam paru-paru saat kejang. Dengan ditemani orangtua saat anak mendapat serangan kejang, orangtua dapat mengobeservasi dan mendokumentasikan kejadian kejang tersebut sehingga dapat dilaporkan kepada dokter sebagai data yang dibutuhkan untuk menentukan terapi.



ID soal 156 Kasus (vignete) Bayi perempuan umur 1 hari dirawat di ruang perinatalogi. Hasil pengkajian menunjukan berat badan: 1900 gram, bayi tampak ikterik pada kepala, leher, dada, perut sampai dengan lutut. Pertanyaan soal Berapakah derajat ikterik pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. I B. II C. III D. IV E. V Kunci Jawaban: C Institusi/ bagian: STIKES Muhammadiyah Gombong Pembahasan Hiperbilirubinemia merupakan masalah umum yang sering dijumpai pada bayi baru lahir. Keadaan ini disebabkan oleh gabungan peningkatan katabolisme heme dan imaturitas fisiologis hepar dalam konjugasi dan ekskresi bilirubin. Semua bayi baru lahir harus secara rutin dilakukan pemeriksaan visual untuk timbulnya gejala ikterik. Evaluasi ikterik dikerjakan setiap hari sejak lahir dan dengan cara menekan bagian dahi, midsternum, atau di lutut/pergelangan kaki untuk memperlihatkan warna kulit dan jaringan subkutan. Ikterik akan terlihat pada awalnya di bagian muka dan akan menyebar secara kaudal ke badan dan ekstremitas. Hasil pemeriksaan dapat dikuantifikasi menjadi grade 1 hingga 5 dengan metode Kramer. Pemeriksaan ini perlu dilakukan dalam ruangan yang terang atau di siang hari dengan membuka jendela. Apabila ditemukan bayi kuning secara visual, dianjurkan untuk melakukan konfirmasi kadar bilirubin, baik secara invasif, non invasif, maupun kurang invasif seperti yang dipaparkan di bawah ini.



Sehingga tanda ikterik yang muncul pada area kepala, leher, dada, perut sampai dengan lutut mendakan derajat III dengan rerata bilirubin indirek serum: 8-16 mg/dl



ID soal 157 Tinjauan Jabaran Kasus (vignete) Anak perempuan usia 6 tahun dirawat di bangsal anak dengan keluhan utama sesak nafas.Hasil pengkajian suhu 37,2 0C, frekeunsi napas 30 x/menit, frekeunsi nadi 90 x/menit. Anak terpasang oksigen 3 liter/menit melalui kanul binasal, infus Ringer Laktat 15 tetes/menit. Pertanyaan soal Apakah evaluasi yang perlu dilakukan perawat pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Ukur suhu tubuh B. Nilai saturasi oksigen C. Periksa Cappilary Refill time D. Periksa kecepatan tetesan infus E. Amati adanya tarikan dinding dada kedalam Kunci B Pembahasan Masalah utama pada klien tersebut adalah ketidakefektifan pola nafas. Pasien yang terpasang alat bantu oksigen sebaiknya dimonitor dan evaluasi sedikitnya setiap 3 jam untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang terjadi, meliputi: • Nilai SaO2 menggunakan pulse oxymetry • Kateter nasal atau prongs yang bergeser • Kebocoran sistem aliran oksigen • Kecepatan aliran oksigen tidak tepat Periksa secara teratur bahwa semua alat berfungsi dengan semestinya dan lepaskan serta bersihkan prongs atau kateter sedikitnya dua kali sehari.



ID soal 158 Kasus (vignete) Bayi perempuan umur 1 bulan dibawa ibunya ke posyandu. Hasil pemeriksaan berat badan 3800 gram, suhu 37,0 0 C, frekeunsi nafas 40 x/menit, frekeunsi nadi 120 x/menit. Pertanyaan soal Apakah imunisasi yang tepat diberikan pada bayi pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. BCG B. Polio C. DPT-HB-HiB D. IPV E. Campak Kunci A Jawaban: Pembahasan Jadwal imunisasi



Imunisasi Dasar



Umur 0-24 jam 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan



Jenis Vaksin HB-0 BCG, Polio 1* DPT-HB-Hib 1, Polio 2 DPT-HB-Hib 2, Polio 3 DPT-HB-Hib 3, Polio 4



9 Bulan Campak 18 Bulan DPT-HB-HiB 18 Bulan Campak *Bayi lahir di fasilitas kesehatan, imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan **Jika anak sehat atau sakit ringan dan belum lengkap imunisasi dasarnya maka segera lengkapi imunisasi dasarnya, kecuali anak akan dirujuk segera Imunisasi lanjutan



ID soal 159 Kasus (vignete) Bayi perempuan umur 4 bulan dibawa ibunya ke puskesmas. Hasil pemeriksaan berat badan 6 Kg, suhu 37,0 0C, frekeunsi nafas 40 x/menit, frekeunsi nadi 120 x/menit. Ibu bayi mengatakan bahwa bayi masih diberi ASI sudah diberi makan bubur nasi sejak usia 4 bulan. Pertanyaan soal Bagaimana sikap perawat pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Memotivasi ibu untuk melanjutkan pemberian ASI B. Memberi tahu ibu bahwa tindakannya berbahaya untuk bayi C. Mengkaji alasan ibu sudah memberikan makanan padat pada bayi D. Memberi tahu ibu bahwa pemberian ASI eksklusif sampai umur 6 bulan E. Memberi tahu ibu bahwa pemberian MP-ASI sebaiknya pada umur 6 bulan Kunci J C Pembahasa Sebagai seorang perawat sebaiknya menguasai keterampilan untuk membangun percaya diri dan n memberikan dukungan yaitu sebagi berikut: 1. Menerima apa yang ibu pikirkan dan rasakan 2. Mengenali dan memuji apa yang ibu dan bayi lakukan dengan benar 3. Memberi bantaun praktis 4. Memberi sedikit informasi yang relevan 5. Menggunahan bahasa sederhana Jawaban paling benar adalah (C) Mengkaji alasan ibu sudah memberikan makanan padat pada bayi. Apabila perawat sudah mengetahui alasan atau penyebab ibu sudah memberikan makanan padat pada bayi sebelum 6 bulan maka perawat dapat memilih tindakan yang tepat untuk pasien tersebut. Apabila perawat langsung memberi tahu bahwa tindakannya tidak benar atau memberi tahu hal yang benar maka dapat menyebabkan penurunan kepercayaan diri ibu (pasien).



ID soal 160 Kasus (vignete) Batita laki-laki umur 24 bulan diperbolehkan pulang dari puskesmas. Anak mengalami diare tanpa tanda dehidrasi. Pertanyaan soal



Kapan anak harus kembali segera ke puskesmas? Pilihan jawaban A. Batuk B. Muntah C. Malas minum D. Tampak lemas E. Penurunan kesadaran Kunci Jawaban: C Referensi: Buku Bagan MTBS 2019 Nama pembuat: Nurlaila, S.Kep.Ns, M.Kep. Institusi/ bagian: STIKES Muhammadiyah Gombong PEmbahasan: Nasihati ibu agar kembali segera bila ditemukan tanda-tanda sebagai berikut: Setiap anak sakit: 1. Tidak bisa minum 2. Bertambah parah 3. Timbul demam Anak batuk-bukan pneumonia juga kembali jika: 1. Nafas cepat 2. Sukar bernafas Jika anak diare, juga kembali jika: 1. Tinja campur darah 2. Malas minum Jika anak mungkin DBD atau Demam mungkin bukan DBD juga kembali jika: 1. Ada tanda-tanda perdarahan 2. Nyeri ulu hati 3. Muntah yang terus menerus 4. Gelisah 5. Tidak aktif/lemas 6. Ada penurunan kesadaran 7. Kejang Catatan: kejadian ini bisa terjadi pada saat demam turun, pada umumnya pada hari 3-5 ID SOAL



161



KASUS (Vignate): Seorang laki-laki usia 60 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan nyeri di area dada. Hasil pengkajian didapatkan nyeri dada sebelah kiri menjalar ke bahu kiri dan kepunggung setelah aktivitas, nyeri skala 8 hilang timbul dan merasa sesak serta lemah. Hasil pemeriksaan didapatkan TD 145/90 mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi napas 29 x/menit, suhu 36,5 oC. Diagnosa klinik pasien ACS, mendapatkan terapi opiod IV dan terapi nonfarmakologi. Pertanyaan soal: Apakah hasil yang diharapkan dari keefektifan tindakan pereda nyeri? Pilihan Jawaban: A. B. C. D.



Melaporkan tidur yang adekuat dan tidak ada keletihan Menyebutkan dosis obat golongan keras Pencapaian peredaan nyeri yang kurang efektif Melaporkan teori dari strategi preventif nyeri



Kunci J



E. Kaji ulang lokas, intensitas dan tipe nyeri A



Pembahasan



Hasil yang diharapkan dari keefektifan strategi intervensi nyeri 1. 2.



3. 4.



ID SOAL



Pencapaian peredaan nyeri (nilai nyeri pada intensitas yang lebih rendah setelah intervensi dan nilai nyeri pada intensitas yang lebih rendah untuk periode yang lebih panjang) Pasien atau keluarga memberikan medikasi analgsik yang diresepkan dengan benar (menyebutkan dosis obat yang benar, memberikan dosis obat yag benar dengan prosedur yang benar, mengidentifikasi efek samping obat dan menjelaskan tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengkoreksi efek samping) Menggunakan strategi nyeri nonfarmakologi sesuai yang direkomendasikan Melaporkan efek minimal nyeri dan efek samping minimal dari intervensi ( berpartisipasi dalam aktivitas yang penting untuk penyembuhan, berpartisipasi dalam aktivitas yang penting untuk diri sendiri dan keluarga, mlaporkan tidur yang adekuat dan tidak ada keletihan) 162



KASUS (Vignate): Seorang perempuan usia 58 tahun datang dirawat di rumah sakit dengan post op fraktur humerus dextra hari ketiga. Pasien mengeluh sulit melakukan aktivitas karena tangan kanannya dominan melakukan aktivitas sebelumnya. Hasil pengkajian didapatkan terdapat luka post op humerus dextra, ADL pasien dibantu keluarga, TD 135/80 mmHg, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 36,5 oC. Pertanyaan soal: Apakah intervensi yang tepat pada kasus di atas? Pilihan Jawaban: A. Melaporkan tidur yang adekuat dan tidak ada keletihan B. Menyebutkan dosis obat golongan keras C. Pencapaian peredaan nyeri yang kurang efektif D. Melaporkan teori dari strategi preventif nyeri E. Kaji ulang lokas, intensitas dan tipe nyeri Kunci Jawaban A Pembahasan



Intervensi hambatan mobilitas fisik a. b. c. d. e. f. g. h.



ID SOAL KASUS (Vignate):



Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogamkan Tinggikan ektremitas yang sakit Intruksikan klien/bantu dalam latian rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit Beri penyangga pada ektremitas yang sakit di atas dan di bawah fraktur ketika bergerak Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan awasi tekanan darah. Nadi dengan melakukan aktivitas Ubah posisi secara periodik Kolaborasi fisioterapi/okupasi terapi 163



Seorang perempuan usia 64 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan kesemutan dan nyeri dada. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengalami kelemahan, adanya riwayat infark miokard 1 tahun yang lalu, nyeri dada skala 5, dan sakit kepala. Hasil pemeriksaan didapatkan TD 145/90 mmHg, frekuensi nadi 120 x/menit ireguler, frekuensi napas 24 x/menit, suhu 36,5 oC. Hasil laboratorium menjukkan kalium 3.4 mEq/L, kalsium 8 mg/dl dan magnesium 2,06 mEq/L.



Pertanyaan soal: Apakah intervensi keperawatan mandiri yang tepat pada kasus di atas?



Pilihan Jawaban: A. Pantau studi laboratorium seperti elektrolit, medikasi dan kadar obat B. Beri oksigen tambahan sesuai indikasi C. Beri medikasi sesuai indikasi D. Persiapkan dan bantu kardioversif elektif E. Palpasi nadi radial, carotis, femoral, dan dorsalis pedis Kunci Jawaban E Pembahasan



Manajemen disritmia a. b. c. d.



Palpasi nadi radial, carotis, femoral, dan dorsalis pedis Auskultasi suara jantung Pantai tanda vital Tentukan tipe disritmia dan dokumentasikan dengan strip irama jika pemantauan jantung tersedia e. Beri lingkungan yang tenang dan sunyi f. Investigasi keluhan nyeri dada (lokasi, durasi, intensitas, faktor Pereda/perburuk g. Bersiap untuk memulai resusitasi jantung sesuai indikasi Kolaborasi: ID SOAL



Pantau studi laboratorium seperti elektrolit, medikasi dan kadar obat Beri oksigen tambahan sesuai indikasi Beri medikasi sesuai indikasi Persiapkan dan bantu kardioversif elektif Bantu insersi dan pertahankan fungsi paru jantung Persiapkan prosedur seperti angiografi, pemasangan stent, kateter, dll Persiapkan pemasangan ICD jika diindikasikan 164



KASUS (Vignate): Seorang laki-laki usia 30 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan mengalami kelemahan, demam dan penurunan berat badan. Hasil pemeriksaan didapatkan terdapat pembengkakan kelenjar limfe di leher terutama saat demam, TB 178 cm, BB 60 Kg, TD 125/90 mmHg, frekuensi nadi 70 x/menit reguler, frekuensi napas 22 x/menit, suhu 36,5 oC. Hasil laboratorium menunjukkan anemia normositik ringan, leucosis 4.500 uL 2 dan alkali fosfatase serum 90 U/L. Pasien terdiagnosa limfoma hodgin Pertanyaan soal: Apakah penyebab dari limfoma?



Pilihan Jawaban: A. Usia bayi B. Infeksi : HIV, HTLV-1,cirus Epstein barr, hepatitis C. Paparan makanan D. Stres E. Bahan toxic streptozoctin Kunci Jawaban B Pembahasan



Etiologi limfoma 1. 2. 3. 4.



ID SOAL



Usia : risiko limfoma meningkat pada usia yang lebih tua Infeksi: HIV, HTLV-1,cirus Epstein barr, hepatitis B atau C Kondisi medis yang mengganggu sistem imun: autoimun, terapi imunosupresi Paparan zat toxic : peptisida, herbsida, atau benzena



165



KASUS (Vignate): Seorang laki-laki usia 55 tahun dirawat di rumah sakit dengan post amputasi femur sinistra akibat ulkus DM hari ke dua. Hasil pengkajian didapatkan pasien masih mengalami nyeri post operasi skala 5, luka operasi dibalut dengan elastin verban dan tidak ada pus, nafsu makan tidak ada, tampak lemah. Hasil pemeriksaan didapatkan TD 135/90 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit reguler, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 36,5 oC. Pasien mengatakan sedih karena kehilangan kaki karena pekerjaannya mengayuh becak, tampak murung dan menarik diri dengan tidak mau berbicara. Pertanyaan soal: Apakah masalah keperawatan yang tepat pada kasus di atas? Pilihan Jawaban: A. Nyeri akut B. Risiko infeksi C. Dukacita D. Hambatan mibilitas fisik E. Defisiensi pengetahuan Kunci Jawaban C Pembahasan



Dukacita: Yang berhubungan dengan : kehilangan yang bermakna (bagian tubuh, perubahan keampuan fungsional, peran professional, persepsi, dll) DS: Pasien mengatakan sedih karena kehilangan kaki karena pekerjaannya mengayuh becak, tampak murung dan menarik diri tidak mau berbicara DO : tidak nafsu makan dan lemah



ID soal



166



Kasus (vignette) Seorang perempuan berusia 30 tahun, G1P0A0 hamil 36 minggu datang ke poliklinik kebidanan untuk pemeriksaan rutin. Perawat melakukan pengukuran tanda-tanda vital dan dilanjutkan pemeriksaan fisik. Hasil pemeriksaan leopold didapatkan letak tertinggi bokong, teraba bagian-bagian kecil janin di sebelah kiri dan punggung dikanan, bagian terendah janin belum masuk ke pintu atas panggul.



Pertanyaan soal Dimanakah letak posisi yang tepat untuk mendengarkan DJJ? Pilihan jawaban A. B. C. D. E.



Abdomen kiri atas Abdomen kiri bawah Abdomen kanan atas Abdomen kanan bawah Abdomen berbatas garis simfisis



Pembahasan Soal No 1: Pemeriksaan DJJ digunakan untuk mendeteksi denyut jantung janin (DJJ). DJJ normal berkisar antara 120-160. Pada kondisi gawat janin, DJJ kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari 160 kali per menit. Pemeriksaan DJJ dilakukan pada perut Ibu hamil berdasarkan letak kepala dan punggung bayi. Oleh karena itu terlebih dahulu kita harus melakukan pemeriksaan Leopold terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan DJJ guna mengetahui presentasi dan letak punggung bayi Pada kasus tersebut disebutkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan leopold didapatkan letak tertinggi bokong (leopold I : presentasi kepala), teraba bagian-bagian kecil janin di sebelah kiri dan punggung dikanan (leopold II : Punggung Kanan), bagian terendah janin belum masuk ke pintu atas panggul (Leopold IV: Kepala belum masuk PAP). Pemeriksaan DJJ kita lakukan berdasarkan letak kepala dan punggung janin sehingga perawat melakukan pemeriksaan DJJ di daerak perut ibu bagian kanan bawah. ID soal



167



Kasus (vignette) Seorang Perempuan berusia 25 tahun G2P1Ao hamil 39 minggu datang ke Puskesmas jam 14.00 WIB dengan keluhan adanya rasa nyeri pada perut tembus ke belakang dengan skala nyeri 7, keluar lendir dan darah melalui jalan lahir. Klien tampak menyeringai kesakitan, lemas dan cemas. Hasil pemeriksaan leopold ditemukan bokong dibagian fundus, punggung kiri, kepala sudah masuk PAP dan TFU 35 cm penurunan kepala 3/5. DJJ 144 x/menit, kontraksi 3 x setiap 10 menit dan lamanya 40 dtk. Hasil pemeriksaan VT ditemukan pembukaan serviks 5 cm, ketuban belum pecah. Pertanyaan soal Apa diagnose keperawatan pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. B. C. D. E.



Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan Resiko devicit volume cairan Nyeri b.d. kontraksi uterus Kecemasan b.d. kondisi Kelelahan b.d. nyeri



Kunci Jawaban:



C



Pembahasan Soal No. 2: Nyeri persalinan merupakan kombinasi nyeri fisik akibat kontraksi miometrium disertai regangan segmen bawah rahim menyatu dengan kondisi psikologis ibu selama persalinan. Kecemasan, kelelahan dan kehawatiran ibu



seluruhnya menyatu sehingga dapat memperberat nyeri fisik yang sudah ada. Nyeri persalinan dialami terutama selama kontraksi dengan skala 7-8. Pada setiap kontraksi uterus, ibu mengalami nyeri yang amat sangat hebat. Rasa nyeri pada permulaan persalinan mungkin terutama disebabkan oleh hipoksia otot-otot uterus akibat kompresi pembuluh darah uterus. Rasa nyeri pada kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi, peregangan servik pada waktu membuka, iskemia pada kopus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Selama kala I kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi servik dan iskemia uteri. Impuls nyeri ditransmisikan oleh segmen saraf spinal dan asesoric toracic bawah simpatis lumbaris. Nervus ini berasal dari dari uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari perubahan servik dan iskemia uterus adalah nyeri visceral yag berlokasi dibawah abdomen menyebar kearah lumbal belakang dan paha bagian dalam. Biasanya nyeri dirasakan pada saat kontraksi saja dan hilang pada saat relaksasi Nyeri dirasakan ibu pada kala I atau saat kontraksi berlangsung. Pada kondisi ini terjadi nyeri viseral dan terasa seperti rasa mules yang berasal dari uterus dan serviks. Rasa nyeri disebabkan oleh meregangnya uterus dan dilatasi servik. Nyeri ditransmisi melalui susunan saraf tulang belang T10-L1. Nyeri dapat dirasakan pada dinding abdomen, daerah lumbosakralis, krista iliaka, bokong dan paha. Kata kunci pada kasus tersebut adalah keluhan adanya rasa nyeri pada perut tembus ke belakang dengan skala nyeri 7, keluar lendir dan darah melalui jalan lahir. Klien tampak menyeringai kesakitan, lemas dan cemas. Berdasarkan data tersebut kita dapat menegakkan diagnose keperawatan nyeri berhubungn dengan adanya kontraksi. ID soal



168



Kasus (vignette) Seorang Perempuan berusia 24 tahun, P1AO melahirkan spontan 5 menit yang lalu seorang bayi perempuan, menangis kuat, APGAR score 9. Bayi Telah dikeringkan dan dilakukan pemotonan tali pusat. Pertanyaan soal Apakah tindakan keperawatan selanjutnya yg harus dilakukan pada bayi tersebut? Pilihan jawaban A. B. C. D. E. Kunci Jawaban:



Pembahasan:



Kolaborasi pemberian Vit K dan tetes mata Melakukan pemeriksaan antropometri memandikan bayi sesegera mungkin melakukan inisiasi menyusui dini Memberikan imunisasi Hepatitis D



Saat berada didalam perut ibu, bayi berada pada suhu lingkungan yang optimal yaitu 36.5 -37,5 derajat Celcius, sesuai dengan suhu tubuh ibu. Sesaat setelah lahir, bayi berada pada suhu yang lebih rendah dari suhu ibunya, sehingga berisiko terjadi hipotermia. Oleh karena itu segera setelah bayi lahir harus dilakukan perawatan. Perawatan pada bayi baru lahir yang bugar dan tidak memerlukan pertolongan khusus, diantaranya adalah keringkan seluruh badan bayi kecuali kedua tangannya. Hal ini dikarenakan bau cairan ketuban sesusi dengan bau putting susu Ibu sehingga bisa memberikan petunjuk pada bayi untuk mencari sumber kehidupannya yaitu ASI yang berasal dari payudara ibu. Pembersihan jalan nafas secara rutin pada bayi yang aktif dan bugar. Selanjutnya adalah pemotongan dan pengikatan tali pusat, kemudian bayi diletakkan diatas perut ibu untuk melakukan kontak skin to skin selama minimal satu jam. Metode ini kita kenal dengan istilah inisiasi menyusu dini (IMD). Kata Kunci pada kasus diatas adalah Bayi Telah dikeringkan dan dilakukan pemotonan tali pusat. Jadi langkah selanjutnya yang dilakukan perawat adalah meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi tengkurap sehingga terjadi kontak kulit ke kulit antara ibu dan janin minimal selama satu jam atau sampai proses menyusu selesai. Metode ini kita kenal dengan istilah Inisiasi menyusu Dini (IMD). ID soal



169



Kasus (vignette) Seorang perempuan berusia 27 tahun P2A0 post partum spontan 5 jam yang lalu. Hasil pengkajian pemeriksaan didapat data: keadaan umum klien baik, TTV dalam kondisi stabil, kandung kemih teraba penuh, daerah simpisis tidak nyaman, lokea Rubra. Hasil palpasi didapatkan TFU setinggi pusat, konsistensi rahim lunak, kontraksi jelek. Pertanyaan soal Apa prioritas utama tindakan keperawatan yang harus dilakukan pada kasus diatas? Pilihan jawaban A. B. C. D. E. Kunci Jawaban:



Pembahasan:



Kosongkan kandung kemih Observasi perdarahan Masase fundus uteri Observasi lochea Mobilisai dini A



Periode post partum adalah jangka waktu enam minggu, yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan. Periode post partum dibagi dalam 3 periode yaitu periode immediate postpartum (terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan), periode early postpartum (terjadi setelah 24 jam post partum sampai akhir minggu pertama sesudah melahirkan, dimana resiko sering terjadi pada ibu post patum karena hampir seluruh system tubuh mengalami perbahan secara drastic), periode late postpartum (terjadi mulai minggu ke dua sampai minggu ke enam sesudah melahirkan, dan terjadi perubahan secara bertahap). Setelah melahirkan ibu perlu dikaji dan diobservasi proses involusi uterus dan kemungkinan adanya perdarahan atau infeksi post partum. Keadaan-keadaan yang merupakan komplikasi pada saat post partum antara lain infeksi nifas, kelainan pada rahim (misalnya subinvolusi uteri), perdarahan nifas sukunder disebabkan karena subinvolusi uteri, sisa plasenta, kelainan uterus, inversion uteri, kandungkemih penuh atau pemberian estrogen untuk menekan laktasi), dan kelainan pada payudara yang dapat mengganggu proses laktasi. Selama periode post partum terjadi proses involusio uterus, yang merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke bentuk sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Hal ini dapat kita lihat melalui pengurangan dalam ukuran dan berat uterus selama periode post partum dari hari ke hari. Involusi uterus dimulai setelah proses persalinan yaitu setelah plasenta dilahirkan. Proses involusi berlangsung kira – kira selama 6 minggu. Proses involusi uterus dapat kita kaji berdasarkan TFU dan kondisi lokea. Setelah plasenta terlepas dari uterus, fundus uteri dapat dipalpasi dan berada pada pertengahan pusat dan symphisis pubis atau sedikit lebih tinggi. Tinggi fundus uteri setelah persalinan diperkirakan sepusat atau 1 cm dibawah pusat dan akan terus turun sekitar satu cm setiap harinya.



Kata Kunci dalam kasus tersebut adalah berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan kandung kemih teraba penuh, daerah simpisis tidak nyaman. Hasil palpasi didapatkan TFU setinggi pusat, konsistensi rahim lunak, kontraksi jelek. Hal ini menunjukkan terjadinya gangguan kontraksi uterus atau yang kita kenal dengan sub involusi uterus, yang terjadi akibat kandun kemih yang penuh meneken rahim sehingga rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik yang dapat meyebabkan terjadinya perdarahan post partum. ID soal



170



Kasus (vignette) Seorang perempuan berusia 35 tahun, G3P2A0 hamil 10 minggu dibawa ke ruang UGD dengan keluhan mual muntah berlebihan, cairan berwarna kekuningan dan terasa pahit serta nyeri ulu hati. Setiap kali makan dan minum langsung dimuntahkan. Klien tampak lemah dan pucat. Hasil pemeriksaan fisik: mukosa kering, mata tampak cekung, turgor jelek. TTV didapatkan TD: 90/60 mmHg, RR 27x/menit. Pertanyaan soal Apakah prioritas masalah pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh B. Kekurangan volume cairan dan elektrolit



C. Gangguan Perfusi perifer D. Intoleransi aktivitas E. Kelemahan Kunci Jawaban:



B



Pembahasan: Pada Masa Kehamilan terjadi perubahan pada tubuh perempuan, diantaranya adalah peningkatan hormone human chorionoc gonadotropin yang berperan dalam menimbulkan terjadinya mual muntah, menurunnya tekanan spinkter esophageal bagian bawah, meningkatkan tekanan intergastrik, menurunnya kompetensi spingter pilori dan kegagalan mengeluarhan asam lambung. Kadar HCG memuncak pada usia kehamilan 10 minggu. Kelainan gastro intestinal tersebut terjadi pada awal kehamilan dan berangsur membaik pada trimester kedua kehamilan. Adanya mual munta di pagi hari pada kehamilan trimester awal kita kenal dengan istilah Emesis Gravidarum. Gejala-gajala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terahir dan berlangsung kurang lebih 10 minggu. Namun terkadang bisa terjadi mual muntah yang berlebihan yang kita kenal dengan istilah Hyperemesis gravdarum. Hal ini ditandai dengan adanya keluhan mual dan muntah hebat lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya. Sehingga masalah pada pasien tersebut adalah kekurangan volume cairan dan elektrolit. Kata Kunci pada kasus tersebut adalah mual muntah berlebihan, cairan berwarna kekuningan dan terasa pahit serta nyeri ulu hati. Setiap kali makan dan minum langsung dimuntahkan. Klien tampak lemah dan pucat. Hasil pemeriksaan fisik: mukosa kering, mata tampak cekung, turgor jelek. TTV didapatkan TD: 90/60 mmHg, RR 27x/menit. Kondisi ini menunjukan terjadinya Hiperemesis Gravidarum. Berdasarkan seluruh data tersebut merujuk pada diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan dan elektrolit. ID soal 1



171



Kasus (vignete) Seorang lansia usia 65 tahun mengunjungi Puskesmas. klien mengeluh sakit kepala, tengkuk terasa berat, jantung berdebar-debar dan sulit tidur sejak 4 bulan yang lalu. Klien stres memikirkan keluhan yang dirasakannya. Hasil pemeriksaan tekanan darah didapatkan 180/90 mmHg. Selama 1 bulan terakhir klien menyukai makanan bersantan, jeroan, dan makanan yang asin-asin serta minum kopi. Selain itu, klien tidak pernah berolahraga. Pertanyaan soal Apakah penyebab utama terjadinya peningkatan Tekanan Darah pada klien lansia tersebut?



Pilihan jawaban A. B. C. D. E.



Konsumsi makanan tinggi garam dan kolesterol Tidak pernah berolahraga Kebiasaan minum kopi Mengalami stres Kekakuan dinding aorta akibat proses menua



Kunci



E



Pembahasa n



Perubahan kardiovaskuler pada lansia terjadinya kekakuan dinding aorta akibat proses penuan yang menyebabkan kerja jantung meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah



ID soal 2



172



Kasus (vignete) Seorang perawat Puskesmas melakukan kunjungan rumah keluarga yang terdapat anggota keluarga lansia perempuan berusia 69 tahun. Klien mengeluh sulit berjalan dan terasa lemah sejak mengalami fraktur pada tulang punggungnya, cemas memikirkan penyakitnya. Hasil observasi menunjukkan bahwa kondisi rumah sangat berantakan dengan barang-barang, gelap, dan lantai kamar mandi licin. Hasil Rontgen menunjukkan terjadi osteoporosis Pertanyaan soal Apakah masalah keperawatan utama pada kasus di atas? Pilihan jawaban A. B. C. D. E. Kunci



Risiko terjadinya cedera Keterbatasan aktifitas sehari-hari Gangguan rasa aman: Cemas Risiko gangguan kebersihan diri Kelemahan fisik A



Pembahasa n



masalah keperawatan utama adalah Risiko terjadinya cedera karena semua data pengkajian mendukung terjadinya masalah itu



ID soal 3



173



Kasus (vignete) Seorang laki-laki berusia 68 tahun, mengalami gangguan tidur akibat stres psikologis yang dialaminya sejak 2 bulan terakhir. Salah satu penyebab stresnya adalah penyakit Diabetes Melitus yang dialaminya dari usia 60 tahun. Keluhan yang sering mengalami kesulitan untuk memulai tidur dan mempertahankan tidur dimalam hari selama lebih dari 5 bulan. Sehingga disiang harinya sering menguap dan tertidur. Pertanyaan soal Masalah gangguan tidur pada laki-laki disebut… Pilihan jawaban A. Insomnia jangka pendek B. Narkolepsi C. Hipersomnia



D. Insomnia kronis E. Apneu Tidur Kunci Jawaban:



D



Pembahasan



Masalah gangguan tidur Insomnia kronis karena sudah lama dan sering mengalami insomnia pada lansia



ID soal 4



174



Kasus (vignete) Seorang perempuan berusia 62 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan badan terasa lemas, malam hari sering buang air kecil, sering terasa lapar, dan banyak minum saat dilakukan pemeriksaan TD: 130/90 mmhg, Nadi: 95x/ menit dan suhu : 37,8 C. mukosa bibir tampak kering pemeriksaan gula darah sewaktu 390 mg/dl, hasil pemeriksaan lab urin lengkap terdapat glukosa pada urin keluarga mengatakan dia mengalami penurunan nafsu makan sejak 2 bulan yang lalu, tambah kurus dan sering perlu Pertanyaan soal Apa diagnosa keperawatan yang tepat untuk kasus diatas? Pilihan jawaban A. B. C. D. E.



Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan oleh tubuh b/d kurang adekuatnya insulin Kurang pengetahuan b/d kurang informasi Kurang volume cairan b/d intake yang kurang Perubahan nutrisi b/d intake yang kurang Gangguan aktifitas sehari hari b/d kelemahan fisik



Kunci Jawaban:



A



Pembahasan



diagnosa keperawatan yang tepat adalah Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan oleh tubuh b/d kurang adekuatnya insulin



ID soal 5



175



Kasus (vignete) Seorang perawat puskesmas sedang melakukan kunjungan keluarga, ditemukan anak dari keluarga sedang asik bermain tanah dan tangannya terlihat kotor. Perawat berusaha untuk melakukan upaya promosi kesehatan pada keluarga tersebut. Pertanyaan soal Apakah tindakan keperawatan yang sebaiknya dilakukan oleh perawat.? Pilihan jawaban A. Melatih daya kreatifitas anak dalam bermain B. Mengajarkan kepada orang tua cara mendidik anak.



C. Menjelaskan kepada orang tua melarang anak bermain tanah. D. Mengajarkan pada keluarga melakukan cuci tangan yang bersih. E. Memberikan pendidikan kepada orang tua untuk pengawasan kepada anak Kunci



D



Jawaban: Pembahasan



Salah satu tindakan keperawatan untuk upaya promosi kesehatan terkait perilaku hidup bersih dan sehat yaitu mengajarkan keluarga melakukan cuci tangan yang bersih pada anak



ID soal 176 Kasus (vignete) Seorang pria usia 58 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sering BAK terlebih pada malam hari dan kesakitan saat BAK. Hasil pemeriksaan fisik, pasien terlihat lemah, akral teraba hangat, terdapat distensi kandung kemih, suhu badan 37,50C, TD 110/80 mmHg, respirasi 20 x/mnt, nadi 76 x/menit. Hasil pemeriksaan urine lengkap menunjukkan warna urin kuning, keruh, pH asam 6,0 dan kadar leukosit 8-12 /lpb. Pertanyaan soal Apakah masalah keperawatan yang paling utama pada kasus diatas? Pilihan jawaban A. Nyeri kronis B. Hipertermia C. Risiko infeksi D. Gangguan eliminasi urin E. Inkontinensia urin urgensi Kunci J D Pembahasa Pilihan jawaban A tidak benar, karena pada kasus pasien mengungkapkan hanya merasa kesakitan n saat BAK saja dan tidak berlangsung lama. Pada pemeriksaan fisik juga pasien tidak tampak meringis kesakitan. Pilihan jawaban B tidak benar, karena pada kasus suhu tubuh pasien berada dalam batas normal. Pilihan jawaban C tidak benar, karena pada kasus pasien sudah mengalami infeksi, dilihat dari hasil pemeriksaan urine lengkap yang menunjukkan kadar leukosit 8-12 /lpb. Pilihan jawaban D benar, karena pada kasus menunjukkan tanda dan gejala gangguan eliminasi urin, yaitu sering BAK terlebih pada malam hari dan terdapat distensi kandung kemih, selain itu, pasien juga menunjukkan tanda dan gejala penyakit ISK, dilihat dari hasil pemeriksaan urine lengkap yang menunjukkan warna urin kuning, keruh, pH asam 6,0 dan kadar leukosit 8-12 /lpb Pilihan jawaban E salah, karena pasien masih dapat mengontrol keluaran urinnya. ID soal 177 Kasus (vignete) Seorang pria usia 65 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosa medis CVA. Hasil pemeriksaan, akral teraba hangat, suhu badan 370C, TD 110/80 mmHg, respirasi 22 x/mnt, nadi 80 x/menit. Hasil pemeriksaan CT scan menunjukkan adanya perdarahan intraserebral pada daerah capsula externa sampai corona radiate kiri. Pertanyaan soal Apakah data yang perlu dikaji pada kasus tersebut? Pilihan jawaban A. Penilaian GCS B. Pengkajian ADL



C. Pengkajian psikososial D. Riwayat penyakit dahulu E. Monitor tanda-tanda vital Kunci Jawaban A Pembahasan Pilihan jawaban A benar, karena dalam kasus diatas dengan gangguan neurologi, perlu ada pemeriksaan untuk menilai status neurologis, sehingga dapat menilai apakah ada tanda-tanda penurunan kesadaran.



ID soal 178 Kasus (vignete) Seorang perempuan usia 60 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosa medis CVA hemoragic. Hasil pemeriksaan, pasien membuka mata ketika diperintah, pasien tampak terus mengerang, dan respon fleksi ketika diberikan rangsangan nyeri. Suhu badan 370C, TD 110/80 mmHg, respirasi 22 x/mnt, nadi 80 x/menit. Hasil pemeriksaan CT scan menunjukkan adanya perdarahan intraserebral pada daerah capsula externa sampai corona radiate kiri. Pertanyaan soal Berapakah nilai GCS pada pasien tersebut? Pilihan jawaban A. 7 B. 8 C. 11 D. 13 E. 15 Kunci B Pembahasan Pilihan jawaban B benar, karena dalam kasus diatas pasien membuka mata ketika diperintah mendapat skor 3, pasien tampak terus mengerang mendapat skor 2, dan respon fleksi ketika diberikan rangsangan nyeri mendapat skor 3, sehingga jumlah skor yaitu 8



ID soal 179 Kasus (vignete) Seorang pria usia 68 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak napas dan demam sejak kemarin. Hasil pemeriksaan, pasien tampak sesak, pergerakkan dada simetris, ada penggunaan otot bantu napas, terdapat ronkhi, akral teraba hangat, TD 130/90 mmHg, frekuensi napas 28x/menit, Spo2 92%, suhu 38 0C, frekuensi nadi 96 x/mnt. Pertanyaan soal Apakah tindakan keperawatan utama yang harus dilakukan pada kasus diatas? Pilihan jawaban A. Manajemen asma B. Regulasi temperatur C. Manajemen jalan napas D. Manajemen hipertermia E. Manajemen jalan napas buatan Kunci Jawaban C Pembahasan Pilihan jawaban C benar, karena pada kasus pasien memiliki masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif, sehingga tindakan keperawatan utama untuk mengatasi masalah tersebut adalah manajemen jalan napas.



ID soal 180 Tinjauan Jabaran Kasus (vignete) Seorang wanita usia 50 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan BAB cair sejak 2 hari yang lalu dan perut terasa kram. Hasil pemeriksaan pasien tampak lemas, terdapat distensi abdomen, bising usus 38 x/menit, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 88 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,5°C. Pertanyaan soal Apakah tindakan keperawatan mandiri yang tepat dilakukan pada kasus diatas? Pilihan jawaban A. Berikan obat antidiare B. Berikan terapi cairan IV C. Memeriksa kadar elektrolit serum D. Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan produk susu E. Anjurkan pasien untuk membatasi asupan kafein dan minuman berkarbonasi Pembahasa Pilihan jawaban E benar, karena pada kasus diatas pasien mengalami diare, sehingga tindakan n mandiri yang tepat dilakukan pada pasien tersebut adalah menganjurkan pasien untuk membatasi asupan kafein dan minuman berkarbonasi, dan hindari makanan yang sangat panas dan dingin karena dapat meningkatkan motilitas usus.