3.akuntansi Joint Venture, Akuntansi Angsuran, Dan Akuntansi Konsinyasi PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

AKUNTANSI JOINT VENTURE, AKUNTANSI ANGSURAN DAN AKUNTANSI KONSINYASI



Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah Dosen Pengampu : Wawan Hermawan, SE, MM



Disusun Oleh : Kelompok 3 (AKSYA 5C) 1.



Arina Mana Sikana



(1820610093)



2.



Andika Dwi Febrianto



(1820610103)



3.



Eva Lailatul Qomariah (1820610113)



INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH TAHUN 2020/2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini, perusahaan melakukan berbagai strategi untuk mengembangkan usahanya atau tujuan lain. Tidak semua kegiatan usaha bisa dilakukan sendiri karena berbagai alasan, seperti penguasaan pangsa pasar, teknis produksi atau alasan keuangan. Maka beberapa pihak akan berkerjasama dengan pihak lain untuk melakukan kegiatan usaha, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu kerjasama usaha yang melibatkan beberapa pihak atau perusahaan adalah joint venture. Selain melakukan kerjasama dengan pihak lain/perusahaan lain untuk mendapatkan keuntungan, perusahaan juga melakukan beberapa metode penjualan untuk menarik konsumen. Metode penjualan yang digunakan adalah penjualan angsuran dan penjualan konsinyasi, penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana pembayarannya dilaksanakan secara bertahap. Sedangkan penjualan konsinyasi adalah perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualbelikan dengan memberikan komisi (tertentu). Hal yang berkaitan dengan transaksi keuangan saat melakukan joint venture, penjualan angsuran dan penjualan konsinyasi perlu adanya pencatatan, pengelolaan, dan penyajian data atau yang biasa disebut laporan akuntansi, tujuannya untuk mendapatkan informasi keuangan yang dibutuhkan berbagai pihak yang berkaitan. Laporan akuntansi digunakan sebagai kontrol dan pelaporan keuangan perusahaan.



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep akuntansi untuk joint venture? 2. Bagaimana konsep akuntansi untuk penjualan angsuran? 3. Bagaimana konsep akuntansi untuk penjualan konsinyasi?



1



BAB II PEMBAHASAN



A. Akuntansi untuk Joint Venture Joint venture adalah kerjasama antara dua orang/badan usaha atau lebih untuk mengusahakan usaha tertentu. Dalam joint venture waktunya terbatas. Masing-masing pihak dapat menyerahkan barang atau uang sebagai kontribusi usaha bersama tersebut. Keuntungan dan kerugian dibagi sesuai kesepakatan. Sebelum pembagian biasanya diperhitungkan terlebih dahulu bunga modal, komisi, bonus dan lain-lain untuk pihak yang telah berjasa. Salah satu pihak yang berkerjasama biasanya ditunjuk oleh pimpinan usaha kerjasama/joint venture yang disebut managing partner. Untuk managing partner diberikan balasan jasa untuk aktvitas atau kemampuan kerjanya. Tugas managing parter adalah wajib melakukan penyelenggaraan pembukuan dan menyajikan laporan-laporan keuanan yang berhubungan dengan aktivitas joint venture. .1 Akuntansi untuk joint venture dibagi menjadi 2 metode: 1. Buku-buku diselenggarakan terpisah dari pembukuan masing-masing. Joint venture memiliki karakteristik yang sama dengan persekutuan, maka pembukuan yang dilakukan juga sama dengan persekutuan. Rekening-rekening pembukuan didalam joint venture meliputi rekening-rekeing aktiva, hutang, pendapatan, biaya-biaya dan modal yang diselenggarakan tiap-tiap anggota. Rekening modal tiap anggota diselenggarakan mengikuti dan menampung perubahanperubahan yang terjadi atas penyertaan modal anggota, baik yang berasal dari kegiatan joint venture atau transaksi modal lainnya.



1



Hadori Yunus, Harnanto, Akuntansi Keuangan Lanjutan Edisi 1, (Yogyakarta: BPFEYogyakarta, 2013), hal 100



2



2. Rekening-rekening untuk setiap transaksi dalam joint venture ada dan di catat dalam buku masing-masing anggota (tidak di selenggrakan pembukuan secara terpisah terhadap aktivitas joint venture). Pada metode pembukuan ini masing-masing anggota harus mempunyai rekening joint venture pada buku-bukunya. Rekening joint venture didebit untuk semua biaya-biaya dan dikredit untuk semua pendapatan-pendapatan joint venture. Meskipun masingmasing partner mencatat transaksi-transaksi yang terjadi, pada bukubuku managing partner tetap harus dibentuk rekening-rekening aktiva dan hutang joint venture sendiri. Seperti misalnya rekeing-rekeing: a.



Kas-joint venture



b.



Piutang-joint venture



c.



Hutang-joint venture



Melaui pembukuan yang diselenggrakan itu masing-masing anggota selain managing partner, hanya mencatat setoran modal dari para anggota dan terjadinya transaksi biaya dan pendapatanpendapatan



yang



mempengaruhi



penyertaan



modal



mereka.



Sedangkan transaksi yang sifatnya merubah bentuk dari aktiva satu dengan aktiva lain atau dari hutang tertentu kepada hutang lainnya tidak dicatat dalam rekening-rekening pembukuannya. Managing partner sebagai anggota yang bertanggungjawab terhadap semua akibat didalam joint venture.2



Kerjasama yang belum selesai (Uncompleted venture), apabila pembukuan joint venture tidak diselenggarakan secara terpisah Apabila sampai dengan periode akuntansi, suatu perjanjian joint venture belum bisa di akhiri, untuk keperluan penutupa buku masingmasing partner, maka perlu ada perhitungan laba (rugi) joint venture.



2



Hadori Yunus Harnanto, Akuntansi Keuangan Lanjutan Edisi Pertama, hal 104



3



Menurut ketentuannya joint venture baru dapat menghitung rugi laba, apabila usaha yang menjadi objeknya sudah selesai. Seperti halnya bisa dilakukan sepenuhnya dilakukan bagi mereka (biasanya perorangan). Yang secara spekulasi melakukan joint venture. Tetapi apabila joint venture diadakan antara pengusaha-pengusaha/perusahaan yang memiliki pembukuan yang teratur, maka tiap akhir periode akuntansi perlu keterangan yang lengkap tentang hasil-hasil operasi suatu perusahaan.3 Contoh : Joint venture antara tuan A, B, dan C tersebut dimuka, pada tanggal 31 Desember 19A dinyatakan belum selesai, sebab masih ada barang-barang yang belum terjual seharga Rp 1.200 dan masih dipegang oleh tuan C sebagai managing partner. Dalam keadaan ini masin-masing partner memerlukan adjusment dalam menghitung L/R joint venture. Apabila diperhitungan ternyata keuntungannya menjadi sebesar Rp 5.190 (kelebihan pendapatan di atas ongkos-ongkos sampai tanggal 31 Desember 19A sebesaar Rp 3.990 ditambah persediaan baran yang belum terjual Rp 1.200. Dengan demikian pembagian laba dan adjusment pada pembukuan masing-masing partner pada 31 Desember 19A akan tertera sebagai berikut:



Buku-buku tuan A: Joint venture



Rp 5.190



Laba joint venture



Rp 1.190



Tuan B



Rp 1.180



Tuan C



Rp 2.820



Buku-buku tuan B: Joint venture



Rp 5.190



Laba joint venture



3



Rp 1.180



Hadori Yunus Harnanto, Akuntansi Keuangan Lanjutan Edisi Pertama, hal 107



4



Tuan A



Rp 1.190



Tuan C



Rp 2.820



Buku-buku tuan C (managing partner): Joint venture



Rp 5.190



Laba joint venture



Rp 2.820



Tuan A



Rp 1.190



Tuan B



Rp 1.180



B. Akuntansi untuk Penjualan Angsuran Penjualan angsuran adalah suatu jenis penjualan dengan cara pembayaran dilakukan secara bertahap dalam jumlah terentu selama jangka waktu tertentu. Masalah yang timbul dengan penjualan angsuran adalah masalah pengakuan laba bagi penjual yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan setiap tahunnya. Hal ini karena penjualan angsuran mencakup periode waktu lebih dari satu periode akuntansi. Materi yang akan dibahas dalam akuntansi penjualan angsuran sebagai berikut: 4



4



Arifin, Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2012), Hal



111



5



1. Penjualan Angsuran Akiva Tetap (Barang Tidak Bergerak) Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva seperti gedung, tanah dan sejenisnya dengan metode pembayaran secara bertahap dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan. Adapun persyaratan atau tata cara dalam pembayaran angsuran: a. Pembayaran uang muka (Down Payment) Pada saat barang-barang diserahkan kepada pembeli, penjual menerima pembayaran pertama sebagian dari harga penjualan. b. Pembayaran tunai periodik sebagai pembayaran angsuran Biaya angsuran biasanya telah ditentuakn diawal sesusi dengan kesepakatan, ditentukan besar kecil dan jangka waktu angsuran. Dalam penjualan angsuran ini, biasanya aktiva masih berada ditangan penjual dan akan beralih saat jangka waktu yang ditetapkan telah habis atau angsuran lunas.



Penjualan Angsuran Akiva Tetap Menggunakan Metode Diakui pada Saat Penjualan Angsuran Dilakukan a. Laba penjualan (yang merupakan selisih antara harga jual dengan harga pokok). Diakui seluruhnya pada tahun dilakukannya penjualan angsuran aktiva tetap 5 b. Akibat adanya pengakuan laba seluruhnya pada tahun dilakukan penjualan, maka pada tahun-tahun berikutnya sudah tidak ada pengakuan laba dan rugi c. Penerimaan kas sebagai hasil penagiahn penjualan angsuran tahun sebelumnya, akan dicatat sebagai penerimaan kas dan mengurangi piutang angsuran d. Hasil penagihan yang merupakan pelunasan piutang angsuran dianggap sebagai pengembalian pokok angsuran 5



Arifin, Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan, Hal 112-113



6



e.



Apabila pembeli dibebani biaya bunga angsuran, pembayaran dapat



dilakukan bersama-sama saat



pelunasan piutang



angsuran. Bunga angsuran dapat dibayar terpisah atau sudah termasuk jumlah angsuran piutang.



Penjualan Angsuran Akiva Tetap Menggunakan Metode Laba Diakui dengan Penerimaan Kas dari Pelunasan Angsuran Ketentuan-ketentaun akuntansinya sebagai berikut: a. Laba penjualan (yang merupakan selisih antara harga jual dengan harga pokok). Yang timbul saat transaksi penjualan dilakukan, di masukkan ke dalam rekening “laba kotor belum direalisasikan (unrealized gross profit)” yang disingkat LKBD b. Setiap akhir tahun, perusahaan mengakui adanya laba kotor sebesar presentase laba kotor dikali jumlah kas yang diterima. Jumlah kas yang diterima tidak masuk pada pendapatan bunga. Tetapi, bila ada uang muka maka masuk oada julah kas yang diterima. 6 c. Presentase laba kotor dicatat dengan rumus: Harga jual-harga pokok x 100 %



Harga jual



d. Laba kotor yang direalisasikan (Realized gross profit) merupakan hasi dari perkalian presentase laba kotor dengan jumlah kas yang diterima e. Laba kotor yang direalisasikan merupakan yang digunakan dalam menyesuaikan LKBD dan LKD ini sebagai laba yang diakui dalam laporan laba rugi untuk periode bersangkutan f. Pendapatan bunga dicatat dan diakui sendiri diluar laba kotor yang direalisasikan 6



Arifin, Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan, Hal 118



7



Contoh: PT. Mina suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang jual beli barang tidak bergerak. Pada tanggal 1 November 2010. PT ‘Mina’ menjual rumah kepada Bp. Firdaus. Nilai buku rumah tersebut saat dijual adalah Rp60.000.000,00 sedangkan harga jualnya adalah Rp100.000.000,00. Beberapa ketentuan yang diatur didalam kontrak penjualan khususnya yang berhubungan dengan syarat pembayaran adalah sebagai berikut: Pembayaran pertama (down payment) sebesar Rp20.000.000,00. Sisanya diangsur dengan pembayaran tiap 4 bulan @ Rp8.000.000,00. Bunga sebesar 14% per tahun untuk sisa pinjaman yang belum dibayar. Komisi dan biaya-biaya



lainnya



guna



penjualan



tersebut



sejumlah



Rp4.000.000,00 telah dibayar tunai oleh PT. Mina. Berikut ini adalah jurnal yang dibuat oleh PT ‘Mina”. 7 Laba diakui dalam periode penjualan (dalam ribuan rupiah) Kas 20.000 1-11-2010 Penerimaan pembayaran pertama Rp20jt dan hipotik untuk saldo PPA 80.000 yang belum dibayar Rp80jt Rumah 60.000 Laba 40.000 Biaya-biaya yang dikeluarkan By. Penjualan 4.000 Kas 4.000 Piut. Bunga 1.900 31-12-2010 Bunga yang masih harus diterima atas hipotik 14% untuk jangka Pendpt Bunga 1.900 waktu 2 bln Rp80jt x 14% x 2/12 = Rp1.900.000 LKD adalah sebagai berikut %LK = 40% atau Rp40jt/Rp100jt x 100%. Penerimaan kas tahun 2010 Rp20jt. Jadi LKD 40% x Rp20jt = Rp8.000.000 Menutup rekening nominal ke laba atau rugi Laba 40.000 Pendpt. Bunga 1.900 By. Penjualan 4.000 Laba/rugi 37.900 Pendpt. Bunga 1.900 1-1-2011 (Penuesuaian kembali) Piut. Bunga 1.900 Kas 11.700 1-3-2011 Diterima pembayaran angsuran hipotik sbesar Rp8.000.000 & PPA 8.000 bunga hipotik sebesar Rp80jt x 14% x 4/12 = Rp3.700.000 Pendpt. Bunga 3.700 Keterangan



7



Abdullah Mubarok, Akuntansi Keuangan Lanjutan¸(Banten: Unpam Press, 2017) hal. 89



8



Kas 11.400 1-7-2011 Diterima pembayaran angsuran hipotik sebesar Rp8.000.000 & PPA bunga hipotik sebesar Rp72jt x 14% x 4/12 – Rp3.4000.000 Pendpt. Bunga Kas 11.000 1-11-2011 Diterima pembayaran angsuran hipotik sebesar Rp8.000.000 & PPA bunga hipotik sebesar Rp64jt x 14% x 4/12 – Rp3.0000.000 Pendpt. Bunga -



8.000 3.400 8.000 3.000



Piut. Bunga 1.300 31-12-2011 Bunga yang masih harus diterima atas hipotik 14% untuk angka Pendpt. Buga 1.300 waktu 4 bulan Rp56jt x 14% x 2-12 = Rp1.300.000 LKD adalah sebagai berikut %LK = 40%. Penerimaan kas tahun 2011 Rp24jt. Jadi LKD 40% x Rp24jt = Rp9.600.000 Menutup rekening nominal ke laba atau rugi Piut. Bunga 9.500 Pendpt. Bunga - 9.500 Kegagalan Pelunasan Piutang Angsuran Aktiva Tetap Apabila terjadi si pembeli tidak mampu untuk melunasi angsurannya sampai lunas, maka ini berarti seluruh laba yang diperhitungkan tidak dapat semuanya direalisasikan. Dengan adanya kegagalan pelunasan ini, biasanya aktiva tetep yang terjual dirniliki kembali oleh si penjual dan aktiva tetap tersebut dinilai sebesar nilai pasar pada saat aktiva tetap tersebut ditarik/dimiliki kembali. Sedangkan jumlah pembayaran pelunasan angsuran yang telah dibayar oleh pembeli tidak dapat diminta kembali oleh pembeli. Adanya kegagalan pelunasan angsuran tersebut, perusahaan yang menjual akan mengakui adanya laba/rugi pemilikan kembali yang diakui tergantung pada metode laba yang digunakan dengan kesatuan. 8 Metode yang digunakan dalam pembukuan yaitu metode laba diakui saat penjualan dan metode laba diakui proporsionil dengan penerimaan kas Contoh: Seorang pengusaha menjual secara angsuran aktiva tetap mepunyai harga pokok Rp 80.000.000 dan dijual dengan harga jual Rp 100.000.000. uang muka ditentukan sebesar Rp 30.000.000 dan sisanya 8



Arifin, Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan, Hal 123



9



dibayar secara angsuran. Setelah membayar angsuran sejumlah Rp 40.000.000 tetapi pembeli menyatakan tidak mampu untuk melunasi sisa angsuran dan akibatnya aktiva tetap tersebut ditarik kembali oleh pengusaha dan nilai pada saat dimiliki kembali adalah Rp 28.000.0009 Berdasarkan contoh diatas, pengusaha tersebut akan membuat jurnal untuk perhitungannya sebagai berikut: a. Pembukuan dilakukan menggunakan metode laba diakui saat penjualan Dengan menggunakan metode ini, laba atau rugi dihitung dengan cara membandingkan nilai aktiva tetap yang dimiliki kembali dengan jumlah piutang angsuran yang belum dilunasi. Jumlah piutang angsuran awal: Rp



100.000.000 - Rp 30.000.000



Rp 70.000.000



Jumlah angsuran yang telah dibayar



Rp 40.000.000



Piutang angsuran yang belum dibayar



Rp 30.000.000



Nilai pemilikan kembali aktiva tetap



Rp 28.000.000



Rugi pemilik kembali



Rp 2.000.000



Jurnal yang dibuat pengusaha tersebut: Aktiva tetap



Rp 28.000.000



Rugi pemilikan kembali



Rp 2.000.000



Piutang angsuran



Rp 30.000.000



b. Metode laba diakui proporsionil dengan penerimaan kas Dengan menggunakan metode ini, laba atau rugi dihitung dengan cara jumlah nilai aktiva tetap yang dimiliki ditambah pengurangan laba kotor yang betum direalisasi dibandingkan dengan jumlah piutang angsuran yang belum dilunasi.



9



Arifin, Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan, Hal 124



10



- Menghitung tingkat laba kotor Harga jual – Harga pokok Harga jual



Rp



x 100%



100.000.000 - Rp 80.000.000 Rp 100.000.000



x 100% = 20%



Jumlah piutang angsuran yang belum dibayar: Rp



70.000.000 - Rp 40.000.000 = Rp 30.000.000



- Laba kotor yang belum direalisasikan (LKBD) harus disesuaikan (dikurangi) 20% x Rp 30.000.000 = Rp 6.000.000 Jurnal yang dibuat pengusaha tersebut: Aktiva tetap



Rp 28.000.000



LKBD



Rp 6.000.000



Piutang angsuran



Rp 30.000.000



Laba pemilikan kembali



Rp 2.000.000



2. Penjualan Angsuran Barang Bergerak Prosedur akuntansi untuk penjualan barang dagangan dengan perjanjian angsuran. Pada dasarnya sama dengan cara-cara yang berlaku bagi harta tetap (barang-barang tak bergerak) 10 Contoh: Berikut ini adalah neraca “Roma” 1 Januari 2008 PT ROMA LAPORAN POSISI KEUANGAN PER 1-1-2011 Kas Pers. Brg dagangan Piutang dagang Piutang penj. Ags. Th’10 10



Rp 15.000.000 Rp 120.000.000 Rp 10.000.000 Rp 60.000.000



Utang dagang LKBD th 2010 LKBD th 2009 Modal saham



Rp 24.650.000 Rp 12.000.000 Rp 7.350.000 Rp 150.000.000



Hadori Yunus Harnanto, Akuntansi Keuangan Lanjutan Edisi Pertama, hal 117



11



Piutang penj.Ags. Th’09 Total aktiva



Rp 49.000.000 Rp 254.000.000



Laba yang ditahan Total pasiva



Rp 60.000.000 Rp 254.000.000



Sedangkan transaksi-transaksi yang terjadi selama tahun 2011 di PT Roma adalah sebagai berikut: Penjualan tunai sebesar



Rp



40.000.000



Penjualan kredit sebesar



Rp 150.000.000



HPP



Rp 130.000.000



Penjualan angsuran sebesar



Rp 200.000.000



HPP angsuran



Rp 150.000.000



Pembelian barang dagangan secara kredit



Rp 400.000.000



Penerimaan kas diperoleh dari: Piutang dagang



Rp



90.000.000



Piutang penjualan angsuran 2011



Rp



80.000.000



Piutang penjualanan angsuran



Rp



47.000.000



Piutang penjualan angsuran 2009



Rp



49.000.000



Pengeluaran kas untuk: Pembayaran utang dagang



Rp 100.000.000



Biaya operasi



Rp



50.000.000



Berdasarkan data di atas, maka persentase laba kotor untuk masingmasing tahun sebagai berikut: % laba tahun 2009 =



% laba tahun 2010 =



% laba tahun 2011 =



Rp



7.350.000



Rp



100.000.000



Rp



12.000.000



Rp



60.000.000



x 100%



= 7%



x 100%



= 20%



x 100%



= 25%



Rp 200.000.000Rp 150.000.000 Rp 100.000.000



12



Jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut: Keterangan



Jurnal Saat penjualan Kas Rp 40.000.000 Piutang Rp 150.000.000 Penjualan Rp 190.000.000 Piut. Penj. Ags Rp 200.000.000 Penj. Ags Rp 200.0000.00 Saat pembelian barang dagangan Pembelian Rp 400.000.000 Utang dagang Rp 400.000.000 Penerimaan kas Kas Rp 262.000.000 Piutang dagang Rp 90.000.000 Piut. Penj. Ags’11 Rp 88.000.000 Piut. Penj. Ags’10 Rp 47.000.000 Pint. Penj. Ags’09 Rp 45.000.000 Pengeluaran kas Utang dagang Rp 100.000.000 Biaya operasi Rp 50.000.000 Kas Rp 150.000.000 31 Desember 2011 HPP angsuran Rp 150.000.000 Penyesuaian penj. Ags Peng. Penj. Rp 150.000.000 Menutup penjualan angsuran Penj. Ags Rp 200.000.000 HPP angsuran Rp 150.000.000 LKBD Rp 50.000.000 Mencatat laba kotor direalisasi LKBD 2011 Rp 20.000.000 LKD’11=25%x80jt=20.000.000 LKBD 2010 Rp 9.400.000 LKD’10=20%x47jt=9.400.000 LKBD 2009 Rp 6.750.000 LKD’09=15%x45jt=6.750.000 LKD 2009-20011 Rp 36.150.000 Menutup persidiaan awal, pembelian dan pengiriman Laba/rugi Rp 370.000.000 penjalan angsuran ke laba/ rugi Peng. Penj. Ags Rp 150.000.000 Pemb Rp 400.000.000 Pers. Awal Rp 120.000.000 Menutup persediaan akhir Rp 24.000.000 ke laba/rugi Penjualan Rp 240.000.000 Laba/rugi Rp 240.000.000 Menutup penjualan regular laba/rugi Penjualan Rp 90.000.000 Laba/rugi Rp 90.000.000 Menutup LKD ke laba/rugi LKD Rp 36.150.000 Laba/rugi Rp 36.150.000 Menutup biaya operasi ke laba/rugi Laba/rugi Rp 50.000.000 Biaya operasional Rp 50.000.000 Mencatat biaya pajak penghasilan By. Pajak Penh Rp 4.615.000 Utang PPh Rp 4.615.000 Menutup PPh ke Laba/rugi Laba/rugi Rp 4.615.000 Biaya PPh Rp 4.615.000 Menutup laba/rugi ke laba yang ditahan Laba/rugi Rp 36.150.000 LYD Rp 36.150.000 13



Masalah Pemilikan Kembali Barang Dagangan Apabila terjadi seorang pembeli gagal untuk memenuhi kewajibannya untuk melunasi angsaran seperti yang tercantum dalam serat perjanjian penjualan angsuran, maka barang yang bersangkutan ditarik dan dimiliki kembali oleh penjual. Dalam transaksi semacam ini, catatan yang harus dibuat pada buku penjual akan menyangkut : a. Pencatatan pemilikan kembali barang dagangan. b. Mengkapuskan saldo piutang penjualan angsuran atas barang dagangan tersebut. c. Menghapaskan laba kotor yang belum direalisasi yang berhubungan dengan barang tersebut d. Pencatatan keuntungan dan kerugiankarena adanya pemilik kembali barang dagangan tersebut Hal yang perlu perlu diperhatikan dalam pemilikan kembali barang dagangan adalah perlu dilakukan penilaian kembali harga berang yang bersangkutan. Penilaian kembali harga barang yang dikembalikan tersebut sangat diperlukan karena guna mengetahui laba atau rugi pemilikan kembali. 11 Contoh: Seorang langganan telah membeli secara angsuran sebuah meja belajar denga harga Rp 400.000 dari Toko “BASRI”. Setelah membayar angsuran sebesar Rp 240.000 langganan tersebut ternyata menyatakan tidak mampu lagi untuk meneruskan pembayaran angsuran. Akibat adanya peristiwa tersebut, Toko "BASRI" terpaksa menarik kembali meja belajar tersebut. Pada saat penarikan, nilai meja belajar tersebut ditaksir sebesar Rp 140.000. Toko “BASRI” dalam setiap penjualan angsuran barang dagangannya memperhitungkan tingkat laba kotor sebesar 30% dari penjualan angsuran. 11



Abdullah Mubarok, Akuntansi Keuangan Lanjutan, hal. 130



14



Perhitungan toko “BASRI”: a. Sisa piutang yang belum dilunasi Rp 400.000-Rp 240.000 = Rp 160.000 Laba kotor 30% Laba kotor yang belum direalisasi (LKBD) 30% x Rp 160.000 = Rp 48.000 b. Laba pemilikan kembali = (nilai persediaan yang dimiliki kembali + LKBD) – piutang angsuran yang dibatalakan = (Rp 140.000 + Rp 48.000) – Rp 160.000 = Rp 28.000 Pencatatan toko “BASRI” Persediaan barang dagang yang



Rp 140.000



dimiliki kembali LKBD



Rp 48.000



Piutang penjualan angsuran



Rp 160.000



Laba pemilikan kembali



Rp 28.000



3. Masalah Tukar Tambah (Trade In) dalam Penjualan Tukar



tambah



adalah



penjualan



dimana



pembeli



menyerahkan barangnya sebagai uang muka (down payment/DP) kekurangannya dibayar secara angsuran. Dalam tukar tambah, barang yang diserahkan sebagai uang muka dicatat berdasarkan realisasi bersihnya dengan syarat: nilai realisasi bersih tidak boleh melebihi nilai pokok pengganti (current replacement cost). 12 Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga jual barang dikurangi biaya perbaikan, biaya pemasaran, dan biaya-biaya lain serta taksiran laba yang diharapkan. Selisih antara harga yang 12



Arifin, Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan, Hal 97



15



disepakati dengan nilai realisasi bersih dimasukkan ke rekening cadangan kelebihan harga. Pada akhir periode rekening cadangan sebenarnya adalah sebesar rekening penjualan dikurangi cadangan kelebihan harga.13 Contoh: Pada awal tahun 2011 toko ‘Sumber Jaya Mobil’ menjual mobil Panter secara angsuran sebesar Rp. 150.000.000,00. Cara pembayarannya adalah sebagai berikut: - Sebagai pembayaran pertama diterima sebuah mobil Carry dengan nilai yang disepakati sebesar Rp. 40.000.000 - Sisanya diangsur sebanyak 10 kali angsuran bulanan, masingmasing Rp. 11.000.000 Mobil Carry yang diterima diperkirakan membutuhkan biaya perbaikan sebesar Rp. 2.000.000. Setelah diperbaiki diperkirakan dapat 46.000.000.



Dalam



penjualan



dijual dengan harga Rp. mobil



Carry



perusahaan



memperhitungkan laba nominal sebesar 10% dari harga jual. Harga penjualan mobil Panther sebesar Rp. 30.000.000 Harga yang disepakati



Rp 40.000.000



Harga jual mobil Carry



Rp 46.000.000



Biaya perbaikan



Rp



2.000.000



Laba normal (10%xRp46jt)



Rp



4.600.000



(Rp



6.600.000)



Taksiran nilai realisasi bersih



Rp



39.400.000



Kelebihan harga



Rp



600.000



Jurnal yang dibuat: Piutang penjualan. Angsuran Mobil Carry 13



Rp



110.000.000



Rp



39.400.000



Arifin, Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan, Hal 97-99



16



Cadangan kelebihan harga



Rp



600.000



Penjualan angsuran



Rp



150.000.000



C. Akuntansi Konsinyasi 1. Pengertian Konsinyasi Konsinyasi adalah penjualan dengan cara pemilik menitipkan barang kepada pihak lain untuk dijualkan dengan harga dan syarat yang telah diatur dalam perjanjian. Jadi dalam penjualan konsinyasinya berisi mengenai hak dan kewajiban kedua belah pihak. Pihak yang menitipkan barang adalah sebagi pemilik barang. Pihak ini disebut dengan pengamanat atau consignor. Sedangkan barang yang dititipkan disebut barang konsinyasi atau consigment out. Walaupunbarang sudah dititipkan barang tersebut masih menjadi milik pengamanat. Jadi oleh pengamant masih dicatat sebagai persediaan. Pihak yang menerima titipan barang bukan sebagai pemilik barang. Pihak ini disebut komisioner atau consignee. Sedangkan barang titipannya disebut barang komisi komisioner. Jadi oleh komisioner tidak dicatat sebagi persediaan. 14



Dalam penyerahan barang atas dasar konsinyasi, harus disusun kontrak (atau persetujuan) tertulis yang menunjukan sifat hubungan antara pihak yang menyerahkan dan pihak yang menerima barang halhal lain yang mencakup : syarat kredit yang harus diberikan oleh pihak



14



Abdullah Mubarok, Akuntansi Keuangan Lanjutan, , hal. 117.



17



konsinyi kepada para pelanggan (customers); beban yang dikeluarkan oleh pihak konsinyyi harus diganti oleh pihak konsinyor; komisi tau laba yang harus diberikan kepada pihak konsinyi; pemeliharaan dan penanganan persediaan barang konsinyi dan hasilpenjualan barangbarang konsinyasi; pengiriman uang dan penyelesaian keuangan oleh pihak konsinyi; dan laporan yang harus dikirimkan oleh pihak konsinyi. Hak pihak konsinyi : a. Pihak



konsinyi



pengeluaran



yag



berhak



memperoleh



dibutuhkan



berkaitan



penggantian dengan



atas



barang



konsinyasi dan jugaberhak memperoleh imbalan atas penjualan barang konsinyasi. b.



Pihak konsinyasi berhak menawarkan garansi biasa atas barang konsinyasi yang dijual, dan sementara itu pihak konsinyor terikat dengan syarat pemberian garansi seperti itu.



Kewajiban pihak konsinyi : a. Pihak konsinyi harus menjual barang konsinyasi dengan harga yang telah ditentukan, atau jika tidak ada ketentuan mengenai harga, ia harus menjualnya dengan harga yang memuasskan kepentingan pihak pemilik. b.



Pihak konsinyi harus memisahkan barang konsinyasi dari barang dagangan lainnya.



c. Pihak konsinyi harus melindungi barang-barang pihak pemilik dengan cara yang baik dan sesuai dengan sifat barang dan kondisi konsinyasi. d. Pihak konyisi harus mengirimkan laporan berkala mengenai kemajuan penjualan barang konsinyansi. 15



15



Indrayani, Akuntansi Keuangan Lanjutan 1, hlm. 60-61.



18



2. Akuntansi Konsinyasi Untuk Pengamanat (Congsignor) Akuntansi oleh pengamanat dapat diselenggarakan dengan 2 metode yaitu: metode terpisah dan metode tidak terpisah. Kedua metode akan menghasilkan laba/rugi dalam jumlah yang sama. a. Metode Terpisah Pada metode ini, laba/rugi yang diperoleh dari kegiatan konsinyasi akan dipisahkan dari laba/rugi yang biasa. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan pendapatan dan biaya tersebut adalah rekening “barang konsinyasi”. Pencatatan



yang



dilakukan



oleh



pengamanat



(consignor) mencakup 4 transaksi: 1) Pengiriman barang konsinyasi 2) Pembayaran biaya angkut barang konsinyasi 3) Menerima laporan pertanggungjawaban dari komisioner 4) Menerima pembayaran dari komisioner. Pencatatan



terhadap



transaksi



oleh



Pengamanat



dengan



menggunakan metode terpisah adalah: 1



Pengiriman barang konsinyasi Barang konsinyasi



xxx



Persediaan 2



xxx



Pembayaran biaya angkut barang konsinyasi Barang konsinyasi



xxx



Kas 3



xxx



Menerima laporan pertanggungjawaban komisioner Piutang-Komisioner



xxx



Barang konsinyasi



xxx



Barang konsinyasi 4



xxx



Menerima pembayaran dari komisioner Kas



xxx



Piutang-Komisioner 19



xxx



b. Metode Tidak Terpisah Pada metode ini laba/rugi dari kegiatan konsinyasi tidak dipisahkan dengan laba (rugi) dari kegiatan yang reguler. Oleh karena itu biaya dan pendapatan yang berhubungan dengan kegiatan konsinyasi dicampur dengan pendapatan dan biaya yang reguler. Pencatatan yang dilakukan oleh pengamanat mencangkup 3 transaksi: 1) Pembayaran biaya angkut 2) Menerima laporan pertanggungjawaban dari komisioner 3) Menerima pembayaran dari komisoner Pencatatan terhadap transaksi tersebut oleh Pengamanat dengan metode tidak terpisah adalah:16 1



Pembayaran biaya angkut Biaya transpot



xxx



Kas 2



xxx



Menerima Laporan pertanggungjawaban dari komisioner Piutang-komisioner



xxx



Biaya



xxx



Penjualan 3



xxx



Menerima pembayaran dari komisoner Kas



xxx



Piutang-komisoner



xxx



3. Akuntansi Konsinyasi Untuk Komisioner (Congsignee) Akuntansi oleh komisioner dapat diselenggarakan dengan dua metode yaitu metode terpisah dan metode tidak terpisah. Kedua metode akan menghasilkan laba/rugi sama.



16



L Suparwoto, Akuntansi Keuangan Lanjutan, BPFE, Yogyakarta, 1992, hlm. 204-205.



20



a. Metode Terpisah Pada metode ini, laba/rugi yang diperoleh dari kegiatan konsinyasi akan disajikan secara terpisah dari laba/rugi yang biasa. Untuk memisahkan, maka pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kegiatan komisioner harus dipisahkan. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan pendapatan dan biaya tersebut adalah rekening “barang komisi”. Pada umumnya pencatatan yang dibuat oleh komisoner hanya mencangkup 4 transaski: 1) Membayar biaya angkut/perakitan 2) Menjual barang komisi 3) Mengirim laporan pertanggungjawaban kepada pengamanat 4) Mengirim pembayaran kepada pengamanat Pencatatan terhadap transaksi oleh Komisioner dengan metode terpisah tersebut adalah: 1



Membayar biaya angkut/perakitan Barang komisi



xxx



Kas



xxx



2



Menjual barang komisi Kas



xxx



Barang Komisi 3



xxx



Mengirim laporan pertanggungjawaban kepada pengamanat Barang komisi



xxx



Utang-Pengamanat 4



Mengirim pembayaran kepada pengamanat Utang-Pengamanat Kas



21



xxx







Consignee tidak membuat ayat jurnal untuk penerimaan persediaan, tetapi dicatat dalam jurnal memorandum untuk kepentingan pengendalian



b. Metode Tidak Terpisah Pada metode ini semua laba/rugi yang diperoleh dari kegiatan komisioner, tidak dipisahkan dengan laba/rugi dari kegiatan reguler. Oleh karena itu pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kegiatan komisioner dicatat seperti halnya pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kegiatan reguler. Pada



umumnya



pencatatan



yang



dilakukan



oleh



komisioner mencakup 3 transaksi, yaitu: 1.



Membayar biaya angkut/perakitan



2.



Menjual barang komisi



3.



Mengirim pembayaran kepada pengamanat Pencatatan



terhadap



transaksi



oleh



Komisioner



menggunakan metode tidak terpisah tersebut adalah: 17 1



Membayar biaya angkut/perakitan Utang-Pengamanat



xxxx



Kas



xxxx



2



Menjual barang komisi Kas



xxxx



Penjualan



xxxx



Harga Pokok Penjualan



xxxx



Utang-Pengamanat 3



Mengirim pembayaran kepada pengamanat Utang-Pengamanat Kas



17



xxxx



xxxx xxxx



L Suparwoto, Akuntansi Keuangan Lanjutan, BPFE, Yogyakarta, 1992, hlm. 206-208.



22



Contoh Soal 1: Akuntansi Konsinyasi oleh Pengamanat (Metode Terpisah) Akuntansi Konsinyasi oleh Pengamanat (Metode Tidak Terpisah) Pada tahun 2015, PT ABC mengadakan perjanjian konsinyasi dengan Toko XYZ. Isi perjanjian tersebut adalah:  PT ABC menitipkan barang kepada Toko XYZ  Toko XYZ berhak atas komisi sebesar 15% dari hasil penjualan  Semua biaya ditanggung oleh PT ABC  Toko XYZ harus membuat pertanggungjawaban secara bulanan. Transaksi yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi untuk bulan januari 2015 adalah: 1. PT ABC mengirim 100 unit barang ke Toko XYZ. Harga pokok barang per unit adalah Rp 300.000 sedangkan harga jual per unit ditentukan Rp 500.000 2. PT ABC membayar biaya angkut Rp 500.000 3. Toko XYZ menerima kiriman barang dari PT ABC dan membayar biaya perakitan sebesar Rp 200.000 4. Toko XYZ berhasil menjual seluruh barang dagang secara tunai 5. Toko XYZ mengirimkan laporan hasil penjualan ke PT ABC 6. Toko XYZ mengirimkan kas yang menjadi hak PT ABC, yaitu: Penjualan = 100 x Rp 500.000



= Rp 50.000.000



Komisi = 15%x Rp 50.000.000



= Rp 7.500.000



Biaya perakitan (dibayar dulu oleh komisioner dan selanjutnya



dibebankan



pada



= Rp



200.000



= Rp 7.700.000 -



pengamanat) Kas yang dikirim



= Rp 42.300.000



Diminta: a. Buatlah jurnal atas transaski 1 s/d 6 oleh PT ABC sebagai pengamanat dengan menggunakan meode terpisah! 23



b. Buatlah jurnal atas transaski 1 s/d 6 oleh PT ABC sebagai pengamanat dengan menggunakan meode tidak terpisah!



Jawab: a. Jurnal yang dibuat PT ABC sebagai Pengamanat (Metode Terpisah) No



Keterangan



Transaksi 1



Debit



Barang konsinyasi



Kredit



Rp 30.000.000



Persediaan 2



Rp 30.000.000



Barang konsinyasi



Rp



500.000



Kas



Rp



3



Tidak dicatat oleh PT ABC



4



Tidak dicatat oleh PT ABC



5



Piutang-Komisioner



Rp 42.300.000



Barang Konsinyasi



Rp 7.700.000



Barang Konsinyasi 6



Kas



500.000



Rp 50.000.000 Rp 42.300.000



Piutang Komisioner



Rp 42.300.000



Sehingga saldo rekening barang konsinyasi di PT ABC adalah: Laba/rugi = Cr.Hasil penjualan – Dr. HPP – Dr. Biaya angkut – Dr.komisi+biaya = Rp 50.000.000- Rp 30.000.000- Rp500.000- Rp 7.700.000 Laba



= Rp 11.800.000 (Cr)



b. Jurnal yang dibuat PT ABC sebagai Pengamanat (Metode Tidak Terpisah) No Transaksi



Keterangan



Debit



1



Transaksi ini tidak dicatat oleh PT ABC



2



Biaya Transport



Rp 24



500.000



Kredit



Kas



Rp



3



Tidak dicatat oleh PT ABC



4



Tidak dicatat oleh PT ABC



5



Piutang-Komisioner



Rp 42.300.000



Biaya



Rp 7.700.000



Penjualan



Rp 50.000.000



Harga Pokok Penjualan



Rp 30.000.000



Persediaan 6



500.000



Rp 30.000.000



Kas



Rp 42.300.000



Piutang Komisioner



Rp 42.300.000



Laba PT ABC = Cr. Penjualan – Dr.HPP- (Dr. Biaya komisi+biaya perakitan)- Dr.biaya transport = Rp50.000.000- Rp 30.000.000- Rp 7.700.000- Rp 500.000 = Rp 11.800.000 (Cr)



Contoh Soal 2: Akuntansi Konsinyasi oleh Komisioner (Metode Terpisah) Akuntansi Konsinyasi oleh Komisioner (Metode Tidak Terpisah) Pada tahun 2015, PT ABC mengadakan perjanjian konsinyasi dengan Toko XYZ. Isi perjanjian tersebut adalah:  PT ABC menitipkan barang kepada toko XYZ  Toko XYZ berhak atas komisi sebesar 15% dari hasil penjualan  Semua biaya ditanggung oleh PT ABC  Toko XYZ harus membuat pertanggungjawaban secara bulanan. Transaksi yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi untuk bulan januari 2015 adalah: 1. PT ABC mengirim 100 unit barang ke Toko XYZ. Harga pokok barang per unit tersebut adalah Rp 300.000 sedangkan harga jual per unit ditentukan Rp 500.000 25



2. PT ABC membayar biaya angkut Rp 500.000 3. Toko XYZ menerima kiriman barang dari PT ABC dan membayar biaya perakitan sebesar Rp 200.000 4. Toko XYZ berhasil menjual seluruh barang dagang secara tunai 5. Toko XYZ mengirimkan laporan hasil penjualan ke PT ABC 6. Toko XYZ mengirimkan kas yang menjadi hak PT ABC, yaitu: Penjualan = 100 x Rp 500.000



= Rp50.000.000



Komisi 15%x Rp 50.000.000



=Rp 7.500.000



Biaya perakitan



=Rp



200.000



Kas yang dikirim



= Rp 7.700.000 = Rp42.300.000



Diminta: a. Buatlah jurnal atas transaski 1 s/d 6 oleh Toko XYZ sebagai komisioner dengan menggunakan meode terpisah! b. Buatlah jurnal atas transaski 1 s/d 6 oleh Toko XYZ sebagai komisioner dengan menggunakan meode tidak terpisah!



Jawab: a. Jurnal yang dibuat Toko XYZ sebagai komisioner (metode terpisah) No



Keterangan



Transaksi



Debit



1



Transaksi ini tidak dicatat Toko XYZ



2



Transaksi ini tidak dicatat Toko XYZ



3



Barang Komisi



Rp



200.000



Kas 4



Rp



Kas



Rp 50.000.000



Barang komisi



Rp 42.300.000



Utang-Pengamanat 6



200.000



Rp 50.000.000



Barang Komisi 5



Kredit



Rp 42.300.000



Utang-Pengamanat



Rp 42.300.000 26



Kas



Rp 42.300.000



b. Jurnal yang dibuat Toko XYZ sebagai Komisioner (metode tidak terpisah) No



Keterangan



Transaksi 1



Transaksi ini tidak dicatat



2



Transaksi ini tidak dicatat



3



Utang-Pengamanat



Debit



Kredit



Rp 200.000



Kas 4



Rp 200.000



Kas



Rp 50.000.000



Penjualan



Rp 50.000.000



Harga Pokok Penjualan



Rp 42.500.000



Utang-Pengamanat



Rp 42.500.000



(50.000.000-komisi) 5



Transaksi ini tidak dicatat



6



Utang-Pengamanat



Rp 42.300.000



Kas



Rp 42.300.000



Contoh 3: Akuntansi Konsinyasi untuk Pengamanat dan Komisioner dengan Metode Terpisah dan Akuntansi Konsinyasi untuk Pengamanat dan Komisioner dengan Metode Tidak Terpisah. Pada tahun 2015, PT Mawar mengadakan perjanjian konsinyasi dengan Toko Melati. Isi perjanjian tersebut adalah:  PT Mawar menitipkan barang kepada Toko Melati  Toko Melati berhak atas komisi sebesar 10% dari hasil penjualan  Semua biaya ditanggung oleh PT Mawar  Toko Melati harus membuat pertanggungjawaban secara bulanan. Transaksi yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi untuk bulan januari 2015 adalah:



27



1. PT Mawar mengirim 50 unit barang ke Toko Melati. Harga pokok barang tersebut per unit adalah Rp 750.000 sedangkan harga jual ditentukan Rp 1.100.000 2. PT Mawar membayar biaya angkut Rp 700.000 3. Toko Melati menerima kiriman barang dari PT Mawar dan membayar biaya perakitan sebesar Rp 800.000 4. Toko Melati berhasil menjual seluruh barang dagang secara tunai 5. Toko Melati mengirimkan laporan hasil penjualan ke PT Mawar 7. Toko melati mengirimkan kas yang menjadi hak PT Mawar, yaitu: Penjualan = 50 x Rp 1.100.000



= Rp 55.000.000



Komisi 10%x Rp 55.000.000



=Rp 5.500.000



Biaya perakitan



=Rp



Kas yang dikirim



800.000



= Rp 6.300.000 = Rp 48.700.000



Diminta: a. Buatlah jurnal untuk Pengamanat dan Komisioner dengan metode terpisah b. Buatlah jurnal untuk Pengamanat dan Komisioner dengan metode tidak terpisah



Jawab : a. Jurnal Metode Terpisah No PT Mawar Transaksi (Pengamanat) 1 Barang konsinyasi 37.500.000 Persediaan 37.500.000 2 Barang konsinyasi 700.000 Kas 700.000 3 Tidak ada 4 5



Toko Melati (komisioner) Tidak ada Tidak ada



Barang komisi 800.000 Kas 800.000 Kas 55.000.000 Tidak ada Barangkomisi 55.000.000 Piutang-Komisioner 48.700.000 Barangkomisi 48.700.000 Barang Konsinyasi 6.300.000 Utang pengamanat BarangKonsinyasi 55.000.000 48.700.000 28



6



Kas 48.700.000 Utang-Pengamanat Piutang Komisioner 48.700.000 48.700.000 Kas 48.700.000



b.Jurnal Metode Tidak Terpisah No PT Mawar Transaksi (Pengamanat) 1 Tidak ada 2 Biaya Transport 700.000 Kas 700.000 3 Tidak ada 4



Tidak ada



5



6



Toko Melati (komisioner) Tidak ada Tidak ada Utang Pengamanat 800.000 Kas 800.000 Kas 55.000.000 Penjualan 55.000.000 HPP 49.500.000 Utang Pengamanat 49.500.000 (sales 55.000.000-komisi 5.500.000)



Piutang-Komisioner 48.700.000 Biaya 6.300.000 Tidak ada Penjualan 55.000.000 HPP 37.500.000 Persediaan 37.500.000 Kas 48.700.000 Utang-Pengamanat Piutang Komisioner 48.700.000 48.700.000 Kas 48.700.000



29



BAB III PENUTUP A. Simpulan Joint venture adalah kerjasama antara dua orang/badan usaha atau lebih untuk mengusahakan usaha tertentu. Dalam joint venture waktunya terbatas. Masing-masing pihak dapat menyerahkan barang atau uang sebagai kontribusi usaha bersama tersebut. Keuntungan dan kerugian dibagi sesuai kesepakatan. Sebelum pembagian biasanya diperhitungkan terlebih dahulu bunga modal, komisi, bonus dan lain-lain untuk pihak yang telah berjasa. Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana pembayaranya dilaksanakan secara bertahap. Pertama, Pada saat barang-barang diserahkan kepada pembeli, penjual menerima pembayaran pertama sebagian dari harga penjualan (diberikan down payment). Kedua, Sisanya dibayar dengan beberapa kali angsuran. Konsinyasi adalah penjualan dengan cara pemilik menitipkan barang kepada pihak lain untuk dijualkan dengan harga dan syarat yang telah diatur dalam perjanjian. Jadi dalam penjualan konsinyasinya berisi mengenai hak dan kewajiban kedua belah pihak.



30



DAFTAR PUSTAKA Abdullah Mubarok, Akuntansi Keuangan Lanjutan¸(Banten: Unpam Press, 2017) Arifin, Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2012 Hadori Yunus, Harnanto, Akuntansi Keuangan Lanjutan Edisi 1, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2013) Indrayani, Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 L Suparwoto, Akuntansi Keuangan Lanjutan, BPFE, Yogyakarta, 1992



31