1B Eki Nazzila K.N [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TENTANG PENYAKIT SIROSIS HEPATIS



DI SUSUN OLEH: NAMA : EKI NAZZILA KHOIRIN NISAK NIM



: P1337420419048 / 22



KELAS: 1B



PRODI D III KEPERAWATAN BLORA POLTEKKES KEMENKES SEMARANG TAHUN AJARAN 2019/2020



1



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Patofisiologi yang berjudul “SIROSIS HEPATIS”  dengan tepat waktu tanpa halangan suatu apapun. Diharapkan makalah



ini



dapat



memberikan



wawasan



dan



informasi



kepada



pembaca



tentang perkembangan psikologi abnormal dalam kehidupan sehari-hari yang kami fokuskan pada penyimpangan-penyimpangan dalam psikologi abnormal. Bagaimana pun penulis telah berusaha membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun tidak ada kesempurnaan dalam karya manusia. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini akan menjadi ilmu yang bermanfaat.



Blora, 04 JUNI 2020



EKI NAZZILA K.N



2



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL............................................................................................................1 KATA PENGANTAR.........................................................................................................2 DAFTAR ISI........................................................................................................................3 BAB I ..................................................................................................................................4 1.1 Latar Belakang...................................................................................................4 1.2 Perumusan Masalah...........................................................................................5 1.3 Tujuan................................................................................................................5 1.4 Manfaat..............................................................................................................5 BAB II..................................................................................................................................6 2.1 Pengertian Sirosis Hepatis.................................................................................6 2.2 Penyebab Sirosis Hepatis...................................................................................7 2.3 Gejala Sirosis Hepatis........................................................................................8 2.4 Proses Terjadinya Sirosis Hepatis......................................................................9 BAB III..............................................................................................................................13 3.1 Kesimpulan......................................................................................................13 3.1 Saran.................................................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. di dalam hati terjadi proses - proses penting bagi kehidupan kita. yaitu proses penyimpanan energi, mengatur penyimpanan kolesterol, dan peneralan racun / obat yang masuk dalam tubuh kita. Sehingga dapat kita bahas akibat yang akan timbul akibat kerusakan pada hati. Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya jaringan ikati nodul. Biasanya dimulai dengan proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul dan menyebabkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur. (Smeltzer, Bare, 2001). Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar pada pasien yang berusia 45 - 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis menentukan urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Seharusnya mempertimbangkan, melaporkan di negara maju. Maka kasus Sirosis hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit di, dan lebih kurang 30% lainnya ditemukan secarakebetulan kompilasi berobat untuk penyakit lain, ditemukan ditemukan saat atopsi. Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum pria-pria dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6: 1 dengan rata-rata terbanyak di antara golongan berumur 30 - 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 - 449 tahun. (Mariyani, 2003) Angka kejadian sirosis hati yang paling sering muncul adalah akibat alkoholisme. Namun, tidak menutup kemungkinan karena kekurangan gizi, kekurangan protein, hepatitis dan jenis lain dari proses infeksi, penyakit saluran empedu, dan racun kimia. Masalah yang ditimbulkan sirosis disebabkan oleh perubahan yang terjadi. Hal ini dapat menimbulkan komplikasi seperti hematemesis melena, koma hepatikum.



4



Peran Dan fungsi fungsi Perawat anggota Adalah penyuluhan kesehatan agar masyarakat dapat mewaspadai Bahaya penyakit sirosis hepatis, Merawat Pasien dengan penyakit sirosis hepatis Adalah mencakup Perbaikan masukan nutrisi Klien, membantu Klien dalam pemahaman penyakit dan pengobatanya. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Pengertian Sirosis Hepatis. 1.2.2 Penyebab Sirosis Hepatis. 1.2.3 Gejala Sirosis Hepatis. 1.2.4 Proses Terjadinya Sirosis Hepatis. 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Untuk mengetahui pengertian sirosis hepatis. 1.3.2 Untuk mengetahui penyebab sirosis hepatis. 1.3.3 Untuk mengetahui gejala sirosis hepatis. 1.3.4 Untuk mengetahui proses terjadinya sirosis hepatis. 1.4 Manfaat Patofisiologi tentang sirosis hepastis dipelajari dengan harapan dapat diperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang seluk beluk penyakit sirosis hepatis (pengertian, gejala, penyebab, dan proses terjadinya.). Pengetahuan dan pemahaman mengenai hal tersebut diperlukan dalam bidang yang khusus.



5



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Sirosis Hepatis 



Pengertian secara umum:



Sirosis hati adalah tahap akhir dari kerusakan jaringan hati yang disebabkan oleh berbagai macam penyakit hati dan kondisi lain, seperti hepatitis dan kecanduan alkohol. 



Pengertian menurut para ahli :



a. Baradero, 2008 Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang memerlukan distorsi struktur hepar dan merupakan sebagian besar fungsi hepar. b. Marjorie Beyers, 2014 Sirosis hepatis adalah degenerasi difus dan progresif dengan kerusakan jaringan hati hepatosit dan dengan regenerasi dan pembentukan jaringan fibrosa parut yang luas padat. c. Arif Mansjoer, dkk 2009 Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel-sel yang dapat timbul terkait dengan susunan parenkim hati. d. Sylvia Anderson Price, 2005 Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang dirancang dengan distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati yang tidak berhubungan dengan vaskulator normal. e. Marilynn E, Doenges, 2001 Sirosis Hepatis adalah penyakit kronis yang dikarakteristikkan oleh perubahan struktur dan perubahan degenerasi, gangguan fungsi seluler dan aliran darah ke hati selanjutnya.



6



2.2 Penyebab Sirosis Hepatis Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang belum jelas.Adapun faktor predisposisinya: a.



Alkohol



Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan keteraturan mengonsumsi alkohol. Mengonsumsi alkohol pada tingkat yang tinggi dan kronis dapat melukai sel-sel hati. Alkohol merupakan zat hepatotoksis yang merupakan penyebab utama pada perlemakan hati yang menyebabkan infiltrasi lemak sehingga terbentuk lipoprotein. b.



Faktor keturunan dan malnutrisi



WATERLOO (1997) mengemukakan faktor kekurangan nutrisi terutama protein hewani menjadi penyebab timbulnya Sirosis Hepatis. Menurut CAMPARA (1973) untuk mengganti Sirosis Hepatis adalah salah satu bahan dalam makanan, yaitu kekurangan alfa 1-antitripsin. c.



Virus hepatitis



Secara klinis klinik tersebut telah dikenal sebagai virus hepatitis B. Lebih banyak memiliki kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi tanggapan tetap yang berkaitan dengan virus hepatitis A. Seorang penderita hepatitis aktif kronik banyak yang menjadi sirosis karena lebih banyak mengalami kerusakan hati yang berefek. Terbentuknya jaringan parut dan nodul yang semakin meluas. Bagaimana kita dapat memahami 10% penderita virus hepatitis B akut akan menjadi kronis. d.



Obat-obatan hepatotoksik



Beberapa obat-obatan ( pembunuh rasa sakit ) dan zat kimia dapat menyebabkan kerusakan sel hati dan kronik. Pemberian beragam obat-obatan hepatotoksik secara berulang kali dan terus menerus. Mula-mula akan terjadi kerusakan lokal, kemudian terjadi kerusakan hati yang setara, dan akhirnya dapat terjadi Sirosis Hepatis. Obat obat TB yang juga mengandung hepatotoksik juga harus dipertimbangkan dan diberikan alternatif obat yang tidak menimbulkan efek yang progesif untuk kerusakan hati (Hadi, 2005).



7



e.



Kelainan-kelainan genetik yang diturunkan / diwariskan



Berakibat pada penyelesaian tidak-membantah dalam hati yang menjurus pada kerusakan jaringan dan sirosis. Contohnya dikumpulkan besi yang abnormal (hemochromatosis) atau tembaga (penyakit Wilson) . f.



Kolestasis, Atresia bilier



Saluran empedu membawa empedu yang dihasilkan oleh hati ke usus, sedangkan empedu membantu mencerna lemak. Pada bayi penyebab sirosis terbanyak adalah akibat tersumbatnya saluran empedu yang disebut atresia bilier . 2.3 Gejala Sirosis Hepatis Awalnya pasien mungkin mengalami kelelahan, lemas, dan penurunan berat badan. Dalam tahap selanjutnya, pasien dapat mengalami penyakit kuning (kulit menguning), pendarahan gastrointestinal, pembengkakan perut, dan kebingungan. Orang mungkin mengalami: Area nyeri: daerah perut Gastrointestinal: cairan di perut, mengeluarkan gas secara berlebihan, mual, muntah darah, pendarahan, retensi air atau tinja gelap dari darah yang tercerna Seluruh tubuh: kehilangan selera makan, kelelahan atau produksi hormon berkurang Kulit: jaring pembuluh darah membengkak di kulit atau kulit dan mata berwarna kuning Berat badan: berat badan naik atau penurunan berat badan Juga umum: air seni berwarna gelap, gatal, kebingungan mental, memar, napas pendek, otot lemas, pembengkakan, pembengkakan pada anggota gerak (lengan & tungkai), pembengkakan pembuluh darah di esofagus bawah, pembesaran payudara, pembesaran pembuluh darah di sekitar pusar atau pendarahan.



8



2.4 Proses Terjadinya Sirosis Hepatis Peristiwa penting dalam patogenesis sirosis hati adalah pembentukan jaringan parut atau fibrosis. Fibrosis ini dimulai dengan aktivasi sel stelata. Aktivasi ini melibatkan banyak faktor termasuk peradangan sel hati, sel Kupffer, sel endotel, trombosit, berbagai sitokin, dan miRNA. Saat peradangan, sel Kupffer akan menghancurkan hepatosit dan mengaktivasi sel stelata. Akibatnya, munculah pembentukan jaringan fibrosis. Di bawah ini adalah arsitektur hati yang normal disertai perubahan arsitektur saat terjadi kerusakan pada jaringan hati:



Gambar paling kiri, arsitektur normal hati. Vena hepatika terminal (CV) berada di tengah “lobul” sedangkan vena porta (PV) berada di perifer. Daerah parenkima di sekitarnya disebut periporta dan sentrilobular. Pada model asinar, berdasarkan aliran darah terdapat tiga zona dimana zona 1 terdekat dengan suplai darah. BD, Bile duct; HA, hepatic artery. Gambar tengah dan samping kanan merupakan skema perubahan hepatoseluler dan pembentukan jaringan parut. A, Liver yang normal. B, Proses kematian sel hati seperti pada peradangan atau sumabtan pembuluh darah (biru tua). C, Parenkim kosong menyebabkan kolaps dan mulai terbentuk parut (coklat). D, Jaringan parut berkontraksi dan menebal memebntuk septa sedangkan pembuluh darah yang tersumbat menghilang. E, Septa memanjang dan terjadi resorpsi jaringan parut. F, Septa direabsorpsi. Traktus porta tersisa tanpa adanya vena porta. Pada gambar di atas, adalah bentuk arsitektur jaringan hati normal yang disebut asinus. Posisi sel hati sedemikian rupa untuk memaksimalkan aliran darah serta kontak darah dengan sel 9



hati. Hal ini dikarenakan fungsi hati sebagai organ metabolisme, memproses banyak zat yang masuk ke saluran cerna kemudian dialirkan ke vena porta dan masuk ke hati terlebih dahulu untuk diproses sebelum masuk ke peredaran darah sistemik melalui vena hepatika. 1) Perubahan Arsitektur Jaringan Hati Akibat Kerusakan Akut dan Kronik Gangguan arsitektur struktur hati akan mengganggu fungsi hati. Apabila ada kerusakan jaringan, maka bagian yang sangat sensitif adalah bagian pembuluh darah. Pembuluh darah menjadi tertutup dan akhirnya sel hati akan mati. Respon terhadap kerusakan ini tentu dalah proses peradangan. Peradangan akan membersihkan jaringan yang mati disertai dengan regenerasi sel hati. Walaupun sel hati bisa beregenerasi dengan baik, namun penunjang lain seperti pembuluh darah ternyata memiliki regenerasi yang terbatas. Selain itu, efek samping dari peradangan adalah terbentuknya jaringan parut. Hasil akhir dari proses ini adalah hilangnya struktur asinar yang normal serta adanya jaringan parut. Proses kerusakan yang akut biasanya tidak menimbulkan sisa yang banyak. Akan tetapi, apabila proses kerusakan berlangsung lama atau kronik, maka sisa kerusakan terutama jaringan parut semakin besar. Selain itu, berkat adanya aktivasi sel stelata, pembentukan jaringan parut pada kondisi peradangan kronis bisa lebih cepat sehingga fibrosis yang terjadi berlangsung dalam skala yang lebih luas. 2) Fase Awal Terjadinya Sirosis Pada tahap awal, pembentukan jaringan parut atau fibrosis diimbangi oleh degradasi dari protein ini. Progresivitas dimana proses degradasi akan dikalahkan oleh pembentukan jaringan parut akan terjadi apabila proses deposisi jaringan parut menjadi lebih domian. Matriks metaloproteinase mengontrol proses deposisi dan degradasi jaringan parut tersebut. Regulator enzim matriks metaloproteinase ini berupa tissue inhibitors of metalloproteinase (TIMP). Sel stelata yang teraktivasi akan menghambat regulator enzim ini dan lebih mempromosikan pembentukan jaringan parut. Gambaran proses yang merangasang pembentukan jaringan parut ini dapat disimak pada gambar di bawah:



10



Perubahan sinusoid hati pada sirosis 3) Perubahan Sistem Sinusoid pada Proses Terjadinya Sirosis Hati Berbeda dari kapiler di tempat lain, sinusoid dari kapiler hati tidak memiliki membran basalis. Selain itu, sinusoid juga memiliki lubang atau fenestrae yang bebsar (diameter 100200 nm) yang memungkinkan keluar atau pasase molekul besar sampai 250.000 kDa. Hal ini berkaitan dengan fungsi hati untuk memproses berbagai macam molekul besar misalnya VLDL atau kilomikron dari saluran cerna. Selain itu, sel hati juga aktif memproduksi berbagai macam protein plasma berukuran besar. Agar proses transportasi ini berlangsung lancar tentu harus ditunjang oleh struktur kapiler sinusoid yang bisa mengakomodasi pertukaran zat dengan besar molekul yang besar. Pada keadaan sirosis hati, terjadi deposisi kolagen di celah Disse. Hal ini akan menyempitkan fenestrae dari sunusoid sehingga mengganggu aliran plasma ke hepatosit. Proses ini dinamakan kapilerisasi dari sinusoid. Hal ini akan berdampak pada gangguan fungsi hati dan terganggunya tekanan darah di sistem vena porta sehingga menyebabkan hipertensi portal. Hipertensi portal ini penting dalam patofisiologi berbagai komplikasi dari sirosis hati. Di bawah ini adalah bagan bagaimana terjadi perubahan atau kapilersiasi dari sinusoid hati:



Proses kapilerisasi sinusoid pada sirosis hati. A adalah gambawan sinusoid yang normal. Pada B, tampak deposisi jaringa prut di celah Dise (antara sel endotel dengan hepatosit) dan mengecilnya ukuran fenestrae. Akibatnya sinusoid menjadi lebih kecil. 4) Peran Sentral Sel Stelata pada Patogenesis Sirosis Hati 11



Seperti dijelaskan di atas, sel stelata di hati memegang peranan penting dalam proses terjadinya sirosis. Aktivasi sel stelata ini sebagian besar disebabkan karena stimulus inflamasi. Sel stelata sendiri diperkirakan berasal dari berbagai macam sumber, seperti diperlihatkan di bawah ini:



EMT: Epithelial mesenchymal transition; MFBs: Myofibroblasts; HSCs: Hepatic stellate cells. Untuk proses sirosis sendiri, sel stealta dapat mempengaruhi deradasi matriks ekstraseluler, proliferasi sel fibroblas, kontraktilitas dari matriks hati, hilangnya arsitektur pendukung sel hati, kemotaksis sel radang, inisiasi inflamasi, dan fibrogenesis. Bagan di bawah ini adalah aksi sel stelata dalam melaksanakan proses-proses tersebut. MMP: Matrix metalloproteinase; TIMP: Tissue inhibitor of matrix metalloproteinase; ADAMS2: A disintegrin and metalloproteinase 2; PDGF: Platelet derived growth factor; VEGF: Vascular endothelial growth factor; TGF-α: Transforming growth factor-α; EGF: Epidermal growth factor; bFGF: Basic fibroblast growth factor; TGF-β1: Transforming growth factor-β1; CTGF/CCN2: Connective tissue growth factor; ET-1: Endothelin 1; NO:



12



Nitric oxide; FXR: Farnesoid X receptor; PPARγ: Peroxisome prolife- rators activated nuclear receptorsγ; ADRP: Adipose differentiation related protein.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Makalah ini dapat di tarik kesimpulan tentang penyakit sirosis Hepatis bahwa penyakit ini adalah tahap akhir dari suatu kerusakan jaringan hati yang disebabkan oleh berbagai macam penyakit hati dan kondisi lain, seperti hepatitis dan kecanduan alkohol. Gejala yang timbul dari penyakit sirosis Hepatis adalah Area nyeri pada bagian perut, air seni berwarna gelap, gatal, kebingungan mental, memar, napas pendek, otot lemas, pembengkakan, pembengkakan pada anggota gerak (lengan & tungkai), pembengkakan pembuluh darah di esofagus bawah, pembesaran payudara, pembesaran pembuluh darah di sekitar pusar atau pendarahan dan masih banyak lagi.



3.2 Saran Bagi para Mahasiswa diharapkan agar dapat memahami dengan baik tentang materi yang terdapat di makalah ini yang berjudul penyakit sirosis Hepatis dengan adanya ini semoga dapat menambah pengetahuan bagi yang membacanya dan menambah wawasan.



13



DAFTAR PUSTAKA



https://nanangadress.blogspot.com/2017/12/makalah-askep-sirosis-hepatis.html?m=1 https://www.aamg.co/liver/id/health-information-resources/hati/hati-sirosis/ https://www.alodokter.com/sirosis https://www.sehatq.com/penyakit/sirosis-hati https://caiherang.com/patogenesis-sirosis-hati/



14