2211 Char6021038 T2ea TK2-W4-S5-R4 Team5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Kelompok ke-2 Week 4 Group – 5 Sudarsih Risa Salsabila 2502027730 Hansa Ufairani Ramadhan 2502033885 Cep Wahyu 2502033840 Ammar Zidan Ahmad 2502035234 Muhammad Qolbu Alma’rifah 2502028973 Formalisme agama merupakan suatu bentuk penghayatan iman keagamaan yang hanya mementingkan dimensi legalistik-formalistiknya. Ia lebih mengutamakan dimensi ekspresi artifisial daripada dimensi transfisik-subtansialnya. Sehingga penampilan fisik lebih diutamakan daripada penghayatan rohani-batiniah. Formalisme ini bisa terwujud dalam praktik perilaku atau sikap-sikap religius yang dangkal dan jauh dari substansi agama yang sesungguhnya.



Tugas: 1. Silahkan kelompok menjelaskan lagi dengan baik disertai contoh-contoh tentang bentuk penghayatan iman dan agama yang disebut formalisme agama itu (Panjang jawaban: 150 – 250 kata). Jawaban: Formalisme agama sebetulnya merupakan suatu sistem religious keagamaan yang menekankan prinsip-prinsip, aturan dan hukum-hukum sebagai unsur yang paling penting dalam penghayatan hidup religious dan kriteria evaluasi diri. Formalisme agama dalam penghayatan iman keagamaan hanya menekankan dimensi legalistik-formalistiknya. Ia lebih mengutamakan dimensi ekspresi artifisial daripada dimensi transfisik-substansialnya. Sehingga penampilan fisik lebih diutamakan daripada penghayatan rohani batiniah. Formalisme ini terwujud dalam praktek perilaku/sikap religious yang terekspresikan dalam penghayatan hidup keseharian yang dangkal dan jauh dari substansi agama yang seharusnya. Contoh-contoh tentang bentuk penghayatan iman dan agama yang disebut formalisme agama yaitu menghafal kitab suci hanya sekedar hafal tanpa mengetahui makna Character Building: Agama



dan artinya, apa yang harus direfleksikan dalam kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari masih bermusuhan, tidak suka menolong, memusuhi agama lain di mana ini tidak mencerminkan makna dari agama yang dianutnya. Rajin ke tempat ibadah hanya sekedar symbol semata, tidak dimaknai dengan baik, menjalankan ritual dan aturan-aturan yang sudah ketinggalan jaman. Merayakan hari besar dengan acara-acara dan perayaan hari besar agama, dengan rajin, tetapi penghayatannya di tempat ibadah saja, hanya saat itu, tanpa merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Ciri-ciri orang formalis lebih mengutamakan simbol-simbol agama dalam ekspresinya, suka menggunakan kata-kata yang berbau agama dalam praksis keseharian hidupnya, berpikir sangat tinggi terkait dengan tema-tema agama sehingga cenderung membela diri dan resisten. Bagi orang formalis, beribadah itu cukup, apakah kamu sudah menjalankan ibadah, itu cukup. Bukan apa yang dipelajari, dimaknai, direfleksikan dari ibadah yang diikuti.



Bicara



kuantitas lebih penting daripada kualitas, bicara bentuk /forma lebih penting dari hakikatnya. 2. Paparkan sikap atau penilaian kalian atas cara penghayatan iman dan agama dalam bentuk formalisme agama, disertai argumen yang kuat dan masuk akal (Panjang jawaban: 150 – 250 kata). Jawaban: Menurut pendapat kami, formalisme agama harus dikritisi dan ditolak, karena formalisme agama merupakan bentuk keagamaan yang sangat kaku yang sangat menekankan forma/bentuk dibandingkan isi. Tekun menjalankan ibadah sesuai yang diajarkan oleh agama, tetapi pemahamannya sempit karena tafsiran bersifat tidak mendalam, hurufiah dan tafsiran yang lebih bersifat literer.



Akibatnya karena



pemahaman yang kaku, mereka menolak orang-orang yang berpendapat berbeda karena acuan mereka adalah teks, aturan hitam di atas putih. Dalam prakteknya para penganut formalisme agama juga bisa menunjukkan dimensi patriarkalisme ekstrem maupun dominasi subordinat yang cenderung mendeskreditkan kelompok lain di luar mereka, entah bangsa lain, ras, suku atau etnis lain, golongan lain bahkan kaum perempuan dalam konteks isu feminisme. Praktik formalisme agama bisa sangat diskriminatif dalam sikap dan perlakuan pada sesama yang lain. Para formalis agama bisa memposisikan diri jauh lebih tinggi dan superior dari pihak lain. Mereka bersikap ekstremis dan seringkali tidak bisa bertoleransi terhadap perbedaan. Mereka juga tertutup terhadap kelompok lain di luar mereka. Hal ini bisa berbahaya dalam



Character Building: Agama



konteks eksistensi dan realitas sosial kita sebagai bangsa yang plural dan multi religious. Orang-orang formalis agama memiliki potensi mejadi orang yang radikal. Orangorang radikal menekankan pembacaan teks kitab suci menurut kaidah-kaidah yang sudah tradisional, ketinggalan jaman. Menolak pemahaman yang relevan, aktual dan pembahasan kontektual. Mereka lebih menyukai hal-hal yang bersifat formal kaku tradisional. Pemahaman yang demikian membuat mereka mengembalikan kehidupan sekarang ke masa lampau, karena menganggap kehidupan sekarang tidak memiliki kualitas yang lebih baik dari masa lampau. Akibatnya pola hidupnya cenderung tradisional,dan menolak hal-hal yang berbau modern, dianggap hal-hal yang bersifat ke barat-baratan dan kafir. Jika seorang radikal dengan pemahaman yang sempit berpotensi untuk dipengaruhi dan bila pengaruhnya sangat kuat akan menjadikan seorang radikal menjadi fanatik dan dapat menjadi gerakan-gerakan teroris. Tidak selalu orang radikal menjadi teroris, tetapi orang radikal berpotensi menjadi teroris, karena pemahaman yang dangkal. Bagaimana cara mengkritisi formalisme agama dengan cara mengembangkan berpikir kritis, berpikir tekstual,tapi juga kontekstual,



mengaktualisasikan teks



berbicara pada masa sekarang, bukan masa lampau, sehingga teks bermakna relevan dengan situasi kekinian, mempraktekan pelajaran agama, bukan hanya dihafal,kitabkitab suci dihafal, tetapi harus dimaknai dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar untuk lebih menghayati makna dan nilai-nilai yang ada pada agama, jangan malas belajar agama, karena agama bukan sesuatu yang harus dimusuhi, tetapi menjadi pegangan, pedoman, yang sangat baik apabila hal itu sungguh-sungguh dihidupi dalam kehidupan kita. Oleh karena itu perlu proses internalisasi nilai-nilai keagamaan secara utuh dalam kehidupan kita yang kita praktekkan baik dalam ibadah maupun perbutan sehari hari ketika kita berinteraksi, bergaul dengan orang-orang yang bahkan berbeda keyakinan, berbeda agama dengan kita. Dapat diterapkan dengan baik sehingga kehidupan beragama kita lebih baik.



3. Apa saja yang menjadi penyebab tumbuh-kembangnya penghayatan iman dan agama dalam bentuk formalisme agama itu (Panjang jawaban: 150 – 250 kata). Jawaban: Penyebab tumbuh kembangnya penghayatan iman dan agama dalam bentuk formalisme agama adalah: Character Building: Agama







Penafsiran yang salah mengenai nilai-nilai keagamaan baik oleh pribadi maupun lembaga agama. Nilai-nilai kebenaran ajaran agama tidak dipahami secara komprehensif, pemahaman kurang mendalam.







Ajaran agama tidak terinternalisasi dalam pribadi orang yang memeluk agama, nilai-nilai kebenaran yang diajarkan sebatas pemahaman dan kurang dihayati secara utuh dalam hidup umat beragama yang mengakibatkan nilai-nilai kebenaran agama tidak menjadi sikap pribadi orang atau kelompok.







Adanya paham dualisme dalam pemahaman dan penghayatan keagamaan, yaitu agama dan dunia dilihat sebagai dua hal yang terpisah bahkan bertentangan.







Budaya global bagaimanapun ikut memberi sumbangan pada terbentuknya nilai-nilai dalam diri pribadi maupun kelompok. Dominasi nilai-nilai oleh pasar yang sangat kuat melalui media sosial, televisi, dll.







Agama dihayati sebagai kultur baru yang bertentangan dengan kultur masyarakat. Ketika hidup keagamaan dijauhkan dari budaya masyarakat maka masyarakat tercabut dari akar budayanya. Agama yang seperti ini bersifat menjajah dan dapat menghancurkan suatu budaya masyarakat.







Kemalasan berpikir, orang tidak mau berpikir kritis, rasional, logis dan sistematis. Mereka hanya mengikuti tradisi yang sudah ketinggalan jaman, tanpa berpikir sama sekali.







Pembenaran untuk mengumbar nafsu dan kerakusan. Orang mengutip aturanaturan kuno beragama, guna membenarkan korupsi, perselingkuhan. Pada titik ini agama melepaskan keluhurannya.







Orang mengikuti agama secara buta, seringkali karena kerinduan untuk masuk surga dan menghindari neraka. Mereka berharap jika semua aturan agama diikuti tanpa Tanya, mereka akan mendapatkan hadiah surga dan terhindar dari siksa neraka. Anggapan ini merupakan kesalahan yang mendasar dalam kehidupan.



Character Building: Agama



Orang yang beriman intrinsik menganut agama tanpa syarat. Bagi mereka agama bukan hanya perkara luar diri manusia, tetapi menyangkut seluruh kepribadian manusia: cipta rasa, karsa dan karya. Dalam kehidupan moral, mereka tidak memisahmisahkan agama dan hidup di dunia, moral dan ekonomi, pribadi dan masyarakat. Mereka sungguh-sungguh menghayati iman tanpa syarat. Maka mereka selalu berusaha untuk tampil sebagai manusia yang bertanggung jawab, berpendirian dan berkepribadian mantap, tidak berselubung dan bertopeng agama. Iman menjadi norma hidup mereka yang paling utama. Mereka menjalani hidup dengan sikap murid: mau belajar, mau maju, mau taat dan bahkan rela berkorban demi kemuliaan Allah dan kesejahteraan bersama. Mereka memiliki kesediaan untuk menemukan kebahagiaan dan kedamaian di hati: damai dengan Allah, dengan diri sendiri, dengan sesama dan dunianya. Iman dan agama harus terintegrasi karena agama tanpa iman adalah agama yang kosong, hidup umat beragama pun menjadi hambar dan tidak berguna. Tanpa iman agama menjadi formalisme dan tanpa isi. Sebaliknya tanpa agama komunikasi iman tidak mungkin terjadi. Artinya penghayatan iman memerlukan agama. Tidak ada iman tanpa agama, tetapi tentu saja bentuk agama berbeda-beda. Juga tidak ada agama tanpa iman, tetapi tidak semua umat beragama memiliki iman. Dalam kehidupan beragama iman berarti kepercayaan kepada Allah. Iman bukan hal yang otomatis terjadi, apalagi secara kebetulan terjadi. Iman merupakan jawaban atas wahyu Allah. Iman adalah penyerahan total kepada Allah dan mengandalkan Allah dalam hidupnya, bukan karena terpaksa tetapi dengan “bebas dan sukarela”. Kebebasan iman berarti keyakinan bahwa lebih baik menyerahkan diri kepada Allah daripada memusatkan segala perhatian kepada diri sendiri. Iman membebaskan karena memecahkan belenggu kekuatiran, ketakutan dan kecurigaan. Rasionalitas iman bukan terletak pada teori tentang Allah dan pengalaman hidup manusia. Rasionalitas iman terletak pada refleksi atas pengalamannya, dan dari pertanggungjawaban imannya. Singkatnya, iman bersifat rasional dan membutuhkan pertimbangan



akal



budi,



bukan



karena



dibuktikan,



tetapi



karena



dipertanggungjawabkan. Iman tidak hanya menyangkut budi, tetapi menyangkut seluruh kepribadian manusia: cipta, rasa, karsa dan karya.



Character Building: Agama



4. Uraikan bagaimana menurut kalian bentuk atau wujud penghayatan iman dan agama yang sesungguhnya itu, dan bagaimana menumbuh-kembangkan hal itu? (Panjang jawaban: 150 – 250 kata). Jawaban: Menurut pendapat kami bentuk atau wujud pengahayatan Iman dan agama yang sesungguhnya adalah menjalankan ajaran agama yang telah ditetapkan seperti ibadah, doa, membaca kitab suci dan bisa memaknai, mengahayati ketetapan tersebut, mewujudkan iman dalam perbuatan sehari-hari, bukan hanya kebiasaan atau topeng belaka, sehingga menghasilkan kegiatan yang bermanfaat, religious dan nyata. Berbuat baik, saling memaafkan, saling menolong, tidak membedakan antar agama adalah perwujudan dari penghayatan iman dan agama.



Dalam agama Islam, wujud penghayatan terhadap fungsi iman kepada kitab-kitab Allah adalah sebagai berikut 1. Meyakini bahwa kitab Allah itu benar datangnya dari Allah SWT 2. Menjadikan kitab Allah sebagai pedoman hidup,khususnya kitab Al-Quran 3. Memahami isi kandungannya 4. Mengamalkan dalam kehidupan sehari hari 5. Berusaha untuk menghormati memahami dan menjunjung tinggi kitab Al-Quran



Cara menumbuhkan dan mengembangkan nya adalah dengan cara



1. Memperbaiki Shalat Untuk bisa meningkatkan iman dan taqwa salah satu caranya adalah dengan memperbaiki shalat. 2. Mentadaburi Al-Quran Tadabur Al-Quran adalah sesuatu yang wajib dilakukan dan ketika sudah mempelajarinya maka akan muncul keyakinan dan tidak ada keraguan sedikitpun. Untuk itu dalam meningkat iman dan taqwa membaca sumbernya adalah jalan yang tepat. 3. Menjalankan Perintah Allah Secara Konsisten



Character Building: Agama



Menjalankan perintah Allah tentu akan memiliki dampak. Untuk itu, merasakan manfaat dan kebermaknaan dari perintah Allah hanya akan didapatkan ketika kita benar-benar menjalankannya. Misalnya saja, ibadah puasa sebagai bentuk pelatihan diri. Kita tidak akan bisa merasakan manfaat puasa terhadap kesehatan jika tidak melaksanakan amalan ibadah puasa itu sendiri. Memaknai puasa dalam wujud perbuatan baik kepada sesama manusia dan memberikan manfaat bagi orang lain.



4. Melakukan Evaluasi Diri Sebelum melakukan peningkatan biasanya maka diperlukan evaluasi terlebih dahulu. Untuk bisa terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan tentu manusia juga harus melaksanakan evaluasi diri. Evaluasi ini adalah untuk mengukur sejauh apa kita telah beriman dan melaksanakan perintah Allah. Evaluasi harus dijalankan oleh diri sendiri bukan oleh orang lain. Untuk itu, yang mengukurnya adalah diri kita sendiri, karena diri lah yang lebih tau bagaimana keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. 5. Memperbanyak Syukur, Menjauhi Mengeluh Memperbanyak syukur dan menjauhi mengeluh bisa juga meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita. Syukur berarti kita selalu mencari nikmat dan rezeki Allah di setiap saat dalam kondisi apapun. Dengan begitu kita bisa tetap yakin bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita dan senantiasa membantu kita untuk mendapatkan nikmat dan rezeki yang banyak. 6. Menikmati Hidup yang Allah Berikan Iman dan taqwa yang kuat serta senantiasa meningkat hanya akan didapatkan oleh orang-orang yang menikmati hidup dari Allah SWT. Mereka akan mendapatkan keimanan dan ketaqwaan karena merasakan hidup yang penuh syukur, nikmat, pertolongan Allah, dan rezeki. Mereka yang merasakan ini tentu akan mendapatkan kenikmatan hidup dunia dan akhirat.



7. Berbuat baik terhadap sesama Memberikan bantuan kepada anak yatim piatu, fakir miskin, korban bencana alam, serta orang yang membutuhkan. Tidak membedakan agama lain dalam kehidupan bermasyarakat, saling menghormati, saling menyayangi, tidak membedakan ras,suku, agama. Selalu berbuat jujur, tidak melakukan korupsi, tidak mengambil hak orang lain.



Character Building: Agama



8. Memberikan inspirasi kepada orang lain Selalu memberikan inspirasi kepada orang lain dengan taat menjalankan perintah Nya dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dengan selalu berbuat kebaikan kepada sesama makhluk bahkan beda agama, negara, dan sebagainya.



Sumber referensi: LECTURE NOTES Character Building: Agama Week ke - 4 CRITICISM TO THE RELIGIOUS FORMALISM https://wikijawab.my.id/wiki-https-brainly.co.id/tugas/3073563 https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/cara-meningkatkan-iman-dan-taqwa https://media.neliti.com Formalisme Kehidupan Beragama https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/diskursus_islam/article/view/194 https://organisasi.co.id/formalisme-agama-3-definisi-pandanga-menurut-islam/



Character Building: Agama