3 Pengaruh Insentif Pajak Dan Faktor Nonpajak Terhadap Konservatisme Akuntansi Perusahaan Manufaktur Terdaftar Di Bei [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4



PENGARUH INSENTIF PAJAK DAN FAKTORNONPAJAK TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSIPERUSAHAAN MANUFAKTUR TERDAFTAR DI BEI Natalia Raharja Amelia Sandra Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie nataliaraharja@hotmailcom [email protected] Abstract This study aims to examine the effect of tax incentives and non-tax factors on accounting conservatism. Factors that led to accounting conservatism are the tax incentives (proxied by tax planning) to defer tax payments as a result of the reduced tax rate of progressive tax rates to a flat rate and non-tax factors which include earnings pressure, leverage, earnings bath, size, and growth opportunities. The research samples are manufacturing companies which is listed on Indonesian Stock Exchange (IDX) during 2007-2010. The sampling technique used is non-probability sampling technique using purposive sampling method, the sampling technique with consideration of certain criteria that have been determined in advance by the researcher. Data analysis techniques to examine each of the variables and testing hypothesis were done through the classical assumption test, multiple linear regression analysis to test the coefficient of determination, F-test and t-test using SPSS 20.0. The research results showed that tax plan, earnings pressure, earning bath, and growth opportunities have significant effect to accounting conservatism, while leverage and firm size do not have significant effect to accounting conservatism. Keywords: Accounting Conservatism, Tax Incentives, Non-Tax Factors. 1. Pendahuluan Di Indonesia, penelitian mengenai konservatisme terbilang cukup menarik perhatian untuk diteliti. Namun, hasil yang didapat masih beragam dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara mendalam untuk mendapatkan hasil yang lebih relevan dan up-to-date. Konservatisme dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk memilih metode akuntansi berterima umum yang akan menghasilkan pengakuan pendapatan selambat mungkin, pengakuan beban secepat mungkin, penilaian aktiva yang lebih rendah dan penilaian kewajiban yang lebih tinggi. Secara spesifik, prinsip ini menunjukkan bahwa lebih disukai melaporkan nilai terendah untuk asset dan revenue dan nilai tertinggi untuk utang dan expenses (Riahi Belkaoui, 2000:187). Konservatisme dapat digambarkan sebagai suatu pandangan pesimistik ketika memilih teknik akuntansi untuk pelaporan keuangan. Konservatisme merupakan prinsip yang paling mempengaruhi penilaian dalam akuntansi (Sterling, 1970 dalam Watts, 2003 dan Wolk, 2001:144). Berbagai macam alasan pun dikemukakan mengenai seberapa pentingnya manfaat dari penerapan konservatisme itu sendiri. Feltham-Ohlson (1996) dan Ahmad et.al (1998) membuktikan bahwa akuntansi yang konservatif dapat membantu para pengguna laporan keuangan dalam menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan dengan nilai laba dan aktiva yang dilaporkan tidak overstate atau dilebih-lebihkan. Di sisi lain, pihak yang kontra mengklaim bahwa penggunaan konservatisme akuntansi menyebabkan laporan keuangan menjadi bias karena tidak mencerminkan realita atau kenyataan yang terjadi sesungguhnya sehingga tidak dapat dijadikan sebagai alat pengambil keputusan bagi para pengguna laporan keuangan dalam mengevaluasi resiko keuangan (Kiryanto dan Suprianto, 2006). Aktiva bersih perusahaan dan laba yang rendah yang dihasilkan dari laporan keuangan yang menggunakan prinsip konservatisme dapat



1



Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4



mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan. Permasalahannya adalah jika pemakai laporan keuangan ingin membandingkan dua laporan keuangan dari dua perusahaan yang berbeda dimana perusahaan yang satu menggunakan akuntansi konservatif dalam penyusunan laporan keuangannya dan perusahaan lainnya menggunakan akuntansi agresif dalam penyusunan laporan keuangannya maka pemakai tersebut tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat jika hanya mengandalkan data dari laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa konservatisme membuat laporan keuangan menjadi tidak reliable dan tidak relevan bagi penggunanya. Meskipun mendapat kritik dari banyak pihak, konservatisme tampaknya telah meningkat dalam 30 tahun terakhir (Watts, 2003). Penelitian Givoly dan Hayn (2002) menemukan bahwa penerapan prinsip konservatisme semakin meningkat dalam beberapa dekade terakhir dan laporan keuangan perusahaan menjadi semakin konservatif. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan prinsip konservatisme dalam pelaporan keuangan semakin meluas. Penelitian terhadap konservatisme akuntansi, salah satunya menggunakan penjelasan yang berhubungan dengan pajak. Dewasa ini, hampir seluruh sektor industri dan bisnis dipengaruhi oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Peraturan perpajakan selalu mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan keadaan sosial, ekonomi dan politik suatu negara. Salah satunya menyangkut mengenai perubahan ketentuan atas tarif PPh badan. Tarif PPh badan yang semula menggunakan tarif progresif berdasarkan UU No. 17 tahun 2000 (terdiri dari 3 lapisan : 10%, 15%, dan 30%) dirubah menjadi tarif tunggal berdasarkan UU PPh No. 36 tahun 2008 Pasal 17 yaitu 28% yang berlaku efektif pada tahun 2009 (Pasal 17 ayat 1 huruf b) dan 25% yang berlaku efektif pada tahun 2010 (Pasal 17 ayat 2a). Dalam Pasal 17 ayat 2 huruf b disebutkan pula bahwa wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. Penurunan tarif pajak ini secara otomatis menguntungkan bagi perusahaan khususnya yang telah go public karena beban pajak yang harus dibayarkan perusahaan menjadi lebih kecil. Alhasil, timbul suatu dugaan bahwa insentif pajak yang diberikan kepada wajib pajak badan ini dapat dijadikan sebagai batu loncatan dalam penerapan konservatisme akuntansi pada tahun sebelum diberlakukannya tarif pajak yang baru. Penelitian yang dilakukan oleh Yin dan Cheng (2004) dalam Wicaksono (2012) menyebutkan bahwa pengukuran insentif pajak dapat dilakukan dengan menggunakan proksi perencanaan pajak (tax planning) untuk menguji apakah insentif pajak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini didasari oleh Yin dan Cheng (2004) yang berpendapat bahwa upaya meminimalkan pembayaran pajak perusahaan dibatasi oleh perencanaan pajaknya. Sari dan Adhariani (2009) mengungkapkan bahwa dalam Standar Akuntansi Keuangan terdapat beberapa metode akuntansi yang menerapkan prinsip konservatisme, diantaranya PSAK No. 14 mengenai persediaan yang terkait dengan pemilihan perhitungan biaya persediaan, PSAK No. 16 mengenai aktiva tetap yang terkait dengan pemilihan perhitungan biaya penyusutan (2007), PSAK No. 19 mengenai aktiva tidak berwujud yang terkait dengan pemilihan perhitungan amortisasinya dan PSAK No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan. Pilihan metode tersebut berpengaruh terhadap angka yang disajikan dalam laporan keuangan sehingga dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung konservatisme akuntansi akan mempengaruhi hasil dari laporan keuangan tersebut.



2



Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4



Penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Jung (2007) yang menguji pengaruh pajak terhadap konservatisme dalam laporan keuangan dan menemukan bahwa entitas dengan perbedaan laba yang cukup besar dalam laporan keuangan dan laporan pajak cenderung lebih konservatif. Hal ini dilakukan untuk menghemat pajak. Perencanaan pajak yang efisien harus mempertimbangkan tidak hanya biaya pajak tetapi juga biaya non-pajak lain yang mungkin timbul dari minimisasi pajak (Scholes et al.,2002). Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1)Untuk mengetahui apakah insentif pajak berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi.2) Untuk mengetahui apakah earning pressure berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi.3) Untuk mengetahui apakah tingkat utang (leverage) berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi.4)Untuk mengetahui apakah earning bath berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi.5) Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan (size) berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi.6) Untuk mengetahui apakah growth opportunities berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi. 2. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Definisi Perpajakan Definisi pajak dalam Pasal 1 ayat 1 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2.2. Definisi Konservatisme Menurut Wolk et al. (2001: 144-145) dalam Lo (2005: 397) mendefinisikan konservatisme akuntansi sebagai usaha untuk memilih metoda akuntansi berterima umum yang memperlambat pengakuan revenues, mempercepat pengakuan expenses, merendahkan penilaian aktiva, dan meninggikan penilaian utang. 2.3. Teori Agensi Teori agensi merupakan teori yang muncul karena adanya konflik kepentingan antara principal selaku pemegang saham dan agent selaku manajer. Principal mengontrak agent untuk melakukan pengelolaan sumber daya dalam perusahaan dengan menyediakan fasilitas dan dana untuk kegiatan operasi perusahaan. Agent berkewajiban melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan dan mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya. Principal memiliki kewajiban untuk memberikan imbalan atas tugas yang telah dibebankan kepada agent (Widayati, 2011). Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Pendefinisian teori agensi ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976). 2.4. Teori Signaling Teori signaling menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. . Tujuan teori signaling kemungkinan besar



3



Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4



membawa dampak yang baik bagi pemakai laporan keuangan. Manajer berusaha menginformasikan kesempatan yang dapat diraih oleh perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, manajer dapat mengestimasi secara baik laba masa datang dan diinformasikan kepada investor atau pemakai laporan keuangan lainnya. 2.5. Teori Akuntansi Positif Teori akuntansi positif menjelaskan bahwa manajer memiliki insentif atau dorongan untuk dapat memaksimalkan kesejahteraannya. Teori ini didasarkan pada bagian bahwa pemegang saham berusaha untuk memaksimumkan utilitas mereka dan manajer secara langsung terkait dengan kemakmuran mereka. 2.6. Faktor-Faktor Nonpajak 2.6.1. Earnings Pressure Menurut Yin dan Cheng (2004) dan Guenther (1994) dalam Subagyo dan Oktavia (2010) insentif pajak mengimplikasikan bahwa perusahaan akan memilih metode akuntansi untuk menurunkan laba sebagai respon atas penurunan tarif pajak. Pada perusahaan yang labanya tidak mencapai target, penurunan laba yang dilakukan untuk tujuan pajak dapat dikurangi oleh earnings pressure guna meningkatkan laba akuntansi. 2.6.2. Leverage Leverage menunjukkan seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang dan merupakan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman/kreditor . Kreditor memiliki klaim/kepentingan atas aktiva perusahaan dan semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula klaim kreditor atas aktiva perusahaan. Nilai aktiva bersih dalam laporan keuangan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melunasi utangutangnya. Pada dasarnya, kreditor menginginkan jumlah aktiva perusahaan yang memadai agar tidak menanggung kerugian dalam pembayaran pinjaman. Dengan adanya klaim ini maka manajer tidak dapat seenaknya memanipulasi atau melebih-lebihkan aset yang dimiliki perusahaan. Oleh sebab itu, terdapat kemungkinan bahwa kreditor akan meminta manajer untuk melakukan pelaporan akuntansi secara konservatif agar perusahaan tidak berlebihan dalam melaporkan hasil usahanya (Lo, 2005). 2.6.3. Earning Bath Menurut Chaney et al. (1995) dalam Subagyo dan Oktavia (2010) menyatakan bahwa apabila laba yang diperoleh oleh perusahaan rendah (di bawah target), maka manajer cenderung melakukan “big bath”. Big bath dilakukan saat perusahaan mengalami kemunduran kinerja atau saat terjadi peristiwa yang tidak terjadi setiap harinya atau luar biasa. Diharapkan bahwa dengan melakukan konservatisme akuntansi sebagai suatu respon atas penurunan tarif pajak berhubungan dengan peringkat laba perusahaan di suatu sektor industri. Big bath juga sering disebut sebagai taking a bath. Taking a bath umumnya terjadi pada saat terjadi reorganisasi seperti pergantian CEO. Taking a bath dilakukan manajemen dengan cara mengakui dan membebankan biaya-biaya masa akan datang dan mengakui kerugian periode berjalan sehingga dapat mengakibatkan kenaikan laba periode berjalan atau laba pada periode berikutnya menjadi lebih tinggi dari seharusnya.



4



Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4



2.6.4. Size Ukuran perusahaan (size) menunjukkan aktivitas perusahaan yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan berarti semakin besar aktiva yang bisa dijadikan jaminan untuk memperoleh utang sehingga size yang besar memudahkan perusahaaan dalam masalah pendanaan. Perusahaan besar memiliki kemampuan atas sumber daya yang memadai untuk memanipulasi proses politik seperti yang mereka inginkan misalnya dengan perencanaan pajak (tax planning) atau mengatur kegiatan mereka untuk mencapai penghematan pajak yang optimal. Diduga bahwa perusahaan besar akan lebih mungkin untuk mengurangi laba laporan keuangan dan menunda laba kena pajak sebagai respon atas penurunan tarif pajak penghasilan. 2.6.5. Growth Opportunities Pada perusahaan yang menggunakan prinsip konservatif terdapat cadangan tersembunyi yang digunakan untuk investasi sehingga perusahaan yang konservatif identik dengan perusahaan yang tumbuh (Mayangsari dan Wilopo, 2002). Pertumbuhan ini akan direspon positif oleh investor sehingga nilai pasar perusahaan yang konservatif lebih besar dari nilai bukunya sehingga akan tercipta goodwill. Pasar menilai positif atas investasi yang dilakukan perusahaan karena dari investasi yang dilakukan saat ini diharapkan perusahaan akan mendapatkan kenaikan arus kas di masa depan (Widya, 2005). Keadaan ini dapat memperlihatkan perusahaan yang selalu tumbuh karena aset yang selalu bertambah. Peluang tumbuh akan tercermin dalam tingginya potensi laba suatu perusahaan. Hal ini dapat memperbesar biaya dan resiko politik yang harus ditanggung perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan yang sedang tumbuh cenderung melaporkan labanya secara konservatif agar dapat mengurangi biaya dan resiko politik yang tinggi. Hal ini juga dilakukan untuk mengurangi perhatian yang berlebihan dari regulator dan analis sekuritas. 2.7. Pengembangan Hipotesis 2.7.1. Pengaruh Insentif Pajak terhadap Konservatisme Akuntansi Dalam Undang-Undang PPh No 36 tahun 2008, terdapat penurunan dalam tarif PPh bagi wajib pajak badan. Penurunan tarif PPh ini dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tarif PPh yang berlaku di negara-negara tetangga yang relatif lebih rendah, meningkatkan daya saing di dalam negeri, mengurangi beban pajak dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak (WP). Tarif PPh yang semula terdiri dari 3 lapisan (10%, 15%, dan 30%) menjadi tarif tunggal 28% di tahun 2009 dan 25% tahun 2010. Perencanaan pajak (tax planning) merupakan langkah yang ditempuh oleh wajib pajak untuk meminimumkan beban pajak tahun berjalan maupun tahun yang akan datang agar pajak yang dibayar dapat ditekan seefisien mungkin dan dengan berbagai cara yang memenuhi ketentuan perpajakan (Wijaya dan Martani, 2011: 14). Dengan demikian, insentif pajak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. H1 : Insentif pajak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi 2.7.2. Pengaruh Earnings Pressure terhadap Konservatisme Akuntansi Insentif pajak mengimplikasikan bahwa perusahaan akan memilih metode akuntansi untuk menurunkan laba sebagai respon



5



Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4



atas penurunan tarif pajak. Pada perusahaan yang labanya tidak mencapai target, penurunan laba yang dilakukan untuk tujuan pajak dapat dikurangi oleh earnings pressure guna meningkatkan laba akuntansi. Dengan demikian, earnings pressure berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. H2: Earnings pressure berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi 2.7.3. Pengaruh Leverage terhadap Konservatisme Akuntansi Perusahaan akan berusaha untuk menghindari pembayaran pajak selama berlangsungnya kegiatan operasi. Tarif pajak yang tinggi menyebabkan laba perusahaan yang understatement. Sementara itu, utang memberikan insentif bagi agent dan principal untuk melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengurangi nilai perusahaan melalui keputusan investasi dan keputusan pendanaan. Proporsi utang yang besar akan menyebabkan timbulnya tuntutan yang semakin mempengaruhi keputusan dalam penggunaan prinsip pencatatan perusahaan. Semakin banyak utang perusahaan juga akan menyebabkan pelunasan yang harus dilakukan oleh perusahaan semakin besar yang nantinya akan meningkatkan resiko. Oleh karena itu, dengan keadaan sedemikian rupa maka akan muncul tuntutan untuk melakukan pencatatan yang konservatif. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat utang (leverage) semakin konservatif pelaporan yang digunakan. Dengan demikian, tingkat utang (leverage) berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. H3: Leverage berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi 2.7.4. Pengaruh Earning Bath terhadap Konservatisme Akuntansi Yin dan Cheng (2004) dalam Wijaya dan Martiani (2011) menyatakan bahwa jika laba perusahaan kecil, maka manajer tidak akan berusaha meningkatkan total akrualnya, namun akan memperkecil total akrualnya agar mendapatkan kompensasi di masa mendatang. Hal ini disebut sebagai earnings bath. Dalam penelitian ini, perusahaan sampel dengan peringkat ROE 20% terbawah cenderung melakukan konservatisme selama tahun berjalan. Dengan demikian, earnings bath berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. H4 : Earnings bath berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi 2.7.5. Pengaruh Size terhadap Konservatisme Akuntansi Perusahaan yang berukuran besar memiliki sistem manajemen yang lebih kompleks dan profit yang tinggi daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu, perusahaaan besar memiliki masalah yang lebih banyak dan kemungkinan resiko yang lebih tinggi. Pada umumnya, perusahaan yang berukuran besar lebih mendapat pengawasan dari pemerintah dan masyarakat dibanding dengan perusahaan kecil. Perusahaan yang besar dan telah dikenal masyarakat cenderung akan lebih berhati-hati dalam melaporkan laporan keuangannya. Menurut Watts dan Zimmerman (2003) dalam Wijaya dan Martani (2011), perusahaan yang lebih besar akan cenderung menggunakan metode akuntansi yang mengurangi laba bersih laporan keuangan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka perusahaan tersebut akan cenderung konservatif dengan melaporkan nilai laba yang rendah. Dengan demikian, ukuran perusahaan (size) berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. H5 : Size berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi



6



Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4



2.7.6.



Pengaruh Growth Opportunities terhadap Konservatisme Akuntansi Peluang tumbuh akan tercermin dalam tingginya potensi laba suatu perusahaan. Hal ini dapat memperbesar biaya dan risiko politik yang harus ditanggung perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan yang sedang tumbuh cenderung melaporkan labanya secara konservatif agar dapat mengurangi biaya dan risiko politik yang tinggi. Hal ini juga dilakukan untuk mengurangi perhatian yang berlebihan dari regulator dan analis sekuritas. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi juga memiliki motivasi untuk meminimalkan laba. Sebagaimana yang dinyatakan dalam penelitian Widya (2005) bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan untuk memilih akuntansi yang konservatif. Oleh karena itu, penelitian ini memprediksi perusahaan yang tumbuh berpengaruh terhadap akuntansi konservatif. H6: Growth opportunities berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi



3. Metodologi penelitian 3.1. Populasi dan Sampel Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri manufaktur yang terdaftar di BEI periode 20072010. Laporan keuangan perusahaan tersebut merupakan data kuantitatif sebagai sumber informasi yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur variabel penelitian yaitu: konservatisme, insentif pajak dan faktor-faktor nonpajak (earnings pressure, tingkat utang/leverage, earnings bath, ukuran perusahaan/size, dan growth opportunities). Laporan keuangan tersebut juga merupakan data sekunder yang diperoleh melalui web BEI, PDPM Kwik Kian Gie School of Business, dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory).Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non-probability sampling, yaitu judgement sampling yang disajikan pada Tabel 1 disini. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka diperoleh sampel sebanyak 49 perusahaan. 3.2



Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 3.2.1. Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak dapat berdiri sendiri melainkan hasil pengaruh dari variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi. Konservatisme akuntansi dihitung berdasarkan ukuran berbasis akrual dari Givoly dan Hayn (2000). Givoly dan Hayn (2000) mengukur konservatisme dengan melihat kecenderungan dari akumulasi akrual selama beberapa tahun yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: CONACCit = NIit – CFOit Dimana : CONACCit pada periode t NIit



= Konservatisme akuntansi untuk perusahaan i



= Net income ditambah dengan depresiasi dan amortisasi untuk perusahaan i pada periode t CFOit = Cash flow dari kegiatan operasional untuk perusahaan i pada periode t Dalam penelitian Wicaksono (2012), hasil dari CONACC di atas dikalikan -1 lalu dibagi dengan total aktiva sehingga semakin besar nilai positif rasio maka semakin konservatif. Dengan demikian, rumus mencari total akrual adalah sebagai berikut:



7



Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4



TACC it =



(



)



Dimana : TACCit = Total accrual untuk perusahaan i pada periode t NIit = Net income ditambah dengan depresiasi dan amortisasi untuk perusahaan i pada periode t CFOit = Cash flow dari kegiatan operasional untuk perusahaan i pada periode t TAit = Total asset untuk perusahaan i pada periode t 3.2.2. Variabel independen Variabel independen adalah variabel yang berdiri sendiri dan tidak bergantung pada variabel lainnya, bahkan sebaliknya ia memengaruhi variabel lain yang disebut variabel dependen (terikat). Variabel independen di dalam penelitian ini terdiri dari : a. Insentif Pajak Perhitungan perubahan tarif pajak penghasilan menggunakan proksi perencanaan pajak sebagai ukuran insentif pajak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yin dan Cheng (2004) yaitu sebagai berikut : TAXPLAN (TP) = Dimana : TAXPLAN (TP) = Perencanaan pajak PTI = Pre-tax income CTE = Current portion of total tax expense (beban pajak kini) b. Earnings Pressure Earnings pressure dihitung dengan membagi hasil selisih antara laba tahun berjalan(Lit) dan laba tahun lalu (Lit-1) dengan total aset awal tahun (TA0) dengan rumus sebagai berikut: EP =



(



)



c. Leverage Leverage dihitung dengan menggunakan rasio kewajiban jangka panjang atau long-term debt (LTDit) terhadap total aset awal tahun (TA0) dengan rumus sebagai berikut: LEV = d. Earning Bath Earnings bath diproksikan dengan peringkat ROE perusahaan (ERANK). Dalam hal ini, ERANK diukur dengan menggunakan variabel dummy. ERANK bernilai 1 jika berada di kuantil terbawah (di bawah 20%) dan bernilai 0 untuk yang lainnya. e. Size Size diproksikan dengan menggunakan logaritma natural dari total aset yang dimiliki perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Size = Ln TAit f.



Growth Opportunities Growth opportunities merupakan kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Sesuai dengan penelitian Collins dan Kothari



8



Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4



(1989) dalam Widya (2005), variabel ini diproksikan dengan menggunakan market to book value of equity (MBV) dengan rumus sebagai berikut:



3.3



Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan analisis regresi linear ganda. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah: 



CON it   0  1TPit   2 EPit   3 LEVit   4 ERANK it   5 SIZEit   6 Growthit   it Dimana: 



= Konservatisme



CON



TP = Taxplan EP = Earnings pressure LEV = Leverage ERANK = Earnings bath yang diukur dengan tingkat ROE perusahaan SIZE = Ukuran perusahaan Growth = Growth opportunities yang diukur dengan market to book value of equity β0 = Konstanta β1…β6 = Koefisien regresi i = Perusahaan t = Tahun = Error Ɛ 4.



HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Minimu Maximu Mean m m 196 -1.44235 .15135 -.2904132 196 -.00411 .44343 .0309929 196 -1.45323 1.38897 .0298500 196 .00568 .56441 .1263360 196 0 1 .68 24.5620 27.671238 196 31.05664 6 8 196 .17397 51.02574 2.6799542



N CON TP EP LEV ERANK SIZE Growth Valid N (listwise) Sumber : Hasil SPSS



Std. Deviation .21422468 .03934730 .16922951 .12985047 .468 1.30647396 5.61079539



196



Berdasarkan tabel disini, dapat dilihat bahwa variabel dependen konservatisme (CON) memiliki nilai minimum sebesar -1.44235 dan nilai maksimum sebesar 0.15135 serta nilai rata-rata sebesar -0.2904132 dengan nilai standar deviasi sebesar 0.21422468. Variabel taxplan memiliki nilai minimum sebesar -0.00411 dan nilai maksimum sebesar 0.44343 serta nilai rata-rata sebesar 0.0309929 dengan nilai standar deviasi sebesar 0.03934730. Variabel earnings pressure memiliki nilai minimum sebesar -1.45323 dan nilai maksimum sebesar 1.38897 serta nilai rata-rata sebesar 0.0298500 dengan nilai standar deviasi sebesar 0.16922951. Variabel leverage memiliki nilai



9



Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4



minimum sebesar 0.00568 dan nilai maksimum sebesar 0.56441 serta nilai rata-rata sebesar 0.1263360 dengan nilai standar deviasi sebesar 0.12985047. Variabel earning bath (ERANK) memiliki nilai minimum yaitu 0 dan nilai maksimum yaitu 1 serta nilai rata-rata sebesar 0.68 dengan nilai standar deviasi sebesar 0.468. Variabel ukuran perusahaan (size) memiliki nilai minimum sebesar 24.56206 dan nilai maksimum sebesar 31.05664 serta nilai rata-rata sebesar 27.6712388 dengan nilai standar deviasi sebesar 1.30647396. Variabel growth memiliki nilai minimum sebesar 0.17397 dan nilai maksimum sebesar 51.02574 serta nilai rata-rata sebesar 2.6799542 dengan nilai standar deviasi sebesar 5.61079539. 4.2. Uji Asumsi Klasik Penelitian ini menguji empat asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi . Dari uji asumsi klasik yang telah dilakukan, hasil menunjukkan bahwa model tersebut lolos uji asumsi klasik berdasarkan hasil berikut : (1) Uji Normalitas menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test memiliki Asym. Sig (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05 yang berarti data berdistribusi normal; (2) Uji Multikolinearitas untuk model tersebut memiliki nilai Tolerance diatas 0,01 dan VIF dibawah 10; (3) Uji Heterokedastisitas memiliki nilai probabilitas di atas α = 0,05 yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas; (4) Uji Autokolerasi memiliki residual lag (res_2) yang melebihi α = 0,05 yang berarti tidak terjadi autokolerasi dalam model regresi. 4.3. Analisis Regresi Linear Ganda Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Standardized t Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) -.407 .314 -1.297 TP -1.041 .520 -.191 -2.002 EP -.413 .103 -.326 -4.021 1 LEV -.084 .115 -.051 -.732 ERANK -.092 .037 -.200 -2.496 SIZE .008 .011 .048 .699 Growth .006 .003 .146 2.099 a. Dependent Variable: CON *EP: Sig 0.000084 Sumber : Hasil SPSS Uji F ANOVAa Model Sum of df Mean F Squares Square Regression 1.931 6 .322 8.666 1 Residual 7.018 189 .037 Total 8.949 195 a. Dependent Variable: CON b. Predictors: (Constant), Growth, EP, LEV, SIZE, ERANK, TP Sumber : Hasil SPSS Uji Koefisien Determinasi ( R2) Model Summary Model R R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate 1 .464a .216 .191 .19270100



Sig.



.196 .047 .000 .465 .013 .485 .037



Sig. .000b



10



Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4



a. Predictors: (Constant), Growth, EP, LEV, SIZE, ERANK, TP Berdasarkan hasil penelitian analisis regresi linear berganda yang telah dilakukan dengan program SPSS 20.0, persamaan regresi linear ganda yang terbentuk adalah sebagai berikut : 



CON  0.407  1.041TP  0.413EP  0.084LEV  0.092ERANK  0.008SIZE  0.006Growth Dari hasil uji F test (Tabel 4 disini), didapat nilai probabilitas sebesar 0.000 lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian, maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa variabel-variabel independen secara bersama-sama terbukti berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai R square (Tabel 4 disini) sebesar 0.216. Hal ini berarti bahwa 21.6% variabel konservatisme dapat dijelaskan oleh variabel taxplan, earnings pressure, leverage, earning bath, size, dan growth. Sementara itu, sisanya sebesar 0.784 berarti bahwa 78.4% variabel konservatisme dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model. 4.4 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Dari hasil uji t yang dihasilkan, variabel taxplan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konservatisme dengan nilai signifikansi sebesar 0.047 < 0.05 (α=5%). Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan. Hal ini berarti bahwa pemberian insentif pajak oleh pemerintah sesuai yang tercantum dalam UU No. 36 Tahun 2008 mengenai Pajak Penghasilan yaitu melalui pengurangan tarif pajak yang berlaku mempengaruhi manajer untuk meminimalkan beban pajak perusahaan dalam upaya untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan kata lain, pengurangan tarif pajak ini memberikan insentif bagi manajer untuk melakukan konservatisme. Pada hasil analisis untuk variabel earnings pressure. hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan terhadap konservatisme dimana nilai signifikansi variabel earning pressure terhadap variabel tingkat konservatisme sebesar 0.000084 < 0.05 (α=5%). Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan. Hal ini menunjukkan bahwa earnings pressure turut mempengaruhi keputusan manajer untuk menurunkan laba perusahaan untuk tujuan pajak melalui konservatisme akuntansi. Berdasarkan hasil analisis untuk variabel leverage menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap konservatisme akuntansi dimana nilai signifikansinya sebesar 0.465 > 0.05 (α=5%). Berarti hal ini tidak sejalan dengan teori dan hipotesis penelitian. Namun, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Widya (2005), Sari dan Adhariani (2009), Almilia (2004) serta Astarini (2011) yang menunjukkan juga bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, berbeda dengan apa yang dikemukakan dalam teori akuntansi positif. Hasil ini dimungkinkan karena perbedaan tahun pengujian yang digunakan dalam penelitian yang menginterpretasikan perbedaan kondisi ekonomi yang terjadi pada tahun penelitian. Selain itu, diduga bahwa kreditur tidak terlalu mengawasi penyelenggaraan operasi dan akuntansi perusahaan sehingga memberikan keleluasaan/kelonggaran bagi manajer dalam perjanjian utangnya mengingat perusahaan tersebut merupakan perusahaan besar atau bisa dikatakan tidak mempunyai kesulitan keuangan yang berarti. Hal ini membuat semakin besar kepercayaan kreditur untuk memberikan pinjaman. Semakin tinggi utang yang dimiliki perusahaan mendorong manajer untuk menyajikan laporan keuangan yang cenderung tidak konservatif atau optimis atau dengan kata lain perusahaan akan cenderung memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba perusahaan.



11



Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4



Pada hasil analisis untuk variabel earning bath (ERANK), diketahui bahwa earning bath berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi dengan nilai signifikansi sebesar 0.013 < 0.05 (α=5%). Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan dan menjelaskan bahwa perusahaan sampel dengan peringkat ROE 20% terbawah cenderung melakukan konservatisme selama tahun berjalan. Hasil analisis atas variabel ukuran perusahaan (size) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari size terhadap konservatisme akuntansi dengan nilai signifikansi sebesar 0.485 > 0.05 (α=5%). Hasil ini tidak sesuai dengan teori dan hipotesis penelitian yang diajukan. Hal ini berarti tidak sejalan dengan apa yang dikemukakan dalam teori akuntansi positif sebab hasil yang ada membuktikan bahwa konservatisme akuntansi yang dilakukan perusahaan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya suatu perusahaan. Sedangkan hasil untuk variabel growth opportunities adalah berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi dengan nilai signifikansinya yaitu sebesar 0.037 < 0.05 (α=5%). Hasil ini mendukung hipotesis penelitian yang diajukan. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Widya (2005) yang menunjukkan bahwa perusahaan yang bertumbuh dilihat dari rasio market to book value of equity merupakan salah satu yang berpengaruh terhadap diterapkannya konservatisme akuntansi. Pada perusahaan yang menggunakan prinsip akuntansi konservatif terdapat cadangan tersembunyi yang digunakan untuk investasi sehingga perusahaan yang konservatif identik dengan perusahaan yang tumbuh. 5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa insentif pajak terbukti berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, earnings pressure terbukti berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, tidak terdapat cukup bukti bahwa leverage berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, earning bath terbukti berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, tidak terdapat cukup bukti bahwa ukuran perusahaan (size) berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, dan growth opportunities terbukti berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. 5.2. Saran Berdasarkan hasil pengolahan data, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain sebagai berikut: 1. Keterbatasan sampel yang digunakan tidak dari berbagai sektor industri karena hanya terbatas pada perusahaan manufaktur yang tidak mengalami kerugian selama periode penelitian dengan jumlah saham yang disetor di BEI di bawah 40%. 2. Perhitungan untuk konservatisme hanya menggunakan model akrual saja sehingga kurang dapat diperbandingkan. 3. Pada pengujian koefisien determinasi (R Square), nilai R Square sebesar 0.217 atau 21.7% menunjukkan model atau variabel independen yang digunakan kurang tepat sehingga pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen masih sangat kecil. Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang telah diuraikan serta mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya: a. Menggunakan beberapa pengukuran lain untuk mengukur konservatisme akuntansi dengan menggunakan pengukuran Watts yaitu earning/stock return realtion measure atau net asset measure. Pengukuran lainnya yang dapat digunakan seperti Penman dan Zhang, Beaver dan Ryan, dan lain-lain. Proksi konservatisme terbaik yang dapat menjelaskan tingkat konservatisme secara



12



Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4



komprehensif belum diketahui sehingga pada penelitian selanjutnya dapat meneliti proksi mana yang paling baik dan akurat. b. Menggunakan sampel yang tidak hanya terbatas pada perusahaan manufaktur saja namun untuk non manufaktur kecuali perbankan yang memiliki karakteristik laporan keuangan yang berbeda. Dapat pula diteliti mengenai pengaruh atas kepemilikan saham publik yang diperdagangkan di BEI di atas 40%. c. Menggunakan proksi-proksi lain untuk ukuran perusahaan seperti price to book value, size dengan logaritma total penjualan dan leverage diukur dengan membagi total utang dengan total ekuitas. 2. Bagi investor: Investor dapat mempertimbangkan faktor perpajakan dan non perpajakan, salah satunya seperti pertumbuhan perusahaan (growth opportunities) yang mempengaruhi penerapan konservatisme akuntansi dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi dan berhati-hati untuk menanamkan modalnya kembali jika melihat pertumbuhan perusahaan yang semakin menurun. 3. Bagi manajer: Agar lebih cermat dan bijak dalam menghadapi segala permasalahan yang terjadi terutama yang berhubungan dengan penerapan praktik akuntansi yaitu salah satunya adalah konservatisme akuntansi dengan tidak melakukan penyimpangan yang berkenaan dengan ancaman ketentuan hukum yang berlaku. DAFTAR PUSTAKA A.A.A. Ratna Dewi. 2003. “Pengaruh Konservatisma Laporan Keuangan terhadap Earnings Response Coefficient”. Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya. A.A.G.P. Widanaputra. 2010. “Pengaruh Konflik Keagenan Mengenai Kebijakan Dividen terhadap Konservatisme Akuntansi”. Jurnal Aplikasi Manajemen Vol.8 No.2. Abdul Slamet dan Provita Wijayanti. 2012. “Respon Perubahan Tarif Pajak Penghasilan, Insentif dan Non-Insentif Pajak terhadap Manajemen Laba”. Conference in Business, Accounting and Management Vol. 1 No.1. Anik Wahyu Ristiyanti & Muchamad Syafruddin, 2012. “Manajemen Laba sebagai Respon Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Diponegoro Journal of Accounting Vol.1 No.2 pp.1-15. Basu, S. 1997. The Conservatism Principle and The Asymmetric Timeliness of Earnings. Journal of Accounting&Economics Vol.24 pp.3-37. Cooper, D. R. dan Pamela, S. S. 2003. Business Research Method Volume I. Eight Edition. New York: McGraw Hill. Dahlia Sari. 2004. “Hubungan antara Konservatisme Akuntansi dengan Konflik Bondholders-Shareholders Seputar Kebijakan Dividend dan Peringkat Obligasi Perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Bartov, E., Givoly, D., & Hayn, C. 2002, “The Rewards to Meeting or Beating Analysts Earnings Forecasts”, Journal of Accounting and Economics pp.173-204. Calvin Oktomegah. 2012. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Konservatisme pada Perusahaan Manufaktur di BEI”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol.1 No.1. Cynthia Sari & Desi Adhariani. 2009. “Konservatisme Perusahaan di Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”. Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang. Danny Joputra. 2010. Skripsi: Pengaruh Operating Uncertainty, Kebijakan Dividen, Leverage, dan Tax Costs terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ Periode 2005-2007. IBII (Tidak Dipublikasikan).



13



Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4



Deffa Agung Nugroho. 2012. Skripsi: Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial, Debt Covenant, Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan, dan Risiko Litigasi terhadap Konservatisme Akuntansi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010). Universitas Diponegoro. Dwi Astarini. 2011. Skripsi: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan terhadap Konservatisme Akuntansi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Dyahayu Artika Deviyanti. 2012. Skripsi: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Konservatisme dalam Akuntansi (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Universitas Diponegoro. Eko Widodo Lo. 2005. Skripsi: “Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan terhadap Konservatisme Akuntansi”. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo. Endah Widayati. 2011. Skripsi: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaam terhadap Konservatisme Akuntansi. Universitas Diponegoro. Euis Soliha dan Taswan. 2002. “Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Fatmariani. 2013. Skripsi: Pengaruh Struktur Kepemilikan, Debt Covenant, dan Growth Opportunities terhadap Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Universitas Negeri Padang. Givoly, D. & Hayn, C. 2000. “The Changing Time Series Properties of Earnings, Cash Flows, and Accruals: Has Financial Reporting Become More Conservative?”. Journal of Accounting and Economics pp.287-320. Henry Kurniawan Wiryadi dan Supatmi. 2009. “Analisis Metode Akuntansi Persediaan FIFO dan Rata-Rata dalam Mencerminkan Market Value Perusahaan”. Universitas Kristen Satya Wacana. Hilda Hoesni. 2011. Skripsi: Analisis Pengaruh Konservatisme, Ukuran Perusahaan, dan Pertumbuhan Penjualan Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) Periode 2001-2008. IBII (Tidak Dipublikasikan). Imam Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, Edisi Ke-5, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Kim, B. & Jung, K. 2007, “The Influence Tax Costs on Accounting Conservatism”. KAIST Business School pp.12-13. Kiryanto dan Edy Suprianto. 2006. “Pengaruh Moderasi Size terhadap Hubungan Laba Konservatisma dengan Neraca Konservatisma”. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang. Lanny. 2008. Skripsi: Analisis Pengaruh Beberapa Variabel terhadap Konservatisme Laporan Keuangan dan Kualitas Laba pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur, Properti, dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2003-2006. IBII (Tidak Dipublikasikan). Legit Larassari Liberty. 2007. Skripsi: Pengaruh Political Cost, Operating Uncertainty, Dividend Policy, dan Leverage terhadap Konservatisme Akuntansi. IBII (Tidak Dipublikasikan). Lia Alfiah Dinanar Hati. 2011. “Telaah Literatur tentang Faaktor-Faktor yang Mempengaruhi Konservatisme Akuntansi”. Jurnal Ekonomi&Pendidikan Vol.8 No.2. Lie Linda. 2008. Skripsi: Pengaruh Struktur Kepemilikan, Kontrak Utang, Pertumbuhan, dan Biaya Politik terhadap Konservatisme Akuntansi. IBII (Tidak Dipublikasikan). Luciana Spica Almilia. 2004. “Pengujian Size Hypothesis dan Debt/Equity Hypothesis yang Mempengaruhi Tingkat Konservatisme Laporan Keuangan Perusahaan dengan Tehnik Analisis Multinomial Logit”. STIE Perbanas Surabaya. Maxson Wijaya dan Dwi Martani. 2011. “Praktik Manajemen Laba Perusahaan dalam Menanggapi Penurunan Tarif Pajak sesuai UU No. 36 Tahun 2008”. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh.



14



Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4



Muhammad Zain. 2005. Manajemen Perpajakan. Edisi Ke-2. Jakarta: Salemba Empat. Qiang, Xinrong. 2003. “The Economic Determinants of Self-imposed Accounting Conservatism”. State University of New York. Rendra Jastika Jamaluddin. 2011. Skripsi: Pengaruh Konservatisma Akuntansi terhadap Sengketa Pajak Penghasilan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Universitas Hasanuddin. Resti. 2012. Skripsi: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konservatisme Akuntansi (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010). Universitas Hasanuddin. Sekar Mayangsari dan Wilopo. 2002. “Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan Discretionary Accrual: Implikasi Empiris Model Feltham-Ohlson (1996)”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.3 No.5 pp.291-310. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. Fourth Edition. New York: John Wiley&Sons.Inc. Soewardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ke-3. Yogyakarta: Penerbit BPFE. Subagyo dan Oktavia. 2010. “Manajemen Laba sebagai Respon atas Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. Watts, R. 2003a. “Conservatism in Accounting Part I: Explanations and Implications”. Journal of Accounting and Economics pp. 207-221. Watts, R. 2003b. “Conservatism in Accounting Part II: Evidence and Research Opportunities”. Journal of Accounting and Economics pp. 287-301. Widya. 2005. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan terhadap Akuntansi Konservatif”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.8 No.2. Windra Septian Wicaksono. 2012. Skripsi: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan terhadap Konservatisme Akuntansi. Universitas Diponegoro. Yenny Mangoting 1999, “Tax Planning: Sebuah Pengantar sebagai Alternatif Meminimalkan Pajak” Jurnal Akuntansi dan Keuangan Universitas Petra Surabaya Vol.1 pp.43-53 Yin, J., & Cheng, A. 2004. “Earnings Management of Profit Firms and Loss Firms in Response to Tax Rate Reductions”. Review of Accounting and Finance Vol.3 pp.67-92. www.fauzanmisra.blogspot.com/2008/12/determinan-konservatisme-dalam.html www.julian-blogspot.com/2012/04/download-indonesian-capital-market.html www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=12509&q=&hlm=15 www.pajak.go.id/dmdocuments/UU-36-2008.pdf



15