6 0 596 KB
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN: LUKA BAKAR (COMBUSTIO) Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II (KMB II)
Dosen Pembimbing: Ns. Ando Fikri Hakim, MAN Di susun oleh: Adi Supriadi E.0105.19.004 Fransisca CPS E.0105.19.016 Jhyfy Alexandro E.0105.19.021 Novianti A E.0105.19.031 Silvia Rahmawati E.0105.19.040 Sri Winda Yanti E.0105.19.044 Tuti Heryanti E.0105.19.047 Winda Febrianti E.0105.19.049
PRODI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI 2021
1
A. DEFINISI Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang dapat disebabkan oleh terpapar langsung oleh panas (api, cairan/lemak panas, uap panas), radiasi, listrik, kimia. Luka bakar merupakan jenis trauma yang merusak dan merubah berbagai sistem tubuh. Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan dengan benda-benda yang menghasilkan panas baik kontak secara langsung maupun tidak langsung (Anggowarsito, 2014). Jadi Luka bakar atau combustio adalah luka yang disebabkan oleh berbagai sumber yaitu dari api, matahari, uap, listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas yang mengenai kulitmukosa dan jaringan yang lebih dalam.
B. ETIOLOGI 1. Paparan api a.
Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
b.
Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar yang hasilkan terbatas pada a tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak
2. Scalds (air panas) Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.
2
3. Uap panas Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru. 4. Gas panas Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas akibat edema. 5. Aliran listrik Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan meMmbakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan. 6. Zat kimia (asam atau basa) 7. Radiasi 8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi. C. PATOFISIOLOGI (PATHWAYS) Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut mungkin di pindah melalui kondisi atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar diklasifikasikan sebagai luka bakar thermal, radiasi atau luka bakar kimiawi kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan SC tergantung factor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas/ penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan gangguan intergritas kulit dan kematian sel-sel.. Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air, natrium, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyababkan terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan hypovolemia dan hemokonsentrasi Kehilangan cairan tubuh pasien luka bakar dapat disebabkan beberapa factor 1.
Peningkatan mineral okortikoid a.
Retensi air. Na dan Cl
b.
Ekskresi kalium
3
2.
Peningkatan permeabilitas pembuluh darah Keluarnya elektrolit dan protein dari pembuluh darah.
3.
Perbedaan tekanan osmotic intra sel dan ekstra sel Kehilangan volume cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh yang selanjutnya akan terlihat pada hasil pemeriksaan laboratorium. Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusaka kulit, tetapi juga garihi seluruh system tubuh sehingga menunjukan perubahan reaksi fisiologis sebagai respon kompensasi terhadap luka bakar. Pada pasien luka bakar yang luas (mayor). tubuh tak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga di pengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misalnya) suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas api, air panas, minyak panas, listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran, ruangan yang tertutup. Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain. a. Keluasan luka bakar b. Kedalaman luka bakar c. Umur d. Agen penyebab e. Fraktur atau luka-luka yang menyertai f. Penyakit yang dialami terdahulu seperti DM, jantung, ginjal dll g. Obesitas h. Adannya trauma inhalasi
4
Pathway BAHAN KIMIA
TERMIS
BIOLOGIS
LISTRIK/PETIR
RADIASI
LUKA BAKAR
PSIKOLOGIS
Pada wajah
Di ruang tertutup
Kerusakan Kulit
Kerusakan Mukosa
Keracunan Gas Co
Penguapan Meningkat
Oedema laring
Co Mengikat HB
Peningkatan pembuluh darah kapiler
Obstruksi jalan nafas
Hb Tidak mampu Mengikat O2
Ekstravasasi cairan H2O,elektrolit, protein
Gagal nafas
Hipoxia Otak
Tekanan Onkotik Menurun Dan Hidrostatik meningkat
Masalah keperawatan Gangguan citra tubuh Defisiensi pengetauan anxietas
Masalah keperawatan Resiko infeksi Nyeri akut Kerusakan integritas kulit
Masalah keperawatan
Kekurangan Volume cairan
Cairan intravaskuler menurun Masalah keperawatan Ketidakefektifan pola nafas
Hipovolemia dan hemokonsentrasi
Gangguan sirkulasi makro
Gangguan sirkulasi seluler
Gangguan perfusi organ penting
Otak
kardiovaskuler
Ginjal
Hepar
hipoxia
Kebocoran vaskuler
Hypoxia sel ginjal
Pelepasan katekolamin
Sel otak mati
Penurunan curah jantung
Fungsi ginjal
Hypoxia hepatik
gagal fungi sentral
Gagal jantung
Gagal Ginjal
GI Traktus
neurologi
Imun
Gangguan neurologi Dilatasi lambung
Gagal hepar
MULTI SISTEM ORGAN FAILURE
Hambatan pertumbuha n
Gangguan perfusi
Laju metabolism meningkat
Daya tahan tubuh menurun
Gluconeogenesis glukokenolisi
masalah keperawatan Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Sumber : Muslihat (2010) 5
D. MANIFESTASI KLINIS 1.
Berdasarkan kedalaman luka bakar 1) Luka bakar derajat I a.
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
b.
Kulit kering, hiperemi berupa eritema
c.
Tidak dijumpai bulae
d.
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
e.
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
2) Luka bakar derajat II a.
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
b.
Dijumpai bulae
c.
Nyeri karena ujung saraf teriritasi
d.
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: a.
Derajat II dangkal (superficial) a) Kerusakan mengenai pada bagian superfisial dari dermis. b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. c) Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari.
b.
Derajat II dalam (deep) a) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh. c) Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasa peyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
3) Luka bakar derajat III a.
Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
b.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea megalami kerusakan.
6
c.
Tidak dijumpai bulae
d.
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
e.
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
f.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
g.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori: 1) Luka bakar mayor a.
Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.
b.
Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
c.
Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
d.
Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
e.
Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
2) Luka bakar moderat a. Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anakanak. b. Luka bakar fullthickness kurang dari 10%. c. Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum. 3) Luka bakar minor Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992) adalah: a. Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10% pada anak-anak. b. Luka bakar fullthickness kurang dari 2% c. Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
7
d. Luka tidak sirkumfer. e. Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
E. KLASIFIKASI Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka dan keseriusan luka, yakni: 1. Berdasarkan penyebab 1) Luka bakar karena api 2) Luka bakar karena air panas 3) Luka bakar karena bahan kimia 4) Luka bakar karena listrik 5) Luka bakar karena radiasi 6) Luka bakar karena suhu rendah (frost bite) 2. Berdasarkan kedalaman luka bakar 1) Luka bakar derajat I 2) Luka bakar derajat II a.
Derajat II dangkal (superficial)
b.
Derajat II dalam (deep)
3) Luka bakar derajat III 3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori: 1) Luka bakar mayor 2) Luka bakar moderat
F. PENGKAJIAN a.
Identitas pasien Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian kita perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatas 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian. Data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki risiko
8
tinggi terhadap luka bakar, agama dan pendidikan menentukan intervensi yang tepat dalam pendekatan. b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama Keluhan utama yang dirasakan klien luka bakar (Combustion) adalah nyeri, sesak napas. Nyeri dapat disebabkan karena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). Sesak napas yang timbul beberapa jam/hari setelah klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran napas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru. 2) Riwayat penyakit sekarang Gambaran keadaan klien mulai terjadinya luka bakar, penyebab lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakukan serta keluhan klien selama mejalani perawatan ketika dilakukan pengkajian. 3) Riwayat penyakit masa lalu Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka bakar. Risiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler , paru, DM, neurologis, atau penyalahgunaan obat dan alkohol. 4) Riwayat penyakit keluarga Merupakan
gambaran
keadaan
kesehatan
keluarga
dan
penyakit
yang
berhubungan dengan kesehatan klien/kemungkinan penyakit turunan. G. PEMERIKSAAN FISIK Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan: 1) Sistem integument a.
Luas luka bakar: Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah satu metode yang ada, yaitu metode “rule of nine” atau metode “lund dan browder”
b.
Kedalaman luka bakar: Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi 4 macam, yaitu luka bakar derajat I, derajat II, derajat III dan IV, dengan cirri-ciri seperti telah diuraikan.
9
c.
Lokasi/area luka: Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu memerlukan perhatian khusus, oleh karena akibatnya yang dapat menimbulkan berbagai masalah. Seperti, jika luka bakar mengenai daerah wajah, leher dan dada dapat mengganggu jalan napas dan ekspansi dada yang diantaranya disebabkan karena edema pada laring. Sedangkan jika mengenai ekstremitas maka dapat menyebabkan penurunan sirkulasi ke daerah ekstremitas karena terbentuknya edema dan jaringan scar. Oleh karena itu pengkajian terhadap jalan napas (airway) dan pernafasan (breathing) serta sirkulasi (circulation) sangat diperlukan. Luka bakar yang mengenai mata dapat menyebabkan terjadinya laserasi kornea, kerusakan retina dan menurunnya tajam penglihatan.
2) Sistem penginderaan Mata: Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan, serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar. Hidung: Catat adanya perdarahan, mukosa kering, secret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok. Telinga: Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen 3) Sistem pernapasan Infeksi: bentuk thorax, irama pernafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vocal premitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru. Auskultasi: suara ucapan egoponi, suara napas tambahan ronchi. 4) Sistem pencernaan Infeksi: bentuk perut, Palpasi: adanya nyeri pada epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis. 5) Sitem Muskuloskeletal Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada musculoskeletal, kekuatan otot menurun karena nyeri.
10
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a.
Laboratorium: Hb, Ht, Leukosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Kreatinin, Ureum, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, AGD (bila diperlukan), dll
b.
Rontgen: Foto thorax, dan lain-lain
c.
EKG
d.
CVP: untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari 30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak.
I. PENATALAKSANAAN KLINIS a. Medis 1) Resusitas cairan Perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada, terutama pada bagian ektremitas yang tidak terkena luka bakar. 2) Early Exicision and Grafting (E&G) Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif dan kemudian luka ditutup dengan cangkok kulit (autograft atau allograft), setelah terjadi penyembuhan, graft akan terkelupas dengan sendirinya. E&G dilakukan 3-7 hari setelah terjadi luka, pada umumnya tiap harinya dilakukan eksisi 20% dari luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya. Tapi ada juga ahli bedah yang sekaligus melakukan eksisi pada seluruh luka bakar, tapi cara ini memiliki risiko yang lebih besar yaitu dapat terjadi hipotermi, atau terjadi perdarahan massive akibat eksisi. Metode ini mempunyai beberapa keuntungan dengan penutupan luka dini, mencegah terjadinya infeksi pada luka (James H. Holmes) 3) Escharotomy Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas dapat menyebabkan iskemik distal yang progresif, terutama apabila terjadi edema saat resusitas cairan, dan saat adanya pengerutan keropeng. Iskemik dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada jari-jari tangan dan kaki. Tanda dini iskemik adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai baal pada ujung-ujung dista. Juga luka bakar menyeluruh pada bagian thorax atau abdomen dapat menyebabkan gangguan respirasi, dan hal ini dapat dihilangkan dengan escharotomy. Dilakukan
11
insisi memanjang yang membuka keropeng sampai penjepitan bebas. (James H. Holmes) 4) Antibiotik Pemberian ini dapat secara topikal atau sistemik. Pemberian secara topikal dapat dalam bentuk salep atau cairan untuk merendam. Contoh antibiotic yang sering dipakai berupa salep antara lain: Silver Sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone-iodine, Bacitracin (biasanya untuk luka bakar grade I), Neomycin, Polymyxin B, Nysatatin, mupirocin, mebo. 5) MEBO/MEBT (Moist Exposed Burn Ointment/Therapy) Merupakan Broad Spectrum Ointment, suatu preparat herbal, menggunakan zat alami tanpa kimiawi. Terdiri dari: a)
Komponen
pengobatan:
beta
sitosteron,
bacailin,
berberine,
yang
mempunyai efek analgesik, anti-inflamasi, anti-infeksi pada luka bakar dan mampu mengurangi pembentukan jaringan parut. b)
Komponen nutrisi: amino acid, fatty acid dan amylase, yang memberikan nutrisi untuk regenerasi dan perbaikan kulit yang terbakar.
b. Non medis 1) Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala 2) Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem 3) Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. 4) Bersihkan luka yang sembuh dengan air hangat 5) Jangan cuci luka yang sudah sembuh berlebihan 6) Lindungi luka yang sembuh dari sinar matahari
12
J.
ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
Masalah
DS 1
1. Dyspnea
.
2. Ortopnea
Pada wajah
Pola napas tidak efektif
DO
Kerusakan mukosa
1. Penggunaan
otot
bantu
pernapasan
Oedema laring
2. Fase ekspirasi memanjang 3. Pola
napas
takipnea
,
hipervenilasi
abnormal
(mis
bardipnea ,
Obstruksi jalan napas
,
kussmaul,
Gagal napas
cheyne-stokes) 4. Pernapasan pursed-lip
Pola napas tidak
5. Pernapasan cuping hidung
efektif
6. Ventilasi semenit menurun 7. Kapasitas vital menurun
DS 2
1. Cepat kenyang setelah makan
.
2. Kram/nyeri abdomen
Gangguan sirkulasi
Defisit
mako
nutrisi
3. Nafsu makan menurun DO
Gangguan sirkulasi
1. Berat badan menurun
seluler
2. Bising usus hiperaktif 3. Otot pengunyah lemah
Gangguan ferfusi
4. Otot menelan lemah 5. Membrane mukosa pucat
Laju metabolism
6. Sariawan
meningkat
7. Serum albumin turun Gluconeogenesis Gluconeolisis
13
Defisit nutrisi
DS 3
1. Merasa lemah
.
2. Mengeluh hus
Kerusakan kulit
hipovolemi a
DO
Penguapan meningkat
1. Frekuensi nadi meningkat 2. Nadi teraba lemah
Peningktan pembuluh
3. Tekanan darah menurun
darah kapiler
4. Tekanan nadi menyempit 5. Tugor kulit menurun
Ektravasasi cairan
6. Pengisian vena menurun
(H2O,Elektrolit,protei
7. Status mental berubah
n)
8. Suhu tubuh meningkat 9. Berat badan turun tiba tiba
Tekanan onkotik menurun tekanan hixiroslatik meningkat
Cairan intravaskuler menurun
Hipovolemia dan hemokonsentrasi
Hipovolemia
DS 4
1. Mengeluh nyeri
Biologis
.
Nyeri akut
DO
Keruskan kulit
1. Tampak meringis
14
2. Bersikap protektif
Nyeri akut
3. Geisha 4. Frekuensi nadi meningkat 5. Tekanandarah meningkat 6. Pola napas berubah 7. Nafsu makan berubah 8. Menarik diri
DS 5
1. Merasa bingung
.
2. Sulit berkonsentrasi
Luka bakar
3. Mengeluh pusing
Ansietas
Psikologis
4. Anoreksia 5. Palpitasi
Ansietas
DO 1. Tampak gelisah 2. Tampak tegang 3. Sulit tidur 4. Frekuensi napas meningkat 5. Frekuensi nadi meningkat 6. Diaphoresis 7. Tremor 8. Muka tampak pucat 9. Suara bergetar 10. Sering berkemih
DS 6
1. Mengungkapkan kecacatan
.
2. Mengungkapkan
Luka bakar
perasaan
negative
n Psikologis
3. Mengungkapkan kekhawatiran 4. Mengungkapkan
perubahan
15
Ganggua
Gangguan citra
citra
tubuh
gaya hidup
tubuh
DO 1. Fungsi/struktur tubuh berubah /hilang 2. Menyembunyikan/menunjukan bagian tubuh secara berlebihan 3. Fokus
berlebihan
pada
perubahan tubuh 4. Respon
nonverbal
pada
perubahan dan persepsi tubuh 5. Hubungan sosial berubah DS 7
1. Menanyakan masalah yang di
.
Luka bakar
hadapi
Defisit pengetahuan
Psikologis DO 1. Menunjukan
perilaku
tidak
persepsi
yang
Defisit pengetahuan
sesuai anuran 2. Menunjukan
keliru terhadap masalah 3. Mejalani
pemeriksaan yang
tidak tepat 4. Menujukan perilaku berlebihan cono agitasi
DS 8
-
Biologis
.
DO
Gangguan integrasi
1. Kerusakan jaringan / lapisan
Keruskan kulit
kulit
kulit jaringan
2. Nyeri
Gangguan integritas
16
/
3. Pendarahan
kulit / jaringan
4. Kemerahan 5. Hematoma
Faktor Risiko 9
1. Penyakit kronis
Biologis
.
2. Efek prosedur invasive
Risiko infeksi
3. Malnutrisi
Keruskan kulit
4. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
Risiko infeksi
5. Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer -
Gangguan peristaltic
-
Kerusakan integritas kulit
-
Penurunan kerja silaris
-
Status cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan
pertahanan
tubuh sekunder -
Penurunan Hb
-
Imununosupresi
-
Leukopenia
-
Supresi respon inflamasi
-
Vaksinasi tidak adekuat
-
K. DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS 1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d Dispnea 2. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan mtabolisme d.d 3. Hipovolemia b.d peningkatan permeabilitas d.d cairan intravaskuler menurun 4. Nyeri akut b.d luka bakar d.d mengeluh nyeri
17
5. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri d.d merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang di hadapi 6. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur / bentuk tubuh d.d fungsi struktur tubuh berubah / hilang 7. Defisit pengetahuan b.d keteralasan kognitif d.d menanyakan masalah yang dihadapi 8. Gangguan integrasi kulit / jaringan b.d kerusakan kulit d.d gangguan inegritas kulit/jaringan 9. Risiko infeksi d.d kerusakan kulit
L. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO DX Tujuan Intervensi
Rasional
1
Pola napas tidak
Setelah dilakukan
Manajemen jalan
Manajemen jalan
efektif b.d
intervensi keperawatan,
napas
napas
hambatan upaya
pola nafas membaik
Observasi:
Observasi:
napas d.d gagal
dengan kriteria :
1) Monitor pola
1) Untuk
napas
1) Ventilasi semenit
nafas
mengetahui
meningkat
(frekuensi,
pola napas
2) Kapasitas vital
kedalaman,
pasien
meningkat
usaha napas)
2) Untuk
3) Diameter thorax
2) Monitor bunyi
mengetahui
anterior-posterior
napas tambahan
bunyi nafas
meningkat
(mis. Gurgling,
sebagai bahan
4) Tekanan
mengi,
pemerikasaan
ekspirasi
wheezing,
3) Untuk
meningkat
ronkhi kering)
mengetahui
5) Tekanan insoirasi
3) Monitor sputum
jenis sputum
menibgkat
(jumlah, warna,
pasien
6) Dispnea menurun
aroma)
Terapeutik:
7) Penggunaan otot
Terapeutik:
1) Untuk
18
bantu nafas
1) Pertahankan
mempertahan
menurun
kepatenan jalan
kan kepatenan
8) Pemanjangan
nafas dengan
jalan napas
fase ekspirasi
head-tilt dan
pasien
menurun
chin-lift
2) Untukmember
9) Orthopnea
2) Posisikan semi
ikan
menurun
fowler atau
kenyamanan
10) Pernapasam
fowler
pada pasien
pursed-tip
3) Berikan minum
3) Untuk
menurun
air hangat
mempermuda
11) Pernapasan
Edukasi:
h pengeluaran
cuping hidung
1) Anjurkan
sputum
menurun
asupan cairan
Edukasi:
12) Fekuensi nafas
2000ml/hari,
1) Untuk
membaik
jika tidak
memenuhi
13) Kedalaman nafas
dikontra
kebutuhan
membaik
indikasi
cairan pasien
14) Ekskursi dada
2) Ajarkan teknik
2) Untuk
membaik
batuk efektif
mengeluarkan sputum
Kolaborasi:
sehingga
1) Kolaborasi
pasien
pemberian
nyaman untuk
bronkodilator,
bernapas
espektoran, mukolitik, jika
Kolaborasi:
perlu
1) Untuk meredakan gejala akibat penyempitan saluran pernapasan
19
2
Defisit nutrisi
Setelah dilakukan tindakan
Manajemen nutrisi
Observasi
b.d peningkatan
keperawatan selama 1x 24
Observasi
1.mengetahui stastus
kebutuhan
jam maka, status nutrisi
1.Identifikasi status nutrisi
pasien
mtabolisme d.d
membaik dengan
2.Identifikasi alergi dan
2. Mengetahui alergi
Kriteria hasil
intoleransi makanan
dan intoleransi
-Porsi makanan yang
3.identifikasi makanan yang
makan pasien
dihabiskan meningkat
disukai
3.mengtahui
-Kekuatan otot menelan
4.Monitor asupan makanan
makanan apa saja
meningkat
Terapeutik
yang di sukai pasien
-Kekuatan otot menelan
1.lakukan oral hygiene
4.mematau
meningkat
sebelum makan
perkembangan
-Serum albumin cukup
asupan makan
meningkat
2.Sajikan makanan secara
pasien
-Verbalisasi keinginan untuk
menarik dan suhu yang
Terapeutik
meningkatkan nutrisi
sesuai
1.pasien mampu
meningkat
3.Berikan makanan tinggi
melakukan oral
-Pengetahuan tentang pilihan
serat untuk mencegah
hygiene sebelum
makanan yang sehat
konstipasi
makan
meningkat
4.Berikan makanan tinggi
2. Supaya
-Pengetahuan tentang pilihan
kalori dan tinggi protein
meningkat nafsu
minuman yang sehat meningkat
makan pasien Edukasi
-Pengetahuan tentang standar 1. Anjurkan posisi duduk,
3.supaya dapat
asupan nutrisi yang tepat
jika mampu
mengatur eliminasi
meningkat
2. Ajarkan diet yang
dengan baik
-Penyiapan dan
diprogramkan
penyimpanan makanan yang
Kolaborasi
4.supaya kebutuhan
aman meningkat
1.kolaborasi dengan ahli
kalori dan protein
-Penyiapan dan
gizi untuk menentukan
pasien tercukupi
penyimpanan minuman yang
jumlah kalori dan jenis
Edukasi
aman menigkat
nutrien yang di butuhkan
1.mebantu pasien
-Sikap terhadap
dalam melakukan
makanan/minuman sesuai
posisi duduk 20
dengan tujuan kesehatan
2.supaya pasien
meningkat
dapat melakukan
-Perasaan cepat kenyang
diet yang telah di
menurun
programkan
-Nyeri abdomen menurun
Kolaborasi
-Sariawan menurun
1.mengetahui
-Rambut rontok menurun
kebutuhan gizi,
-Diare menurun
jumlah kalori dan
-Berat badan membaik
jenis nutrien yang di
-Indeks Massa Tubuh (IMT)
butuhkan
membaik -Frekuensi makanan membaik -Nafsu makan membaik -Bising usus membaik -Tebal lipatan kulit trisep -Membran mukosa membaik 3
Hipovolemia
Setelah dilakukan tindakan
Manajemen hypovolemia
Observasi
b.d peningkatan
keperawatan selama 1x 24
Observasi
1.Mengetahui
permeabilitas
jam maka, status cairan
1.Periksa tanda dan gejala
adanya tanda dan
d.d cairan
membaik dengan kriteria
hipovolemia (mis. frekuensi
gejala hipovolemia
intravaskuler
hasil:
nadi meningkat, nadi teraba
2.Mengontrol
menurun
-Kekuatan nadi cukup
lemah, tekanan darah
adanya intake dan
meningkat
menurun, tekanan nadi
output cairan
-Turgor kulit cukup
menyempit, turgor kulit
Terapeutik
meningkat
menurun, membrane
1.Mengetahui
-Output urin cukup
mukosa kering, volume urin
kebutuhan cairan
meningkat
menurun, hematokrit
bagi pasien
-Pengisian vena cukup
meningkat, haus, lemah)
2.Memberikan
meningkat
2.Monitor intake dan output
posisi nyaman pada
-Ortopnea menurun
cairan
pasien
-Dispnea menurun
Terapeutik
-Paroxysmal nocturnal
1.Hitung kebutuhan cairan 21
3.Memenuhi
dyspnea (PND) menurun
2.Berikan posisi Modified
kebutuhan cairan
-Edema anarsaka menurun
Trendelenburg
pasien
-Edema perifer menurun
3.Berikan asupan cairan oral
Edukasi
-Berat badan menurun
Edukasi
1.Menghindari
-Distensi vena jugularis
1.Anjurkan memperbanyak
dehidrasi
menurun
asupan cairan oral
-Suara napas tambahan
2.Anjurkan mengihindari
menurun
perubahan posisi mendadak
2.Mencegah
-Kongesti paru menurun
Kolaborasi
terjadinya hipertensi
-Perasaan lemah menurun
1.Kolaborasi pemberian
-Keluhan haus menurun
cairan IV isotonis (mis.
-Konsentrasi urin menurun
NAcl, RL)
Kolaborasi
-Frekuensi nadi membaik
2.Kolaborasi pemberian
1.Memenuhi
-Tekanan darah membaik
cairan IV hipotonis (mis.
kebutuhan cairan
-Tekanan nadi membaik
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
pasien
-Membran mukosa membaik
3.Kolaborasi pemberian
-Jugular Venous Pressure
cairan koloid (mis. albumin
(JVP) membaik
plasmanate)
2.Mencegah
-Kadar Hb membaik
terjadinya dehidrasi
-Kadar Ht membaik
3. Memepercepat
-Central Venous Pressure
proses penyembuhan
membaik -Refluks hepatojugular membaik -Berat badan membaik -Hepatomegali membaik -Oliguria membaik -Intake cairan membaik -Status mental membaik -Suhu tubuh membaik 4
Nyeri akut b.d
Setelah dilakukan tindakan
manajemen nyeri
Observasi
luka bakar d.d
keperawatan selama 1x24
Observasi
1.mengetahui lokasi,
mengeluh nyeri
jam, maka tingkat nyeri
1.Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasu,
22
menurun, dengan kriteria
karakteristik, durasu,
frekuensi, kualitas,
hasil :
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
-Kemampuan menuntaskan
intensitas nyeri
pasien
aktivitas meningkat
2.Identifikasi skala nyeri
2.mengetahui skala
-Keluhan nyeri menurun
3.Identifikasi respon nyeri
nyeri pasien
-Meringis menurun
non verbal
3.mengetahui respon
-Sikap protektif menurun
4.Identifikasi faktor yang
nyeri non verbal
-Gelisah menurun
memperberat dan
pasien
-Kesulitan tidur menurun
memeperingan nyeri
4.mengetahui faktor
- diaforesis menurun
5.Identifikasi pengetahuan
yang memperberat
dan keyakinan tentang nyeri
dan memeperingan
6.Identifikasi pengaruh
nyeri pasien
budaya terhadap respon
5.mengetahui
nyeri
pengetahuan dan
7.Identifikasi pengaruh nyer
keyakinan tentang
pada kualitas hidup
nyeri
8.Monitor keberhasilan
6.mengetahui
terapi komplementer yang
pengaruh budaya
sudah diberikan
terhadap respon
9.Monitor efek samping
nyeri
penggunaan analgetik
7.mengetahui
Terapeutik
pengaruh nyer pada
1.Berikan teknik non
kualitas hidup
farmakologis untuk
8.mengetahui
mengurangi rasa nyeri (mis.
keberhasilan terapi
TENS, hipnosis, akupresur,
komplementer yang
terapi musik, biofeedback,
sudah diberikan
terapi pijat, aromaterapi,
mengetahui efek
teknik imajinasi termimbing
samping
kompres hangat/dingin,
penggunaan
terapi bermain)
analgetik
2.Kontrol lingkungan yang
Terapeutik
memperberat rasa nyeri
1.Mengurangi rasa
23
(mis. Suhu ruangan,
nyeri
pencahayaan, kebisingan)
2.Memberikan rasa
3.Fasilitasi istirahat dan
nyaman
tidur
3.Memberikan rasa
4.Pertimbangkan jenis dan
nyaman
sumber nyeri dalam
Edukasi
pemilihan strategi
1.mengetahui
meredakan nyeri
penyebab, periode
Edukasi
dan pemicu nyeri
1.Jelaskan penyebab,
2.Mengetahui
periode, dan pemicu nyeri
strategi meredakan
2.Jelaskan strategi
nyeri
meredakan nyeri Anjurkan
3.Mengetahui nyeri
memonitor nyeri secara
secara mandiri
mandiri
4.Mengurangi rasa
3.Anjurkan menggnakan
nyeri
analgetik secara teapt
5.Agar pasien dapat
4.Ajarkan teknik
mandiri
nonfarmakologis untuk
Kolaborasi
mengurangi rasa nyeri
1.Mengurangi rasa
Kolaborasi
nyeri
1.Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
5
Ansietas b.d
Setelah dilakukan
Terapi relaksasi otot
Terapi relaksasi otot
ancaman
intervensi keperawatan
Observasi
Observasi
terhadap konsep
tingkat ansietas Menurun
1) Identifikasi
4) Mengidentifik
diri d.d merasa
dengan kriteria hasil :
tempat yang
asi tempat
khawatir dengan 1) Verbalisasi
tenang dan
yang tenang
akibat dari
kebingungan
nyaman
dan nyaman
kondisi yang di
menurun
2) Monitor secara
5) untuk
hadapi
2) Verbalisasi
berkala untuk
memastikan
khawatir akibat
memastikan
agar otot
24
kondisi yang
otot rileks
rileks
dihadapi
3) Monitor adanya
6) Memastikan
menurun
indikator tidak
agar
3) Perilaku gelisah
rileks.
mengetahui
menurun
Terapeutik
ketidaknyama
4) Perilaku tegang
1) Atur
nan pasien
menurun
lingkungan agar
Terapeutik
5) Keluhan
tidak ada
4) Agar pasien
menurun „
gangguan saat
merasa aman
6) Anoreksia
terapi
5) Agar pasien
menurun
2) Berikan posisi
merasa
7. Konsentrasi
yang nyaman
nyaman
membaik
bersandar
6) Agar
8) Pola tidur
dikursi atau
mengetahui
membai
posisi tidur
perasaan
3) Beri waktu
pasien saat
mengungkapka
dilakukan
n perasaan
terapi
tentang terapi
Edukasi
Edukasi
8) Agar pasien
1) Anjurkan
merasa lebih
memakai
nyaman
pakaian yang
9) Agar pasien
nyaman dan
bisa
tidak sempit
mengikutinya
2) Ajarkan
dirumah
langkahlangkah
10) Agar otot
sesuai prosedur
dapat rileks
3) Anjurkan
11) menganjurkan
menegangkan
menegangkan
otot selama 5
otot kaki
sampai 10
selama tidak
detik, kemudian
lebih dari 5
25
anjurkan
detik untuk
merilekskan
menghindari
otot 20- 30
kram
detik, masing
12) menganjurkan
masing 4-8 kali
fokus pada
4) Anjurkan
sensasi otot
menegangkan
yang
otot kaki
menegang
selama tidak lebih dari 5 detik untuk menghindari kram 5) Anjurkan fokus pada sensasi otot yang menegang 6) Anjurkan fokus pada sensasi otot yang rileks 7) Anjurkan bernafas dalam dan perlahan
6
Gangguan citra
Setelah dilakukan intervensi
Promosi Citra Tubuh
tubuh b.d
keperawatan citra tubuh
Observasi
perubahan
meningkat dengan kriteria
struktur / bentuk
hasil:
tubuh d.d fungsi struktur tubuh berubah / hilang
1. Melihat bagian tubuh meningkat 2. Menyentuh bagian tubuh meningkat 3. Verbalisasi kecacatan 26
Agar lebih
Identifikasi harapan
mudah dalam
citra tubuh
pemberian
berdasarkan tahap
keperawatan
perkembangan
Observasi
Agar lebih
Identifikasi budaya,
mudah dalam
agama, jenis kelami,
pemberian
bagian tubuh
dan umur terkait
meningkat
citra tubuh
4. Verbalisasi
keperawatan
Agar lebih
Identifikasi
mudah dalam
kehilangan bagian
perubahan citra
pemberian
tubuh meningkat
tubuh yang
keperawatan
5. Verbalisasi perasaan
mengakibatkan
negatif menurun
Agar lebih
isolasi sosial
mudah dalam
Monitor frekuensi
pemberian
kekhawatiran pada
pernyataan kritik
keperawatan
penolakan/reaksi
tehadap diri sendiri
6. Verbalisasi
orang lain menurun
Agar lebih
Monitor apakah
mudah dalam
pasien bisa melihat
pemberian
perubahan gaya
bagian tubuh yang
keperawatan
hidup menurun
berubah
7. Verbalisasi
8. Menyembunyikan bagian tubuh
Terapeutik
berlebihan menurun
Diskusikan perubahn
Terapeutik
Agar klien
tubuh dan fungsinya
mudah
Diskusikan
menerima
tubuh berlebihan
perbedaan
kenyataan
menurun
penampilan fisik
9. Menunjukan bagian
10. Fokus pada bagian tubuh menurun
11. Fokus pada
Agar klien
terhadap harga diri
lebih mudah
Diskusikan akibat
menggunaka
perubahan pubertas,
n tubuhnya
penampilan masa lalu
kehamilan dan
menurun
penuwaan
dapat
Diskusikan kondisi
membedakan
stres yang
hyal-hal baru
mempengaruhi citra
dan lama
12. Fokus pada kekuatan
masa lalu menurun 13. Respon nonverbal pada perubahan
tubuh (mis.luka,
tubuh membaik
penyakit,
14. Hubungan sosial membaik
pembedahan)
27
Diskusikan cara
Agar klien
Agar klien lebih rileks
Agar klien lebih
mengembangkan
semangat
harapan citra tubuh
dalam
secara realistis
menerima
Diskusikan persepsi
perubahanny
pasien dan keluarga
a
tentang perubahan
citra tubuh
dan keluarga mulai
Edukasi
Jelaskan kepada
terbiasa
keluarga tentang
dalam
perawatan perubahan
perubahanny
citra tubuh
a
Anjurka mengungkapkan gambaran diri
28
Edukasi
Agar
terhadap citra tubuh
keluarga
Anjurkan
lebih
menggunakan alat
memperhatik
bantu( mis. Pakaian ,
an klien
wig, kosmetik)
akibat
Anjurkan mengikuti
perubahan
kelompok
tubuh klien
pendukung( mis.
Agar klien
Agar
Kelompok sebaya).
memudahkan
Latih fungsi tubuh
perawat
yang dimiliki
dalam proses
Latih peningkatan
asuhan
penampilan diri
keperaawata
(mis. berdandan)
n
Latih pengungkapan
Untuk
kemampuan diri
membantu
kepad orang lain
dalam proses
maupun kelompok
penyembuha n
Agar tidak ada rasa malu dengan oranglain
Agar klien mulai terbiasa dengan perubahanny a
Agar klien tetap menjaga penampilann ya
Agar klien tetap berinteraksi dengan oranglain
7
Defisit
Setelah dilakukan intervensi Edukasi kesehatan
Edukasi kesehatan
pengetahuan b.d
keperawatan
Observasi
keteralasan
tingkat
kognitif d.d
meningkat dengan kriteria
dan
hasil:
menerima informasi
pada
pasien Observasi
pengetahuan
1. Perilaku
sesuai
1. Identifikasi kesiapan
2. Identifikasi
anjuran meningkat 2. Verbalisasi
minat
dalam
belajar
kemampuan
faktor
yang
meningkatkan
motivasi
29
seberapa jauh
faktor-
kesiapan dan
dapat
kemampuan
dan
menurunkan
meningkat
1. Mengetahui
menerima informasi
perilaku
pada pasien
3. Kemampuan
hidup
menjelaskan
sehat
bersih
dan
2. Mengetahui faktor-faktor
pengetahuan tentang Terapeutik
yang
suatu
meningkatka
topik
1. Sediakan materi dan
meningkat
media
4. Kemampuan
kesehatan
menggambarkan
meningkat 5. Perilaku
hidup bersih
kesehatan
sesuai dengan topik
sesuai
kesepakatan
untuk bertanya
6. Pertanyaan masalah
faktor
risiko
dapat
yang
dihadapi menurun 7. Persepsi yang keliru terhadap
yang
masalah
menambah pengetahuan
kesehatan
pasien
hidup
perilaku bersih
dan
sehat
8. Menjalani
2. Untuk
mempengaruhi
2. Ajarkan
menurun
pemeriksaan
pasien
1. Jelaskan tentang
1. Untuk pengetahuan
dengan pengetahuan Edukasi meningkat
dan sehat Terapeutik
3. Berikan kesempatan sesuai
dan
perilaku
pendidikan yang
n
menurunkan
2. Jadwalkan
pengalaman sebelumnya
pendidikan
dapat
3. Mengetahui apa
yang
belum
3. Ajarkan strategi
dipahami
yang dapat
oleh asien
yang
tidak tepat menurun
digunakan untuk
Perilaku membaik
meningkatkan
Edukasi 1. Mengetahui
perilaku hidup bersih
faktor risiko
dan sehat
yang
dapat
mempengaru hi kesehatan 2. Supaya pasien terbiasa hidup sehat 3. Supaya 30
pasien
bisa
melakukan perilaku hidup
sehat
secara mandiri 8
Gangguan
Setelah dilakukan tindakan
perawatan integritas kulit
Observasi
integrasi kulit /
keperawatan selama 1x 24
Observasi
1.Mengetahui
jaringan b.d
jam maka,
1.Identifikasi penyebab
perubahan sirkulasi,
kerusakan kulit
integritas kulit dan jaringan
\gangguan integritas kulit
penurunan mobilitas
d.d gangguan
meningkat dengan kriteria
(mis. Perubahan sirkulasi
Terapeutik
inegritas
hasi:
penurunan mobilitas)
1.Mengurangi rasa
kulit/jaringan
-elastisitas meningkat
Terapeutik
nyeri
-hidrasi meningkat
1.Ubah posisi tiap 2 jam jika 2.Memperlancar
-perfusi jaringan meningkat
tirah baring
peredaran darah
-kerusakan jaringan menurun 2.Lakukan pemijatan pada
3.Mencegah risiko
-kerusakan lapisan kulit
area penonjolan tulang
iritasi pada kulit
menurun
3.Gunakan produk berbahan
4.Mencegah infeksi
-nyeri menurun
ringan/alami dan
pada kulit
-perdarahan menurun
hipoalergik pada kulit
Edukasi
-kemerahan menurun
sensitive
1.Melembabkan
-hematoma menurun
4.Hindari produk berbahan
kulit kering
-pigmentasi abnormal
dasar alkohol pada kulit
2.Mencegah
menurun
kering
dehidrasi
-jaringan parut menurun
Edukasi
3.Mencegah defisit
-nekrosis menurun
1.Anjurkan menggunakan
nutrisi
-abrasi kornea menurun
pelembab
4.Mencegah iritasi
-suhu kulit membaik
2.Anjurkan minum air yang
pada
-sensasi membaik
cukup
-tekstur membaik
3.Anjurkan meningkatkan
Observasi
-pertumbuhan rambut
asupan nutrisi
1. Untuk mengetahui
membaik
4.Anjurkan menghindari
penyebab luka bakar
terpapar suhu ekstrem
2. Untuk mengetahui
31
durasi terkena luka Perawatan luka bakar
bakar dan
Observasi
3. Untuk mengontrol
1. Identifikasi penyebab
kondisi luka(
luka bakar
kondisi tepi luka)
2.identifikasi durasi terkena
Terapeutik
luka bakar dan
1. Agar tidak terjadi
3.monitor kondisi luka(
infeksi
kondisi tepi luka)
2. Agar tidak terjadi
Terapeutik
infeksi
1. Gunakan teknik aseptik
3. Mencegah
selama merawat luka
terjadinya infeksi
2. Bersihkan luka dengan
Edukasi
cairan seteril
1. Mengetahui tanda
3.jadwalkan frekuensi luka
dan gejala infeksi
berdasarkan ada atau tidak
2. Mempercepat
nya infeksi
penyembuhan luka
Edukasi
Kolaborasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
1. Mempercepat
infeksi
penyembuhan luka
2. Anjurkan mengkonsumsi
2. Mengurangi nyeri
makanan tinggi kalori dan
mencegah infeksi
protein Kolaborasi 1. Kolaborasi prosedur debridement(mis.biologis) 2.kolaborasi pemberian anti biotic 9
Risiko infeksi
Setelah dilakukan tindakan
pencegahan infeksi
Observasi
d.d kerusakan
keperawatan selama 1x 24
Observasi
1.mengetahui
kulit
jam maka,
1.monitor tanda dan gejala
adanya tanda dan
resiko infeksi menurun
infeksi local dan sistemik
gejala infeksi lokal
dengan kriteria hasil:
Terapeutik
dan sistemik
32
-kebersihan tangan
1.batasi jumlah pengunjung
Terapeutik
meningkat
1.mengurangi
-kebersihan badan meningkat 2.berikan perawatan kulit
terjadinya infeksi
-nafsu makan meningkat
pada edema
2.mengurangi/
-demam menurun
3.cuci tangan sebelum dan
mencegah
-kemerahan menurun
sesudah kontak dengan
kontaminasi daerah
-nyeri menurun
pasien dan lingkungan
luka
-bengkak menurun
pasien
3.mencegah
-vesikel menurun
4.pertahankan teknik aseptik terjadinya infeksi
-cairan berbau busuk
pada pasien berisiko tinggi
menurun
Edukasi
-sputum berwarna hijau
1.jelaskan tanda dan gejala
menurun
infeksi
4.menghindari
-drainase purulen menurun
2.ajarkan cara mencuci
terjadinya infeksi
-piuria menurun
tangan dengan benar
-periode malaise menurun
3.ajarkan cara memeriksa
Edukasi
-periode menggigil
kondisi luka atau luka
1.untuk mengetahui
-lelargi menurun
operasi
adanya tanda dan
-gangguan kognitif menurun
4.anjurkan meningkatkan
gejala infeksi
-kadar sel darah putih
asupan cairan
2.mencegah infeksi
membaik
Kolaborasi
secara mandiri
-kultur darah membaik
1.kolaborasi pemberian
3.mengetahui
-kultur urine membaik
imunisasi, jika perlu
perkembangan dan
nosokomial
-kultur sputum membaik
mencegah infeksi
-kultur area luka membaik
4.memenuhi
-kultur feses membaik
kebutuhan cairan Kolaborasi 1.untuk mempertahan sistem kekebalan tubuh
33
M. DAFTAR PUSTAKA PPNI, T . P . (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((Cetak III) I ed,). Jakarta: DPP PPNI PPNI, T . P . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan ((Cetak II) I ed,). Jakarta: DPP PPNI PPNI, T . P . (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan ((Cetak II) I ed,). Jakarta: DPP PPNI https://www.academia.edu/30085227/LAPORAN_PENDAHULUAN_Luka_Bakar diakses pada 2 Agustus 2021 Wibowo, M. 2007. Konsep Dasar Pengertian Combustio atau Luka Bakar http://eprints.ums.ac.id/16704/2/BAB_I.pdf diakses pada 2 Agustus 2021 http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/7715/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf https://adoc.pub/download/luka-bakar.html Amin & Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Percetakan Mediaction Publishing Jogjakarta
34